Makalah Tafsir Muqarran
Makalah Tafsir Muqarran
TAFSIR MUQARRAN
Disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Mazahibut Tafsir II
Dosen Pengampu :
Islamiyah M.Ag
Disusun oleh:
Nadhila Syavira (211920)
Rahma Dewi H (211926)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah kesempatan dan
pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Tafsir
Muqarran”.
Penulis dengan penuh rendah hati mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada
bapak “Islamiyah M.Ag” selaku dosen mata kuliah Mazahibut Tafsir II yang telah banyak
memberikan atensi dan waktunya serta sabar dalam memberikan ilmu sesuai dengan bidang ilmu
yang diajarkan.
Kami sebagai penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 1
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tafsir muqarran
2. Apa karakteristik tafsir muqarran
3. Bagaimana contoh tafsir muqarran
4. Apa saja karya-karta yang menggunakan tafsir muqarran
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian tafsir muqarran
2. Untuk mengetahui karakteristik tafsir muqarran
3. Untuk mengetahui karakteristik tafsir muqarran
4. Untuk mengetahui karya-karta yang menggunakan tafsir muqarran
1
H. Muhammad Husin, "Metodologi Penafsiran Al-Qur'an", Dalam Jurnal Darussalam, Vol. 7 No. 2. 2008, h.
94
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Nasharuddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. 1, h. 381
3
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur'an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2014), Cet. 3, h. 281
2
ra 'yi, dengan kecenderungan yang berbeda-beda, mengungkap dan membandingkan
satu dengan lainnya, menjelaskan siapa diantara para mufassir yang penafsirannya
dipengaruhi perbedaan madzhab atau yang penafsirannya ditujukan untuk melegitimasi
suatu golongan tertentu atau mendukung aliran tertentu, siapa di antara mereka yang
penafsirannya sangat diwarnai oleh latar belakang disiplin ilmu yang dikuasainya.
Mufassir dengan metode ini dituntut untuk mampu menganalisis pendapat para
mufassir yang ia kemukakan, untuk kemudian mengambil sikap mencari penafsiran
yang dinilai benar dan menolak penafsiran yang tidak dapat diterima oleh rasio
sehingga menjelaskan sikap yang diambilnya. Dengan demikian pembaca akan merasa
puas.4
4
Ansori, Tafsir bil Ra'yi Menafsirkan Al-Qur'an dengan Ijtihad, h. 86-87
5
Azyumardi Azra, Sejarah Dan Ulum Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), cet 2, h. 191
6
Abdul Djalal, Urgensi Tafsir Maudhu'i pada Masa Kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990) hal. 31
3
C. Contoh Tafsir Muqarran
Secara global, tafsir muqaran antar ayat dapat diaplikasikan pada ayat-ayat al-
Quran yang memiliki dua kecenderungan. Pertama adalah ayat-ayat yang memiliki
kesamaan redaksi, namun ada yang berkurang ada juga yang berlebih. Kedua adalah
ayat-ayat yang memiliki perbedaan ungkapan, tetapi tetap dalam satu maksud. kajian
perbandingan ayat dengan ayat tidak hanya terbatas pada analisis redaksional (mabahits
lafzhiyat) saja, melainkan mencakup perbedaan kandungan makna masing-masing ayat
yang diperbandingkan. Disamping itu. juga dibahas perbedaan kasus yang dibicarakan
oleh ayat-ayat tersebut, termasuk juga sebab turunnya ayat serta konteks sosio-kultural
masyarakat pada waktu itu. Berikut ini akan diuraikan ruang lingkup dan langkah-
langkah penerapan metode tafsir muqåran pada masing-masing aspek:
1. Perbandingan Ayat dengan Ayat
Quraish Shihab mempraktikkan penggunaan metode muqåran dengan
membandingkan dua ayat yang mirip secara redaksional, yaitu ayat 126 Surat Ali
"Imrân dengan ayat 10 Surat al-Anfäl.
اّللِ ال َْع ِزيْ ِز ا ْْلَكِْي ِم ِ ِ ِ ِ وما جعلَه هاّلل اِاَّل ب ْش هرى لَ ُكم ولِتطْم ِٕى ان قُلُوب ُكم بِهٖ ۗ وما الن
ٰاصُر ااَّل م ْن عْند ه
ْ ََ ْ ُْ َ َ َ ْ ُ ُٰ ُ َ َ َ َ
Artinya: "Allah tidak menjadikannya (pemberian bala-bantuan itu) melainkan
sebagai kabar gembira bagi kamu, dan agar tenteram hati kamu karenanya. Dan
kemenangan itu hanyalah bersumber dari Allah Yang Maha Perkasa labi Maha
Bijaksana".(Al-Imran 126)
اّللَ عَ ِزيْ ٌز َحكِْي ٌم ِ ِوما جعلَه هاّلل اِاَّل بش هرى ولِتطْم ِٕى ان بِهٖ قُلُوب ُك ۗم وما الناصر اِاَّل ِمن عِنْ ِد ه
ٰاّلل ۗا ان ه
ٰ ْ ُْ ََ ْ ُْ َ َ َ ْ ُ ُٰ ُ َ َ َ َ
Artinya: "Allah tidak menjadikannya (pemberian bantuan itu) melainkan sebagai
kabar gembira dan agar hatimu karenanya menjadi tenteram. Dan kemenangan itu
hanyalah bersumber dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana".(Al-Anfal 10)
- Kedua, dalam surat Ali Imran dinyatakan yakni ولتطمئن قلوبكم بهmenempatkan kata
4
- Ketiga, surah Ali Imran ditutup dengan وما النصر اَّل من عند هللا العزيز اْلكيtanpa
Ayat al-Anfäl disepakati oleh ulama sebagai ayat yang berbicara tentang
turunnya malaikat pada Perang Badar. Sedang ayat Ali Imran turun dalam konteks
janji turunnya malaikat dalam Perang Uhud. Dalam perang tersebut malaikat tidak
jadi turun karena kaum muslimin tidak memenuhi syarat kesabaran dan ketakwaan
yang ditetapkan Allah ketika menyampaikan janji itu (sebagaimana tersebut di ayat
125). Perbedaan redaksi memberi isyarat perbedaan kondisi kejiwaan dan pikiran
lawan bicara, dalam hal ini kaum muslim. Pada Perang Badar, kaum muslim sangat
khawatir akibat kurangnya jumlah pasukan dan perlengkapan perang. Berbeda
dengan Perang Uhud, jumlah mereka lebih banyak sekitar 700 orang, sehingga
semangat menggelora ditambah keyakinan akan turunnya bantuan malaikat
sebagaimana pada Perang Badar.
Tidak ditemukannya kata لكمpada ayat kedua mengisyaratkan kegembiraan
yang tidak hanya dirasakan oleh pasukan Badar, tapi semua kaum muslimin karena
bukankah kemenangan pada perang itu merupakan tonggak utama kemenangan
Islam di masa datang? Di ayat pertama, penggunaan kata لكمmengisyaratkan bahwa
berita gembira hanya ditujukan kepada yang hadir saja, itupun dengan syarat-syarat.
Didahulukannya atas قلوبكمdalam surat al-Anfal adalah dalam konteks
tidak diperlukan.7
7
Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan,1999)
5
2. Perbandingan Ayat dengan Hadits
Tentunya, yang sepadan untuk dibandingkan dengan ayat al-Qur'an adalah
hadits yang berkualifikasi shahîh, sehingga hadits dha'if tidak perlu dijadikan
perimbangan dengan ayat al-Qur'an. Salah satu contoh adalah sabagai berikut:
a. Al-Qur’an:
ت ِم ْن ُك ِٰل َش ْي ٍء ِ ِ
ْ َت ْامَراَةً َتَْل ُك ُه ْم َواُْوتي
ُّ ّن َو َج ْدِِ ٍ ِ ٍ ِ ٍ ِ َ ُت ِِبَا ََلْ ُُِت ْط بِهٖ َوِجْئ ت َ ث َغ ْ َْي بَعِْي ٍد فَ َق
ْٰ ا. ك م ْن َسبَا ۢبنَ بَا ياق ْي ُّ ْال اَ َحط َ فَ َم َك
ش َع ِظْي ٌم
ٌ اوََلَا َع ْر
Artinya: “Tak lama kemudian burung Hud-hud berkata kepada Nabi Sulaiman:
"Saya mengetahui apa yang Baginda belum tahu, saya baru saja datang dari
negeri Saba membawa berita yang meyakinkan. Saya bertemu seorang ratu
yang memimpin mereka. Seluruh penjuru negeri mendatangkan sembah
kepadanya. Dia mempunyai istana besar." (An-Naml:22-23)
ۗ ۗ
ٌّ ي اوِِشَا ٍل ۚ ُکلُ ْوا ِم ْن ِٰرْزِق َربِٰ ُك ْم َوا ْش ُكُرْوا لَهٗ ۚ بَلْ َدةٌ طَيِٰبَةٌ اوَر
ب غَ ُف ْوٌر ِ لَ َق ْد َكا َن لِسبَاٍ ِ ِْف َم ْس َكنِ ِه ْم اهيَةٌ ۚ َجن ه
ٍ ْ ِاٰت َع ْن اَّي
َ
Artinya: "Sungguh, bagi kaum Saba' ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri,
(kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah
negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun." (QS. Saba' 34: Ayat 15)
b. Al-Hadits
ما أفلح قوم ولوا أمرهم امراة
6
dunia dan sejarah peradaban Islam mencatat tokoh-tokoh perempuan yang
sukses memimpin negara, semisal Syajarat al-Durr, pendiri kerajaan Mamluk
yang memerintah wilayah Afrika Utara sampai Asia Barat (1250-1257 M).8
Untuk mengkomparasi dan mengkompromikan kedua teks tersebut
diperlukan kepastian akan kualifikasi hadits tersebut karena ayat tidak
diragukan lagi keotentikannya. Setelah itu dilihat ashâb al-wurûd hadits
tersebut. Pada kasus hadits ini, ashâb al-wurûd-nya adalah saat Rasulullah
mendengar berita bahwa puteri Raja Persia dinobatkan menjadi ratu
menggantikan ayahnya yang mangkat. Berdasarkan itu, tidak mengherankan
jika pemahaman bahwa perempuan tidak pas memimpin negara muncul ke
permukaan. Namun jika dipakai kaidah العربة بعموم اللفظ َّل خبصوص السببmaka akan
yang dimaksud oleh kata-kata itu adalah semua kaum, semua perempuan, dan
semua urusan. Jadi, terjemahan dari hadits tersebut (kira-kira) berbunyi: "Suatu
bangsa tidak pernah memperoleh sukses jika semua urusan bangsa itu
diserahkan (sepenuhnya kepada kebijakan) wanita sendiri (tanpa melibatkan
kaum pria)". Jika dipahami demikian, maka jelas bahwa sangat wajar kalau
suatu bangsa tidak akan sukses kalau semua bidang yang ada dalam bangsa
tersebut ditangani mutlak oleh perempuan tanpa sedikit pun melibatkan laki-
laki karena baik laki-laki maupun perempuan memiliki keterbatasan-
keterbatasan yang jika digabungkan akan terjalin kerja sama yang baik.
8
Nasrudin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 178
7
Manfaat yang dapat diambil dari metode ini adalah mufasir berusaha meneliti,
menggali, menemukan dan mencari titik temu di antara perbedaan- perbedaan itu
apabila dimungkinkan, dan mentarjih salah satu pendapat setelah membahas
kualitas argumentasi masing-masing dengan menggunakan metode ini, dapat
diketahui kecendrungan para mufasir serta faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi mereka berpendapat demikian, sehingga seseorang dapat terbahas
dari berlaku taklid dalam menerima dan memahami tafsir.
Adapun metode yang digunakan dalam menerapkan metode perbandingan
pendapat mufasir ini, sebagaimana dikemukakan oleh Nasharuddin Baidan yaitu:
a. Menghimpun sejumlah ayat yang dijadikan objek studi tanpat menoleh terhadap
redaksinya, mempunyai kemiripan atau tidak.
b. Melacak berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut.
c. Membandingkan pendapat-pendapat mereka untuk mendapatkan informasi
berkenaan dengan identitas dan pola berpikir dari masing-masing mufasir, serta
kecendrungan-kecendrungan dan aliran-aliran yang mereka anut.9
9
Ibid, h. 251
10
M. Quraish Shihab dkk., Sejarah dan Ulum Al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013) h. 192
11
Ahmad Izzan, Metodologi Ilou Tafsir, (Bandung: Tafakkur, 2015) h. 114
8
Samsurrohman di dalam bukunya menambahkan mufassir yang juga
menggunakan metode ini antara lain Ibnu Jarir Ath-Thabari dengan Tafsirnya Jami Al-
Bayan fi Ta'wil Al-Qur'an, juga Ibnu Katsir dengan Tafsirnya Tafsir Al-Qur'an Al-
Azhim, juga Asy- Syinqithiy dengan Tafsirnya Adhwa Al-Bayân fi Idhah Al-Qur'an bi
Al-Qur'an dan Abu Abdirrahman Ibnu Uqail Azh-Zhahiri dengan Tafsirnya Tafsir At-
Tafsir.12
12
Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Amzah, 2014) h. 123
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode muqaran adalah metode yang membandingkan ayat-ayat Al-Qur'an
yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi yang berbicara tentang masalah atau
kasus yang berbeda dan yang memiliki redaksi yang berbeda bagi masalah atau kasus
yang sama atau diduga sama. Yang termasuk juga dalam objek bahasan metode ini
adalah membandingkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan hadis-hadis Nabi Saw, yang
tampaknya bertentangan, serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir
menyangkut penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an. Karakteristik tafsir muqaran meliputi:
- Perbandingan Tafsir
- Konteks Historis
- Kritis dan Analitis
- Keberagaman Pendekatan
- Menghormati Pendapat Ulama:
Secara global, tafsir muqaran antar ayat dapat diaplikasikan pada ayat-ayat al-
Quran yang memiliki dua kecenderungan. Pertama adalah ayat-ayat yang memiliki
kesamaan redaksi, namun ada yang berkurang ada juga yang berlebih. Kedua adalah
ayat-ayat yang memiliki perbedaan ungkapan, tetapi tetap dalam satu maksud. kajian
perbandingan ayat dengan ayat tidak hanya terbatas pada analisis redaksional (mabahits
lafzhiyat) saja, melainkan mencakup perbedaan kandungan makna masing-masing ayat
yang diperbandingkan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat berisikan tentang tafsir muqarran.
Makalah ini pun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang dicapai.
Adapun kiranya terdapat kritik, maupun saran digunakan sebagai penunjang pada
makalah ini dapat di sampaikan. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
11