Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TAFSIR MUQARRAN
Disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Mazahibut Tafsir II

Dosen Pengampu :
Islamiyah M.Ag

Disusun oleh:
Nadhila Syavira (211920)
Rahma Dewi H (211926)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah kesempatan dan
pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Tafsir
Muqarran”.
Penulis dengan penuh rendah hati mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada
bapak “Islamiyah M.Ag” selaku dosen mata kuliah Mazahibut Tafsir II yang telah banyak
memberikan atensi dan waktunya serta sabar dalam memberikan ilmu sesuai dengan bidang ilmu
yang diajarkan.
Kami sebagai penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjungpinang, 20 Oktober 2023

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2


A. Pengertian Tafsir Muqarran................ ..................... ...............................................2
B. Karakteristik Tafsir Muqarran... ............................................................................. 3
C. Contoh Tafsir Muqarran ......................... .................................................................4
D. Karya-karya Yang Menggunakan Metode Muqarran ............................................. 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 10


A. Kesimpulan............................................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perjalanan waktu dari satu generasi ke generasi berikutnya penafsiran


Al-Qur'an akan selalu berbeda. Ini disebabkan oleh latar belakang perbedaan tingkat
kecerdasan, daya nalar, kepentingan serta kapasitas ilmiah, motivasi mufassir,
perbedaan misi yang diemban, perbedaan masa, lingkungan serta perbedaan situasi dan
kondisi dari setiap mufasir. Kesemuanya menimbulkan berbagai corak penafsiran yang
berkembang menjadi aliran yang bermacam-macam dengan metode-metode yang
berbeda-beda. Dengan latar belakang pemikiran di atas, maka masalah pokok yang
dibahas adalah menyangkut berbagai metode yang digunakan mufassir dalam
menafsirkan ayat-ayat Qur'an. Secara umum, ada empat metode yang biasa digunakan
oleh para mufassir dalam menafsirkan Al-Qur'an. Metode-metode tersebut adalah
sebagai berikut: Metode Tahlili/ Analisis, Metode Maudhu'i. Metode Ijmali/Global, dan
Metode. Muqarron. Pembahasan makalah ini, lebih ditekankan pada pembahasan
tentang metode muqaran yang meliputi pengertian, Karakteristik, contoh tafsir
muqarran, dan karya-karya tafsir metode ini.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tafsir muqarran
2. Apa karakteristik tafsir muqarran
3. Bagaimana contoh tafsir muqarran
4. Apa saja karya-karta yang menggunakan tafsir muqarran

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian tafsir muqarran
2. Untuk mengetahui karakteristik tafsir muqarran
3. Untuk mengetahui karakteristik tafsir muqarran
4. Untuk mengetahui karya-karta yang menggunakan tafsir muqarran

1
H. Muhammad Husin, "Metodologi Penafsiran Al-Qur'an", Dalam Jurnal Darussalam, Vol. 7 No. 2. 2008, h.
94

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Muqarran


Muqaran berasal dari kata qarana-yuqârinu-muqåranatan yang artinya
menggandeng, menyatukan atau membandingkan, kalau dalam bentuk masdar artinya
perbandingan. Sedangkan menurut istilah, metode muqaran adalah mengemukakan
penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis oleh sejumlah para mufassir. Metode ini
mencoba untuk membandingkan ayat-ayat Al-Qur'an antara yang satu dengan yang lain
atau membandingkan ayat Al-Qur'an dengan hadis Nabi serta membandingkan
pendapat ulama menyangkut penafsiran ayat-ayat Al- Qur'an.2
Nasaruddin Baidan di dalam bukunya menuturkan bahwa Tafsir Muqaran
adalah tafsir yang menggunakan cara perbandingan atau komparasi. Bahwa yang
dimaksud dengan metode komparatif adalah: metode ini seorang mufassir melakukan
perbandingan antara;
1. Teks ayat-ayat Al-Qur'an yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi dalam
dua kasus atau lebih, atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama,
2. Ayat-ayat Al-Qur'an dengan Hadis yang pada lahirnya terlihat bertentangan.
3. Berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan Al-Qur'an."3

Ansori juga mengungkapkan pendapat yang senada di dalam bukunya bahwa


Metode muqaran adalah metode yang membandingkan ayat-ayat Al-Qur'an yang
memiliki persamaan atau kemiripan redaksi yang berbicara tentang masalah atau kasus
yang berbeda dan yang memiliki redaksi yang berbeda bagi masalah atau kasus yang
sama atau diduga sama. Yang termasuk juga dalam objek bahasan metode ini adalah
membandingkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan hadis-hadis Nabi Saw, yang tampaknya
bertentangan, serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut
penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an. Metode ini oleh mufassir dilakukan dengan jalan
mengambil sejumlah ayat Al-Qur'an kemudian mengemukakan penjelasan para
mufassir baik dari kalangan salaf ataupun khalaf, baik tafsirnya bil ma'tsur maupun bil

2
Nasharuddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. 1, h. 381
3
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur'an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2014), Cet. 3, h. 281

2
ra 'yi, dengan kecenderungan yang berbeda-beda, mengungkap dan membandingkan
satu dengan lainnya, menjelaskan siapa diantara para mufassir yang penafsirannya
dipengaruhi perbedaan madzhab atau yang penafsirannya ditujukan untuk melegitimasi
suatu golongan tertentu atau mendukung aliran tertentu, siapa di antara mereka yang
penafsirannya sangat diwarnai oleh latar belakang disiplin ilmu yang dikuasainya.
Mufassir dengan metode ini dituntut untuk mampu menganalisis pendapat para
mufassir yang ia kemukakan, untuk kemudian mengambil sikap mencari penafsiran
yang dinilai benar dan menolak penafsiran yang tidak dapat diterima oleh rasio
sehingga menjelaskan sikap yang diambilnya. Dengan demikian pembaca akan merasa
puas.4

B. Karakteristik Tafsir Muqarran


Tafsir muqaran adalah suatu jenis tafsir dalam tradisi Islam yang melibatkan
perbandingan atau perpaduan antara berbagai tafsir yang ada untuk memahami makna
suatu ayat atau teks Al-Quran. Karakteristik tafsir muqaran meliputi:5
1. Perbandingan Tafsir: Tafsir muqaran melibatkan perbandingan berbagai tafsir dari
ulama yang berbeda untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif
tentang ayat Al-Quran.
2. Konteks Historis: Tafsir muqaran mempertimbangkan konteks historis dan budaya
di mana berbagai tafsir tersebut ditulis.
3. Kritis dan Analitis: Tafsir muqaran bersifat kritis dan analitis, berusaha untuk
memahami perbedaan pendapat antara ulama dan memeriksa argumentasi mereka.
4. Keberagaman Pendekatan: Ini mencakup berbagai pendekatan tafsir, seperti
pendekatan linguistik, sejarah, teologi, dan hukum, yang digunakan oleh ulama
dalam tafsir mereka.
5. Menghormati Pendapat Ulama: Meskipun membandingkan tafsir, tafsir muqaran
menghormati pandangan ulama dan tidak mencoba untuk menentukan tafsir yang
"benar."6

4
Ansori, Tafsir bil Ra'yi Menafsirkan Al-Qur'an dengan Ijtihad, h. 86-87
5
Azyumardi Azra, Sejarah Dan Ulum Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), cet 2, h. 191
6
Abdul Djalal, Urgensi Tafsir Maudhu'i pada Masa Kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990) hal. 31

3
C. Contoh Tafsir Muqarran
Secara global, tafsir muqaran antar ayat dapat diaplikasikan pada ayat-ayat al-
Quran yang memiliki dua kecenderungan. Pertama adalah ayat-ayat yang memiliki
kesamaan redaksi, namun ada yang berkurang ada juga yang berlebih. Kedua adalah
ayat-ayat yang memiliki perbedaan ungkapan, tetapi tetap dalam satu maksud. kajian
perbandingan ayat dengan ayat tidak hanya terbatas pada analisis redaksional (mabahits
lafzhiyat) saja, melainkan mencakup perbedaan kandungan makna masing-masing ayat
yang diperbandingkan. Disamping itu. juga dibahas perbedaan kasus yang dibicarakan
oleh ayat-ayat tersebut, termasuk juga sebab turunnya ayat serta konteks sosio-kultural
masyarakat pada waktu itu. Berikut ini akan diuraikan ruang lingkup dan langkah-
langkah penerapan metode tafsir muqåran pada masing-masing aspek:
1. Perbandingan Ayat dengan Ayat
Quraish Shihab mempraktikkan penggunaan metode muqåran dengan
membandingkan dua ayat yang mirip secara redaksional, yaitu ayat 126 Surat Ali
"Imrân dengan ayat 10 Surat al-Anfäl.
‫اّللِ ال َْع ِزيْ ِز ا ْْلَكِْي ِم‬ ِ ِ ِ ِ ‫وما جعلَه هاّلل اِاَّل ب ْش هرى لَ ُكم ولِتطْم ِٕى ان قُلُوب ُكم بِهٖ ۗ وما الن‬
ٰ‫اصُر ااَّل م ْن عْند ه‬
ْ ََ ْ ُْ َ َ َ ْ ُ ُٰ ُ َ َ َ َ
Artinya: "Allah tidak menjadikannya (pemberian bala-bantuan itu) melainkan
sebagai kabar gembira bagi kamu, dan agar tenteram hati kamu karenanya. Dan
kemenangan itu hanyalah bersumber dari Allah Yang Maha Perkasa labi Maha
Bijaksana".(Al-Imran 126)

‫اّللَ عَ ِزيْ ٌز َحكِْي ٌم‬ ِ ِ‫وما جعلَه هاّلل اِاَّل بش هرى ولِتطْم ِٕى ان بِهٖ قُلُوب ُك ۗم وما الناصر اِاَّل ِمن عِنْ ِد ه‬
ٰ‫اّلل ۗا ان ه‬
ٰ ْ ُْ ََ ْ ُْ َ َ َ ْ ُ ُٰ ُ َ َ َ َ
Artinya: "Allah tidak menjadikannya (pemberian bantuan itu) melainkan sebagai
kabar gembira dan agar hatimu karenanya menjadi tenteram. Dan kemenangan itu
hanyalah bersumber dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana".(Al-Anfal 10)

Perbedaan antara ayat pertama dan ayat kedua adalah:


- Pertama, dalam surat Ali Imrån dinyatakan ‫ بشرى لكم‬sedangkan dalam surat Al-

Anfäl tidak disebutkan kata ‫لكم‬

- Kedua, dalam surat Ali Imran dinyatakan yakni ‫ ولتطمئن قلوبكم به‬menempatkan kata

setelah ‫ قلوبكم‬sedang dalam surah al-Anfal kata diletakkan sebelum ‫قلوبكم‬

4
- Ketiga, surah Ali Imran ditutup dengan ‫ وما النصر اَّل من عند هللا العزيز اْلكي‬tanpa

menggunakan kata ‫ ان‬sedang surat al-Anfäl ditutup dengan menggunakan ‫ان‬

yang berarti "sesungguhnya" ‫إن هللا عزيز حكيم‬

Ayat al-Anfäl disepakati oleh ulama sebagai ayat yang berbicara tentang
turunnya malaikat pada Perang Badar. Sedang ayat Ali Imran turun dalam konteks
janji turunnya malaikat dalam Perang Uhud. Dalam perang tersebut malaikat tidak
jadi turun karena kaum muslimin tidak memenuhi syarat kesabaran dan ketakwaan
yang ditetapkan Allah ketika menyampaikan janji itu (sebagaimana tersebut di ayat
125). Perbedaan redaksi memberi isyarat perbedaan kondisi kejiwaan dan pikiran
lawan bicara, dalam hal ini kaum muslim. Pada Perang Badar, kaum muslim sangat
khawatir akibat kurangnya jumlah pasukan dan perlengkapan perang. Berbeda
dengan Perang Uhud, jumlah mereka lebih banyak sekitar 700 orang, sehingga
semangat menggelora ditambah keyakinan akan turunnya bantuan malaikat
sebagaimana pada Perang Badar.
Tidak ditemukannya kata ‫ لكم‬pada ayat kedua mengisyaratkan kegembiraan

yang tidak hanya dirasakan oleh pasukan Badar, tapi semua kaum muslimin karena
bukankah kemenangan pada perang itu merupakan tonggak utama kemenangan
Islam di masa datang? Di ayat pertama, penggunaan kata ‫ لكم‬mengisyaratkan bahwa

berita gembira hanya ditujukan kepada yang hadir saja, itupun dengan syarat-syarat.
Didahulukannya atas ‫ قلوبكم‬dalam surat al-Anfal adalah dalam konteks

mendahulukan berita yang menggembirakan untuk menunjukkan penekanan dan


perhatian besar yang tercurah terhadap berita dan janji itu. Berbeda dengan surat
Ali Imrân, konteks ayat itu tidak lagi memerlukan penekanan karena bukankah
sebelumnya hal itu sudah pernah terjadi pada Perang Badar?. Itu pula sebabnya
dalam surat Ali Imrân tidak dipakai kata ‫ إن‬sebagai penguat karena, sekali lagi, ia

tidak diperlukan.7

7
Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan,1999)

5
2. Perbandingan Ayat dengan Hadits
Tentunya, yang sepadan untuk dibandingkan dengan ayat al-Qur'an adalah
hadits yang berkualifikasi shahîh, sehingga hadits dha'if tidak perlu dijadikan
perimbangan dengan ayat al-Qur'an. Salah satu contoh adalah sabagai berikut:
a. Al-Qur’an:
‫ت ِم ْن ُك ِٰل َش ْي ٍء‬ ِ ِ
ْ َ‫ت ْامَراَةً َتَْل ُك ُه ْم َواُْوتي‬
ُّ ‫ّن َو َج ْد‬ِِ ٍ ِ ٍ ِ ٍ ِ َ ُ‫ت ِِبَا ََلْ ُُِت ْط بِهٖ َوِجْئ ت‬ َ ‫ث َغ ْ َْي بَعِْي ٍد فَ َق‬
ْٰ ‫ ا‬. ‫ك م ْن َسبَا ۢبنَ بَا ياق ْي‬ ُّ ْ‫ال اَ َحط‬ َ ‫فَ َم َك‬

‫ش َع ِظْي ٌم‬
ٌ ‫اوََلَا َع ْر‬
Artinya: “Tak lama kemudian burung Hud-hud berkata kepada Nabi Sulaiman:
"Saya mengetahui apa yang Baginda belum tahu, saya baru saja datang dari
negeri Saba membawa berita yang meyakinkan. Saya bertemu seorang ratu
yang memimpin mereka. Seluruh penjuru negeri mendatangkan sembah
kepadanya. Dia mempunyai istana besar." (An-Naml:22-23)

ۗ ۗ
ٌّ ‫ي اوِِشَا ٍل ۚ ُکلُ ْوا ِم ْن ِٰرْزِق َربِٰ ُك ْم َوا ْش ُكُرْوا لَهٗ ۚ بَلْ َدةٌ طَيِٰبَةٌ اوَر‬
‫ب غَ ُف ْوٌر‬ ِ ‫لَ َق ْد َكا َن لِسبَاٍ ِ ِْف َم ْس َكنِ ِه ْم اهيَةٌ ۚ َجن ه‬
ٍ ْ ِ‫اٰت َع ْن اَّي‬
َ
Artinya: "Sungguh, bagi kaum Saba' ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri,
(kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah
negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun." (QS. Saba' 34: Ayat 15)

b. Al-Hadits
‫ما أفلح قوم ولوا أمرهم امراة‬

Artinya: "Tidak pernah spukses (beruntung) suatu bangsa yang menyerahkan


semua urusan mereka kepada wanita." (HR. Bukhori)

Jika diperhatikan secara sepintas, teks hadits di atas bertentangan dengan


kedua ayat terdahulu karena al-Qur'an menginformasikan keberhasilan Ratu
Balqis memimpin negaranya, Saba'. Sebaliknya, hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari menyatakan ketidaksuksesan sebuah negara (manapun) yang
diperintah oleh perempuan. Dengan demikian, perempuan diposisikan pada
kedudukan tidak seimbang dengan laki-laki. Padahal -kecuali Balqis- sejarah

6
dunia dan sejarah peradaban Islam mencatat tokoh-tokoh perempuan yang
sukses memimpin negara, semisal Syajarat al-Durr, pendiri kerajaan Mamluk
yang memerintah wilayah Afrika Utara sampai Asia Barat (1250-1257 M).8
Untuk mengkomparasi dan mengkompromikan kedua teks tersebut
diperlukan kepastian akan kualifikasi hadits tersebut karena ayat tidak
diragukan lagi keotentikannya. Setelah itu dilihat ashâb al-wurûd hadits
tersebut. Pada kasus hadits ini, ashâb al-wurûd-nya adalah saat Rasulullah
mendengar berita bahwa puteri Raja Persia dinobatkan menjadi ratu
menggantikan ayahnya yang mangkat. Berdasarkan itu, tidak mengherankan
jika pemahaman bahwa perempuan tidak pas memimpin negara muncul ke
permukaan. Namun jika dipakai kaidah ‫ العربة بعموم اللفظ َّل خبصوص السبب‬maka akan

dijumpai pemahaman lain.


Melalui analisis kaidah itu terhadap hadits tersebut, maka akan ditemui
bahwa kata ‫ أمراة قوم‬dibentuk dalam format nakirah (indefinite). Itu berarti bahwa

yang dimaksud oleh kata-kata itu adalah semua kaum, semua perempuan, dan
semua urusan. Jadi, terjemahan dari hadits tersebut (kira-kira) berbunyi: "Suatu
bangsa tidak pernah memperoleh sukses jika semua urusan bangsa itu
diserahkan (sepenuhnya kepada kebijakan) wanita sendiri (tanpa melibatkan
kaum pria)". Jika dipahami demikian, maka jelas bahwa sangat wajar kalau
suatu bangsa tidak akan sukses kalau semua bidang yang ada dalam bangsa
tersebut ditangani mutlak oleh perempuan tanpa sedikit pun melibatkan laki-
laki karena baik laki-laki maupun perempuan memiliki keterbatasan-
keterbatasan yang jika digabungkan akan terjalin kerja sama yang baik.

3. Perbandingan Pendapat Mufassir


Dengan menggunakan metode ini, mufasir berupaya membandingkan
penafsiran ulama tafsir, baik ulama salaf maupun ulama khalaf dalam menafsirkan
ayat al-Quran, baik yang bersifat "manqul" maupun yang bersifat "ru'yu". Sebab
dalam menafsirkan ayat-ayat tertentu, ditemukan adanya perbedaan di antara ulama
tafsir. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan hasil ijtihad, wawasan, latar belakang
sejarah, dan sudut pandang masing-masing.

8
Nasrudin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 178

7
Manfaat yang dapat diambil dari metode ini adalah mufasir berusaha meneliti,
menggali, menemukan dan mencari titik temu di antara perbedaan- perbedaan itu
apabila dimungkinkan, dan mentarjih salah satu pendapat setelah membahas
kualitas argumentasi masing-masing dengan menggunakan metode ini, dapat
diketahui kecendrungan para mufasir serta faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi mereka berpendapat demikian, sehingga seseorang dapat terbahas
dari berlaku taklid dalam menerima dan memahami tafsir.
Adapun metode yang digunakan dalam menerapkan metode perbandingan
pendapat mufasir ini, sebagaimana dikemukakan oleh Nasharuddin Baidan yaitu:
a. Menghimpun sejumlah ayat yang dijadikan objek studi tanpat menoleh terhadap
redaksinya, mempunyai kemiripan atau tidak.
b. Melacak berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut.
c. Membandingkan pendapat-pendapat mereka untuk mendapatkan informasi
berkenaan dengan identitas dan pola berpikir dari masing-masing mufasir, serta
kecendrungan-kecendrungan dan aliran-aliran yang mereka anut.9

D. Karya-karya yang Menggunakan Metode Muqarran


Berbeda dengan metode-metode tafsir lainnya yang memiliki banyak contoh,
kitab tafsir yang secara spesifik menggunakan tafsir muqaran relative langka. Beberapa
contoh kitab yang menggunakan pendekatan tafsir al-muqaran antara lain, Durrat at-
Tanzil wa Qurrat at-Ta 'wil karya besar al-Khatib al-Iskafi (w. 420 H/1029 M) dan al-
Burhan fi Tawjih Mutasyabih al-Qur'an karya Taj al-Kirmani (w. 505 11/1111 M).10
Sebenarnya cukup banyak kitab yang membahas ayat-ayat Al-Qur'an dengan
pendekatan metode komparasi, meskipun hanya ayat-ayat tertentu (tidak seluruh ayat).
Sebagian contoh kitab tafsir yang menggunakan pendekatan ini adalah Tafsir al-
Maraghi dan al- Jawahir fi Tafsir al-Qur'an. Kitab tafsir lain yang juga menggunakan
pendekatan sama adalah tafsir Ayatul Ahkam yang membandingkan beberapa pendapat
fuqaha.11

9
Ibid, h. 251
10
M. Quraish Shihab dkk., Sejarah dan Ulum Al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013) h. 192
11
Ahmad Izzan, Metodologi Ilou Tafsir, (Bandung: Tafakkur, 2015) h. 114

8
Samsurrohman di dalam bukunya menambahkan mufassir yang juga
menggunakan metode ini antara lain Ibnu Jarir Ath-Thabari dengan Tafsirnya Jami Al-
Bayan fi Ta'wil Al-Qur'an, juga Ibnu Katsir dengan Tafsirnya Tafsir Al-Qur'an Al-
Azhim, juga Asy- Syinqithiy dengan Tafsirnya Adhwa Al-Bayân fi Idhah Al-Qur'an bi
Al-Qur'an dan Abu Abdirrahman Ibnu Uqail Azh-Zhahiri dengan Tafsirnya Tafsir At-
Tafsir.12

12
Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Amzah, 2014) h. 123

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode muqaran adalah metode yang membandingkan ayat-ayat Al-Qur'an
yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi yang berbicara tentang masalah atau
kasus yang berbeda dan yang memiliki redaksi yang berbeda bagi masalah atau kasus
yang sama atau diduga sama. Yang termasuk juga dalam objek bahasan metode ini
adalah membandingkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan hadis-hadis Nabi Saw, yang
tampaknya bertentangan, serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir
menyangkut penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an. Karakteristik tafsir muqaran meliputi:
- Perbandingan Tafsir
- Konteks Historis
- Kritis dan Analitis
- Keberagaman Pendekatan
- Menghormati Pendapat Ulama:
Secara global, tafsir muqaran antar ayat dapat diaplikasikan pada ayat-ayat al-
Quran yang memiliki dua kecenderungan. Pertama adalah ayat-ayat yang memiliki
kesamaan redaksi, namun ada yang berkurang ada juga yang berlebih. Kedua adalah
ayat-ayat yang memiliki perbedaan ungkapan, tetapi tetap dalam satu maksud. kajian
perbandingan ayat dengan ayat tidak hanya terbatas pada analisis redaksional (mabahits
lafzhiyat) saja, melainkan mencakup perbedaan kandungan makna masing-masing ayat
yang diperbandingkan.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat berisikan tentang tafsir muqarran.
Makalah ini pun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang dicapai.
Adapun kiranya terdapat kritik, maupun saran digunakan sebagai penunjang pada
makalah ini dapat di sampaikan. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Shihab M. Quraish.2013.sejarah dan ulum Al-Qur’an.pustaka firdaus: Jakarta


Husin muhammad.2008. "Metodologi Penafsiran Al-Qur'an.jurnal Darussalam
Baidan Nasharuddin.2005. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Pustaka Pelajar:Yogyakarta.
Baidan Nasrudin. 2002. Metode Penafsiran Al-Qur’an. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Ilyas Yunahar.2014. Kuliah Ulumul Qur'an. Itqan Publishing:Yogyakarta.
Azra Azyumardi.2000. Sejarah Dan Ulum Al-Quran. Pustaka Firdaus.Jakarta
Djalal Abdul.1990. Urgensi Tafsir Maudhu'i pada Masa Kini.Kalam Mulia: Jakarta.
Shihab M. Quraisy.1999. Membumikan Al-Qur’an . Mizan: Bandung
Samsurrohman.2014. Pengantar Ilmu Tafsir. Amzah: Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai