Case Referat Hepatitis B Dalam Kehamilan
Case Referat Hepatitis B Dalam Kehamilan
Oleh:
PEMBIMBING:
Referat ini telah disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan
Klinik di Bagian/SMFObstetri dan Ginekologi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
PEMBIMBING KLINIK
Ditetapkan di : Kupang
Tanggal : 2015
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan dunia atau WHO memperkirakan bahwa lebih dari 2 miliar orang di dunia terinfeksi
HBV atau pernah terinfeksi HBV dan 350 juta orang di dunia menderita hepatitis kronis oleh
karena infeksi HBV ini, dan 1 juta orang diantaranya meninggal setiap tahunnya akibat penyakit
hati yang berkaitan dengan infeksi HBV. Penyebaran infeksi HBV kronis sangat bervariasi
mencapai 8-15% dari populasi. Ini berarti di Asia Tenggara memiliki endemisitas yang cukup
tinggi terhadap hepatitis B. Sebagian besar penyebaran infeksi HBV terkait dengan usia pada
Gambar 1. Prevalensi infeksi hepatitis B pada anak-anak 5-9 tahun (2005) (5)
Page 3
Gambar 2. Prevalensi infeksi hepatitis B pada orang dewasa 19-49 tahun (2005) (5)
Di daerah endemik, infeksi HBV dominan pada periode perinatal atau pada anak usia
dini. Infeksi kronis jauh lebih mungkin terjadi pada pasien bayi (90%) dan anak-anak (30%)
Page 4
sedangkan tingkat infeksi akut lebih sering ditemukan pada orang dewasa, namun tingkat
pengembangan dari infeksi akut menjadi infeksi kronis kurang dari 5% untuk pasien dewasa
Resiko penularan infeksi HBV dari ibu ke bayi berhubungan dengan status replikasi dari
virus itu sendiri yang dapat diihat dari adanya HBeAg pada ibu. Pada ibu dengan HBeAg positif,
90% mereka menularkan infeksi HBV pada anak mereka dibandingkan dengan anak dari ibu
Penularan infeksi dari ibu ke anak dikenal sebagai infeksi perinatal (periode perinatal
dimulai dari 28 minggu kehamilan dan berakhir pada 28 hari setelah melahirkan). Oleh karena
itu, istilah "transmisi perinatal" tidak benar-benar termasuk infeksi dan dengan demikian dapat
diganti dengan istilah "penularan ibu ke anak (MTCT/mother to child transmission)" yang
mempertimbangkan semua infeksi HBV baik sebelum lahir, pada saat lahir dan pada anak usia
dini. Untuk bayi baru lahir yang ibunya positif (HBsAg dan HBeAg) dengan tidak diberikannya
imunisasi setelah lahir, risiko untuk infeksi HBV kronis adalah 70% hingga 90% pada usia 6
bulan. Vaksinasi HBV dapat mencegah 70% -95% dari infeksi HBV pada bayi yang lahir dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi dari hepar yang dapat disebabkan oleh terpaparnya hepar
Page 5
dengan bahan kimia tertentu, penyakit autoimun, atau infeksi bakteri tetapi paling sering
1. Bila ibu mengidap HBsAg positif untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan dan tetap positif
2. Bila status HbsAg positif tidak disertai dengan peningkatan SGOT/PT maka, status ibu
3. Bila disertai dengan peningkatan SGOT/PT pada lebih dari 3 kali pemeriksaan dengan
interval pemeriksaan setiap 2-3 bulan, maka status ibu adalah penderita hepatitis B
kronik.
4. Status HbsAg positif tersebut dapat disertai dengan atau tanpa HBeAg positif. (4)
Infeksi hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B virus (HBV), sebuah virus DNA
berkapsul yang dapat menginfeksi hepar dan menyebabkan nekrosis hepatoselular dan inflamasi.
HBV adalah salah satu virus terkecil yang diketahui dapat menginfeksi manusia, dan masih
termasuk ke dalam famili hepadnavirus. HBV juga dikenal sebagai virus onkogenik karena
merupakan salah satu fator resiko terbesar untuk terjadinya hepatoseluler karsinoma. Virus ini
dapat bersirkulasi dalam serum manusia (berukuran 42 nm), double-shelled particle, dengan
HBsAg yang merupakan komponen diluar kapsul dan komponen didalam nukleokapsul adalah
hepatitis B core antigen (HBcAg). HBV DNA dapat dideteksi dalam serum dan dapat digunakan
2.3. Patogenesis
Infeksi virus HBV biasanya ditularkan melalui perkutaneus atau mukosa yang terpapar
Page 6
dengan darah yang terinfeksi dan berbagai cairan tubuh lainnya, termasuk saliva, darah
menstruasi, cairan vagina, dan cairan mani.(5) Menurut teori, ada tiga rute yang mungkin untuk
a. Melewati barrier plasenta: darah ibu yang mengandung HbeAg positif dapat melewati
plasenta yang dapat diinduksi oleh kontraksi uterus selama kehamilan dan gangguan
b. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa HBV- DNA ada pada oosit wanita yang terinfeksi dan
sperma dari pria yang terinfeksi. Oleh karena itu, janin dapat terinfeksi HBV sejak konsepsi jika
c. Kemungkinan lain transmisi intrauterin selain melalui darah ibu adalah melalui sekret
Transmisi HBV dari ibu ke janin saat persalinan dipercaya karena akibat dari terpaparnya
janin dengan sekret serviks dan darah yang terinfeksi saat persalinan.(1)
Infeksi HBV dapat terjadi postnatal, bukan hanya karena transmisi dari ibu ke bayi namun
dapat pula antar anggota keluarga yang terinfeksi ke bayi. Selain itu, meskipun HBV-DNA
ada pada ASI ibu yang terinfeksi, menyusui bayi mereka bukan merupakan resiko
tambahan untuk transmisi HBV asalkan sudah diberikan imunoprofilaksis atau imunisasi
sesaat setelah lahir dan diberikan sesuai jadwal. Tidak perlu menunda menyusui hingga
Page 7
Fase pre-ikterik atau fase prodormal dari gejala awal sampai fase ikterik biasanya
berkisar antara 3 hingga 10 hari. Fase ini biasanya tidak memiliki gejala spesifik, namun
biasanya pasien merasa tidak enak badan, anorexia, mual, muntah, nyeri perut pada
kuadran kanan atas, demam, sakit kepala, myalgia, rash pada kulit, arthralgia dan
arthritis, dan urin berwarna gelap, gejala-gejala ini dapat terjadi 1 sampai 2 hari sebelum
fase ikterik. Fase ikterik biasanya terjadi selama 1 hingga 3 minggu dan ditandai dengan
ikterik, feses yang berwarna pucat atau keabu-abuan, dan hepatomegali (splenomegali
Hepatitis B akut terdiri dari fase ikterik dan fase resolusi. Fase ikterik ditandai dengan
sklera menjadi kuning dengan waktu rata-rata 90 hari sejak terinfeksi sampai menjadi
kuning. Pada pasien dengan bilirubin lebih dari 10 mg/dL, keluhan lemas dan kuning
biasanya berat dan keluhan dapat bertahan sampai beberapa bulan sebelum resolusi
sempurna. Gejala akut dapat berupa mual, muntah, nafsu makan menurun, demam, nyeri
perut dan ikterik.(7) McMahon dkk, melaporkan hanya sekitar 30-50% orang dewasa
mengalami fase ikterik pada hepatitis B akut, sedangkan pada bayi dan anak-anak lebih
jarang terjadi ikterik pada hepatitis B akut. Resolusi dari hepatitis B akut berhubungan
dengan eliminasi virus dari darah dan munculnya anti-HBs.(8) Pasien hepatitis B akut
dengan sistem imun yang baik dapat sembuh spontan pada lebih dari 95% pasien,
sedangkan sisanya dapat berkembang menjadi infeksi hepatitis B kronik atau hepatitis
Secara sederhana manifestasi klinis Hepatitis B Kronik dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
Page 8
1 Hepatitis B kronik aktif. HbsAg positif dengan DNA VHB lebih dari 10 5 IU/ml didapatkan
kenaikkan ALT (alanin aminotransferase) yang menetap atau intermiten. Pada pasien sering
didapatkan tanda-tanda penyakit hati kronis. Pada biopsi hati didapatkan gambaran
peradangan yang aktif. Menurut status HBeAg pasien dikelompokkan menjadi Hepatitis B
2 Carrier VHB Inaktif ( Inactive HBV Carrier State). Pada kelompok ini HBsAg positif
dengan titer DNA VHB yang rendah yaitu kurang dari 105 IU/ml. Pasien menunjukkan
Pada hepatitis B tidak semua orang memiliki gejala dan tidak mengetahui dirinya telah
terinfeksi, khususnya pada anak-anak. Kebanyakan pada orang dewasa gejalanya terjadi setelah
3 bulan paparan. Jika telah kronis akan memunculkan gejala yang sama dengan infeksi akut
setelah bertahun-tahun.(10)
Masa Inkubasi infeksi hepatitis B adalah 90 hari (rata-rata 60-150 hari). Onset
penyakit ini sering tersembunyi dengan gejala klinik yang tergantung usia penderita.
Kasus yang fatal dilaporkan di USA sebesar 0,5-1 %. Sebagian infeksi akut VHB pada
dari darah dan produksi anti HBs yang dapat memberikan imunitas untuk infeksi
berikutnya. Diperkirakan 2-10 % infeksi VHB menjadi kronis dan sering bersifat
asimptomatik dimana 15-25 % meninggal sebelum munculnya sirosis hepatis atau kanker
hati. Gejala akut dapat berupa mual, muntah, nafsu makan menurun, demam, nyeri perut
Page 9
2.4.3 Laboratorium (11)
2.5 Penatalaksanaan
Profilaksis pada wanita hamil yang telah tereksposure dan rentan terinfeksi adalah
sebagai berikut:
VHB untuk imunisasi pre-post eksposure yaitu Recombivax HB dan Engerix-B. Dosis
Page 10
HBIg yang diberikan 0,06 ml/kgBB IM pada lengan kontralateral.
Untuk profilaksis setelah tereksposure melalui perkutan atau luka mukosa, dosis kedua
Pada kontak seksual, jarum suntik dan kontak nonseksual dalam rumah dengan penderita
kronis VHB dapat diberikan profilaksis post eksposure dengan vaksin hepatitis B dengan
dosis tunggal.(12)
Wanita hamil dengan carrier VHB dianjurkan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Tidak memakai bersama alat-alat yang dapat terkontaminasi darah seperti sikat gigi, alat
Memberikan informasi pada ahli anak, kebidanan dan laboratorium bahwa dirinya
Pastikan bayinya mendapatkan HBIg saat lahir, vaksin hepatitis B dalam 1 minggu
Beberapa obat antiviral Hepatitis B yang direkomendasikan pada ibu hamil menurut
American Association for the Study of Liver Disease Practice Guidelines Committee
Page 11
2.5.2 Pada Saat Persalinan
Persalinan pengidap VHB tanpa infeksi akut tidak berbeda dengan penanganan persalinan
umumnya.(13)
Pada infeksi akut VHB dan adanya hepatitis fulminan persalinan pervaginam usahakan
dengan trauma sekecil mungkin dan rawat bersama dengan spesialis penyakit dalam
(spesialis hepatologi). Gejala hepatitis fulminan antara lain sangat ikterik, nyeri perut
kanan atas, kesadaran menurun, dan hasil pemeriksaan urin; warna seperti teh pekat,
Page 12
urobilin dan bilirubin positif, pada pemeriksaan darah selain urobilin dan bilirubin positif,
Pada ibu hamil dengan Viral Load tinggi dapat dipertimbangkan pemberian HBIG atau
lamivudin pada 1 – 2 bulan sebelum persalinan. Mengenai hal ini masih ada beberapa
pendapat yang menyatakan lamivudin tidak ada pengaruh pada bayi, tetapi ada yang
Persalinan sebaiknya jangan dibiarkan berlangsung lama, khususnya pada ibu dengan
HbsAg positif. Wong menyatakan persalinan berlangsung lebih dari 9 jam, sedangkan
kemungkinan penularan VHB intrauterin. Persalinan pada ibu hamil dengan titer VHB
tinggi (3,5 pg/ml) atau HbsAg positif, lebih baik seksio sesarea. Demikian juga jika
persalinan yang lebih dari 16 jam pada pasien pengidap HbsAg positif.(13)
Menyusui bayi tidak merupakan masalah. Pada penelitian telah dibuktikan bahwa
penularan melalui saluran cerna membutuhkan titer virus yang jauh lebih tinggi dari
penularan parenteral.(13)
populasi, angka prevalensi berkisar 7-10%. Pada ibu hamil yang menderita Hepatitis B,
transmisi vertikal dari ibu ke bayinya sangat mungkin terjadi, apalagi dengan hasil
pemeriksaan darah HbsAg positif untuk jangka waktu 6 bulan, atau tetap positif selama
kehamilan dan pada saat proses persalinan, maka risiko mendapat infeksi hepatitis kronis
Page 13
pada bayinya sebesar 80 sampai 95%. Perlu adanya komunikasi aktif antara ibu, dengan
dokter kandungan, dokter anak, atau dengan bidan penolong agar memanajemen terhadap
spesialis kebidanan & kandungan dan spesialis anak. Satu minggu sebelum taksiran
imunoglobulin hepatitis B. Pada saat partus, dokter spesialis anak ikut mendampingi,
apabila ibu hamil ingin persalinan diltolong bidan, hendaknya bidan diberitahukan
masalah ibu tersebut, agar bidan dapat juga memberikan imunisasi yang diperlukan. Ibu
yang menderita hepatitis akut atau test serologis HBsAg positif, dapat menularkan
Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml segera setelah lahir, seyogyanya
dalam 12 jam sesudah lahir disusul dosis ke-2, dan ke-3 sesuai dengan jadwal imunisasi
hepatitis.
Bila tersedia pada saat yang sama beri Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU IM (0,5 ml)
disuntikkan pada paha yang lainnya, dalam waktu 24 jam sesudah lahir (sebaiknya dalam
Mengingat mahalnya harga immunoglobulin hepatitis B, maka bila orang tua tidak
mempunyai biaya, dilandaskan pada beberapa penelitian, pembelian HBIg tersebut tidak
Yakinkan ibu untuk tetap menyusui dengan ASI, apabila vaksin diatas sudah diberikan
(Rekomendasi CDC), tapi apabila ada luka pada puting susu dan ibu mengalami Hepatitis
Page 14
Tatalaksana khusus sesudah periode perinatal :
a. Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HBsAg berkala pada usia 7 bulan (satu bulan setelah
1) Bila pada usia 7 bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan ulang anti HBs
2) Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis vaksinasi dan satu
bulan kemudian diulang pemeriksaan anti HBs. Bila anti HBs positif, dilakukan
pemeriksaan yang sama pada usia 1, 3, dan 5 tahun seperti pada butir a.
3) Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap negatif, bayi
dinyatakan sebagai non responders dan memerlukan pemeriksaan lanjutan yang tidak
4) Bila pada usia 7 bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif, dilakukan pemeriksaan
HBsAg ulangan 6 bulan kemudian. Bila masih positif, dianggap sebagai hepatitis kronis
dan dilakukan pemeriksaan SGOT/PT, USG hati, alfa feto protein, dan HBsAg, idealnya
b. Bila HBsAg positif selama 6 bulan, dilakukan pemeriksaan SGOT/PT setiap 2-3 bulan. Bila
SGOT/PT meningkat pada lebih dari 2 kali pemeriksaan dengan interval waktu 2-3 bulan,
Dilaporkan 10-20 % ibu hamil dengan HBsAg positif yang tidak mendapatkan
seropositif untuk HBsAg dan HBeAg menularkan virus secara vertikel kepada janinnya dengan
Page 15
insiden ± 10 % pada trimester I dan 80-90% pada trimester III. Adapun faktor predisposisi
risiko kematian akibat sirosis atau kanker hati sebesar 15-25 % pada usia dewasa
nantinya. Infeksi VHB tidak menunjukkan efek teratogenik tapi mengakibatkan insiden
Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) dan Prematuritas yang lebih tinggi diantara ibu
hamil yang terkena infeksi akut selama kehamilan. Dalam suatu studi pada infeksi
hepatitis akut pada ibu hamil (tipe B atau non B) menunjukkan tidak ada pengaruh
terhadap kejadian malformasi kongenital, lahir mati atau stillbirth, abortus, ataupun
malnutrisi intrauterine. Pada wanita dengan karier VHB tidak akan mempengaruhi
janinnya, tapi bayi dapat terinfeksi pada saat persalinan (baik pervaginam maupun
perabdominal) atau melalui ASI atau kontak dengan karier pada tahun pertama dan kedua
kehidupannya. Pada bayi yang tidak divaksinasi dengan ibu karier mempunyai
sampai 40% menjadi karier jangka panjang dengan risiko sirosis dan kanker hepar
Ibu hamil yang karier VHB dianjurkan untuk memberikan bayinya Imunoglobulin
Hepatitis B (HBIg) sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 12 jam sebelum disusui
untuk pertama kalinya dan sebaiknya vaksinasi VHB diberikan dalam 7 hari setelah lahir.
Page 16
Imunoglobulin merupakan produk darah yang diambil dari darah donor yang memberikan
imunitas sementara terhadap VHB sampai vaksinasi VHB memberikan efek. Vaksin
hepatitis B kedua diberikan sekitar 1 bulan kemudian dan vaksinasi ketiga setelah 6 bulan
Tes hepatitis B terhadap HBsAg dianjurkan pada semua wanita hamil pada saat
kunjungan antenatal pertama atau pada wanita yang akan melahirkan tapi belum pernah
diperiksa HbsAg-nya. Lebih dari 90 % wanita ditemukan HbsAg positif pada skreening
rutin yang menjadi karier VHB. Tetapi pemeriksaan rutin wanita hamil tua untuk
skreening tidak dianjurkan kecuali pada kasus-kasus tertentu seperti pernah menderita
hepatitis akut, riwayat tereksposure dengan hepatitis, atau mempunyai kebiasaan yang
hamil, maka test HbsAg dapat dilakukan pada trimester III kehamilan. HbsAg yang
positif tanpa IgM anti HBc menunjukkan infeksi kronis sehingga bayinya harus mendapat
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Page 17
Umur : 32 Tahun
Alamat : Soe
II. Anamnesis
melalui triase membawa rujukan dari RSUD Soe dengan diagnosa G3P2A0 AH2, 32-33
Pasien mengaku awalnya mata pasien berwarna kuning secara tiba-tiba sejak + 1
minggu SMRS yang disertai dengan demam. Selain itu, pasien juga merasa badannya
lemas serta kedua kakinya membengkak. Pasien juga mengaku saat BAK, urinnya
berwarna kuning pekat seperti warna teh, sedangkan BAB-nya normal seperti biasa.
Riwayat Obstetri :
HPHT : 3-10-2014
TP : 10-07-2015
UK : 40-41 minggu
Riwayat persalinan :
Page 18
1. Tunggal : Aterm/Spontan/Rumah/Dukun/Laki-laki/2010/BB?gram/Sehat
2. Gemeli :
TD : 110/ 70 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,8
RR : 19 x/menit
Abd :
L2 : punggung kanan
L3 : Letak kepala
VT : V/V tidak ada kelainan, portio tebal, pembukaan negatif, kantong ketuban utuh.
Page 19
IV. Pemeriksaan Penunjang
11/07/2015 03/08/2015
(kontrol poli)
Darah Lengkap
RBC 4,37 x 106/uL 4,57 x 106/uL
HGB 9,8 g/dL 12,0 g/dL
HCT 31,7 % 37,7 %
MCV 72,5 fl 82,5 fl
MCH 22,4 pg 26,3 pg
WBC 12,13 x 103/uL 5,94 x 103/uL
PLT 247 x 103/uL 355 x 103/uL
Kimia Darah
Cl 111 mmol/L
Albumin 2,3 mg/L
SGPT 95 U/L
SGOT 91 U/L
HbSAg Positif
Kimia Urin Lengkap
Berat Jenis 1.025
pH 6.0
Leukosit Negatif
Nitrit Positif
Protein (+) 1
Glukosa Negatif
Keton Negatif
Urobilinogen Negatif
Bilirubin (+) 3
Eritrosit Negatif
Page 20
USG tgl 13 Juli 2015
Hasil :
V. Diagnosa
G3P2A0 AH2, 31-32 minggu, J/T/H + plasenta previa totalis + Hepatitis B Viral Infection
Page 21
VI. Penatalaksanaan Selama Perawatan di RS
L2 : punggung kanan
L3 : Letak kepala
panggul
Page 22
12/07/15 S/ nyeri kepala, nyeri pinggang, urin warna teh P/
pekat Dexa 2 x 6 mg (hari II)
O/ Kesadaran : Compos Mentis Pro USG besok
TD : 130/ 90 mmHg
N : 81 x/menit
S : 36,7
RR : 20 x/menit
Mata : Conjungtiva pucat -/-, Sklera ikterik +/+
Cor : S1S2 reg, murmur(-), gallop (-)
Pulmo : BN Ves +/+, rhonki -/- , wheezing -/-
Abd : cembung, striae (+)
L1 : TFU 2 jari bpx (29 cm)
L2 : punggung kanan
L3 : Letak kepala
Page 23
13/07/15 S/ nyeri pinggang, BAK cokelat tua P/
O/ Kesadaran : Compos Mentis Dexa 2 x 6 mg (hari III)
TD : 130/ 90 mmHg USG hari ini
N : 86 x/menit
S : 36,4
RR : 20 x/menit
Mata : Conjungtiva pucat -/-, Sklera ikterik +/+
Cor : S1S2 reg, murmur(-), gallop (-)
Pulmo : BN Ves +/+, rhonki -/- , wheezing -/-
Abd : Abd : cembung, striae (+)
L1 : TFU 2 jari bpx (29 cm)
L2 : punggung kanan
L3 : Letak kepala
Page 24
01/08/201 S/ tidak ada keluhan P/
5 O/ Kesadaran : Compos Mentis Konsul interna
(Kontrol TD : 100/ 70 mmHg
Poliklinik) N : 78 x/menit
S : 36,7
RR : 20 x/menit
Mata : Conjungtiva pucat-/-, Sklera ikterik +/+
Cor : S1S2 reg, murmur(-), gallop (-)
Pulmo : BN Ves +/+, rhonki -/- , wheezing -/-
Abd : TFU 2 jari atas simpisis
A/ post partum spontan H-14 + Hepatitis B
Viral infection.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan mata yang berwarna kuning sejak + 1 minggu SMRS.
Pasien juga mengeluhkan urinnya berwarna seperti teh pekat. Kuning atau ikterik atau
jaundice dapat muncul pada fase ikterik dan akan jelas nampak secara klinis bila kadar
bilirubin total mencapai 20 hingga 40 mg/l. Ikterik ini dapat disertai dengan hepatomegali
atau splenomegali. Fase ikterik biasanya mulai dalam 10 hari Sekitar 4 hingga 12 minggu
Page 25
4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium (HBsAg, SGOT, SGPT)
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil HBsAg pada pasien ini positif. HBsAg
mengindikasikan bahwa orang tersebut terinfeksi virus hepatitis B (akut atau kronis).
Selain itu, didapatkan SGOT pada pasien ini sebesar 91 U/L dan SGPT pada pasien ini
sebesar 95 U/L. Dengan hasil pemeriksaan sebesar ini, mengindikasikan bahwa telah
terjadi kerusakan sel hepar (hepatocellular damage). Saat terjadi kerusakan pada sel-sel
hati, maka SGPT akan dilepaskan ke aliran darah dan sebagai tandanya, akan ditemukan
kadar yang melebihi normal yaitu 10-32 U/L (pada perempuan sekitar 9-24 U/L). (15)
4.2. Penatalaksanaan
Pasien ini baru mengeluhkan gejala matanya berwarna kuning + 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Diketahui juga tidak ada riwayat penyakit dahulu. Bagi penderita
hepatitis B yang akut tidak ada terapi khusus dan spesifik. Pemberian terapi kortikosteroid
(dalam kasus ini adalah dexamethasone) hanya dapat digunakan untuk pasien dengan
hepatitis kronik aktif yang simptomatis, HBsAg negatif, dan memiliki lesi yang cukup
besar dari pemeriksaan histopatologi. Pada pasien, ini diberikan dexamethasone bertujuan
untuk pematangan paru janin, mengingat usia kehamilan yang baru 31-32 minggu. Terapi
untuk hepatitis B akut cukup dengan terapi suportif yaitu dengan keseimbangan nutrisi
yang cukup. Obat antiviral yang spesifik seperti lamivudine, dapat diberikan namun obat
ini belum dievaluasi untuk pengobatan hepatitis B akut. (15) Pada pasien ini, hanya diberikan
dexamethasone 2 x 6 mg. Pasien juga dikonsulkan ke ahli penyakit dalam namun belum
ada jawaban. Setelah beberapa hari dirawat di ruang rawat inap kelas 3, pasien
Page 26
diperbolehkan pulang untuk rawat jalan dan nanti akan dikonsulkan ke bagian penyakit
dalam melalui poliklinik. Setelah dua hari pasien di rumah, pasien datang lagi dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah. Di ruang rawat inap, pasien mengalami pecah ketuban
dan kemudian dibawa ke ruang bersalin dan partus spontan (hasil USG plasenta previa
totalis kesalahan pembacaan). Lahir bayi perempuan dengan BB 1900 gram, panjang
Perhatikan hal-hal berikut pada pasien yang hamil dengan infeksi hepatitis:
Pada ibu hamil dengan Viral Load tinggi dapat dipertimbangkan pemberian HBIG
atau lamivudin pada 1 – 2 bulan sebelum persalinan. Mengenai hal ini masih ada
beberapa pendapat yang menyatakan lamivudin tidak ada pengaruh pada bayi,
jam, sedangkan Surya menyatakan persalinan berlangsung lebih dar 16 jam) jika
intrauterin.
Persalinan pada ibu hamil dengan titer VHB tinggi (3,5 pg/ml) atau HbsAg
positif, lebih baik seksio sesarea. Demikian juga jika persalinan yang lebih dari
Pada masa nifas, menyusui bayi bukan merupakan masalah. Pada penelitian telah
Page 27
dibuktikan bahwa penularan melalui saluran cerna membutuhkan titer virus yang jauh
Untuk bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi HBV, penanganan secara
multidisipliner antara dokter spesialis penyakit dalam, spesialis kebidanan & kandungan
dan spesialis anak. Satu minggu sebelum taksiran partus, sebaiknya dokter spesialis anak
partus, dokter spesialis anak ikut mendampingi, apabila ibu hamil ingin persalinan
diltolong bidan, hendaknya bidan diberitahukan masalah ibu tersebut, agar bidan dapat
juga memberikan imunisasi yang diperlukan. Ibu yang menderita hepatitis akut atau test
Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml segera setelah lahir, seyogyanya
dalam 12 jam sesudah lahir disusul dosis ke-2, dan ke-3 sesuai dengan jadwal imunisasi
hepatitis.
Bila tersedia pada saat yang sama beri Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU IM (0,5 ml)
disuntikkan pada paha yang lainnya, dalam waktu 24 jam sesudah lahir (sebaiknya dalam
Mengingat mahalnya harga immunoglobulin hepatitis B, maka bila orang tua tidak
mempunyai biaya, dilandaskan pada beberapa penelitian, pembelian HBIg tersebut tidak
Yakinkan ibu untuk tetap menyusui dengan ASI, apabila vaksin diatas sudah diberikan
(Rekomendasi CDC), tapi apabila ada luka pada puting susu dan ibu mengalami Hepatitis
Page 28
Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HBsAg berkala pada usia 7 bulan
(satu bulan setelah penyuntikan vaksin hepatitis B ketiga) 1, 3, 5 tahun dan selanjutnya
setiap 1 tahun.
Bila pada usia 7 bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan
Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis
vaksinasi dan satu bulan kemudian diulang pemeriksaan anti HBs. Bila anti HBs positif,
dilakukan pemeriksaan yang sama pada usia 1, 3, dan 5 tahun seperti pada butir
Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap negatif,
bayi dinyatakan sebagai non responders dan memerlukan pemeriksaan lanjutan yang tidak
Bila pada usia 7 bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif, dilakukan
pemeriksaan HBsAg ulangan 6 bulan kemudian. Bila masih positif, dianggap sebagai
hepatitis kronis dan dilakukan pemeriksaan SGOT/PT, USG hati, alfa feto protein, dan
2-3 bulan. Bila SGOT/PT meningkat pada lebih dari 2 kali pemeriksaan dengan interval
Page 29
BAB V
KESIMPULAN
dengan diagnosa G3P2A0 AH2, 32-33 minggu, J/T/H + hiperbilirubinemia ec. Hepatitis
B Viral Infection. Pasien mengaku awalnya mata pasien berwarna kuning secara tiba-tiba
Pada pemeriksaan fisik ditemukan sklera ikterik dan pasien dalam keadaan hamil
anak ketiga dengan tinggi fundus uteri sebesar 29 cm dan kepala janin belum masuk pintu
atas panggul.
Selama dirawat di RS, pasien mendapatkan penanganan yang kurang sesuai. Pasien juga
dikonsulkan ke bagian penyakit dalam untuk ditangani lebih lanjut, namun belum ada jawaban.
Page 30
Setelah beberapa hari dirawat di ruang rawat inap kelas 3, pasien diperbolehkan pulang untuk
rawat jalan dan nanti akan dikonsulkan ke bagian penyakit dalam melalui poliklinik. Setelah dua
hari pasien di rumah, pasien datang lagi dengan keluhan nyeri perut bagian bawah. Di ruang
rawat inap, pasien mengalami pecah ketuban dan kemudian dibawa ke ruang bersalin dan partus
spontan (hasil USG plasenta previa totalis kesalahan pembacaan). Lahir bayi perempuan
dengan BB 1900 gram, panjang badan 36 cm, A/S 8/9, bayi dirawat di NHCU karena BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
3. Olaitan AO. Prevalence of Hepatitis B Virus and Hepatitis C Virus in ante-natal patients
in Gwagwalada-Abuja, Nigeria. Nigeria: Deprtment of Biological Sciences; 2010. p. 48-
50
5. Guidelines for the Prevention, Care and Treatment of Persons with Chronic Hepatitis B
Infection. World Health Organization. 2015.
Page 31
6. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases. Centers for Disease
Control and Prevention. 2015. 13th edition. p. 149-74
10. Department of Health & Human Service. Center for Disease Control and Prevention,
11. Government of Western Australia. Department of Health. Women and Newborn Health
Service. King Edward Memorial Hospital. Antenatal Care Hepatitis B in Pregnancy.
Australia. 2015
12. Apuzzio J, Block JM, Cullison S, Cohen C, Leong SL, London WT, et al. Chronic
Hepatitis B in Pregnancy. Female Patient (Parsippany). 2012;37(April)
13. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
p. 906 – 907
14. Shiffman ML. Management of Acute Hepatitis B. Clin. Liver Dis. 2010;14:75–91
16. Giles ML, Grace R, Tai A, Michalak K, Walker SP. Prevention of Mother to Child
Transmission of Hepatitis B Virus During Pregnancy and The Puerperium. Aust. New
Page 32
Zeal. J. Obstet. Gynaecol. 2013
Page 33