ABSTRAK
Perkembangan teknologi pada saat sekarang ini yang sangat pesat menyebabkan kejahatan baru
bermunculan misalnya kejahatan penghinaan citra tubuh (body shaming) yang dilakukan melalui
media sosial seperti facebook, twitter, instagram, whatsapp dan lain sebagainya. Pengaturan tindak
pidana penghinaan citra tubuh (body shaming) saat ini menggunakan Pasal 27 ayat (3)Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik(UU ITE) dengan merujuk Dalam Pasal 315 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana(KUHP). Artinya apabila perbuatan penghinaan body shaming tersebut
dilakukan dengan menggunakan sarana media sosial maka pelakunya dijerat pasal 27 ayat (3) UU ITE,
dan apabila perbuatan penghinaan body shaming tersebut dilakukan secara langsung dihadapan orang
itu maka pelakunya dijerat Pasal 315 KUHP dengan status penghinaan ringan, dan kejahatan
penghinaan body shaming ini bersifat delik aduan.
ABSTRACT
Technological defelopments at this time are very fast causing new crimes to appear such as crimes of
bodily insults commited through social media as facebook, twitter, instagram, whatsaap and so forth.
The regulation of the crime of insulting body image is currently using article 27 paragraph 3 of
information law and electronic (UU ITE) transactions by referring to article 315 of the criminal law
(KUHP).It means that if the body image insulting act is carried out using social media means the
culprit is charged under article 27 paragraph 3 UU ITE, and if the body image insulting act is carried
out directly in front of that person then the culprit is charged with article 315 KUHP with mild insult
status, and insulting crime this body image is offensive to complaint.
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 288
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
berekspresi online se-Asia tenggara yang tugas penelitian ini adalah sumber bahan hukum
utamanya adalah mendorong dan menjaga primer, sekunder dan tersier.
kemerdekaan berekspresi, khususnya di media a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan
online. Menyebutkan bahwa sampai 31 oktober hukum yang mengikat danautoritatif yang
2018 terdapat sekitar 381 korban yang dijerat berasal dari pemerintah sebagai pemegang
dengan Undang-Undang ITE khusunya otoritas seperti peraturan perundang-
Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 28 ayat (2) dengan undangan.
persentase 90 persen dijerat dengan tuduhan b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu sumber
pencemaran nama baik, sisanya dengan hukum sebagai pendukung yang berkaitan
tuduhan ujaran kebencian (hatespeech). dengan bahan hukum primer, seperti
Berkaitan dengan tindakan penghinaan Body rancangan undang- undang, hasil-hasil
Shaming ada 966 kasus penghinaan citra tubuh penelitian, jurnal, buku, website, internet,
(body shaming) yang ditangani polisi dari koran dan majalah.
seluruh Indonesia sepanjang 2018, sebanyak c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan
347 kasus di antaranya selesai, baik melalui hukum yang memberikan petunjuk maupun
penegakkan hukum maupun pendekatan penjelasan terhadap bahan hukum primer
mediasi antara korban dan pelaku. dan bahan hukum sekunder misalnya
Perbuatan body shaming merupakan Kamus ensiklopedia, KBBI, indeks
bagian dari tindak pidana yang dapat kumulatif dan sebagainya.
dipertanggungjawabkan secara hukum karena
tujuan adanya hukum yaitu untuk mencapai 3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
suatu keadilan dan kepastilan hukum dalam Dalam penelitian ini telah
masyarakat. Meskipun awalnya body shaming mengutarakan metode dan pendekatan yang
ini dianggap hanya sebatas candaan namun digunakan yaitu metode penelitian normatif
karna semakin hari banyak korban akibat dengan menggunakan pendekatan perundang-
perbuatan tersebut dan sangat meresahkan undangan. Perundangan-undangan dalam hal
masyarakat maka pemerintah sangat peka ini meliputi baik yang berupa regulasi maupun
terhadap persoalan ini sehingga akhirnya keputusan atau kebijakan yang diambil oleh
pemerintah mengkaji dan menetapkan delik pemerintah. Oleh karena itu, untuk
bagi para pelaku kejahatan body shaming memecahkan suatu isu hukum, penulis harus
tersebut sebagai solusi dalam mencegah dan sekian menelusuri banyak produk peraturan
mengurangi potensi kejahatan semacam ini perundang-undangan.
dikemudian hari. Analisis Bahan Hukum Berdasarkan
isu hukum yang dibahas oleh penulis tentang
penghinaan citra tubuh (body shaming) maka
2. METODE PENELITIAN tentu yang harus dilakukan pertama sekali
yaitu dengan menganalisis bahan hukum
1. Metode primer berupa peraturan perundang-undangan
Berdasarkan judul skripsi, rumusan seperti, UUD 1945, KUHP dan UU ITE yang
masalah dan tujuan penelitian yang diteliti oleh berkaitan dengan topik permasalahan,
Penulis maka metode yang digunakan oleh kemudian berikutnya yang harus dianalis yaitu
penulis adalah metode penelitian normatif bahan hukum sekunder dan bahan hukum
dengan menggunakan pendekatan perundang- tersier yang dimaksudkan sebagai pendukung
undangan (statute approach). Yang artinya penyempurnaan seperti buku-buku hukum,
suatu penelitian yang dilakukan dengan jurnal hukum, internet, kamus hukum,
menganalisis dan menelusuri bahan ensiklopedia dan sebagainya. Kemudian
kepustakaan. (Peter Mahmud Marzuki, diolah secara kualitatif sehingga menghasilkan
2005:133). data yang bersifat deskriptif.
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 289
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 290
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 291
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
dalam implementasinya Pasal ini juga tetap ketentuan Pasal 27 ayat (3) yang merujuk pada
merujuk pada Pasal 315 KUHP yang ketentuan Pasal 315 KUHP sebagai tindakan
dikategorikan sebagai penghinaan ringan yang penghinaan ringan dengan ketentuan pidana
bersifat delik aduan. Contoh penghinaan body dalam Pasal 45 ayat (3) Undang-Undang
shaming yang dapat diketahui sehari-hari Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas
sebagai berikut: Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
“kok iteman sih lllu sis…” Unsur-unsur tindak pidana ITE dalam Pasal 27
“itu alis apa jalan tol sih sis? Hihihi.” ayat (3) yaitu:
“ih gemukan yah, pipinya chubby gitu tambah a. Kesalahan : dengan sengaja
perutnya gede banget” b. Melawan hukum : tanpa hak
“noh bibir lebar banget sih..” c. Perbuatan : mendistribusikan dan/atau
Contoh-contoh penghinaan body mentransmisikan
shaming seperti ini saja yang biasa kita ketahui d. Objek : informasi
sehari-hari dapat dijerat dengan menggunakan e. Tujuan : untuk menyerang kehormatan dan
pasal 27 ayat (3) apabila perbuatan itu nama baik seseorang berupa menghina baik
dilakukan dengan menggunakan sarana media secara fisik maupun secara non fisik.
dan apabila dilakukan secara langsung atau Contoh Kasus Penghinaan Citra Tubuh
dimuka orang itu sendiri maka dapat dijerat (Body Shaming) Dan Penyelesaiannya Secara
dengan Pasal 315 KUHP. Hukum dapat diuraikan dibawah ini sebagai
berikut:
4.2. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Rabu, 2 Januari 2019 pemain sinetron
Pelaku Penghinaan Citra Tubuh (Body anjasmara menggungah foto di akun Instagram
Shaming) tentang dirinya yang melaporkan akun
Instagram @corissa.putrie ke Polres Metro
Pertanggungjawaban pidana Jakarta Selatan karena komentarnya di salah
merupakan suatu bentuk untuk menemukan satu foto unggahan Dian Nitami, istrinya.
apakah seorang tersangka atau terdakwa Dalam foto Dian Nitami tersebut, akun yang
dipertanggungjawabkan atas suatu tindak bernama @corissa.putrie berkomentar: “itu
pidana yang telah terjadi. Dengan kata lain idung ny jelek… bgt.. melar bgt.. jempol kaki.
pertanggungjawaban pidana adalah suatu Jg bisa masuk.. waduh.. operasii lha.. katanya
bentuk yang menentukan apakah seseorang artis.. masa duit buat perbaiki hidung gag ada..
tersebut di bebaskan atau dipidana. (Roeslan waduh..”
Saleh, 1982:58). Sebelum melaporkan ke polisi,
Pertanggungjawaban pidana pada Anjasmara sempat mengancam akun tersebut
dasarnya dapat dipertanggungjawabkan kepada untuk meminta maaf melalui koran kompas.
diri seseorang pelaku tindak pidana harus Kasus ini berawal dari unggahan foto Dian
memenuhi 4 (empat) persyaratan sebagai Nitami pada Desember 2018 silam. Dian
berikut: mengunggah potret dirinya yang sedang
1. Ada suatu tindakan (comission atau memegang payung disertai dengan captions
omission) oleh pelaku bahasa inggris lewat akun pribadinya
2. Yang memenuhi rumusan- rumusan delik @bu_deedee. Lalu, akun @corissa putrie
dalam undang- undang terang-terangan menyinggung bahwa hidung
3. Dan tindakan itu bersifat “melawan hukum” Dian Nitami bisa dimasuki jempol kaki seperti
serta Pelakunya harus dapat pada komentarnya di atas.
dipertanggungjawabkan. (Barda Nawawi, Lalu, selang beberapa hari setelah
2002:73). kasus ini muncul, Anjasmara suami dari Dian
Bentuk pertanggungjawaban pidana Nitami tidak terima dengan perlakuan seperti
terhadap pelaku tindak pidana penghinaan itu kepada istrinya. Oleh karena pelakunya tak
khusunya penghinaan ringan berupa kunjung minta maaf secara terbuka maka artis
penghinaan citra tubuh (body shaming) di senior tersebut melaporkan akun instagram
media sosial berdasarkan asas lex specialis tersebut ke Satreskrim Polres Metro Jakarta
derogat legi generari mengacu kepada Selatan. Kemudian Polisi sudah menerima
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 292
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 293
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
kejahatan yang dilakukan di dunia maya yaitu, adanya perbuatan dan kesalahan yang
dapat dibuktikan melalui: dilakukan, adanya tindakan melawan
a. Alat bukti berupa informasi yang hukum, adanya objek dan tujuan yang
diucapkan, dikirim, diterima, atau di simpan hendak dicapai.
secara elektronik dengan alat optik atau Apabila unsur-unsur ini terpenuhi
yang serupa dengan itu; dan maka pelaku dapat dikenakan sanksi pidana
b. Dokumen, yakni setiap rekaman data atau sesuai Pasal penghinaan yang tercantum dalam
informasi yang dilihat, dibaca, dan/atau di KUHP maupun yang tercantum dalam UU
dengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau ITE.
dengan bantuan suatu sarana teknologi, baik
yang tertuang di atas kertas, benda fisik 5.2. Saran
apapun selain kertas, maupun yang Berdasarkan pembahasan yang telah
terekam secara elektronik yang berupa diuraikan di atas, maka penulis memberikan
tulisan, suara, gambar,foto, dan lain beberapa saran sebagai berikut:
sebagainya. 1. Dengan semakin meningkatnya kejahatan
Oleh karena itu, kejahatan penghinaan tindak pidana penghinaan body shaming ini
citra tubuh (body shaming) dapat dibuktikan di media social maupun didalam
secara pembuktian elektronik seperti yang masyarakat maka seharusnya pemerintah
sudah dijelaskan di atas dengan merujuk pada bersama dewan perwakilan rakyat merevisi
sistem pembuktian yang tercantum dalam kembali Undang-Undang Informasi dan
Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Transaksi Elektronik dengan memuat satu
pasal yang mengatur secara khusus tentang
tindak pidana kejahatan body shaming
5. KESIMPULAN DAN SARAN supaya dalam penanganannya bisa lebih
efisien dan tidak menimbulkan multi tafsir.
5.1. Kesimpulan 2. Untuk mencapai rasa keadilan dalam
Berdasarkan hasil penelitian dan masyarakat sebaiknya pemerintah atau
pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya penegak hukum harus berlaku adil dalam
terhadap masalah pokok tersebut dapat di menjatuhkan hukuman terhadap pelaku
tarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut: penghinaan body shaming. Sebaiknya
1. Body shaming merupakan tindakan pemerintah segera merevisi Pasal 45 ayat
mengejek atau menghina dengan (3) UU ITE tentang ketentuan pidana
mengomentari fisik (bentuk maupun dengan menyesuaikan pidana yang setimpal
ukuran tubuh) dan penampilan seseorang. dengan perbuatan yang dilakukan oleh
Pelaku kejahatan tindak pidana body pelaku.
shaming akan dijerat Pasal 315 KUHP 3. Sebaiknya pemerintah dan lembaga terkait
tentang pasal penghinaan ringan apabila perlu menyederhanakan undang-undang
kejahatan itu dilakukan secara langsung yang digunakan dalam menangani kasus
atau dimuka orang itu sendiri dengan kejahatan penghinaan body shaming ini
ancaman pidana ringan yaitu pidana agar tidak terjadi perbandingan atau
kurungan atau pidana bebas. Namun, simpang siur dalam penerapannya.
apabila kejahatan body shaming tersebut
dilakukan dengan menggunakan sarana
media sosial seperti facebook, twitter, DAFTAR PUSTAKA
instagram atau whatsapp maka pelakunya
dapat dijerat dengan Pasal 27 ayat (3) Suhariyanto Budi, Tindak Pidana Teknologi
Undang- Undang Informasi dan Transaksi Informasi (Cybercrime) Urgensi
Elektronik dengan ancaman pidana 4 tahun Pengaturan dan Celah Hukumnya,
penjara dan denda sebanyak 750 juta (Jakarta:PT RajaGrafindo
rupiah. Persada,2012).
2. Pertanggungjawaban pidana terhadap Marzuki Peter Mahmud, Penelitian Hukum,
pelaku penghinaan citra tubuh (body (Jakarta:Prenada Media Group, 2005).
shaming), dapat dilihat dari beberapa unsur
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 294
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
Jurnal Emik, Body Shaming, Citra Tubuh, Saleh Roeslan, Pikiran-Pikiran Tentang
Dampak dan Cara Mengatasinya, Pertanggungjawaban Pidana,
(Univesitas Hasanuddin, 2018). (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1982).
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Arief Barda Nawawi, Kapita Selekta Hukum
Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bandung:Citra Aditya Bakti,
Pidana. 2002).
Pramono Widya, Kejahatan Dibidang Budhijanto Danrivanto, Hukum
Komputer, (Jakarta:Pustaka Sinar Telekomunikasi, Penyiaran dan
Harapan,1998). Teknologi Informasi, (Bandung: PT
Abdul Wahid dan Muhammad Latib, Rafika Aditama, 2013).
Kejahatan Maya Antara (Cybercrime), Syahrani Riduan, Buku Materi Dasar Hukum
(Bandung:PT Rafika Aditama, 2005). Acara Perdata, (Bandung : Citra Aditya Bakti,
2000).
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 295