Anda di halaman 1dari 12

Metode Tafsir Muqarran

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Tafsir

Al-Qur’an

Dosen Pengampu: Bp. Dr. Ahmad Syukron. M. Ag.

Disusun Oleh: Kelompok 5


Shofiyah Nuha Amatullah
Sri Ajeng Risnawati
Wilda Afsari

KELAS IAT II E
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis, tidak lupa sholawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah sampai zaman yang terang benderang yaitu Addinul Islam,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan sukses.

Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Namun tidak
lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada penulis sehingga penulis dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat dan dapat


memerikan inspirasi dan menambah wawasan bagi kita semua.

Ciputat 18 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Pengertian Metode Muqarran............................................................................................2
B. Sejarah Perkembangan Metode Muqarran......................................................................6
C. Langkah Operasional Metode Muqaran..........................................................................6
D. Karya Tafsir yang Menggunakan Metode Muqaran.......................................................7
BAB III.......................................................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang Al-Qur’an maka tidak akan bisa lepas dari pembicaraan
tentang tafsir. Karena tafsir merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang isi Al-
Qur’an dan maksudnya dengan melibatkan peran manusia yang akan selalu
berkembang dari masa ke masa. Keberadaan Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat
Muslim yang berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia di muka bumi ini
diyakini sebagai sumber pengetahuan juga berdampak pada maraknya kajian terhadap
Al-Qur’an, sebagai upaya untuk memahami Al-Qur'an dari berbagai sudut pandang,
dari berbagai disiplin ilmu, dan menghasilkan berbagai metodologi dalam memahami
Al-Qur'an. Selain itu, karena para pemikir Muslim senantiasa berupaya menggali
makna dan pesan yang tekandung dalam Al-Qur’an. Semua itu memungkinkan
beragam corak penafsiran dengan metodenya sendiri-sendiri. Pada masa modern-
kontemporer saat ini tafsir memiliki ciri khas tersendiri dari masa sebelum-
sebelumnya. Karena pada kenyataannya memang banyak sekali muncul karya-karya
tafsir dari para sarjana Muslim yang selalu berupaya melakukan perbaikan
pemahaman didalam dunia Islām. Era modern-kontemporer corak keilmuan sangat
kental sehingga memiliki implikasi yang begitu besar terhadap penafsir maupun hasil
tafsirnya. Secara mayoritas corak penafsiran yang berkembang adalah adabi al-
ijtimā’i dengan metode muqarān maupun tematis (maudhu’i).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode muqarran?
2. Bagaimana sejarah perkembangan metode muqarran?
3. Sebutkan langkah-langkah operasional metode muqarran?
4. Sebutkan karya tafsir yang menggunakan metode muqarran?
5. Berikan contoh dari tafsir yang menggunakan metode muqarran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari metode muqarran.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan metode muqarran.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah operasional metode muqarran.
4. Untuk mengetahui karya tafisr yang menggunakan metode muqarran.
1
5. Untuk mengetahui contoh tafsir yang menggunakan metode muqarran.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Muqarran
Metode muqarran adalah suatu metode tafsir al-qur’an yang dilakukan
dengan cara membandingkan ayat al-qur’an yang satu dengan lainnya, yaitu ayat-
ayat yang mempunyai kemiripan redaksi dalam dua atau lebih kasus yang berbeda,
dan atau yang memiliki redaksi yang berbeda untuk masalah atau kasus yang sama
atau diduga sama dan atau membandingkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadits-
hadits Nabi Muhammad saw. Yang tampak bertentangan serta membandingkan
pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran al-qur’an. penafsiran dengan
cara muqarran tersebut dilakukan dengan menginventarisasi ayat-ayat yang
mempunyai kesamaan dan kemiripan redaksi, meneliti kasus yang berkaitan dengan
ayat-ayat tersebut, mengadakan penafsiran.

Para ahli tafsir tidak berbeda pendapat mengenai metode ini. Dari berbagai
literatur dapat dirangkum bahwa yang dimaksud  dengan
metode Muqāran (kompratif) ini ialah:
1. Membandingkan teks ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki persamaan atau
kemiripan redaksi yang beragam dalam satu kasus yang sama atau diduga sama.
2. Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan hadis Nabi saw  yang  pada lahirnya
antara kedua-nya terlihat bertentangan.
3. Membandingkan berbagai pendapat para ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an.

Metode ini dipakai oleh penafsir untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an


dengan cara membandingkan pendapat-pendapat para mufasir. Ia membahas ayat-
ayat Al-Qur’an dengan mengemukakan pendapat para mufasir terhadap tema
tertentu, lalu membandingkannya, bukan untuk menentukan benar atau salah, tetapi
menentukan variasi penafsiran terhadap ayat Al-Qur’an.1

Sesuai dengan namanya, metode tafsir ini menekankan kajiannya pada aspek
perbandingan (komparasi) tafsir Al-Qur’an, menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an,

1
M. Alfatih Suryadilaga, “Metodologi Ilmu Tafsir” (Sleman: Penerbit Teras, 2005). h. 43

2
menguraikannya, menyebutkan pendapat para mufassir, mengemukakan pendapat
mereka dan membandingkan antara yang satu dengan yang lain, menggali
kandungan hukumnnya, menyimpulkan hasil dari ragam pendapat, persamaan dan
perbedaannya.

Penafsiran yang menggunakan metode ini pertama kali menghimpun


sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian mengkajinya dan meneliti penafsiran
sejumlah penafsir mengenai ayat-ayat tersebut dalam karya mereka. Melalui cara ini
penafsir mengetahui posisi dan kecenderungan para penafsir sebelumnya yang
dimaksud dalam objek kajiannya.

Salah satu karya tafsir yang lahir di zaman modern ini yang menggunakan
metode komparasi adalah Qur’an and Its Interpeters buah karya Profesor Mahmud
Ayyub. Metode muqaran juga digunakan dalam membahas ayat-ayat Al-Qur’an
yang memiliki kesamaan redaksi namun berbicara tentang topik yang berbeda. Atau
sebaliknya, topik yang sama dengan redaksi yang berbeda. Ada juga di antara
penafsir yang membandingkan antara ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadits Nabi yang
secara lahiriah tampak berbeda.2

Sebagai contoh dalam firman Allah:

‫الع ِزيْ ِز احلَ ِكْي ِم‬ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ


ْ ‫َو َما َج َعلَهُ اللَّهُ إِاَّل بُ ْشَرى لَ ُك ْم َولتَطْ َمئ َّن ُقلُوبُ ُك ْم بِه َو َمااالن‬
َ ‫َّص ُر إِالَّ م ْن عْند اللَّه‬

‘’Allah tidak menjadikannya (pemberitaan tentang bala bantuan malaikat)


melainkan sebagai kabar gembira bagi kamu, dan agar menjadi tenteram hati kamu
disebabkan olehnya. Kemenangan itu hanyalah bersumber dari Allah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.’’ (QS. Ali Imran [3]: 126).3

Ayat di atas sedikit berbeda dengan ayat 10 dari surahal-Anfal. Di sana dinyatakan:

ْ ‫َو َما َو َما َج َعلَهُ هَّللا ُ إِاَّل بُ ْش َرى َولِت‬


ِ ‫َط َمئِ َّن بِ ِه قُلُوبُ ُك ْم َو َمااالنَّصْ ُر إِالَّ ِم ْن ِع ْن ِد هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ ع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬

‘’Allah tidak menjadikannya (pemberitaan tentang bala bantuan malaikat)


melainkan sebagai kabar gembira dan agar menjadi tenteram ⸻disebabkan
olehnya⸻hati kamu. Kemenangan itu hanyalah bersumber dari sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.’’

2
Suryadilaga,. h. 47
3
M. Quraish Shihab, “Kaidah Tafsir” (Tangerang: Lentera Hati, 2013). h. 382

3
Dalam ayat Ali Imran di atas kata bihi terletak sesudah qulubukum, berbeda
dengan ayat al-Anfal yang letaknya sebelum qulubukum. Dalam al-Anfal fashilat
(penutup ayat) dibarengi dengan Harf Taukid (Inna/sesungguhnya), sedang dalam
Ali Imran huruf tersebut tidak ditemukan. Mengapa demikian? Sedang kedua ayat
tersebut berbicara tenatng turunnya malaikat untuk mendukung kaum Muslim.

Dalam Tafsir al-Mishbah ketika membahas ayat Ali Imran di atas, penulis
antara lain menyatakan bahwa ayat al-Anfal berbicara tentang peperangan Badar,
sedang ayat Ali Imran berbicara tentang peperangan Uhud.

Perbedaan redaksi memberi isyarat tentang perbedaan kondisi kejiwaan dan


pikiran Mukhthab (mitra bicara), dalam hal ini kaum Muslim. Dalam peperangan
Badar mereka sangat khawatir karena mereka lemah dari segi jumlah pasukan dan
perlengkapannya, mereka juga sebelum Badar belum pernah berperang membela
agama and belum juga mendapatkan bantuan malaikat, karena itu di sini informasi
Allah ditekankan-Nya dengan menggunakan kata Inna/sesungguhnya, berbeda
dengan peperangan Uhud, jumlah mereka cukup banyak, semangat mereka pun
sangat menggebu, sampai-sampai para pemuda mendesak agar kaum Muslim keluar
menghadapi musuh, keyakinan tentang turunnya malaikat pun tidak mereka ragukan
setelah sebelumnya⸻dalam peperangan Badar⸻mereka telah alami.4

Kegembiraan dengan kemenangan di Badar menyentuh hati kaum Muslim


semuanya hingga masa kini, bahkan masa datang, sedang kegembiraan menyangkut
peperangan Uhud tidak demikian. Kaum Muslim justru bersedih hingga kini dengan
gugurnya puluhan sahabat Nabi, kegembiraan dengan janji turunnya malaikat pun
bersifat sementara, yakni hanya pada saat disampaikan dan itu pun terbatas pada
yang terlibat perang. Dengan demikian, wajar terjadi perbedaan redaksi anatara
kedua ayat.

Masih banyak contoh-contoh lain yang menjadi bahasan para ulama yang
berkecimpung dalam metode Muqarin. Yang jelas, setiap perbedaan pasti akibat
adanya perbedaan pasti akibat adanya perbedaan objek, subjek, waktu, atau kondisi
mukhathab, dan lain sebagainya.

Antara ayat dan hadits pun tidak jarang terkesan berbeda atau bertolak
belakang. Firman Allah:
4
Shihab. h. 383

4
َ َ‫َوأَن ل‬
‫يس لِإْل ِ ن َس ِن إِالَّ َما َس َعى‬

‘’Manusia tidak memperoleh balasan/manfaat kecuali apa yang diusahakannya’’


(QS. An-Najm ]53[: 39).

Ayat ini sepintas terlihat bertentangan dengan hadits yang menegaskan bahwa:

‘’Bila putra putri Adam meninggal dunia, maka terputuslah amal kebaikannya
kecuali tiga hal. Shadaqah Jariah, ilmu yang diajarkannya dan dimanfaatkan
orang lain, serta anak yang saleh mendoakannya.’’5

Atau seperti firman-Nya melukiskan rayuan setan yang akan menyerang dari
empat penjuru (baca QS. Al-A’raf [7]: 17) dengan permohonan yang sering Nabi
panjatkan yang menyebut enam arah:

‫ي ي َو ِم ْن َخ ْلفِ ْي َو ع َْن يَ ِم ْينِي َو ع َْن ِش َمالِ ْي َو ِم ْن فَوْ قِي َو أَ ُعوْ ُذ بِكَ أَ ْن أَ غتال ِم ْن‬
َ ‫اللَّهُ َّم احفظنِي ِم ْن بَين‬
‫تَحْ تِ ْي‬...

‘’Ya Allah, peliharalah aku dari hadapanku, belakangku, arah kanan dan kiriku,
arah atas dan aku memohon juga perlindungan-Mu dari bencana yang datang dari
bawah.’’

Sementara ulama menyatakan bahwa aya al-A’raf itu sebenarnya mencakup


juga keempat arah, sebagaimana bunyi doa Rasul saw., hanya ayat itu
mengisyaratkan bahwa kedua arah yang tidak disebut adalah dua arah yang dapat
menjadi tempat aman bagi yang berlindung di sana, yakni siapa yang mengarah ke
‘’atas’’ memohon perlindungan-Nya, atau siapa yang sujud merendahkan diri
kepada Allah, maka dia akan memperoleh perlindungan dan terbebaskan dari rayuan
setan.

Yang ketiga yang menjadi bahasan metode ini adalab perbandingan


penafsiran satu ayat atau lebih antara seorang mufasir dengan mufasir yang lain. Di
sini, yang dibahas bukan sekadar perbedaannya, tetapi argumentasi masing-masing,
bahkan mencoba mencari apa yang melatarbelakangi perbedaan itu dan berusaha
pula menemukan sisi-sisi kelemahan dan kekuatan masing-masing penafsiran.6

seperti metode tafsir lainnya, tafsir al-muqarran pun tidak bisa terlepas dari
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode tafsir ini adalah objektif, kritis, dan
5
Shihab. h. 384
6
Shihab. h. 385

5
berwawasan luas, sedangkan kelemahannya adalah bahwa metode tafsir al-muqarran
tidak bisa digunakan untuk menafsirkan semua ayat Al-Qur’an seperti halnya tafsir
at-tahlili dan al-ijmali.

B. Sejarah Perkembangan Metode Muqarran


Setiap metode-metode yang di gunakan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an memang telah tercover dalam sejarah islam, sebagaimana yang telah di
gambarkan al-Farmawi tentang bentuk-bentuk penafsiran tersebut di antaranya
yaitu: Tafsir Ijmali, Tafsir Tahlili, Tafsir Maudhū’ῑ, dan Tafsir Muqāran.
Dalam sejarah, usaha-usaha dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an
terjadi seiring dengan perkembangan agama Islam, yang di mulai sejak zaman
Nabi Muhammad SAW. Ini terbukti dengan adanya Nabi Muhammad sebagai
mufassir yang menjelaskan setiap ayat-ayat Al-Qur’an kepada para sahabat yang
masih bingung dalam memahami kandungan makna pada setiap ayat-ayat Al-
Qur’an.
Penafsiran-penafsiran yang di lakukan Nabi Muhammad ini memiliki
sifat-sifat dan karakteristik tertentu, di antaranya penegasan makna (bayan Al-
Takid), perincian makna (bayan Tafshil), perluasan dan penyempitan makna, serta
pemberian contoh. Sedangkan dari segi motifnya tafsiran Nabi Muhammad
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an mempunyai tujuan-tujuan pengarahan (bayan
Irsyad), peragaan (Tathbia), pembenaran (bayan Tashih).
Setelah sepeninggal Nabi Muhammad SAW, kegiatan penafsiran ayat-ayat
Al-Qur’an tidak berhenti malah boleh jadi semakin meningkat munculnya
persoalan-persoalan baru seiring dinamika masyarakat yang progresif.7

D. Langkah Operasional Metode Muqaran


1. Mengumpulkan sejumlah ayat Al-Qur’an yang mempunyai kesamaan dan
kemiripan redaksi
2. Meneliti kasus yang berkaitan dengan ayat-ayat tersebut
3. Mengemukakan penjelasan mufassir, baik dari kalangan salaf atau kalangan
khalaf

7
Abuddin Nata, “Metodologi Studi Islam” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004).

6
4. Menjelaskan siapa di antara mereka yang penafsirannya dipengaruhi secara
subjektif oleh madzhab tertentu; Siapa di antara mereka yang penafsirannya
ditujukan umtuk melegitimasi golongan tertentu atau madzhab tertentu.8

E. Karya Tafsir yang Menggunakan Metode Muqaran


1. Tafsir al-Baidlawi karya Imam Nashiruddin Al-Baidhowi9
2. Qur’an and its Interpreters karya Profesor Mahmud Ayyub10
3. Durrat at-Tanzil wa Qurrat at-Ta’wil karya al-Khatib al-Iskafi (w. 420 H).
4. Al-Burhan fi Taujih Mutasyabih Al-Qur’an karya taj al-Qarra’ al-Kirmani (w.
505 H).
5. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an karya al-Qurtubi (w. 671 H).

8
Rosihon Anwar, “Ilmu Tafsir” (Bandung: Pustaka Setia, 2005). h. 160
9
Yunus Hasan Abidu, “Tafsir Al-Qur’an Sejarah Tafsir Dan Metode Para Mufasir” (Tangerang: Gaya Media
Pratama, 2007). h. 4
10
Suryadilaga, “Metodologi Ilmu Tafsir.” h. 46

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode muqaran adalah suatu metode tafsir Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
membandingkan ayat Al-Qur’an yang satu dengan lainnya, yaitu ayat-ayat yang mempunyai
kemiripan redaksi dalam dua atau lebih kasus yang berbeda, dan yang memiliki redaksi yang
berbeda untuk masalah atau kasus yang sama atau diduga sama, atau membandingkan ayat-
ayat Al-Qur’an dengan hadis-hadis Nabi Muhammad saw, yang tampak bertentangan, serta
membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran Al-Qur’an.

Adapun kelebihan metode Muqaran adalah sebagai berikut:

1. Memberikan wawasan yang luas


2. Membuka diri untuk selalu bersikap toleran
3. Dapat mengetahui berbagai penafsiran
4. Pensyarah didorong untuk mengkaji berbagai hadits serta pendapat-pendapat
para pensyarah lainnya.
Kekurangan:
1. Metode ini tidak relevan bagi pembaca tingkat pemula, karena pembahasan
yang dikemukakan terlalu luas sehingga sulit untuk memnentukan pilihan.
2. Tidak dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang
berkembang di tengah masyarakat, karena pensyarah lebih mengedepankan
perbandingan daripada pemecahan masalah.

B. Saran
Tiada gading yang tak retak sesuai dengan pepatah itu penulis menyadari bahwa
makalah ini banyak sekali kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena yang sempurna
hanyalah milik Allah SWT semata. Untuk itu, harapan penulis adalah saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk karya tulis yang lebih baik lagi. Segala saran dan kritik
dapat disampaikan kepada penulis secara langsung.

8
DAFTAR PUSTAKA
Abidu, Yunus Hasan. “Tafsir Al-Qur’an Sejarah Tafsir Dan Metode Para Mufasir.”
Tangerang: Gaya Media Pratama, 2007.
Anwar, Rosihon. “Ilmu Tafsir.” Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Nata, Abuddin. “Metodologi Studi Islam.” Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Shihab, M. Quraish. “Kaidah Tafsir.” Tangerang: Lentera Hati, 2013.
Suryadilaga, M. Alfatih. “Metodologi Ilmu Tafsir.” Sleman: Penerbit Teras, 2005.

Anda mungkin juga menyukai