Anda di halaman 1dari 73

ANALISIS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

UNTUK MENERAPKAN LEAN MANUFACTURING PADA


PRODUK FROZEN FOOD PT XY

AMIRAIHAN HENDRASETIANTO

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Quality


Function Deployment Untuk Menerapkan Lean Manufacturing Pada Produk
Frozen Food PT XY adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor,17 Oktober 2017

Amiraihan Hendrasetianto
NIM F34130120
ABSTRAK
AMIRAIHAN HENDRASETIANTO. Analisis Quality Function Deployment
(QFD) Untuk Menerapkan Lean Manufacturing Pada Produk Frozen Food PT XY.
Dibimbing oleh MACHFUD.

Perbaikan mutu dan kegiatan teknis untuk menghasilkan produk dapat


melibatkan konsumen. Tujuan penelitian ini adalah mengelola mutu produk yang
sesuai dengan harapan konsumen sebagai alat untuk menerapkan lean
manufacturing dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD).
Konsumen menilai langsung mutu produk mengenai tingkat kepentingan dan
kepuasannya. Hasil dari konsumen dihubungkan dengan respon teknis pada produk
X. Respon teknis yang penting di analisis menggunakan 5W-1H untuk mengetahui
waste yang terjadi. Hasil menunjukan secara umum nugget X sudah memberikan
kepuasan dibandingkan produk kompetitor, namun nilai kepuasan untuk rasa dan
tekstur dari produk X belum memuaskan konsumen. Atribut rasa dan tekstur
menjadi salah satu faktor penting konsumen untuk pemilihan produk nugget.
Berdasarkan analisis QFD proses produksi yang paling berpengaruh dalam atribut
mutu secara umum adalah batching, emulsifikasi, mixing, frying, steaming, dan
freezing. Proses tersebut yang menjadi perhatian dalam analisis waste selama
produksi. Analisis 5W-1H mengidentifikasi waste pada lantai produksi nugget X.
Terdapat jenis delay, transportation, dan overprocessing. 5 Why sebagai metode
untuk mengetahui akar permasalahan dari waste yang terjadi. Hasil analisis waste
berupa jenis waste, penyebabnya, dan solusi menanganinya untuk perbaikan respon
teknis dari nugget X.

Kata kunci: mutu, QFD, waste, lean manufacturing

ABSTRACT

AMIRAIHAN HENDRASETIATNO. Analysis of Quality Function Deployment to


Implement Lean Manufacturing in Frozen Food Products of PT XY. Supervised by
MACHFUD.

Quality improvement and technical activities to produce products have a


strong relation to the consumers. This research is aimed to manage product quality
according to consumer’s expectation as a tool to implement lean manufacturing by
using quality function deployment (QFD) method. Consumers are able to directly
assess the quality of the product regarding the level of importance and satisfaction.
The result of the consumer is related to the technical response on product X. An
important technical response in the analysis uses 5W-1H to determine the waste
that occurs. Results showed that brand-X nuggets has generally satisfied the
customers compared to the competitors. However, the satisfaction value for taste
and texture of product X has not satisfied the consumers. Flavor and texture
attributes become one of the important factors for consumers to decide which
nugget brand to consume. Based on the QFD analysis the production process that
influence the quality attributes in general are batching, emulsification, mixing,
frying, steaming, and freezing. These processes are becoming a serious concern in
the analysis of waste during production cycle. 5W-1H analysis identifies waste on
the production floor of nugget X. There are types of delay, transportation, and
overprocessing. 5 Why as a method to know the root of the problem of waste that
occurred. The results of waste analysis in the form of waste, the cause, and the
solution handle it for improvement of technical response of brand-X nugget.

Keywords: quality, QFD, waste, lean manufacturing


RINGKASAN

AMIRAIHAN HENDRASETIANTO. Analisis Quality Function Deployment


(QFD) Untuk Menerapkan Lean Manufacturing Pada Produk Frozen Food PT XY.
Dibimbing oleh MACHFUD.

Pada dasarnya perbaikan mutu dan kegiatan teknis menghasilkan produk


dapat melibatkan konsumen. Menyesuaikan antara keinginan dan kebutuhan
konsumen menjadi suatu mutu produk merupakan target yang harus bisa dicapai
oleh perusahaan, karena pada dasarnya konsumen yang merasakan langsung produk
tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis pengendalian mutu produk
berdasarkan harapan konsumen dengan metode Quality Function Deployment
(QFD), sehingga didapatkan evaluasi dan harapan mutu produk berdasarkan
konsumen secara langsung. Secara khusus penelitian ini dilakukan pada PT XY
sebagai salah satu produsen frozen food di Indonesia. Produk yang menjadi objek
penelitian adalah produk nugget X untuk dianalisis atribut kepentingan dari mutu
produk X, tingkat kepuasan mutu produk, proses produksi yang dilakukan PT XY
untuk memproduksi nugget X, korelasi antara atribut mutu dengan proses produksi,
serta korelasi antar proses produksi pada PT XY.
Penelitian ini dimulai dengan konsumen akan menilai dan mengevaluasi
langsung kepentingan dan kepuasan mutu produk yang nantinya akan di
transformasikan menjadi respon teknis untuk melakukan perbaikan mutu produk.
Hasil input dari konsumen berupa nilai dan evluasi untuk atribut mutu produk dari
nugget X. Hasilnya adalah nilai tinkat kepentingan dari tiap atribut mutu produk
seperti rasa (4.4), tekstur (4.3), informasi produk (4.1), bahan kemasan (4), aroma
(3.9), warna (3.8), desain kemasan (3.80, dan bentuk (3.7).
Pada tahapan evaluasi produk, nugget merek X dibandingkan dengan produk
kompetitor dari merek Y dan Z. Hasilnya masing-masing dari X, Y, dan Z
menghasilkan nilai untuk rasa (3.35) (3.67), dan (4.43). Tekstur (3.63), (3.67), dan
(4.43). Informasi produk (4.12), (4.27), dan (3.98). Bahan kemasan (4.03), (3.68),
dan (3.88). Aroma (3.37), (3.48), dan (3.97). Warna (3.95), (3.28), dan (4.07).
Desain kemasan (3.82), (3.88), dan (3.97). Bentuk (3.87), (3.48), dan (3.92). Hasil
observasi dan dikusi untuk menentukan parameter teknis menghasilkan bahwa
proses batching, emulsifikasi, mixing, frying, steaming, dan freezing yang
merupakan parameter teknis paling penting selama proses produksi nugget merek
X. Analisis ini akan digunakan untuk penyusunan matriks house of quality (HOQ).
Berdasarkan hasil proses produksi yang paling penting untuk memproduksi
nugget merek X, dilakukan analisis waste yang dihasilkan menggunakan metode
5W-1H dan 5 Why. Metode 5W-1H mampu memberikan analisis secara mendalam
dan detail tentang waste yang dihasilkan. Metode 5 Why akan memberikan akar
penyebab masalah dari waste yang dihasilkan. Hasilnya terdapat tiga jenis
pemborosan yang ditemukan dalam observasi dan wawancara terkait proses
produksi nugget merek X yaitu transportation, delay, dan overprocessing. Analisis
waste ini dapat membantu PT XY untuk mencapai target yang di inginkan. Target
yang dihasilkan berupa nilai dari hasil diskusi dengan PT XY tersebut menjadi tolak
ukur yang digunakan PT XY untuk melakukan perbaikan. Target ini disesuaikan
dengan seberapa penting atribut mutu dan kepuasan konsumen yang dimiliki oleh
nugget X, selain itu juga perlu menyesuaikan dengan kondisi perusahaan saat ini.
Nilai target untuk nugget X adalah rasa (4), tekstur (4), informasi produk (5), bahan
kemasan (5), aroma (4), warna (4.5), desain kemasan (4), dan bentuk (4.5).
ANALISIS QUALITY FUNCTIONAL DEPLOYMENT (QFD)
UNTUK MENERAPKAN LEAN MANUFACTURING PADA
PRODUK FROZEN FOOD PT XY

AMIRAIHAN HENDRASETIANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul Skripsi : Ananlisis Quality Function Deployment Untuk Menerapkan Lean
Manufacturing Pada Produk Frozen Food PT XY
Nama : Amiraihan Hendrasetianto
NIM : F34130120

Disetujui oleh

Prof. Dr Ir Machfud, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ing Ir Suprihatin


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa wa’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Studi penelitian
ini telah dilakukan sejak Juli 2017 dalam rangka memenuhi Tugas Akhir Program
Studi Teknologi Industri Pertanian. Tema yang dipilih ialah analisis mutu produk
frozen food menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Dalam
penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan doa
dari berbagai pihak. Semoga Allah SWT membalas budi baik pihak-pihak yang
senantiasa membimbing, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan
penelitian dan penyusunan skripsinya. Amin yaa rabbal alamin. Perkenankanlah
penulis untuk mengucapkan ucapan terima kasih kepada:
1. Kepada orang tua (Amitas Hariseno dan Lies Hendrawati) yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil.
2. Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Machfud MS selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama
perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Ir. Suprihatin dan Ibu Dr. Elisa Anggraeni, S.TP, M.Sc.
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan berupa kritik dan
saran perbaikan terhadap skripsi ini.
4. Bapak Yunus Triongo, Bapak Ridwan, Ibu Indra, Bapak Kabul, Bapak
Dodi, Mas ulil, dan rekan-rekan PT XY yang sudah memberikan ilmu dan
bantuan tentang FMGC.
5. Keluarga Fuerza Unica Bogor yang selalu menjadi keluarga cabang setelah
dari Albayan.
6. Teman-teman Tincredibles (TIN 50) yang selalu memberikan bantuan
apapun terkait akademik dan non-akademik.
7. Kepada Fathiaduri Shazana dan Admira Anindita sebagai teman-teman satu
bimbingan dari Prof. Machfud.
8. Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri yang sudah memberikan saya
pelajaran tentang organisasi dan manajemen kepemimpinan.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bogor,17 Oktober 2017

Amiraihan Hendrasetiatno
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Mutu 3
Waste 4
Quality Function Deployment (QFD) 4
METODE 7
Kerangka pemikiran 7
Tahapan Penelitian 8
Pengumpulan Data 23
Pengolahan Data 22
HASIL DAN PEMBAHASAN 22
Penentuan Produk dan Kompetitor 22
Voice of Customer 23
Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen 24
Analisis Tingkat Kepuasan Produk X dan Kompetitor 22
Penentuan Rasio Perbaikan 23
Perumusan Parameter Teknis 23
Analisis Korelasi Antara Keinginan Konsumen dan Parameter Teknis 24
Analisis Korelasi Antara Parameter Teknis 22
Analisis dan Interpretasi Matriks House of Quality 23
Analisis Waste Menggunakan 5W-1H dan 5 Why 24
SIMPULAN DAN SARAN 34
Simpulan 34
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 41
RIWAYAT HIDUP 55
DAFTAR TABEL

1 7 macam waste 4
2 Lambang nilai hubungan antara kepentingan konsumen dan parameter
teknis 10
3 Lambang nilai hubungan antar parameter teknis 11
4 Metode yang digunakan pada setiap tahap penelitian 14
5 Model perlakuan untuk tingkat kepentingan produk 16
6 Model perlakuan untuk tingkat kepuasan produk 16
7 Tingkat kepentingan konsumen produk nugget merek X 17
8 Tingkat kepuasan Konsumen Nugget Merek X, Y, dan Z 17
9 Proses produksi PT XY untuk nugget X 18
10 Korelasi antara kepentingan konsumen dengan parameter teknis 21
11 Hubungan keterkaitan antar proses produksi pada nugget merek X 22
12 Identifikasi faktor penting tiap proses produksi 27
13 Klasifikasi waste pada proses nugget X 29
14 Saran perbaikan waste proses frying 31
15 Saran perbaikan waste proses mixing 36
16 Saran perbaikan waste proses batching 37

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir pendekatan QFD 5


2 House of Quality 7
3 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian 8
4 Diagram alir tahapan penelitian 9
5 Bagian-bagian house of quality 12
6 Diagram alir proses produksi nugget X 20
7 Matriks house of quality produk nugget X 26
8 Diagram alir analisis peluang terjadinya waste 28
9 Peluang terjadinya waste proses cooking 30
10 Analisis akar permasalahan delaying proses frying 31
11 Peluang terjadinya waste proses mixing 32
12 Analisis akar permasalahan delay proses frozen block cutting 33
13 Analisis akar permasalahan delay proses grinding 34
14 Analisis akar permasalahan overprocessing proses emulsifikasi 34
15 Peluang terjadinya waste proses baching 35
16 Analisis akar permasalahan overprocessing proses batching 37

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bentuk kueisioner tahapan pra-survei 42


2 Bentuk kuesioner tingkat kepentingan produk X 44
3 Bentuk kuesioner tingkat kepuasan produk X dan kompetitor 45
4 Rekapitulasi data tingkat kepentingan nugget merek X 47
5 Rekapitulasi data tingkat kepuasaan nugget merek X 49
6 Rekapitulasi data tingkat kepuasaan nugget merek Y 51
7 Rekapitulasi data tingkat kepuasaan nugget merek Z 53
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada saat ini permintaan akan kebutuhan pangan sangatlah tinggi karena
seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Hal ini memunculkan
industri yang menghasilkan produk pangan untuk memenuhi permintaan. Jumlah
industri yang menghasilkan produk pangan pun juga bertambah seiring dengan
perkembangan yang terjadi, dampaknya terjadi persaingan antar produsen makanan
untuk mendapatkan konsumen. Peningkatan mutu atau kualitas produk,
meningkatnya layanan atau jasa yang ditawarkan, serta proses dan hasil yang lebih
efektif merupakan usaha yang dilakukan pada kompetisi industri yang semata-mata
untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Pada dasarnya sebuah industri
harus menciptakan produk dari proses yang efektif dan efisien. Proses yang efektif
dan efisien akan menghasilkan suatu produk lebih cepat dan harga yang lebih
murah, selain itu produsen juga dapat memperoleh keuntungan yang sesuai
direncanakan.
Beberapa industri mempunyai suatu permasalahan terkait output yang tidak
dikehendaki dan tidak bernilai yaitu waste. Waste merupakan ciri-ciri proses yang
tidak berjalan secara efektif dan efisien. Proses produksi yang sudah dirancang
dengan baik tetap akan terjadi kemungkinan ketidak sesuaian, hal ini akan
mengakibatkan munculnya produk yang tidak sesuai mutu standar dan waste
(Muhandri dan Kadarisman 2008). Produk yang cacat karena proses produksi harus
bisa didaur ulang atau rework untuk mengurangi tingkat kerugian yang dialami.
Reworking dilakukan dengan asumsi untuk menghilangkan defect dengan harapan
product imperfect (defect) tersebut dapat dijual dengan harga yang sama dengan
produk nondefect (Sari dan Kurniati 2011). Nasution (2005) mengatakan adanya
hubungan yang erat antara mutu produk, kepuasan konsumen, dan keuntungan
perusahan. Mutu produk yang baik akan memberikan kepuasan pada pelanggan dan
dapat meningkatkan harga penjualan yang artinya meningkatkan keuntungan
perusahaan.
Berbagai produk mempunyai standar mutu yang sudah disesuaikan dengan
kebutuhan produsen maupun konsumen. Untuk menjamin mutu yang sudah
dibakukan perlu dilakukan manajemen mutu agar produk tetap terjaga konsistensi
produknya dan konsumen mendapatkan produk yang sesuai. Menurut ISO 22000
dalam Surono et al. (2016) menyatakan bahwa organisasi atau industri harus
mampu memberikan bukti bahwa metode pemantauan, pengukuran tertentu, dan
peralatan yang digunakan harus dapat dijamin kelayakannya untuk memastikan
kinerja prosedur pemantauan dan pengukuran sebagai alat atau uji standarisasi
mutu. Pada intinya sebagai pihak yang memproduksi harus mampu melakukan
kegiatan manajemen mutu untuk memastikan instrumen yang digunakan
memastikan kualitas maupun keamanan mutu produk harus terkalibrasi (Surono et
al. 2016).
Dalam menghasilkan produk sesuai standar mutu untuk konsumen industri
harus mampu menyesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pasar. Menurut
Assauri (2008) suatu produk didasarkan oleh ukuran dan karakteristik dari produk
yang diproduksi sesuai dengan keinginan konsumen. Corsby mengatakan dalam
2

Teener (1992) perusahan harus memahami keinginan dan permintaan


konsumen dan mampu memenuhinya, sehingga adanya perspektif dari luar yaitu
konsumen agar proses penyusunannya lebih realistis dan sesuai dengan permintaan
dan keinginan konsumen.
PT XY merupakan perusahan pangan yang sudah cukup lama bergerak
sebagai penghasil produk frozen food. Salah satu produk frozen food yang
dihasilkan PT XY adalah nugget ayam. Sampai saat ini sudah banyak produsen
nugget ayam selain PT XY yang sudah dikonsumsi oleh konsumen di Indonesia,
sehingga PT XY perlu melakukan upaya untuk menjaga konsumennya agar tetap
membeli produk nugget ayam produksi PT XY dan memenangkan persaingan
dengan kompetitor. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan
meningkatkan mutu produk nugget ayam itu sendiri, dan produk yang dipilih
konsumen adalah produk yang memang mampu merepresentasikan keinginan dan
kebutuhan konsumen. Dengan menyesuaikan antara keinginan dan kebutuhan
konsumen dengan mutu produk merupakan kunci PT XY agar bisa menjaga
konsumennya.

Perumusan Masalah

PT XY mempunyai permasalahan tentang produk akhir yang tidak memenuhi


spesifikasi standar mutu yang diharapkan konsumen. Proses produksi produk X
harus mampu berjalan untuk menghasilkan standar mutu yang diharapkan
konsumen. Kegiatan yang bernilai waste pada proses produksi membuat produk
tidak sesuai dengan harapan konsumen. Perlunya penyelesaian masalah mengenai
waste berdasarkan persyaratan mutu produk. Produk akhir yang tidak sesuai mutu
adalah produk yang tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada


sebelumnya, diantaranya:
1. Menganalisis mutu produk berdasarkan perspektif konsumen yang
dihasilkan dari PT XY menggunakan metode QFD.
2. Menganalisis kondisi proses produksi PT XY berdasarkan hasil analisis
QFD.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk menganalisis mutu dari produk PT XY yang


menggunakan metode QFD menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
3

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dan batasan dari penelitian ini adalah analisis waste untuk
menerapkan kondisi lean manufacturing dilokasi proses produksi. Analisis QFD
diterapkan pada salah satu produk yang dihasilkan oleh PT XY.

TINJAUAN PUSTAKA

Mutu

Mutu atau kualitas adalah ukuran seberapa dekat suatu barang atau jasa sesuai
dengan standar tertentu (Marimin 2004). Mutu merupakan gabungan dari beberapa
elemen meliputi sifat pemasaran, keteknikan, pembuatan serta perawatan dari
produk sehingga membuat produk tersebut dapat memenuhi harapan konsumen
potensialnya (Feigenbaum 1986). Apabila diuraikan secara rinci, mutu memiliki
dua perspektif. Perspektif produsen dan perspektif konsumen, dimana apabila
kedua hal itu digabungkan akan tercapai kesesuaian antara kedua sisi yang dikenal
sebagai kesesuaian untuk digunakan konsumen.
Konsep mutu menurut David Garvin (1987) yang dikutip dalam Muhandri
dan Kadarisman (2005) terdapat 8 dimensi mutu dari produk yaitu:
• Performance (kinerja), yaitu merupakan tingkat kemampuan karakteristik
utama produk dan jasa. Karakteristik ini merupakan hal yang paling utama
untuk diperhatikan oleh produsen, karena karakteristik sangat menentukan
diterima atau tidaknya suatu produk atau jasa oleh konsumen.
• Feature (ciri khas), yaitu ciri-ciri "fisik" dari produk yang dihasilkan oleh
suatu organisasi atau perusahaan. Feature merupakan karakteristik kedua
yang menjadi ciri khas dan keunggulan dari produk yang ditawarkan oleh
produsen. Persaingan antar produk biasanya lebih ditentukan oleh ciri
khasnya.
• Reliability (keterandalan), yaitu tingkat kemungkinan bagi suatu produk
untuk bertahan dalam jangka waktu tertentu di bawah kondisi tertentu atau
dengan kata lain, Reability adalah konsistensi kinerja produk pada periode
waktu tertentu. Semakin lama produk dapat digunakan tanpa ada perubahan
fungsi, maka produk tersebut akan semakin disukai oleh konsumen.
• Durability, yaitu tingkat keawetan produk atau lama umur produk.
• Conformance (kesesuaian), yaitu derajat dimana suatu karakteristik dari
suatu produk, baik dari sudut fisik maupun cara kerjanya, sesuai dengan
standar/spesifikasi yang sudah ada atau ditetapkan.
• Serviceability (perbaikan), yaitu tingkat kemudahan suatu produk untuk
diperbaiki atau kemudahan memperoleh produk tersebut.
• Aesthetics, yaitu estetika sifat-sifat sensori (diukur dengan panca indera).
• Perceived quality, yaitu penilaian subjektif dari kualitas sebagai hasil dari
image, iklan atau merk lain dari produk.
4

Waste

Waste merupakan suatu aktivitas yang tidak bernilai atau non-value added.
Bila di identifikasi dalam aliran proses yang terjadi akan banyak jenis waste yang
ditemukan. Dalam perindustrian keuntungan dapat diperloah dengan
mengeliminasi waste (Rahmawan et al. 2014). Taiichi Ohno adalah seorang
konseptor Toyota Production System dan konsultannya Shigeo Shingo memberikan
sebuah saran pada saat itu bahwa mengurangi biaya produksi dapat dilakukan
dengan mendefinisikan waste, berikut adalah macam-macam waste yang di
identifikasi oleh Shigeo Shingo pada Tabel 1.
Tabel 1 7 macam waste (Shingo 1998)

Jenis Waste Deskripsi Dampak


Defect Produk tidak cocok dengan Mengurangi output dan proses
spesifikasi kualitas yang berlebih
Inventory Kelebihan produk yang Menaikan biaya inventori dan
disimpan di gudang. mengurangi kapasitas gudang
Menyebabkan produksi
berlebih
Motion Pekerja melakukan suatu Membuang waktu dan pekerja
pekerjaan yang tidak perlu akan lelah lebih awal
Overproduction Surplus inventory Membuang biaya produksi,
pekerja, dan inventori
Overprocessing Perakitan/proses yang Menyebabkan gerakan yang
berlebihan tidak perlu dan menghasilkan
produk gagal
Transportation Rantai pasok atau material Waktu produksi yang lebih lama
handling yang tidak efektif
Delay Menunggu pekerjaan Menghabiskan biaya pekerja
terlalu lama yang sia-sia dan mengurangi
kapabilitas pekerja

Menurut Alwi et al. (2002) variabel/faktor yang dapat menyebabkan waste


diantaranya adalah kondisi atau performa buruknya alat dan mesin, bahan baku, dan
lingkungan. Sedikit atau jarang dalam melakukan sesuatu atau aktifitas lainnya.
Serta buruknya kondisi dari sumber daya manusia dari segi kemampuan, kualifikasi,
pengalaman, maupun perilaku.

Quality Function Deployment (QFD)

QFD adalah terjemahan dari satu set prioritas kebutuhan pelanggan secara
subyektif ke dalam satu set tingkat sistem selama proses konseptual sistem desain
(Rahmawan et al. 2014). QFD dibuat pertama kali pada tahun 1972 oleh
Mitshubishi Shipyard di Kobe, Jepang yang kemudian dikembangkan oleh Toyota
dan para pendukungnya dan digunakan oleh banyak perusahaan di Jepang dan di
Amerika (Eldin 2002). Quality Function Deployment (QFD) merupakan satu-
satunya sistem mutu komprehensif yang bertujuan secara spesifik, yaitu
memaksimalkan kepuasan konsumen dengan mencari kebutuhan konsumen, baik
5

yang jelas maupun yang tidak terucap oleh konsumen. Kebutuhan konsumen
tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam tindakan dan rancangan dalam
perusahaan (Mazur 2003). QFD mencakup juga monitor dan pengendalian yang
tepat dari proses operational menuju sasaran (Marimin 2004).
Menurut Wijaya (2011) QFD membawa sejumlah manfaat bagi organisasi
yang berupaya meningkatkan persaingan mereka secara terus menerus
memperbaiki kualitas dan produktivitas. Manfaat dari QFD antara lain:
1. Fokus pada pelanggan
QFD memerlukan pengumpulan masukan dan umpan balik dari pelanggan.
Informasi kemudian diterjemahkan ke dalam sekumpulan persyaratan
pelanggan yang spesifik. QFD menghasilkan suatu rancangan produk dan
jasa baru yang akan memuaskan kebutuhan pelanggan.
2. Efisiensi waktu
Waktu yang dihasilkan akan lebih singkat dari waktu sebelumnya untuk
proses produksi secara keseluruhan, sehingga sisa waktunya dapat digunkan
untuk kebutuhan teknis lainnya.
3. Team oriented
Dalam membuat analisis QFD semua keputusan diperlukan keterlibatan
semua orang yang berdasarkan konsensus. Teknik yang digunkaan untuk
pengambilan kepututusan ini dengan cara brainstorming.

Metode QFD dimulai ketika produsen berhasil untuk mempertemukan antara


kebutuhan atau keinginan konsumen, biasanya kebutuhan atau keinginan konsumen
dinyatakan dalam bahasa karakteristik yang kualitatif. Contoh karakteristik itu
adalah seperti mudah digunakan, aman, tepat guna, tahan lama, nyaman, dan
sebagainya. Dalam proses pengembangan atau perbaikan produknya, kebutuhan
atau keinginan konsumen haru secara terus-menerus dirubah dalam skala prioritas
utama perusahaan, yang disebut spesifikasi desain (Franceschini 2002). Berikut
gambaran umum dari pendekatan dengan menggunakan metode QFD yang terdapat
pada Gambar 1.
Keinginan dan kebutuhan konsumen

Spesifikasi perencanaan produk

Spesifikasi perencanan bagian produk

Spesifikasi perencanaan proses produksi

Spesifikasi pengendalian mutu

Gambar 1 Diagram alir pendekatan QFD


6

Kebutuhan atau keinginan konsumen yang berhasil diterima sebagai


perbaikan merupakan hal awal yang mendasar dalam pendekatan metode QFD.
Kebutuhan atau keinginan konsumen tersebut di transformasikan sebagai rencana
produk yang menjadi spesifikasi selanjutnya, bisa menjadi perubahan secara
menyeluruh atau perbaikan sementara.
Pentingnya QFD adalah sebagai alat representatif mutu yang kualitatif
karena berasal dari fakta yang disampaikan baik konsumen dan perusahaan.
Didorong untuk melakukan upaya untuk mengatur perbaikan sesuai dengan
petunjuk ditetapkan. Akibatnya cetak biru yang diperoleh merupakan titik acuan
umum untuk revisi desain dan analisis berturut-turut (Franceschini 2002).
Representasi dari QFD yang paling dikenal adalah matriks house of quality
(HOQ). Matriks ini pada dasarnya terdiri dari dua bagian utama. Bagian horizontal
dari matriks berisi informasi yang berhubungan dengan kosumen. Bagian vertikal
dari matriks berisi informasi teknis sebagai respons bagi input konsumen (Marimin
2004). HOQ digunakan oleh tim untuk menerjemahkan persyaratan konsumen,
hasil riset pasar dan data benchmarking dalam sejumlah target teknis prioritas.
Dengan perangkat house of quality diperoleh keputusan pabrikasi yang akan
mempengaruhi persepsi pelanggan (Gasperz 2001).
Muslim dan Gunawan (2003) menjelaskan, bentuk matriks dari house of quality
(HOQ) terdiri dari:
• WHATs, merupakan bagian kiri dari HOQ yang berisi daftar keinginan atau
kebutuhan pelanggan (customer requirements).
• WHYs, merupakan bagian kanan dari HOQ yang disebut juga planning
matrix yang berisi prioritas keinginan pelanggan, tingkat kepuasan
pelanggan terhadap perusahaan maupun pesaing (competitive
benchmarking).
• HOWs, merupakan lantai dua dari HOQ yang mengidentifikasikan
karakteristik produk yang dapat diukur untuk memenuhi keinginan dari
pelanggan (technical response atau technical requirements).
• Relationship matrix, (matriks hubungan), merupakan bagian tengah dari
HOQ yang mengaitkan bentuk hubungan (technical response dengan voice
of customer/customer requirements).
• Correlation matrix (matrik korelasi), merupakan atap dari HOQ yang
mengidentifikasi pelaksanaan disain dari HOWs.
• HOW MUCHes, merupakan dasar dari rumah yang berisi spesifikasi teknis
yang akan memuaskan pelanggan seperti prioritas dari technical response,
technical benchmarking, tingkat kesulitan teknis serta target value.
QFD merepresentasikan tingkat kepuasan maksimal dari konsumen (Poel
2007). Terdapat beberapa kelebihan QFD sebagai suatu metode yang bersifat
kualitatif, diantaranya adalah:
1. Membantu untuk mencapai kesepakatan antara kebutuhan atau keinginan
konsumen dengan apa yang bisa diproduksi oleh perusahan, dapat juga
membantu menemukan kesempatan baru dan menetapkan strategi yang bisa
meningkatkan profit maupun saham (Chien dan Shu 2003).
2. Memfasilitasi serta melibatkan berbagai departemen untuk penyelesaian
proses.
3. Memungkinkan untuk mengurangi permasalahan yang dialami start-up
bisinis.
7

4. Mampu mempertajam analisis mengenai pasar, konsumen, dan kompetitor.


5. Memperjelas checkpoint, mengurangi lead time, serta perencanaan proyek
dan pengaturan waktu yang lebih baik.
6. Berdasarkan matriks perhitungannya dapat mencapai target dimulai dari
desain sampai produksi, dinyatakan bahwa kualitas dari proses dibentuk
dengan upstream (Govers 1996).
Jelas bahwa QFD tidak hanya menyelesaikan permasalahan teknis dan manajemen,
maupun yang terduga dan tak terduga. Pada umumnya QFD dinyatakan dengan
baik dalam skema serta dengan informasi yang jelas dan mendukung. Dalam semua
tahapan yang penting berdasarkan keputusan pihak yang bertanggung jawab atau
tim yang mumpuni (Maritan 2014). Gambar house of quality dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2 House of quality

METODE

Kerangka pemikiran

Perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang tidak hanya diharapkan


dan dibutuhkan konsumen tetapi juga sesuai dengan persayaratan mutu. Goetsch
dan Davis (2000) mendefinisikan mutu sebagai kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan. Menggabungkan antara suatu harapan konsumen
dengan spesifikasi mutu merupakan tantangan tersendiri untuk suatu industri.
Untuk menentukan spesifikasi mutu pada suatu produk diperlukan berbagai
parameter yang dapat diukur. Keinginan dan kebutuhan konsumen dapat
diterjemahkan menjadi suatu preferensi produk yang digabungkan dengan
spesifikasi mutu.
8

Mutu produk tidak bisa dilepas dari kegiatan teknis produksi. Kegiatan teknis
produksi mempunyai peran penting dalam menghasilkan produk yang sesuai
dengan standar mutu. Pada kegiatan teknis produksi terdapat suatau parameter-
paremeter teknis yang berpengaruh kuat terhadap mutu produk yang dihasilkan.
Seperti waktu penggorengan akan berpengaruh terhadap warna dan aroma dari
produk. Oleh karena itu pentingnya kegiatan teknis produksi dalam mempengaruhi
atribut mutu produk.
Selama proses produksi berlangsung waste dapat dihasilkan karena proses
yang tidak efektif dan efisien. Waste yang dihasilkan harus dikelola dengan baik
untuk meminimalisir kerugian suatu industri. Waste yang terjadi selama proses
produksi merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang tidak bernilai. Menurut
Wood (2004) waste merupakan kontradiksi dari suatu value atau nilai, dimana
waste merupakan aktivitas yang menggunakan seluruh sumber daya yang ada tapi
tidak menghasilkan nilai apapun. Oleh karena itu waste harus dapat dicegah untuk
menjaga performa dari suatu industri.
Produk yang tidak memenuhi suatu spesifikasi mutu termasuk kedalam waste
karena tidak mempunyai nilai, selain itu diperlukan proses lainnya yang bertujuan
untuk mengelola produk yang disebut waste. Produk yang tidak memenuhi syarat
mutu tersebut disebabakan oleh berbagai hal selama proses berlangsung, oleh
karena itu waste harus dapat dikelola dan diminalisir untuk mempertahankan mutu
produk tersebut. Diagram alir kerangka pemikiran terdapat pada Gambar 3.

Kebutuhan dan Korelasi Parameter


keinginan keinginan dan teknis produksi
konsumen atribut mutu

Kepuasan Perbaikan mutu Masalah


konsumen dengan lean parameter teknis
manufacturing berupa waste

Gambar 3 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian

Tahapan Penelitian

Pada bagian ini dilakukan tahapan-tahapan untuk menyelesaikan


permasalahan yang terdapat pada PT XY. Tahapan-tahapan ini menyesuaikan
dengan aktual yang dilakukan saat penelitian berlangsung. Diagram alir tahapan
penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
9

Penentuan produk penelitian dan kompetitor

Identifikasi atribut mutu

Pra-survei dan survei produk PT XY

Mempelajari ketentuan teknis

Identifikasi respon teknis

Menyusun house of quality

Analisis Quality Function Deployment

Analisis Waste Dengan Tabel 5W-1H

Kepuasan Konsumen
dan Efisiensi

Gambar 4 Diagram alir tahapan penelitian


Diskusi pemilihan produk dan kompetitor
PT XY merupakan produsen frozen food dan salah satu produknya adalah
nugget ayam. Nugget ayam dari PT XY dibagi menjadi 3 kategori untuk segmentasi
yang berbeda yaitu royal, favourite, dan ueeenaak. Pada tahapan ini merupakan
pemilihan produk untuk dijadikan objek penelitian dan juga memilih produk
kompetitor yang mempunyai kriteria sama untuk harga, bobot, segmentasi
konsumen, rasa, dan kriteria lainnya yang tidak dapat disebutkan. Berikut tahapan
dari diskusi yang dilakukan untuk mentapakan produk yang menjadi objek
penelitian maupun produk kompetitor.
1. Menentukan produk PT XY yang akan diteliti
2. Menentukan atribut mutu dari produk yang diteliti berdasarkan standar
perusahaan dan literatur.
3. Menentukan produk kompetitor dari produk PT XY
4. Mengevaluasi produk dari PT XY dan melakukan perbandingan dengan
produk kompetitor.

Penilaian tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen


Pada tahapan ini konsumen akan melakukan evaluasi dan penilaian terhadap
produk dari PT XY dan juga kompetitor. Tahapan ini dibagi menjadi dua yaitu pra-
10

survei dan survei kepada konsumen. Output dari tahapan ini adalah mendapatkan
voice of customer atau suara harapan konsumen.
Pada tahapan pra-survei dilakukan dengan mengirimkan kuesioner online
kepada konsumen produk X diwilayah Bogor dengan total responden sebanyak 50
orang. Tujuan utama dari pra-survei ini agar konsumen dapat menilai atribut mutu
produk dari PT XY dan memberikan input berupa harapan dari produk itu sendiri.
Terdapat beberapa tujuan lain dari dari pra-survei. Salah satunya adalah untuk
melihat profil konsumen produk dari PT XY itu sendiri, hal ini dapat membantu PT
XY memberikan gambaran tentang konsumennya.
Pada tahapan survei dilakukan dengan cara mengevaluasi nugget PT XY dan
dua produk kompetitor. Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan uji hedonik
untuk bisa membantu konsumen mengevaluasi atribut mutu produk secara langsung,
karena pada tahapan ini konsumen akan membandingkan produk yang dikonsumsi
saat ini dan produk yang pernah dikonsumsi sebelumnya. Total responden dari
tahapan survei ini adalah 90 orang dengan tiap produk dinilai oleh 60 orang. Tujuan
dari tahapan pra survei ini adalah untuk mengukur seberapa penting dari atribut
mutu nugget yang dimiliki oleh PT XY dan seberapa puas konsumen dari PT XY
puas akan produknya.

Pembuatan rancangan parameter teknis


Harapan konsumen atau voice of customer (“Whats)” kemudian
diterjemahkan ke dalam respon teknis (“Hows”) yaitu parameter teknis yang
relevan dengan kepentingan konsumen dan terukur (Marimin 2004). Rancangan
parameter teknis ini disusun berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan pihak
PT XY disertai dengan observasi langsung di pabrik. Parameter teknis merupakan
suatu kegiatan-kegiatan teknis pada tiap proses produksi yang masih dapat
dikendalikan, sehingga nantinya respon dari konsumen dapat diterjemahkan
langsung dalam suatu tindakan yang tepat.

Analisis hubungan antara kepentingan konsumen dan parameter teknis


(matriks korelasi)
Matriks korelasi mengaitkan bentuk hubungan respon teknis (“Hows”)
dengan kepentingan konsumen atau voice of customer (“Whats”). Analisis
hubungan ini bertujuan mengetahui seberapa kuat pengaruh parameter teknis
perusahaan terhadap atribut kepentingan konsumen. Hasilnya adalah nilai tingkat
kepentingan teknis. Tabel 2 menjelaskan mengenai penilaian hubungan antara
atribut mutu dengan karakteristik proses.
Tabel 2 Lambang nilai hubungan antara kepentingan konsumen dan parameter
teknis

Simbol Nilai Arti


10 Hubungan kuat
5 Hubungan sedang
∆ 1 Hubungan lemah
11

Analisis korelasi antar parameter teknis (matriks trade off)


Analisis hubungan keterkaitan antar parameter teknis diperlukan untuk
mengetahui pengaruh antara satu parameter teknis dengan yang lainnya. Dengan
adanya trade off, maka dapat diketahui lebih banyak mengenai konflik yang
mungkin terjadi dan sedapat mungkin diambil kondisi yang paling optimum untuk
menghasilkan produk terbaik. Penjelasan mengenai hubungan parameter teknis
dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3 Lambang nilai hubungan antar parameter teknis

Simbol Hubungan Arti


(++) Kuat Salah satu karakteristik proses mengalami
peningkatan maka berdampak kuat pada
peningkatan karakteristik proes lainnya
yang terkait
(+) Sedang Dampak yang dihasilkan tidak sekuat poin
1
(-) Lemah Merupakan hubungan tidak searah, bila
salah satu karakteristik proses turun maka
karakteristik yang lain naik
(--) Tidak ada Dampak yang dihasilkan lebih dari kuat
hubungan poin 3

Penetuan rasio perbaikan


Rasio perbaikan dihitung dengan membagi target produk PT. XY untuk
masa yang akan datang dengan tingkat kepuasan konsumen pada saat ini. Rasio
perbaikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑝𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖

Manfaat dari nilai rasio perbaikan ini adalah memberikan perusahaan


gambaran dari perbaikan yang harus dilakukan, karena apabila nilai rasio perbaikan
besar menjelaskan bahwa konsumen merasa tidak puas dengan dengan atribut yang
dimiliki saat ini atau target yang direncanakan terlalu besar nilainya.

Penyusunan house of quality (HOQ)


Matriks rumah kualitas menggambarkan hubungan antar keinginan konsumen
(demand quality) dengan kegiatan teknis (technic quality). Atribut harapan
konsumen dikembangkan berdasarkan hasil voice of customer, sedangkan kegiatan
teknis disusun berdasarkan hasil diskusi dengan pihak internal perusahaan. Berikut
adalah contoh gambar dari house of quality yang digunakan sebagai alat dari metode
QFD pada Gambar 5. Langkah- langkah dalam menyusun rumah kualitas menurut
Marimin (2004):
1. Kotak “What” didapatkan dari mendengarkan suara konsumen untuk
menentukan harapan pelanggan, data yang diperoleh didapatkan dari survey
berupa kuisioner
12

2. Kotak “How” dibuat dengan membuat karakteristik proses atau proses yang
berlangsung pada perusahaan. Matriks hubungan (Interaksi) berisi
mengenai tingkat hubungan antara keinginan pelangan dengan ketentuan
teknis. Hubungan ini dapat berpengaruh kuat, sedang atau lemah. Setiap
aspek dari konsumen diberi bobot, untuk membedakan pengaruhnya
terhadap kualitas produk.
3. Evaluasi pelanggan pada kotak pengkajian kompetitif pelanggan berfungsi
untuk membandingkan pendapat pelanggan tentang kualitas produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dengan produk pesaing. Nilai yang digunakan
antara 1 sampai 5, kemudian dibuat rasio antara target dengan kualitas setiap
kategori.
4. Kotak “How Much” merupakan tahapan untuk membandingkan kinerja
perusahaan dengan pesaing. Nilai yang digunakan untuk kinerja terbaik nilai
5 dan yang terburuk nilai 1. Untuk tingkat kepentingan dihitung dari nilai
tingkat hubungan yang dijumlahkan tiap tahapan proses sedangkan nilai
relatif dihitung dari tingkat kepentingan tiap tahap proses dibagi seluruh
nilai kepntingan.
5. Menentukan trade roof atau keterkaitan antara karakteristik proses yang
satu dengan yang lainnya. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan hubungan
kuat positif (++) apabila salah satu karakteristik proses naik maka akan
berdampak kuat pada kenaikan proses yang berkaitan tersebut. Hubungan
kuat (+) pengaruhnya akan sama dengan hubungan kuat positif hanya saja
dampak yang dihasilkan tidak sekuat hubungan kuat positif. Hubungan
negatif (-) apabila hubungan berjalan tidak searah. Hal ini terjadi apabila
suatu karakteristik mengalami penurunan tapi karakteristik lainnya akan
mengalami kenaikan. Hubungan kuat negatif (--) apabila dampak yang
dihasilkan lebih kuat dari hubungan negatif.

Gambar 5 Bagian-bagian matriks house of quality


Menentukan akar permasalahan waste yang ditimbulkan
Penentuan solusi dari sebuah permasalahan dilakukan dengan mengetahui
penyebab mendasar dari permasalahan tersebut atau dikenal dengan istilah akar
13

permasalahan. Metode 5W-1H merupakan suatu metode yang berfungsi menggali


penyebab masalah yang lebih mendalam secara sistematis untuk menemukan cara
penanggulangan yang lebih mendalam. Sehingga dengan menggunakan metode
5W-1H ini akan diketahui alasan alasan terjadinya permasalahan yang ada sampai
pada akarnya. Metode 5W-1H merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengetahui pemborosan apa yang terjadi (What), sumber terjadinya pemborosan
(Where), waktu terjadinya pemborosan (When), penanggung jawab (Who), alasan
terjadi (Why) berdasarkan hasil analisis dari 5W, dan saran perbaikan (How) yang
perlu dilakukan (Liker 2004).

Pengumpulan Data

1. Data Yang Diperlukan


Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil kuesioner yang
diberikan kepada responden pada tahapan pra-survei dan survei, observasi
dan wawancara dengan manajemen PT XY. Data-data primer tersebut
terdiri atas:
a. Atribut mutu produk X dari manajemen industri PT XY
b. Nilai tingkat kepentingan konsumen untuk produk X
c. Nilai tingkat kepuasan produk PT XY (produk merek X)
d. Nilai tingkat kepuasan produk dari kompetitor PT XY (produk merek
Y dan Z)
e. Parameter atau kebutuhan teknis untuk meningkatkan kualitas produk
f. Target PT XY untuk upaya perbaikan memenuhi keinginan dan
kebutuhan konsumen
g. Jenis dan kegiatan bernilai waste dari proses produksi yang
berhubungan dengan atribut mutu
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian terdahulu
yang pernah dilakukan pada PT XY dengan melakukan studi pustaka.
2. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara, diperlukan untuk memperoleh informasi yang akurat
dengan melakukan tanya jawab langsung terkait pemilihan produk PT
XY dan komptitor, hubungan proses produksi dengan atribut, korelasi
tiap proses produksi, target dan upaya perbaikan proses produksi PT
XY, serta kegiatan yang bernilai waste pada lantai produksi dengan
pihak manajemen PT XY.
b. Penyebaran kuesioner, yaitu daftar pertanyaan tertulis yang diberikan
kepada konsumen untuk memperoleh informasi tentang profil
konsumen dan hal-hal yang diketahui dari produk yang diterima. Jenis
kuesioner yang disebarkan adalah:
• Kuesioner tingkat kepentingan konsumen terhadap produk
• Kuesioner tingkat kepuasan produk PT XY dan produk dari
kompetitor PT XY
c. Observasi dengan melakukan pengamatan langsung keadaan,
kegiatan, cara produksi, serta melakukan pencatatan pada PT XY
untuk mengidentifikasi kegiatan yang bernilai waste.
14

Pengolahan Data

Dalam tahapan penelitian yang dilakukan, pengolahan data tingkat


kepentingan produk, tingkat kepuasan konsumen, proses produksi, perumusan
strategi perbaikan, serta kegiatan yang bernilai waste dilakukan dalam beberapa
tahapan penelitian, dengan metode yang digunakan, serta luaran yang diharapkan
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Metode yang digunakan pada setiap tahap penelitian

No Tahapan Metode Output


1 Analisis tinkat kepentingan Atribut penting bagi
konsumen dalam membeli
Uji rating nugget
2 Analisis tingkat kepuasan hedonik Nilai kepuasan konsumen
produk PT XY dan kompetitor
berdasarkan atribut mutu
3 Analisis proses produksi Rincian kegiatan proses
produksi, korelasi proses
produksi dengan atribut mutu,
QFD korelasi tiap proses produksi
4 Analisis matriks house of Strategi pengendalian mutu
quality produk, prioritas perbaikan
kegiatan proses produksi
5 Analisis akar permasalahan Akar permasalahan waste
5 Why
waste yang terjadi
6 Analisis kegiatan bernilai Kegiatan waste yang
waste 5W-1H terstrukrtur dan detail, solusi
perbaikan waste

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Produk dan Kompetitor

PT XY mempunyai tiga jenis nugget ayam untuk segmentasi pasar yang


berbeda, yaitu chicken nugget royal, favourite, dan uenaaak. Objek atau produk
yang dijadikan objek penelitian adalah produk X yang masuk segmen favourite
berdasarkan diskusi dengan manajemen PT XY. Menurut manajemen PT XY
produk X merupakan produk utama dan orisinal dari PT XY untuk segmen
konsumen nugget Indonesia, selain itu produk X baru mendapatkan label produk
pilihan 2017 dari PT XY sendiri. Label produk pilihan 2017 tersebut menjelaskan
bahwa produk X adalah prioritas PT XY dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan
konsumen untuk pemilihan produk nugget ayam, sehingga produk X yang dijadikan
objek pada penenlitian ini.
Manajemen PT XY memilih produk kompetitor dari produk X adalah produk
Y dan Z. Kedua produk dipilih berdasarkan hasil diskusi dengan manajemen PT
XY. Alasan dipilihnya produk Y dan Z sebagai kompetitor tersebut karena memiliki
atribut yang sama dan masuk ke segmen yang sama dengan produk X. Faktor
15

lainnya yang menjadi pertimbangan adalah harga yang dijual sama untuk konsumen,
yaitu berkisar pada Rp 35.000 sampai dengan Rp 40.0000. Faktor rasa dan netto
juga menjadi pertimbangan karena memiliki rasa yang sama yaitu rasa daging ayam
orisinal dan netto produk sebesar 500 gram. Faktor-faktor tersebut yang menjadi
pertimbangan manajemen PT XY untuk memilih produk Y dan Z sebagai
kompetitor produk X.

Voice of Customer

Untuk tahapan pra-survei pada produk merek X di wilayah Bogor, sebanyak


86 % atau 43 orang sudah merasa puas dengan atribut mutu yang dimiliki oleh
nugget merek X, dan sisanya menjawab tidak puas dengan atribut yang sudah ada.
Untuk responden yang merasa tidak puas dengan atribut mutu nugget merek X tidak
mendeskripsikan saran atau masukan atibut mutu yang baru dengan cukup jelas,
mereka hanya memberikan komentar terhadap atribut mutu yang sudah ada seperti
bentuk yang kurang variatif, aroma yang kurang terasa setelah digoreng, dan rasa
daging yang tidak terasa. Oleh karena itu melalui diskusi dengan managemen PT
XY tidak diperlukan penambahan atribut mutu dari konsumen.
Pada tahapan survei, 90 orang yang merupakan mahasiswa IPB menjadi
responden untuk tahap ini. Mereka yang menjadi responden merupakan konsumen
nugget merek X, Y, atau Z. Konsumen mengikuti penilaian tingkat kepentingan dan
kepuasan dengan mengonsumsi langsung hanya dua dari ketiga produk, yaitu
produk yang saat ini mereka konsumsi dan produk yang sebelumnya pernah mereka
konsumsi. Konsumen memakan potongan nugget dari dua merek yang bertujuan
untuk membandingkan atribut mutu nugget yang mereka konsumsi saat ini dengan
nugget yang sebelumnya pernah mereka konsumsi.
Model penilaian untuk tingkat kepentingan dan kepuasan adalah tiap produk
dinilai oleh 60 responden dari total 90 responden. Untuk tingkat kepentingan
responden yang menilainya adalah yang saat ini merupakan konsumen produk X
dan sebelumnya pernah mengonsumsi produk X. Model penilaian tingkat kepuasan
produk sama dengan model penilaian tingkat kepentingan, namun penilaian tingkat
kepuasan tidak hanya menilai produk X saja, sehingga tiap produk dinilai oleh
konsumen saat ini dan sebelumnya.
Tujuan dari model perlakuan ini adalah untuk membandingkan antara dua
produk dari konsumen secara langsung, selain itu dengan banuan uji rating hedonik
akan membantu konsumen memberikan penilaiannya. Hasil dari survei ini
merupakan nilai kepentingan dari tiap atribut mutu produk X dan nilai kepuasan
dari masing-masing atribut mutu untuk tiap produk. Pada dasarnya voice of
customer ini merupakan cara teknis untuk mendapatkan apa yang di inginkan dan
dibutuhkan oleh konsumen dengan nilai tingkat kepentingan atribut mutu dan
tingkat kepuasan produk dari tiap produk. Model perlakuan untuk tingkat
kepentingan konsumen terdapat pada Tabel 5, sedangkan model perlakuan untuk
tingkat kepuasan terdapat pada Tabel 6.
16

Tabel 5 Model perlakuan untuk tingkat kepentingan produk

Produk yang di evaluasi Jumlah


Produk yang dikonsumsi saat ini Produk yang pernah responden
dikonsumsi sebelumnya
Nugget merek X Nugget merek Y 15
Nugget merek X Nugget merek Z 15
Nugget merek Y Nugget merek X 15
Nugget merek Z Nugget merek X 15
Total 60

Tabel 6 Model perlakuan untuk tingkat kepuasan produk

Produk yang di evaluasi Jumlah


Produk yang dikonsumsi saat ini Produk yang pernah responden
dikonsumsi sebelumnya
Nugget merek X Nugget merek Y 15
Nugget merek X Nugget merek Z 15
Nugget merek Y Nugget merek X 15
Nugget merek Y Nugget merek Z 15
Nugget merek Z Nugget merek X 15
Nugget merek Z Nugget merek Y 15
Total 90

Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen

Analisis ini bertujuan mengetahui prioritas kepentingan konsumen untuk


atribut mutu produk nugget. Perbedaan kepentingan konsumen dapat membuat
perusahaan sulit menentukan strategi, oleh karena itu analisis ini akan memberikan
penilaian dari konsumen untuk atribut mutu berdasarkan skala prioritas. Tingkat
kepentingan dari konsumen ini dapat dijadikan sebagai acuan perusahaan untuk
menentukan perbaikan atribut mutu yang menjadi prioritas, sehigga prioritas yang
dipilih nantinya berdasarkan penilaian konsumen secara langsung.
Data hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 4. Data Lampiran 4 dihitung
rata-ratanya untuk setiap atribut yang didapat dari konsumen pada tahapan survei
penilaian tingkat kepentingan yang dilakukan dengan uji rating hedonik, form
kuesioner untuk tingkat kepentingan konsumen dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tingkat kepentingan yang bernilai satu menunjukan bahwa atribut tersebut bukan
merupakan faktor yang tidak penting sekali bagi konsumen dalam pengambilan
keputusan membeli produk nugget. Nilai kepentingan meningkat sampai angka
lima yang berarti atribut merupakan faktor paling utama atau sangat penting dalam
pertimbangan memilih produk. Nilai tingkat kepentingan konsumen untuk setiap
atribut dapat dilihat dari Tabel 7 yang sudah diurutkan dari yang paling tinggi
sampai yang paling rendah.
17

Tabel 7 Tingkat Kepentingan Konsumen Produk Nugget Merek x

Peringkat Atribut Mutu Nilai Kepentingan Konsumen


1 Rasa 4.4
2 Tekstur 4.3
3 Informasi produk 4.1
4 Bahan kemasan 4.0
5 Aroma 3.9
6 Warna 3.8
7 Desain kemasan 3.8
8 Bentuk 3.7
Atribut mutu yang dianggap penting bagi konsumen adalah rasa, banyak
konsumen yang mengomentari bahwa rasa dari produk nugget merek X terlalu
banyak kandungan tepungnya, selain itu responden juga menilai nugget merek X
tidak terlalu merasakan ayam bumbu dari nugget X. Hal ini menunjukan, untuk
produk sejenis nugget merek X, konsumen lebih mementingkan faktor rasa dari
produk nugget dalam mengambil keputusan untuk membeli produk nugget yang
akan dikonsumsinya.

Analisis Tingkat Kepuasan Produk X dan Kompetitor

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen dengan


produk kompetitor. Terdapat perbandingan antara produk yang dikonsumsi saat ini
dengan produk yang pernah dikonsumsi sebelumnya. Analisis ini dapat membantu
perusahaan untuk melihat mutu yang dinilai tidak maksimal oleh konsumen,
sehingga konsumen merasa tidak puas dan perusahaan akan memilih atribut
kepuasan yang dapat dijadikan perhatian utama untuk perbaikan.
Data hasil kuesioner untuk penilaian tingkat kepuasan produk dapat dilihat
pada Lampiran 5, 6, dan 7. Hasil dari data penilaian dihitung rata-ratanya untuk
setiap atribut yang didapat dari konsumen pada tahapan survei penilaian tingkat
kepuasan yang dilakukan dengan uji rating hedonik, form kuesioner untuk tingkat
kepuasan konsumen dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil perhitungan dari tingkat
kepuasan produk X dengan kompetitor dirangkum yang dapat dilihat pada Tabel 8
untuk nugget merek X, Y, dan Z.
Tabel 8 Tingkat kepuasan konsumen nugget merek X, Y, dan Z

No Atribut Mutu Nilai Kepuasan Konsumen


Merek X Merek Y Merek Z
1 Rasa 3.35 3.67 4.43
2 Tekstur 3.63 3.65 4.15
3 Informasi produk 4.12 3.98 4.27
4 Bahan kemasan 4.03 3.68 3.88
5 Aroma 3.37 3.48 3.97
6 Warna 3.95 3.28 4.07
18

7 Desain kemasan 3.82 3.88 3.97


8 Bentuk 3.87 3.48 3.92

Berdasarkan hasil analisis tingkat kepuasan yang dapat dilihat nilainya dari
Tabel 8, produk X mempunyai nilai tingkat kepuasan yang masih rendah
dibandingkan oleh nugget merek Z, akan tetapi masih dapat bersaing dengan produk
Y dalam kepuasan konsumen secara keseluruhan. Hal ini ditunjukan dengan nilai
produk X untuk atribut rasa yang hanya bernilai 3.53, sedangkan Y bernilai 3.67,
dan produk Z bernilai 4.43. Produk X unggul untuk atribut bahan kemasan
dibandingkan dengan kedua produk lainnya. Berdasarkan hasil analisis ini PT XY
harus melakukan proses perbaikan yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Hal ini dikarenakan kepuasan dari konsumen masih kurang untuk atribut mutu dari
nugget X secara keseluruhan.

Perumusan Proses Produksi

Parameter teknis disusun untuk membantu perusahaan dalam melakukan


perbaikan yang sesuai dengan keinginan konsumen, karena parameter teknis dapat
menyelaraskan tahapan atau proses yang dilakukan perusahan untuk menghasilkan
atribut yang dirasakan langsung oleh konsumen. Proses produksi pastinya yang
harus menjadi faktor penting terbentuknya suatu atribut. Dalam perumusan
parameter teknis akan melibatkan manajemen perusahaan dilapangan. Perumusan
parameter teknis pada PT XY melibatkan departemen Produksi, QC, dan RnD serta
dengan observasi yang dilakukan selama proses produksi berlangsung. Pada Tabel
9 merupakan parameter teknis yang didapat dari PT XY untuk memproduksi nugget
X.
Tabel 9 Proses produksi PT XY untuk nugget X

Proses produksi primer Proses produksi sekunder


Batching Penimbangan
Frozen block cutting
Grinding
Mixing
Emulsifikasi
Mixing
Coating
Forming Battering
Breading
Frying
Cooking Steaming
Freezing
Filling
Packing Packaging
Packing
19

Analisis Korelasi Antara Keinginan Konsumen dan Proses Produksi

Parameter teknis (HOWs) merupakan kegiatan internal yang dilakukan oleh


perusahaan dan keinginan konsumen (WHAT) berupa atribut mutu nugget harus
dihubungkan dalam penyusunan matriks QFD, tujuannya adalah untuk mengetahui
seberapa pengaruh parameter teknis yang dilakukan terhadap atribut mutu produk.
Penting bagi perusahaan untuk mengidentifikasi parameter teknisnya, sehingga
perbaikan yang dilakukan dapat tepat sasaran untuk atribut yang dimiliki. Hasilnya
kesesuaian antara parameter teknis yang dilakukan perusahaan dengan literatur.
Proses frying yang dilakukan oleh PT XY untuk produk X menggunakan suhu
sekitar 170-180o C selama 2 menit, menurut Fellows (2000) suhu untuk
menggoreng nugget berkisar 177o C selama 1-2 menit. Pada PT XY tujuan dari
proses frying hanyalah sebatas untuk mematangkan nugget bagian luar saja,
sedangkan untuk mematangkan secara keseluruhan dilanjutkan dengan proses
steaming. Menurut departemen Produksi, QC, dan RnD proses frying sangat
mempengaruhi untuk atribut mutu warna. Menurut mereka warna permukaan
nugget akan berubah menjadi orange kecokelatan setelah proses frying karena suhu
penggorengan yang tinggi dan lama penggorengan, hal in sesuai menurut Hui
(1996) suhu produk akan meningkat yang membuat nugget berubah warna menjadi
cokelat.
Pada proses freezing mengunakan mesin Individual Quick Freezing (IQF)
berfungsi untuk memperpanjang umur simpan produk karena telah mematikan
mikroba secara tiba-tiba (Jay 2000). Proses freezing sangat berpengruh kepada
warna produk, hal ini dikarenakan penumpukan bunga es selama proses terjadi dan
akan membuat warna produk lebih pucat. Terdapat ketidak sesuaian antara literatur
dengan hasil wawancara dan diskusi, menurut Fellows (2000) proses freezing akan
membuat kandungan air didalam produk berubah bentuk menjadi kristal es.
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi kristal es atau bunga es yang terbentuk
dari proporsi air akan membuat perubahan warna yang menjadi lebih pucat.
Secara keseluruhan proses penimbangan, mixing, dan frying yang paling kuat
pengaruhnya untuk atribut mutu nugget X seperti warna, aroma, rasa, bentuk, dan
tekstur. Pada saat proses penimbangan departemen QC sudah harus bisa
memastikan bahwa bahan baku yang datang dan akan digunakan untuk proses lolos
kualifikasi yang sesuai standar. Menimbang dan meletakan bahan baku sesuai
formulasi merupakan proses yang penting, karena apabila terjadi kesalahan dalam
takaran atau formulasi akan menghasilkan produk yang defect. Di ruang batching
sudah ada lembar petunjuk sebagai acuan formulasi untuk operator yang sedang
berkerja.
Proses mixing terdiri dari beberapa parameter teknis sekunder yaitu frozen
block cutting, grinding, emulsifikasi, dan mixing. Selama proses pencampuran suhu
harus tetap terjaga dibawah 10o C. Pada proses mixing mesin akan menginjeksikan
nitrogen cair agar salama penggilingan suhu berada di 4o C. Salah satu atribut mutu
nugget yaitu tekstur sangat dipengaruhi oleh proses mixing. Proses pengecilan
ukuran akan menyebabkan ekstraksi protein, ekstrak protein berfungsi untuk
membuat serpihan daging saling terikat selama proses pemasakan dan akan
memberikan tekstur yang kuat (Owens 2001). Pada tahapan packaging, produk
yang sudah dibekukan pada saat freezing di mesin IQF akan langsung dibawa
20

menuju ruang packaging. Pada bagian packaging untuk mengemas nugget


dilakukan secara otomatis, akan tetapi masih dilakukan proses filling yang dibantu
oleh operator. Operator berkerja pada mesin packaging karena terdapat tiga lubang
dari dua belas lubang yang tidak berfungsi untuk memasukan nugget kedalam
kemasan. Diagram alir proses produksi nugget X terdapat pada Gambar 6. Korelasi
parameter teknis dengan atribut mutu dapat dilihat pada Tabel 10.

Bahan baku

Battering
Penimbangan per batch

Battering
Dry dan liquid Frozen block cutting
material
Frying

Emulsifikasi Potongan
daging beku Steaming

premix Freezing
Grinding

Filling
Mixing
Packaging

meatmix
Packing

Coating
Finished
good
Gambar 6 Diagram alir proses produksi nugget X
21

Tabel 10 Korelasi antara kepentingan konsumen dengan parameter teknis

Keterangan: Simbol hubungan: Kuat (10), Sedang (5), Lemah (1)


22

Analisis Korelasi Antara Proses Produksi

Dalam penyusunan matriks QFD, dibuat juga analisis korelasi antara tiap
parameter teknis dari proses produksi nugget merek X. Analisis antara parameter
teknis bertujuan untuk mengetahui seberapa pengaruh antara proses produksi yang
saling berhubungan. Analisis ini akan menjadi atap rumah dalam penyusunan QFD,
biasa disebut trade off. Hasil analisis akan berguna untuk mengetahui tindakan yang
bisa dilakukan untuk mengoptimalkan proses produksi dalam menghasilkan atribut
mutu yang sesuai. Hubungan antar keterkaitan antara parameter teknis dapa dilihat
pada Tabel 11. Penyusunan korelasi antara proses produksi pada PT XY untuk
memproduksi nugget X dilakukan bersama manajemen PT XY departemen
produksi dan QC. Dua departemen tersebut yang memang melaksanakan dan
mengawasi secara langsung kegiatan produksi pada PT XY.
Tabel 11 Hubungan keterkaitan antar proses produksi pada nugget merek X

Proses Proses Hubungan Alasan


produksi produksi
Terkait
Batching Mixing ++ Menimbang bahan baku sesuai
takaran dan formulasinya akan
membuat proses mixing (emulsifikasi
dan mixing) menghasilkan rasa nugget
yang sesuai dengan standar QC dan
RnD. Pada proses mixing akan
menggabungkan premeat dan bahan
baku liquid atau dry, sehingga proses
batching berperan penting dalam proses
mixing
Batching Forming ++ Pada proses batching terdapat
proses seleksi bahan baku untuk
pemilihan tepung cair dan tepung roti
yang dipakai proses battering dan
breading. Selain itu pada proses
batching terdapat tangki yang
digunakan untuk menyimpan es untuk
menstabilkan suhu tepung cair agar
tetap 10o C.
Batching Cooking ++ Bila proses penimbangan dan
formulasi pada batching tidak sesuai,
maka proses cooking tidak akan
berjalan. Inspeksi QC dilakukan
sebelum cooking dan formulasi yang
tidak sesuai tidak akan dilanjutkan
untuk proses cooking.
23

Mixing Forming ++ Bentuk nugget dipengaruhi oleh


proses coating pada forming karena
mesin pencetakannya dan alat
pencetaknya. Mesin mixing mempunyai
dua mesin yang berbeda suhu
perosesnya, maka mesin dan alat
pencetakan yang digunakan juga
berbeda.
Forming Cooking ++ Proses forming terdapat proses
battering dan breading sebelum
dilakukan proses cooking. Tepung cair
dan tepung roti yang tidak melekat
dengan baik pada nugget akan melepas
pada saat proses pemasakan, sehingga
akan menghasilkan tepung roti dan
bread crumb yang tertinggal pada
conveyor frying dan steaming.
Cooking Packing + Proses cooking berfungsi untuk
mematangkan nugget dan mematikan
secara otomatis mikroorganisme
didalamnya. Proses pecakaging akan
aman apabila nugget sudah aman dari
cemaran logam ataupun
mikroorganisme
Keterangan: simbol hubungan ++: Kuat Positif; +: Positif; -: Negatif; --: Kuat
Negatif

Penentuan Rasio Perbaikan

Hasil analisis penyusunan matriks house of quality memperlihatkan atribut


rasa dan tekstur yang perlu dilakukan perbaikan. Berdasarkan hasil diskusi bersama
manajemen PT XY menyepakati bahwa perlunya dilakukan perbaikan pada atribut
rasa dan tekstur karena merupakan faktor penting bagi konsumen dalam memilih
produk nugget. PT XY dapat melakukan perbaikan atribut rasa dan tekstur pada
bagian frying, karena proses penggorengan pada dasarnya mampu memberikan
citarasa pada produk pangan. Jika konsumen tidak merasakan perbedaan nyata
setelah proses frying diperbaiki, maka perlu dilakukan evaluasi pada proses mixing.
Jika proses mixing dinilai tepat dan tidak ada masalah, maka proses penimbangan
dapat menjadi bahan evaluasi perbaikan dari PT XY untuk meningkatkan atribut
mutu rasa dan tekstur.

Analisis dan Interpretasi Matriks House of Quality

Pada tahapan ini perusahaan dapat menganalisis kebutuhan konsumen dan


cara memenuhinya secara komprehensif. Menurut Marimin (2004) hasil dari
analisis QFD akan menghasilkan tiga hal yaitu mempertahankan, memperbaiki, dan
24

meningkatkan. House of quality memberikan analisis berupa kebutuhan konsumen


dari suatu produk yang sudah di ukur nilianya, kemudian dapat mengevaluasi
kemampuan perusahaan melalui parameter teknis dan rasio perbaikan, serta strategi
tepat guna untuk melakukan perbaikan yang sesuai dengan skala prioritas
berdasarkan keinginan konsumen dan kemampuan perusahaan. House of quality
(HOQ) atau rumah kualitas tersusun dari nilai tingkat kepentingan dan kepuasan
konsumen, parameter teknis, nilai kepentingan teknis dan kepentingan teknis relatif
yang tersusun dalam satu skema. Matriks house of quality nugget X dapat dilihat
pada Gambar 7.
Atribut mutu yang dianggap penting oleh konsumen adalah rasa dan tekstur,
akan tetapi produk nugget X dari PT XY belum memberikan kepuasan dan nilainya
masih lebih kecil dibandingkan dengan komptitor, maka atribut tersebut yang perlu
menjadi prioritas PT XY dalam melakukan perbaikan. Atribut mutu yang nilainya
sudah memberikan kepuasan melebihi kompetitor adalah atribut informasi produk,
bahan kemasan, warna, desain kemasan, dan bentuk. Atribut mutu yang harus
menjadi prioritas PT XY untuk perbaikan adalah rasa, tekstur, dan aroma. Nilai
tingkat kepentingan teknis merupakan nilai untuk mengetahui seberapa penting
suatu proses produksi terhadap atribut mutu secara keseluruhan. Nilai tingkat
kepentingan teknis didapat dari perkalian antara nilai kepentingan atribut mutu
dengan nilai parameter teknis. Contoh perhitungan dari kepentingan tenis untuk
frying adalah (4.4 x 10) + (4.3 x 10) + (3.9 x 10) + (3.8 x 10) + (3.7 x 10) = 201
Nilai rata-rata dari tingkat kepentingan teknis nugget merek X adalah 99.2.
Nilai rata-rata dari tingkat kepentingan berfungsi untuk menentukan proses
produksi mana saja yang akan diprioritaskan untuk kepentingan konsumen, hal itu
bisa menjadi suatu perbaikan dan peningkatan proses produksinya. Kepentingan
teknis yang paling penting dan berkaitan erat dengan atribut mutu nugget X pada
PT XY adalah batching (164), emulsifikasi (106), mixing (182), frying (201),
steaming (144), dan freezing (118.5).
Berdasarkan matriks house of quality proses frying sangat mempengaruhi rasa,
tekstur, aroma, warna, dan bentuk dari nugget X. Menurut Ketaren (1986) proses
penggorengan adalah operasi yang secara umum meningkatkan eating quality dari
bahan pangan. Hal tersebut yang membuat tim produksi, QC, dan RnD setuju bahwa
frying sangat mempengaruhi rasa dari nugget ayam itu sendiri.
Atribut mutu yang paling tinggi dari produk X dibandingkan produk-produk
kompetitor adalah bahan kemasan. Untuk atribut mutu yang tingkatnya berada
ditengah-tengah adalah warna, bentuk, dan informasi produk. Untuk atribut rasa,
desain kemasan, tekstur, dan aroma merupakan atribut mutu yang masih belum
memuaskan konsumen. Melalui atribut yang masih unggul dibanding komeptitor
seperti bahan kemasan, warna, bentuk, dan informasi produk bisa menjadi nilai
tambah produk X untuk bersaing dengan produk kompetitor.
Perbaikan atau peningkatan atribut mutu produk X dapat memperhatikan
saran dan komentar dari konsumen. Pada dasarnya konsumen yang akan merasakan
langsung dari produk yang dihasilkan oleh PT XY, oleh karena itu PT XY harus
mempertimbangkan dengan baik masukan yang diberikan oleh konsumen.
Departemen produksi, QC, dan RnD menjelaskan terdapat faktor penting yang
mendukung kegiatan tiap proses produksi. Faktor penting tersebut yang menjadi
perhatian utama selama proses produksi berlangsung. Faktor penting ini juga bisa
menjadi alat untuk PT XY melakukan perbaikan untuk parameter teknis yang
25

nilainya diatas rata-rata atau mempunyai pengaruh kuat terhadap atribut mutu yang
ada.
Pada proses batching faktor pentingnya adalah formulasi dan supplier.
Supplier harus mengirim bahan baku dengan jumlah dan waktu yang tepat, selain
itu bahan baku yang dikirm harus dalam kondisi baik dan layak digunakan. Proses
inspeksi bahan baku akan dipastikan oleh departemen QC. Faktor penting pada saat
mixing adalah waktu dan suhu pengadukan serta kondisi mesin yang digunakan.
Untuk menjaga suhu pengadukan tetap stabil proses mixing akan di injeksikan oleh
nitrogen cair selama proses berlangsung. Faktor penting pada saat proses cooking
adalah suhu dan waktu pemasakan. Suhu dan waktu pemasakan akan sangat
mempengaruhi dari fisik nugget itu sendiri. Terlalu cepat akan membuat nugget
tidak matang, sedangkan terlalu penggorengan akan menyebabkan nugget gosong.
26

Keterangan: Simbol hubungan: Kuat (10), Sedang (5), Lemah (1)


Gambar 7 Matriks house of quality
27

Faktor penting pada tiap parameter teknis perlu di identifikasikan untuk


membantu PT XY dalam melakukan proses perbaikan. Proses perbaikan akan
menjadi lebih mudah karena mengetahui faktor yang mutlak menjadi standar proses
produksi berlangusng dan sesuai dengan standar. Identifikas mengenai faktor
penting tiap parameter teknis dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Identifikasi faktor penting tiap proses produksi

Proses Produksi Faktor penting


Batching • Persiapan penimbangan
• Supplier
• Formulasi
Frozen block cutting • Thawing frozen meat
• Kondisi mesin
Grinding • Ukuran pemotong
• Suhu penggilingan
• Kondisi mesin
Emulsifikasi • Waktu dan suhu emulsifikasi
• Unloading
Mixing • Injeksi nitrogen
• Suhu dan waktu mixing
Coating • Mesin pencetak
• Suhu meatmix
• Waktu proses
Battering • Suhu adonan tepung
• Viskositas adonan tepung
Breading • Jenis bread crumb
• Perhitunan pick up
Frying • Suhu dan waktu penggorengan
• Kondisi minyak
• Kondisi conveyor
Steaming • Suhu dan waktu steaming
• Pengecekan T-Core
Freezing • Suhu IQF
• Waktu pendinginan
• Suhu produk keluar
Filling • Operator mesin packaging
Packaging • Metal detector
• Koding
• Netto produk per pieces
Packing • Solatip perekat kardus
• Netto total perpak
28

Analisis Waste Menggunakan 5W-1H dan 5 Why

Analisis ini dapat membantu PT XY mengelompokan suatu kegiatan


produksi untuk produk nugget X yang bernilai waste. Metode 5W-1H terdiri dari
enam struktur seperti What, Where, When, Why, Who, dan How. What berarti jenis
waste apa yang dihasilkan, When berarti kapan terjadinya waste tersebut, Who
berarti siapa yang bertanggung jawab terhadap waste tersebut, Where berarti
dimana letak waste tersebut berasal, Why berarti alasan terjadinya waste, dan How
merupakan bagaimana cara solusi menangani waste tersebut.
Observasi waste ini dilakukan pada proses produksi yang nilai tingkat
kepentingan teknisnya diatas nilai rata-rata. Tingkat kepentingan teknis bila
diurutkan dari yang paling penting adalah frying, mixing, batching, steaming,
freezing, dan emulsifikasi. Nilai kepentingan teknis ini yang mempunyai hubungan
kuat dengan atribut mutu yang dimiliki oleh nugget X, sehingga harapannya adalah
dengan menganalisis waste dari enam kepentingan teknis yang diatas rata-rata dapat
membantu PT XY untuk mencapai target perbaikan. Target perbaikan yang ingin
dicapai merupakan upaya dari memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Oleh
karena itu analisis waste dilakukan secara komprehensif hanya proses produksi
yang nilainya diatas rata-rata.
Sebelum mengidentifikasi waste yang terjadi pada proses produksi, perlu di
analisis peluang-peluang terjadinya waste dari proses produksi yang diamati.
Peluang-peluang ini didapatkan dari hasil analisis faktor-faktor penting dari tiap
proses produksi menurut PT XY. Peluang terjadinya waste dari tiap proses produksi
disesuaikan dengan 7 waste menurut Liker (2004). Berikut adalah diagram alir
analisis peluang terjadinya waste pada Gambar 8.

Proses produksi

Faktor penting
proses produksi

Peluang jenis
waste

Gambar 8 Diagram alir analisis peluang terjadinya waste


Contohnya pada proses frying yang memiliki beberapa faktor penting
seperti waktu dan suhu penggorengan, nilai FFA minyak goreng, dan kondisi
conveyor. Waste dapat disebabkan oleh proses produksi yang tidak
mengoptimalkan faktor pentingnya. Seperti contoh suhu dan waktu penggorengan
yang tidak sesuai akan menghasilkan produk yang tidak sesuai karena warna produk
menjadi gosong atau pucat. Produk tersebut merupakan waste kategori defect
29

karena tidak sesuai spesifikasi mutu produk. Contoh lainnya adalah kondisi
conveyor yang tidak optimal akan menyebabkan masalah seperti down time untuk
proses frying. Kejadian down time saat proses frying berjalan akan menyebabkan
produk defect, karena nugget digoreng dengan waktu yang lebih lama dari
seharusnya. Kejadian down time saat diluar proses akan menyebabkan waste
kategori delay. Hal ini karena pekerja tidak melakukan kegiatan yang bernilai
tambah pada saat proses produksinya seharusnya berlangsung. Peluang jenis waste
ini akan membantu tahapan identifikasi waste yang dilakukan dengan cara
obseravsi pada proses produksi yang mempunyai nilai tigkat kepentingan teknisnya
diatas rata-rata.
Untuk membantu identifikasi waste yang ada pada proses produksi nugget
X, proses identifikasi waste menggunakan 7 waste yang diterapkan oleh Toyota
production system. Liker (2004) menjelaskan tujuh waste diantaranya adalah
motion, delay, overproduction, inappropriate production, defect, transportation,
dan inventory. Analisis waste dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan proses
produksi utamanya masing-masing, sehingga analisis waste dilakukan pada proses
batching, mixing, dan cooking. Pada Tabel 13 terdapat kegiatan waste yang
ditemukan ketika observasi proses produksi nugget X yang dilakukan selama dua
minggu.
Tabel 13 Klasifikasi waste pada proses nugget X

Kegiatan Jenis Letak Lama Total lama


pemborosan pemborosan pemborosan pemborosan
Membawa Overprocessing Ruang 1 menit 1 menit
keranjang batching
formulasi menuju ruang
tanpa roda mixing
Mesin masih Delay Mesin 57 detik 1 menit 47
menyala Magurit detik
ketika (frozen block
ditinggal cutting)
operator
Berlawanan Delay Jalur diantara 3 detik
arah antara ruang mixing
troli block sosis dan
cutting dan mixing nugget
troli meat mix
Minyak Overprocessing Mesin bowl 47 detik
goreng yang cutter
tumpah saat (Emulsifikasi)
emulsifikasi
Ruang frying Delay Ruang 47 menit 50 47 menit 50
menunggu cooking detik detik
datangnya
nugget
30

Cooking
Pada bagian cooking terdapat tiga tahapan produksi dan yang paling penting
berdasarkan nilai tingkat kepentingan teknisnya dimulai dari frying, steaming, dan
freezing. Untuk mengetahui adanya kegiatan waste perlu diperhatikan peluang
timbulnya waste dari proses frying itu sendiri. Peluang terjadinya waste dapat
dilihat pada Gambar 9.

Proses produksi Faktor penting Peluang waste


Kondisi
conveyor Delay
frying

Nilai FFA
Frying minyak Defect
goreng

Suhu dan
waktu
penggorengan

Gambar 9 Peluang terjadinya waste proses cooking


Pada bagian cooking terdapat waste yang ditemukan saat observasi. Proses
frying harus menunggu selama 47 menit 50 detik sebelum akhirnya melakukan
proses produksi. Tidak ada proses memasak ketika frying sudah siap untuk
memproses. Hal ini dikarenakan terdapat down time yang terjadi di bagian forming
tepatnya diproses coating. Penyebab permasalahan dari delay pada frying diketahui
dengan menggunakan metode 5 Why. Penyebab utamanya adalah proses cleaning
dibagian forming yang tidak benar dan menyebakan kabel yang basah, sehingga
korslet terjadi pada saat akan menjalankan mesin coating. Analisis waste
menggunakan 5 Why dibagian frying dapat dilihat pada Gambar 10.
31

Gambar 10 Analisis akar permasalahan delaying proses frying


Untuk mengklasifikasi waste pada frying yang terjadi secara detail
menggunakan metode 5W-1H. Proses frying yang tidak berjalan selama 47 menit
50 detik merupakan waste jenis delay karena proses produksi tidak berjalan ketika
mesin frying sudah siap. Waktu terjadinya delay pada proses frying ketika proses
produksi nugget X shift 1. Orang yang bertanggung jawab adalah tim cleaning shift
1 kareana proses cleaning dilakukan sebelum proses produksi berlangsung. Delay
terjadi pada proses frying, sumber waste berasal dari proses coating. Cara untuk
menyelesaikan waste tersebut dengan melakukan proses cleaning yang benar sesuai
dengan standarnya. Analisis waste dengan 5W-1H dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Saran perbaikan waste proses frying

Jenis Pemborosan Sumber Waktu Alasan Penanggung Solusi


(What) (Where) (When) (Why) jawab (How)
Keterangan Jenis (Who)
Proses Delay Mesin Pada Kabel Tim Proses
frying yang Revo saat mesin cleaning cleaning
tidak (Ruang produksi forming shift 1 harus
bekerja forming) nugget korsleting di-
X yang lakukan
basah dengan
dari baik dan
proses sesuai
cleaning prosedur
yang
tidak
bersih
32

Dampak dari delay pada proses frying juga mempengaruhi proses


setelahnya seperti steaming, freezing dan bagian packaging yang tidak berjalan,
sehingga tidak menghasilkan suatu output. Suhu meatmix merupakan salah satu
faktor penting dari proses coating, meatmix yang tidak segera diproses akan
mengalami peningkatan suhu dan menyebabkan meatmix mencair dan tidak dapat
dicetak. Mesin forming yang tidak bekerja akan menyebabkan suhu meatmix
meningkat dan membuat meatmix mencair. Oleh karena itu solusi dari kegiatan
yang bernilai waste pada bagian frying ini adalah tim cleaning harus melakukan
kegiatan cleaning sesuai dengan prosedur yang ada agar tidak terjadi waste pada
saat proses produksi berlangsung

Mixing
Bagian mixing terdiri dari frozen block cutting, grinding, emulsifikasi, dan
mixing. Emulsifikasi dan mixing merupakan kegiatan paling berpengaruh kuat
dengan atribut mutu nugget X. Untuk mengetahui adanya kegiatan waste perlu
diperhatikan peluang timbulnya waste dari proses frying itu sendiri. Peluang
terjadinya waste dapat dilihat pada Gambar 11.

Proses produksi Faktor penting Peluang waste

Thawing
Delay

Suhu dan
waktu proses
Defect

Kondisi mesin
Overprocessing
Mixing

Ukuran
pemotong
Motion

Unloading
Transportation

Injeksi
nitrogen

Gambar 11 Peluang terjadinya waste proses mixing


Faktor penting dari tahapan emulsifikasi adalah waktu dan suhu emulsifikasi,
serta unloading pada setelah emulsifikasi. Unloading merupakan tahapan
mengeluarkan premix hasil emulsifikasi ke troli premix. Unloading dimulai dengan
operator membuka penutup mesin bowl cutter. Setelah penutup mesin bowl cutter
33

dibuka, operator akan mengeluarkan premix secara manual. Tahapan ini yang
merupakan peluang terjadinya waste seperti tumpahnya premix dari bowl cutter.
Salah satu faktor penting proses produksi dari grinding yaitu ukuran pisau
pemotong. Pisau pemotong yang digunakan harus sesuai dengan ukurannya, apabila
hal in tidak diperhatikan atau terjadi kesalahan dalam penggunaan ukuran pisau
akan menghasilkan daging olahan yang tidak sesuai standar dan akan menyebabkan
waste, daging olahan tersebut akan menjadi waste kategori defect.
Pada bagian mixing terdapat beberapa aktifitas yang dinilai waste. Terdapat
kegiatan delay pada proses frozen block cutting. Operator yang meninggalkan
mesin dalam keadaan menyala seharusnya mematikan mesin terlebih dahulu
sebelum mengantarkan muatan potongan daging beku ke bagian grinding. Dengan
metode 5 Why dapat disimpulkan bahwa potongan daging beku harus segera
diproses menuju grinder untuk digiling, sebaiknya mesin harus dimatikan terlebih
dahulu sebelum meninggalkan bagian frozen block cutting. Analisis akar
permasalahan dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Analisis akar permasalahan delay proses frozen block cutting


Kegiatan lainnya yang dinilai waste adalah tidak teraturnya aliran bahan dari
bagian mixing nugget dengan mixing sosis. Aliran bahan yang tidak teratur ini
membuat dua troli saling berhadapan dijalur yang sama dan menyebabkan waste
kategori delay. Berdasarkan analisis 5 Why seharusnya tidak perlu dua troli tersebut
saling berhadpan dari bagian mixing nugget maupun sosis bila mesin grinding pada
nugget tidak rusak. Kerusakan mesin grinder nugget menyebabkan proses grinder
nugget dipindahkan ke mesin grinder sosis. Penyebab mesin grinder rusak adalah
motor pemotong grinder rusak karena terlalu sering digunakan. Gambar analisis
akar permasalahan dapat dilihat pada Gambar 13.
34

Gambar 13 Analisis akar permasalahan delay proses grinding


Pada proses emulsifikasi terdapat tahapan menambahkan minyak goreng
kedalam mesin bowl cutter. Minyak goreng berfungsi sebagai zat pengikat bahan
baku agar memudahkan homogenisasi. Pada saat penambahan minyak goreng
terjadi sedikit tumpah dari mesin bowl cutter. Alat menumpahkan minyak goreng
ke dalam bowl cutter masih menggunakan gayung dan menumpahkan secara
manual oleh operator mesin bowl cutter. Hal ini yang menyebabkan terjadi
ketumpahan minyak goreng pada saat proses penambahan minyak goreng, dan hal
ini akan terus berlangsung saat proses emulsifikasi. Saran perbaikan dari proses ini
seharusnya PT XY sudah memasang alat untuk memasukan minyak goreng seperti
selang yang terhubung dengan mesin bowl cutter itu sendiri. Sebelumnya bahan
yang dimasukan adalah serat kulit hewan. Sehingga tidak akan terjadi tumpahan
bahan baku yang menyebakan suatu pemborosan. Gambar dari analisis akar
permasalahan pada proses emulsifikasi terdapat pada Gambar 14.

Gambar 14 Analisis akar permasalahan overprocessing proses emulsifikasi


Untuk mengkalsifikasi waste pada mixing yang terjadi secara detail
menggunakan metode 5W-1H. Total waktu kegiatan tidak bernilai pada proses
mixing secara keseluruhan adalah 1 menit 47 detik. Analisis waste dengan 5W-1H
dapat dilihat pada Tabel 15.
35

Tabel 15 Saran perbaikan waste proses mixing

Jenis Pemborosan Sumber Waktu Alasan Penanggu Solusi


(What) (Where) (When) (Why) ng jawab (How)
Keterangan Jenis (Who)
Mesin Delay Mesin Setelah Karena Operator Me-
masih magurit daging suhu mesin mastikan
menyala (frozen cacah daging magurit mesin
tanpa ada block diantar meatmix (frozen mati lewat
input yang cutting) menuju harus block operator
diproses ruang tetap cutting) yang
mixing sebesar mengawas
sosis 5o C pada
ruangan
mixing
Ber- Delay Antara Troli dari Mesin Pekerja Mesin
lawanan ruangan block grinder yang grinder
arah antar mixing cutting nugget mobile harus
troli dari nugget akan digunak untuk diperbaiki
ruangan dan dibawa an mem-
mixing mixing ke melebihi bawa
nugget dan sosis grinder kapasita troli
mixing dan snya
sosis daging
giling
dibawa
menuju
mixing
nugget
untuk di
mixing
Minyak Over- Mesin Pada saat Karena Operator Mengganti
yang proce bowl input me- bowl dengan
tumpah ssing cutter minyak masukan cutter selang
saat akan (Emulsi- sebelum minyak minyak
diproses fikasi) proses hanya agar
emulsi- emulsi- dengan meng-
fikasi fikasi gayung hilangkan
risiko
tumpah.
Waste pada bagian mixing disebabkan oleh operator tidak melakukan
kegiatan yang sesuai prosedur dan alat produksi yang tidak dapat menunjang untuk
produksi. Operator yang bertugas unutk mengawasi kegiatan mixing sudah
seharusnya memastikan tidak ada kegiatan produksi yang tidak sesuai dengan
petunjuk teknis seperti mesin frozen block cutting yang menyala tanpa ada input.
Waste yang disebabkan oleh tidak menunjangnya peralatan dan kondisi mesin harus
dilakukan pengambilan keputusan untuk melakukan penambahan atau perbaikan
secepatnya.
36

Batching
Tahapan batching merupakan proses penimbangan bahan baku sesuai
perbatch produk yang akan diproduksi. Berdasarkan matriks korelasi antar proses
produksi tahapan batching merupakan tahapan yang paling berpengaruh dengan
tahapan setelahnya seperti mixing, forming, dan cooking. Faktor penting pada
tahapan batching diantaranya adalah persiapan penimbangan, supplier, dan
formulasi. Analisis peluang terjadinya waste pada tahapan batching dapat dilihat
pada Gambar 15.

Proses produksi Faktor penting Peluang waste

Transportation

Formulasi
Delay

Overprocessing
Batching Persiapan
bahan baku

Defect

Supplier
Inventory
Gambar 15 Peluang terjadinya waste proses baching
Pada tahapan batching terdapat peluang terjadinya waste berdasrkan faktor
pentingnya, diantaranya adalah formulasi, persiapan bahan baku, dan supplier.
Faktor supplier sangat berpengaruh terhadap dimulai dari proses produksi sampai
dengan produk jadi. Bahan baku yang dikrimkan harus sesuai dengan bill of
material dari produk X dan sudah melalui inpeksi departemen QC untuk bisa
digunakan sebagai formulasi produk. Bahan baku yang tidak sesuai akan
menghasilkan cacat produk, dan bahan baku yang tidak sesuai dengan jumlah bill
of material menyebabkan excess stock dan menghasilkan waste kategori inventory.
Pada bagian batching terdapat kegiatan waste kategori oveprocessing.
Keranjang formulasi tanpa menggunakan roda menyebabkan pekerja melakukan
geraka yang tidak efisien, dampaknya adalah pekerja yang membawa troli harus
menambah tenaga untuk medorong atau menariknya. Dengan menggunakan roda
akan membantu kelancaran aliran proses, sehingga pekerja yang bertugas
membawa keranjang tidak memerlukan tenaga yang berlebih. Analisis akar
permasalahan waste dapat dilihat pada Gambar 16 dan saran perbaikan untuk bagian
batching dapat dilihat pada Tabel 16.
37

Gambar 16 Analisis akar permasalahan overprocessing proses batching


Tabel 16 Saran perbaikan waste proses batching

Jenis Pemborosan Sumber Waktu Alasan Penanggung Solusi


(What) (Where) (When) (Why) jawab (How)
Keterangan Jenis (Who)
Membawa Over- Ruang Pada saat Keranja Pekerja Me-
keranjang proce batching mem- ng tidak yang mobile nambah-
formulasi ssing sampai bawa di- untuk kan roda
ruang keranjang lengkapi batching pada
mixing dry dengan dan mixing keranjang
material roda formulasi
ke mesin
bowl
cutter
(emulsi-
fikasi)

Waste akan mengganggu jalannya proses produksi, dan waste yang dihasilkan
dari suatu proses memberikan pengaruh secara langsung kepada proses lainnya.
Seperti delay pada bagian frying yang dihasilkan karena proses cleaning yang tidak
bersih berdampak kepada tidak berfungsinya mesin forming dan menghambat
jalannya proses produksi. Hal itu akan menambah waste diproses produksi lainnya.
Hal penting lainnya adalah melakukan pekerjaan yang sesuai dengan SOP yang
sudah ditetapkan. Proses cleaning yang dilakukan tidak sesuai menyebabkan suatu
masalah bukan hanya tentang kebersihan, tapi juga mesin forming menjadi korslet
karena kabel yang terkena air saat proses cleaning berlangsung.
Tahapan batching, emulsifikasi, mixing, frying, dan freezing merupakan
proses produksi yang sangat berpengaruh kuat dengan keseluruhan dari atribut mutu
nugget X, maka perlu dilakukan saran perbaikan terkait analisis waste yang telah
ditemukan. Dengan melakukan saran perbaikan untuk mengurangi jumlah waste
juga merupakan salah satu cara PT XY upaya perbaikan dengan target yang telah
ditetapkan.
38

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Produk nugget X dari PT XY secara umum sudah bisa memberikan kepuasan


konsumen. Hal ini karena lima atribut mutu produk X nilai kepuasannya sudah lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai kepuasan produk kompetitor. Atribut yang sudah
memenuhi kepuasan konsumen diantaranya adalah informasi produk, bahan
kemasan, warna, desain kemasan, dan bentuk. Atribut mutu rasa dan tekstur
merupakan faktor yang paling penting untuk konsumen dalam memilih produk
nugget, akan tetapi konsumen belum puas dengan atribut mutu rasa dan tekstur
produk X. PT XY harus melakukan perbaikan pada tingkat kepentigan teknis yang
mempunyai pengaruh kuat terhadap suatu atribut mutu, terutama untuk atribut mutu
yang belum memenuhi kepuasan konsumen yaitu rasa dan tekstur.
Perbaikan atribut mutu yang dilakukan dengan analisis waste, ditemukan
pada proses batching, mixing, dan cooking. Pada proses batching ditemukan waste
kategori overprocessing karena membawa keranjang formulasi tanpa roda. Pada
proses mixing ditemukan waste kategori delay dan overprocessing. Kegiatannya
yaitu mesin yang ditinggal dalam kondisi menyala, Bertemunya dua troli dengan
arah yang berlawanan, dan tumpahnya minyak goreng pada saat emulsifikasi. Pada
proses frying ditemukan waste kategori delay karena proses penggorengan yang
tidak berkerja selama 47 menit 50 detik.
Solusi penyelesaian waste adalah melakukan pekerjaan yang sesuai standar
dan prosedurnya, serta penambahan dan perbaikan peralatan mesin produksi pada
salah satu proses produksi yang belum bisa memudahkan pekerja. Upaya perbaikan
atribut mutu dengan menganalisis mutu produk dan pada parameter teknis berupa
waste dari proses produksi yang berpengaruh kuat terhadap atribut mutu dapat
membantu PT. XY untuk memenuhi kepuasan konsumen.

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah meperbaiki tahapan voice of


customer dengan menganalisis perilaku konsumen, karena dengan menganalisis
perilaku konsumen nugget output yang dihasilkan dari metode QFD ini sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh konsumen. Dari output tersebut akan menghasilkan
loyalitas konsumen terhadap produk tersebut. Penelitian ini dibatasi oleh jenis
konsumen pada tahapan survei yang hanya mahasiswa saja untuk menilai tingkat
kepentingan dan kepuasan atribut mutu produk, akan lebih baik jika konsumen yang
melakukan penilaian tingkat kepentingan dan kepuasan atribut mutu dari berbagai
kalangan.
PT XY harus melakukan perbaikan untuk mencapai nilai rasio perbaikan yang
sudah disepakati. Atribut yang perlu diperbaiki adalah rasa dan tekstur. Rasa dan
tekstur merupakan atribut yang paling penting untuk konsumen dalam memilih
produk nugget, selain itu nugget X belum mampu untuk memberikan kepuasan
terhadap rasa dan teksturnya. Sehingga perbaikan yang dilakukan dapat fokus untuk
proses produksi yang mempunyai pengaruh kuat terhadap atribut rasa dan tekstur.
PT XY dapat mengoptimalkannya dari parameter teknis seperti batching,
emulsifikasi, mixing, frying, steaming, dan freezing. Lean manufacturing dapat
39

diterapkan pada PT XY dengan catatan adanya perbaikan dan minimalisasi waste


yang timbul selama proses produksi nugget X, terutama untuk parameter teknis
yang dianggap penting. Setelah melakukan upaya perbaikan dengan mengeliminasi
waste, berikutnya PT XY harus menyepakati seluruh kegiatan dan kondisi terkait
produksi yang terjadi bernilai waste harus di eliminasi. Kegiatan dan kondisi yang
sebelumnya menjadi suatu hal yang umum, namun kegiatan dan kondisi tersebut
merupakan waste.
40
DAFTAR PUSTAKA

Alwi S, Hampson K, Mohamed S. Waste in The Indonesian Construction Projects.


Proceedings of the 1st International Conferences of CIB W107 – Creating a
Sustainable Construction Industry in Developing Countries; 2002 Nov 11-
13; Afrika Selatan. South East Queensland (AU): 305-315
Assauri S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta (ID): LPFEUI
Chien TK dan Su CT. 2003. Using the QFD concept to resolve customer satisfaction
strategy decisions. International Journal Quality Reliable Managament 20
(3):345–359
Eldin N. 2002. A promising planning tool: quality function deployment. Journal of
Cost Engineering. Vol. 44: 28-37.
Feigenbaum A. V. 1986. Total Quality Control. New York (US): Mc Graw Hill
Inc.
Fellows JP. 2000. Food Processing Technology: Principles and Practise. 2nd Ed.
Cambridge (UK): Woodhead Publ, Lim.
Franceschini F. 2002. Advanced Quality Function Deployment. Turin (ITA): St.
Lucie Press
Gasperz V. 2001. Total Quality Management. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama
Govers CPM. 1996. What and how about quality function deployment (QFD).
International Journal Production Econpmy 46–47(996):575–585
Goetsch DL dan Davis SB. 2000. Quality Management: Introduction to Total
Quality Management for Production Processing and Services Third Edition.
New Jersey (US): Prentice Hall.
Hui YH. 1996. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. 5th Ed. Vol 3. A. John
Willey & Sons Inc. New York (US): WilleyInterscience Publication
Jay JM. 2000. Modern Food Microbiology. 6th Ed. Gaithersburg (US): Aspen
Publishers, Inc
Liker JK. 2004. The Toyota Way: 1 4 Management Principles from the World’s
Greatest Manufacturer. New York (US): Mc Graw Hill Inc.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Jakarta (ID): PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Maritan D. 2014. Practical Manual of Quality Function Deployment. Verona (ITA):
Springer International Publishing
Mazur G. 2003. Voice of the customer (define): QFD to define value. Annual
Quality Congress Proceedings. Vol.57: 151-157.
Muhandri T, Kadarisman D. 2005. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor
(ID): Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
41

Muslim E, Gunawan SS. 2003. Quality function deployment (QFD) peningkatan


kualitas penanganan surat PT Pos Indonesia. Jurnal Teknologi 02: 100-107.
Nasution MN. 2010. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Jakarta (ID): Ghalia Indonesia
Rahmawan A, Sugiono, Chee-Cheng Chen. 2014. Aplkasi teknik quality functional
deployment dan lean manufacturing untuk minimasi waste. Journal of
Engineering and Management in Industrial System. Vol. 2 no. 1
Owens CM. 2001. Coated Poultry Products. Didalam: Sam, A. R. Poultry Meat
Processing. London (UK): CRC Press.
van de Poel. 2007. Methodological problems in QFD and directions for future
development. Res Eng Des 18:21–36
Sari SP, Kurniati N. 2011. Pengembangan model integrasi lot sizing pada produsen
dan distributor dengan mempertimbangkan adanya imperfect qualty item,
two way imperfect inspection, dan sales return. Jurnal Teknik Industri.
Digilib ITS [Internet]. [diunduh 2017 8 Februari]. Tersedia pada:
http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100011044479/16766
Shah R dan Ward PT. 2003. Lean Manufacturing: Context, Practice Bundles, and
Performance. Journal of Operations Management. 21, 129-149.
Surono IS, Sudibyo A, Waspodo P. 2016. Pengantar Kemanan Pangan untuk
Industri Pangan Ed. 1. Yogyakarta (ID): Deepublish
Wijaya T. (2011). Manajemen Kualitas Jasa. Yogyakarta (ID): PT Index.
Wood N. 2004. Lean thinking: what it is and what it isn’t. Management Services
48:8–10.
42

Lampiran 1 Bentuk kueisioner tahapan pra-survei


A. Seleksi Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Profesi :

Seberapa sering anda mengkonsumsi produk tersebut?


[ ] Setiap hari [ ] 6 hari/minggu [ ] 5 hari/minggu
[ ] 4 hari/minggu [ ] 3 hari/minggu [ ] 2 hari/minggu
[ ] 1 hari/minggu [ ] Kurang dari 1 kali/seminggu

Seberapa sering anda membeli produk tersebut?


[ ] 1 kali sehari atau lebih sering
[ ] 4-6 kali seminggu
[ ] 1-3 kali seminggu
[ ] 2-3 kali dalam 1 bulan
[ ] 1 kali dalam 1 bulan
[ ] 1 kali dalam 2 bulan
[ ] 1 kali dalam 3 bulan
[ ] Lebih jarang dari 1 kali dalam 3 bulan

Siapakah yang menentukan untuk membeli produk ini?


[ ] Saya sendiri [ ] Teman/Kerabat
[ ] Keluarga [ ] Yang lain, ……

Suara Harapaan Konsumen


Berikut adalah atribut mutu beserta definsinya yang disesuaikan oleh
produsen nugget dengan standar yang ditetapkan.
Aroma : Aroma daging berbumbu (sesuai rasa)
Rasa : Daging berbumbu
Tekstur : Kenyal, lembut, dan juicy
Warna : Kuning hingga oranye (permukaan) dan putih
(bagian dalam)
Bentuk : Berbagai bentuk
Desain kemasan : Ukuran, warna, dan informasi (rasa dan kemudahan)
kemasan,
Bahan kemasan : Wadah untuk mengemas dan melindungi produk
Informasi produk : Informasi yang dibutuhkan konsumen (nama
produk, nama produsen, alamat produksi, kontak
yang bisa dihubungi, komposisi, kandungan gizi,
cara penggunaan, tanggal kadaluarsa, kontra
indikasi, dan nomor produksi
Berdasarkan atribut mutu diatas apakah sudah memenuhi harapan anda?
[ ] Sudah memenuhi [ ] Belum memenuhi
43

Apabila belum memenuhi harapan anda, atribut apa yang perlu ditambahkan (max.
3) …

Definisikan atribut tersebut …

Berdasarkan 9 atribut mutu diatas sebutkan atribut yang masih belum memuaskan
anda (max. 3) ....
44

Lampiran 2 Bentuk kuesioner tingkat kepentingan produk X


Kuisioner Tingkat Kepentingan Produk Nugget X

Nama :
Posisi :
Instruksi :
Berilah tanda cross check untuk setiap nomor menurut tingkat kebutuhan
dan keinginan Anda terhadap produk, hanya satu jawaban untuk setiap nomor.
Tolong Anda jawab pertanyaan di bawah ini satu per satu secara berurutan.
Selesaikan satu jawaban dan pastikan semua jawaban terisi sebelum Anda beralih
ke pertanyaan selanjutnya. Berikut penjelasan untuk menjawab kuisioner ini:
Sangat Penting (5) : Jika hal tsb merupakan salah satu faktor
pertimbangan paling utama/paling penting anda
dalam membeli produk nugget atau jika hal tsb
terpenuhi Anda akan merasa sangat senang atau
sangat menyukai produk tersebut.
Penting (4) : Jika hal tsb merupakan salah satu faktor
pertimbangan penting bagi anda dalam membeli
produk nugget atau jika hal tsb terpenuhi anda akan
merasa senang atau menyukai produk tersebut.
Biasa saja (3) : Jika hal tsb mungkin menjadi salah satu faktor
pertimbangan bagi Anda dlm membeli produk
nugget. atau jika hal tsb terpenuhi maka anda agak
senang atau agak menyukai produk tersebut,
namun jika hal tsb tidak terpenuhi maka tidak
menjadi masalah.
Tidak penting (2) : Jika hal tsb tidak menjadi faktor pertimbangan
bagi Anda dlm membeli produk nugget, dan hal tsb
tidak berpengaruh terhadap kesukaan anda
terhadap produk tersebut
Sangat tidak penting (1) : Jika hal tsb sama sekali tidak menjadi faktor
pertimbangan bagi Anda dlm membeli produk
nugget, dan hal tsb sama sekali tidak berpengaruh
terhadap kesukaan anda terhadap produk tersebut.

Atribut Mutu Skala Kepentingan Atribut Mutu


1 2 3 4 5
Aroma
Rasa
Tekstur
Warna
Bentuk
Desain kemasan
Bahan kemasan
Informasi produk
45

Lampiran 3 Bentuk kuesioner tingkat kepuasan produk X dan kompetitor


Perbandingan Tingkat Kepuasan Produk

Nama :
Tanggal :
Jenis contoh : Nugget ayam
Instruksi :
1. Berilah tanda cross check untuk setiap nomor menurut tingkat kepuasan
Anda terhadap produk, hanya satu jawaban untuk setiap nomor. Tolong
Anda jawab pertanyaan di bawah ini satu per satu secara berurutan.
Selesaikan satu jawaban dan pastikan semua jawaban terisi sebelum Anda
beralih ke pertanyaan selanjutnya. Berikut penjelasan untuk menjawab
kuisioner ini:
Sangat Puas (5) : Jika hal tsb merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan Anda sangat menyukai
produk tersebut sehingga membuat Anda menjadi
sangat tertarik untuk membeli produk tersebut.
Puas (4) : Jika hal tsb merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan Anda menyukai produk tersebut
sehingga membuat Anda menjadi tertarik untuk
membeli produk tersebut
Biasa saja (3) : Jika hal tsb tidak mempengaruhi penlilaian
(suka/tidak suka) dan ketertarikan Anda untuk
membeli produk tersebut
Tidak puas (2) : Jika hal tsb merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan Anda tidak menyukai produk
tersebut sehingga membuat Anda tidak tertarik
untuk membeli produk tersebut
Sangat tidak puas (1) : Jika hal tsb merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan Anda sangat tidak menyukai
produk tersebut sehingga membuat Anda sangat
tidak tertarik untuk membeli produk tersebut
2. Tabel pertama adalah produk yang sekarang anda konsumsi, dan tabel
kedua adalah produk yang pernah anda konsumsi sebelumnya.
Produk :
Atribut Mutu Skala Kepuasan Atribut Mutu
1 2 3 4 5
Aroma daging ayam berbumbu
Rasa daging ayam berbumbu pada
nugget
Tekstur yang kenyal, lembut, dan
juicy
Warna kuning hingga oranye
(permukaan) dan putih (dalam)
Bentuk nugget setelah digoreng
Ukuran, warna, dan informasi
sebagai Desain kemasan
46

Bahan kemasan sebagai wadah


untuk mengemas dan melindungi
Informasi produk*

Produk :
Atribut Mutu Skala Kepuasan Atribut Mutu
1 2 3 4 5
Aroma daging ayam berbumbu
Rasa daging ayam berbumbu pada
nugget
Tekstur yang kenyal, lembut, dan
juicy
Warna kuning hingga oranye
(permukaan) dan putih (dalam)
Bentuk nugget setelah digoreng
Ukuran, warna, dan informasi
sebagai Desain kemasan
Bahan kemasan sebagai wadah
untuk mengemas dan melindungi
Informasi produk*
*Informasi produk seperti nama produk & produsen, alamat produksi, kontak yang
bisa dihubungi, logo halal, komposisi, kandungan gizi, cara penggunaan, tanggal
kadaluarsa, kontra indikasi, dan nomor produksi.
47

Lampiran 4 Rekapitulasi data tingkat kepentingan nugget merek X

Responden Aroma Rasa Tekst Warna Bentuk Desain Bahan Informasi


ur kemasan kemasan produk
1 4 3 3 3 5 4 5 5
2 3 4 4 5 3 4 4 4
3 4 3 4 4 4 4 3 4
4 3 4 4 4 4 3 4 4
5 4 5 4 3 5 4 5 4
6 5 5 5 5 3 4 4 5
7 5 4 4 4 5 5 5 4
8 5 5 5 4 3 2 2 3
9 5 5 4 4 5 5 4 5
10 4 4 3 4 5 5 5 5
11 5 5 5 4 4 3 3 3
12 4 5 4 4 3 3 4 3
13 3 4 4 4 4 4 4 4
14 4 3 4 3 3 5 5 5
15 3 4 4 4 4 3 4 3
16 4 5 4 3 3 3 3 4
17 5 5 5 5 5 5 5 5
18 5 5 5 4 4 3 3 5
19 4 3 4 4 5 4 4 5
20 4 4 4 3 3 4 4 4
21 3 3 4 3 4 4 4 4
22 4 5 4 4 4 4 3 4
23 4 4 4 3 4 3 3 4
24 3 4 3 4 1 3 3 3
25 5 5 5 5 4 4 4 4
26 4 4 3 4 3 4 2 4
27 4 5 4 3 4 3 3 4
28 2 4 3 2 2 2 2 3
29 4 5 5 5 4 5 5 5
30 4 5 4 3 3 3 3 3
31 3 3 3 4 4 3 3 3
32 5 5 5 4 3 4 3 4
33 4 5 5 4 5 4 4 3
34 4 5 5 4 3 2 2 2
35 5 5 5 5 4 4 5 5
36 4 4 4 4 5 3 5 5
37 2 5 5 3 3 4 4 4
38 3 4 4 3 3 4 4 3
39 5 5 4 5 5 4 5 5
40 5 3 4 2 3 5 5 4
41 4 5 5 5 5 5 5 5
42 4 4 5 5 5 5 4 4
43 4 5 5 3 4 2 2 4
44 2 3 3 5 2 3 3 3
45 3 4 4 4 3 4 4 3
46 4 4 4 4 4 4 5 4
47 3 5 5 3 3 4 5 5
48 3 5 4 4 5 5 3 5
49 4 4 4 4 1 2 5 4
50 3 5 5 3 3 5 5 5
51 5 5 5 5 5 5 5 5
48

52 4 4 4 5 4 5 4 4
53 4 5 4 4 3 4 4 5
54 4 5 3 4 3 4 4 4
55 4 5 5 4 5 5 5 5
56 5 5 5 4 3 3 4 4
57 4 5 5 3 1 4 4 5
58 4 5 5 4 5 4 5 5
59 4 5 5 5 4 4 4 4
60 4 5 5 3 4 4 5 4
Total 236 266 256 233 223 230 237 247
Rata-rata 3.93 4.43 4.27 3.88 3.72 3.83 3.95 4.12
49

lampiran 5 Rekapitulasi data tingkat kepuasaan nugget merek X


Responden Aroma Rasa Tekst Warna Bentuk Desain Bahan Informasi
ur kemasan kemasan produk
1 3 3 3 2 2 3 3 5
2 4 3 2 3 3 4 4 4
3 5 5 4 4 5 4 5 4
4 4 4 5 4 5 4 4 4
5 5 4 4 4 5 4 5 4
6 3 4 3 3 4 5 5 5
7 4 5 4 3 5 5 4 4
8 3 4 4 4 5 4 3 3
9 3 4 3 4 4 3 4 5
10 3 4 4 5 3 4 3 5
11 3 3 4 3 4 3 4 3
12 4 3 3 4 5 4 4 3
13 3 4 4 4 4 3 4 4
14 2 4 5 5 1 2 4 5
15 3 2 3 3 4 4 4 3
16 3 3 3 3 3 4 4 4
17 3 3 5 4 4 4 4 5
18 2 2 3 2 3 3 4 5
19 4 4 4 3 3 4 5 5
20 5 4 4 4 4 5 4 4
21 3 2 4 2 3 4 4 4
22 1 2 2 4 4 3 3 4
23 2 2 5 5 5 5 5 4
24 4 3 4 5 4 4 4 3
25 3 4 3 5 5 4 4 4
26 3 3 2 3 3 3 3 4
27 3 3 4 4 5 4 5 4
28 3 5 4 5 4 5 4 3
29 5 3 4 4 4 4 4 5
30 3 4 4 5 5 3 3 3
31 3 4 4 5 4 4 5 3
32 3 3 4 4 4 3 3 4
33 2 1 4 5 3 5 3 3
34 4 4 4 4 4 4 3 2
35 5 5 4 5 5 3 3 5
36 4 4 4 5 3 4 4 5
37 3 3 3 4 4 3 5 4
38 3 2 3 3 4 3 3 3
39 3 3 2 4 4 5 4 5
40 3 3 4 4 4 3 4 4
41 3 4 1 4 4 3 4 5
42 4 3 3 4 3 4 4 4
43 4 5 5 4 3 3 4 4
44 3 3 4 4 3 4 4 3
45 4 4 4 4 3 4 4 3
46 4 3 3 4 4 4 5 4
47 4 3 4 4 5 4 5 5
48 3 1 3 3 3 5 5 5
49 3 2 3 4 4 4 4 4
50 4 3 4 4 4 3 4 5
51 2 2 4 4 4 5 5 5
52 3 3 4 4 4 4 4 4
50

53 2 3 3 5 5 4 5 4
54 3 4 3 4 4 3 4 4
55 3 3 3 3 2 3 4 5
56 4 4 5 5 4 5 5 4
57 4 4 4 4 4 4 4 5
58 5 4 4 5 5 4 4 5
59 5 4 4 4 3 3 3 4
60 3 4 4 4 4 4 4 4
Total 202 201 218 237 232 242 229 247
Rata-rata 3.37 3.35 3.63 3.95 3.87 4.03 3.82 4.12
51

Lampiran 6 Rekapitulasi data tingkat kepuasaan nugget merek Y


Responden Aroma Rasa Tekst Warna Bentuk Bahan Desain Informasi
ur kemasan kemasan produk
1 4 4 4 4 3 3 3 3
2 3 4 3 4 3 3 3 4
3 2 3 4 4 4 5 3 3
4 3 2 2 2 3 3 3 3
5 2 3 3 2 3 3 5 4
6 4 5 4 3 4 5 5 5
7 4 3 4 2 4 3 4 4
8 4 4 4 4 5 5 4 5
9 4 4 3 2 2 4 3 3
10 3 4 4 3 4 3 4 3
11 3 4 4 3 4 4 4 4
12 5 5 5 5 4 4 4 4
13 3 4 4 4 2 3 3 3
14 3 4 5 3 4 3 4 3
15 4 3 4 4 3 3 4 4
16 4 3 3 3 3 4 5 5
17 3 4 5 2 4 4 5 3
18 3 3 3 2 4 5 5 4
19 4 2 2 3 3 3 3 3
20 4 5 5 4 4 5 5 5
21 4 5 4 3 4 5 4 5
22 3 4 4 4 3 4 4 4
23 4 4 4 3 4 4 4 5
24 4 3 2 3 5 4 5 5
25 3 3 3 3 3 3 3 3
26 3 3 3 3 3 4 4 3
27 3 3 3 3 2 4 4 4
28 3 3 4 4 4 4 4 5
29 4 3 3 3 3 4 3 5
30 1 2 3 3 5 5 5 4
31 3 3 4 2 4 3 4 4
32 3 4 4 3 2 3 3 4
33 4 4 3 3 5 2 3 4
34 4 4 4 2 3 3 4 3
35 2 4 4 3 3 5 5 5
36 4 5 3 3 3 3 3 3
37 4 4 4 3 3 3 3 4
38 4 4 3 3 4 2 5 5
39 4 3 4 3 3 4 4 4
40 4 4 3 3 3 4 3 5
41 3 4 4 4 3 4 4 4
42 4 4 4 4 4 3 3 4
43 4 3 4 3 3 4 4 4
44 2 2 4 5 3 3 5 5
45 2 3 4 3 4 5 3 3
46 4 4 4 4 4 4 4 4
47 4 4 3 4 5 4 4 5
48 4 5 4 3 3 4 4 3
49 4 4 4 4 3 4 4 4
50 4 4 4 5 5 4 4 5
51 4 3 3 3 4 2 3 3
52 4 4 3 3 4 3 4 4
52

53 4 5 4 4 3 4 3 4
54 4 4 4 4 3 4 4 5
55 3 3 3 4 4 4 4 4
56 4 4 4 2 2 3 4 3
57 2 3 3 4 2 2 4 4
58 3 4 4 3 4 4 4 4
59 4 4 3 4 3 4 4 4
60 5 4 5 4 4 4 4 4
Total 209 220 219 197 209 221 233 239
Rata-rata 3.48 3.67 3.65 3.28 3.48 3.68 3.88 3.98
53

Lampiran 7 Rekapitulasi data tingkat kepuasaan nugget merek Z


Responden Aroma Rasa Tekst Warna Bentuk Bahan Desain Informasi
ur kemasan kemasan produk
1 4 5 4 3 3 3 3 3
2 5 4 5 4 4 5 3 4
3 3 4 5 4 4 4 3 4
4 4 4 4 4 4 3 3 4
5 3 5 3 3 5 5 4 4
6 4 4 3 3 3 5 5 5
7 4 5 5 5 5 4 5 5
8 5 5 5 4 4 4 5 4
9 4 5 3 5 3 4 4 4
10 5 4 5 4 4 2 3 3
11 3 3 4 3 3 3 4 4
12 5 4 4 3 3 3 4 5
13 4 4 3 5 4 3 4 4
14 4 4 4 4 5 4 4 4
15 3 3 4 4 4 5 5 5
16 4 4 3 4 3 4 4 4
17 4 5 5 5 5 5 5 5
18 4 5 5 5 5 5 5 3
19 5 5 4 5 3 4 5 5
20 3 4 3 4 4 3 2 4
21 3 3 5 5 4 3 3 5
22 4 5 5 4 5 5 4 5
23 4 5 5 4 4 3 4 4
24 4 5 5 4 5 4 4 5
25 5 5 5 4 5 5 5 5
26 4 5 4 4 3 3 4 4
27 4 4 4 3 3 4 4 3
28 4 5 3 4 4 3 4 4
29 4 5 4 3 4 4 4 5
30 3 4 4 4 4 3 3 5
31 2 5 3 4 3 5 5 4
32 5 5 5 5 5 5 5 3
33 4 5 5 5 4 4 4 4
34 4 5 5 5 5 5 4 5
35 4 5 5 5 5 5 5 5
36 4 5 5 5 4 4 3 4
37 2 4 4 3 3 3 4 5
38 5 5 4 4 5 4 5 5
39 2 3 3 4 4 3 4 5
40 4 4 4 3 3 2 3 4
41 4 4 4 5 3 5 4 5
42 3 4 4 4 4 4 4 4
43 5 4 4 4 3 4 4 5
44 4 5 5 5 3 4 2 4
45 3 5 4 4 4 4 4 5
46 5 5 4 4 4 5 3 4
47 4 5 4 3 3 2 3 3
48 3 3 4 3 4 4 3 4
49 4 5 5 5 5 4 5 5
50 4 4 4 4 4 4 4 5
51 5 5 3 5 5 5 5 5
52 4 5 5 5 4 4 4 4
54

53 3 3 2 3 4 4 4 4
54 5 5 5 5 5 3 5 3
55 4 4 4 3 3 4 4 4
56 3 5 4 4 3 3 4 4
57 5 3 3 3 3 4 4 4
58 5 5 5 4 4 3 4 4
59 5 5 4 4 3 4 3 4
60 5 4 4 4 4 4 4 4
Total 3.97 4.43 4.15 4.07 3.92 3.88 3.97 4.27
Rata-rata 238 266 249 244 235 233 238 256
55

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 29 Oktober 1995 dari ayah Amitas
Hariseno dan ibu Lies Hendrawati. Penulis adalah putra ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis lulus dari Sekolah Dasar (SD) YPWKS 4 Krakatau Steel Cilegon, Banten
(200-2007). Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama IT Raudhatul Jannah
Cilegon, Banten (2007-2010). Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas
(SMA) pada tahun 2010. Tahun 2013 penulis lulus dari SMAPU Albayan Sukabumi
pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Ujian Talenta Masuk (UTM) IPB dan diterima di Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama perkuliahan di IPB penulis pernah mengikuti Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Flag Football pada tahun 2013-2014. Pada tahun yang sama
penulis juga pernah menjadi panitia divisi acara Agroindustrial Fair 2014. Setelah
masuk departemen TIN penulis tergabung dalam badan pengurus Himpunan
Mahasiswa Teknologi Industri (Himalogin) tahun 2014- 2016. Pada tahun pertama
penulis menjabat sebagai staf Departemen Akademik dan Prestasi. Pada tahun
kedua penulis menjadi ketua Himalogin. Pada tahun 2016, penulis mengikuti
praktik lapang selama dua bulan pada departemen Production Planning and
Inventory Control (PPIC) di PT Kraft Ultrajaya Indonesia. Pada tahun 2017, penulis
menjadi asisten praktikum mata kuliah Peralatan Industri.
Pada tahun 2017 penulis melakukan tugas akhir untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian dari program S1 jurusan Teknologi Industri Pertanian
IPB dengan judul “Analisis Quality Function Deployment Untuk Menerapkan Lean
Manufacturing Pada Produk Frozen Food PT XY” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir
Machfud, MS.

Anda mungkin juga menyukai