Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota bandung merupakan salah satu kota bersejarah, pada tahun 1810 hindia
belanda datang dan menetap di kota bandung. Kemudian hindia belanda membangun
berbagai bangunan untuk menunjang aktifitas dan kegiatan di kota Bandung,sehingga
kota bandung cukup kaya dengan berbagai bangunan peninggalan kolonial Belanda
yang dibangun dengan berbagai gaya atau langgam yang menjadi ciri bagi sejarah
perkembangan kota Bandung. Setelah kemerdekaan, peninggalan - peninggalan berupa
artefak seperti bangunan heritage yang masih terjaga dengan baik. Lokasi gedung-
gedung tua itu umumnya di kawasan kota yang paling awal dibangun seperti di jalan
Asia Afrika Bandung (jalur Grote postweg, jalan raya pos yang dibangun dari Anyer
sampai Panarukan). Namun pada saat ini, terdapat beberapa permasalahan dalam
kawasan bersejarah ini. Salah satunya muncul lahan terbengkalai yaitu pada lahan eks.
palaguna, yang dalam sejarah awal mula lahan tersebut merupakan lahan yang pernah
di bangun pertokoan dan hotel. Menurut Roger Trancik di dalam bukunya yang berjudul
Finding Lost Space, ada lima faktor utama yang menyebabkan terbengkalainya lahan di
kota-kota besar yaitu :
1. Meningkatnya ketergantungan pada kendaraan.
2. Pengaruh Rancangan Arsitek Terhadap ruang terbuka .
3. Adanya aturan baru yang dibuat tentang pembangian zoning dan landuse yang
menyebabkan terpisahnya komponen - komponen dalam kota.
4. Tidak adanya partisipasi dari pihak pengembang/developer untuk ikut bertanggung
jawab terhadap ruang publik di perkotaan.
5. Kurangnya perawatan terhadap bangunan lama seperti bangunan industri, militer dan
area transportasi di tengah jantung kota.
Industri kreatif di Indonesia dan khususnya di Kota Bandung dewasa ini telah
menunjukan aktifitas yang menggembirakan. Keanekaragaman budaya dan seni yang
ada di Indonesia dan khususnya di Kota Bandung dapat mempengaruhi potensi kreatif
yang timbul pada masyarakat. Menurut Kementrian Perdagangan Republik Indonesia
dalam buku Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif 2025
1
menyebutkan bahwa industri kreatif dapat dikelompokkan kedalam 14 sub sektor. Sub
sektor tersebut diantaranya : periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan,
desain, video (film dan fotografi), permainan interaktif (game), musik, seni pertunjukan,
penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak 50 (software), televisi
dan radio, dan riset pembangunan. Ke- 14 sektor tersebut merupakan acuan dalam
pengembangan jenis usaha kreatif yang ada di Indonesia. Berbagai komunitas yang
mempunyai latar belakang berbeda tumbuh dan berkembang di Kota Kembang ini.
Sejumlah komunitas ini mempunyai benang merah yang membuat mereka bisa dengan
mudah disatukan, yaitu kreativitas. Berikut merupakan data jumlah pelaku industri
kreatif di Kota Bandung.

Gambar 1.1. Potensi sektor usaha kreatif di kota bandung

(Sumber: Bappeda , 2008)

Saat ini kota bandung memiliki banyak forum dan organisasi lintas komunitas
kreatif yang membangun dan membangkitkan prestasi kota bandung. Namun, pada
kenyataanya, wadah untuk menampung aktifitas tersebut sangat minim dalam segi
kebutuhan ruang, tapak dan pembangunan. Maka dari itu, Penulis merancang Bandung
Creative Hub sebagai wadah aktifitas kreatif dan penghubung dari berbagai bangunan

2
yang berada pada kawasan heritage yang merupakan pusat kota yang memiliki nilai
sejarah dan identitas kota bandung dengan menyediakan berbagai fasilitas pendukung
dan sistem organisasi yang baik.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Menghidupkan kembali lahan terbengkalai pada kawasan heritage serta
menghubungkan fungsi atau fasilitas baru pada kawasan heritage.
Merancang bangunan bandung creative hub sebagai wadah pengembangan
kreatifitas terutama anak muda yang berada di bandung.

1.2.2 Tujuan
Mempelajari,menganalisis dan mengetahui tentang sejarah lahan yang ada
pada kawasan heritage.
mempelajari dan menganalisis fasilitas baru yang sangat berpotensi di kota
bandung.
Mempelajari,menganalisis dan mengetahui tentang aktifitas di bidang industri
kreatif.

1.3 Masalah Perancangan


Bagaimana menghubungkan fungsi atau fasilitas baru pada kawasan
heritage?
Bagaimana merancang bangunan bandung creative hub yang sesuai dengan
lokasi sekitar tapak ?

3
1.4 Pendekatan Perancangan

Bagan 1. Pendekatan Perancangan

(Sumber: Data pribadi

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Perancangan

Tapak yang di pilih untuk pembanguna bandung creative hub adalah pada
kawasan heritege jalan asia afrika tepatnya pada tapak eks. palaguna.
Perancanga bangunan Creative Hub Mengambil Tema Connectivity
Perancangan bangunan Creative Hub mempertimbangkan karakteristik dari
kawasan yang ada.
Perancangan bangunan Creative Hub harus mengacu pada studi literatur dan
karakter seni dan budaya yang ada di kota bandung.

4
1.6 Kerangka Berfikir

Tema

Judul

Creative hub sebagai


penghubung kawasan heritage
di kota bandung

Konteks
Kajian Pustaka
 RTRW
 Landuse  Buku Architecture in context
 Tapak (Brent C. Brolin)
 Buku Finding lost Space
( Roger Trancik )
 Buku Urban Design
Compendium 1& 2
Analisa (Llewelyn - davies )
 potensi  Analisa site
 Permasalaha ( Edward T. White)
n Kriteria
Perancangan

Konsep

Skematik

Hasil
Rancangan

Bagan 2. Kerangka Berfikir

(Sumber: Data pribadi

5
1.7 Skematik Penulisan

Sistematika laporan dari perancangan Bandung Creative Hub ini adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Pada Bab I, memuat latar belakang, maksud, tujuan, masalah perancangan,
pendekatan perancangan, lingkup dan batasan, kerangka berpikir dalam Bandung
Creative Hub dan sistematika penulisan laporan tugas akhir.

BAB II. DESKRIPSI PROYEK DAN ANALISIS


Pada Bab II, memuat penjelasan mengenai proyek secara umum, program kegiatan,
kebutuhan ruang, studi banding proyek.

BAB III. ELABORASI TEMA


Pada Bab III, memuat tentang pengertian tema, hubungan tema dengan rancangan
proyek yang dikerjakan yaitu menyangkut fungsi dan bentuknya (interpretasi tema) ,
studi banding tema sejenis.

BAB IV. ANALISA


Pada Bab IV, memuat tentang data, analisa fungsional, analisis kondisi lingkungan,
kesimpulan hasil analisa.

BAB V. KONSEP RANCANGAN


Pada Bab V, memuat konsep perencanaan, konsep dasar, rencana tapak, perancangan
bentuk bangunan.

BAB VI. HASIL RANCANGAN


Pada Bab VI, memuat dan menjelaskan hasil perancangan Bandung Creative Hub,
meliputi site plan, block plan, bentukan 3d massa dan tapak bangunan, 3d suasana,
maupun eksterior bangunan dan foto - foto maket.

6
BAB II
DESKRIPSI PROYEK

2.1 Umum

Gambar 2.1. Peta kawasan dan lokasi site

(Sumber: Data pribadi)

LOKASI :JL.Asia Afrika, Kecamatan Regol,

Kelurahan balong Gede


Kelurahan balong Gede
LUAS LAHAN :: 14000 m2 (1.4 Ha)
KDB :: 70 % 30 %
KLB :: 12,6
GSB :: 7 m
GSS :: 5 m

7
Suhu : Curah hujan :

Rata - Rata 23 – 30 ºC kisaran 1500-2250 mm

16 ºC 2000 mm

35 ºC

Kelembaban : Tekanan Udara :

Rata - rata 54 – 85% 900 – 1000 mbar

76%.

Kota bandung merupakan kota yang memiliki tekanan udara dan kelembaban
yang cukup baik. Dalam arsitektur, suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh
dalam desain. Berikut merupakan penjabaran tentang suhu dan kelembaban kota
bandung menurut BMKG.

Jalan Asia afrika merupakan jalan yang dulunya bernama groote postweg pada
masa kolonial. Kini jalan asia afrika menjadi kawasan heritage dikarnakan pada
kawasan ini banyak bangunan - bangunan peninggalan belanda. Lokasi yang strategis
dan berada di jantung kota bandung, menjadikan kawasan ini banyak di kunjungi para
wisatawan maupun anak sekolah guna mendapatkan pengetahuan sejarah. Lokasi
kawasan heritage ini juga merupaan kawasan yang dekat dengan alun - alun bandung
yang biasanya digunakan untuk beribadah, duduk santai ,bermain, dan hanya sekedar
menganbil gambar atau foto.

Dalam peraturan pemerintah rencana tata guna lahan,Jalan Asia Afrika


merupakan kawasan perdagangan, jasa serta RTH. Jalan Asia Afrika Merupakan pusat
perdagangn dan pelayanan jasa yang sangat dominan di kawasan tersebut. Pada tabel
rencana struktur pelayanan kota bandung, struktur sistem pusat primer alun - alun

8
mewajibkan fungsi bangunan seperti komersial, perdagangan, dan sosial budaya skala
yang di target kan adalah skala kota dan regional serta nasional dan internasional.
Berikut merupakan tabel dari rencan strukur pelayanan kota bandung yang bersuber
dari Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya kota bandung.

Tabel 1. rencan strukur pelayanan kota bandung

(Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya kota bandung)

2.2 Program Kegiatan

Program kegiatan yang diselengarakan pada bandung creative hub merupakan


program kegiatan yang setiap tahunya di ada kan di kota bandung, Akan tetapi, yang
berkaitan denga fungsi bangunan bandung creative hub . Kegiatan yang di
selenggarakan merupakan kegiatan yang berkaitan denga industri kreatif di bidang
fashion, video , film, kuliner serta pasar seni dan barang antik. Berikut merupakan
beberapa acara yang di selenggarakan selama setahun :

9
Desember Januari

Februari
November

Oktober Maret
Program
Kegiatan
Perbulan

September April

Agustus Mei

Juli Juni
Gambar 2.2. Program Kegiatan

(Sumber: Data pribadi)

Tahun baru Lomba Foto


Festival Jepang Food expo
Anniversary Bandung BMX Peringatan asia Afrika & video mapping
Women Festival
Culinary night
Pameran lukisan dan
Bandung Awards foto”sejarah”
Pekan budaya Tionghoa
Drama Tari
Festifal film bandung
Pameran tenun, bordir dan jahit
Teater Musical
English festival
Bandung Art Ledies moment Festival kuliner
Susur Cikapundung Toys Market
Festival film karya anak muda Pameran Foto TIK
bandung
Bazar Fashion
Festifal Budaya Sunda Konser musik kemerdekaan
Festival hijab fashion
Bandung Enterpreneur day
TANJOUBY OMEDETOU
COSPLAY Festival Peringatan hari
Kemerdekaan
Festival Tari merak
Festival Seni, Sastra, dan
Futsal Competition Budaya Jabar
EVENT HUT KOTA BANDUNG
Festival Indonesia Handmade
Lomba Fotografi in Frame

Tabel 2. Kegiatan dan acara perbulan

(Sumber : Data pribadi)

10
2.3 Kebutuhan Ruang

11
2.4 Studi Banding Proyek Sejenis

2.4.1 Federation Square

Federation Square terletak di jantung kota Melbourne. Seluas 3,2 hektar dan
berpusat pada dua utama ruang publik : lapangan terbuka (St. Paulus Pengadilan dan
The Square) dan satu tertutup (The Atrium), dibangun di atas atas dek beton di atas
jalur kereta api sibuk. Kota ini terletak di persimpangan antara Flinders
Street dan Swanston Street / St Kilda jalan di Melbourne Central Business District ,
berdekatan dengan stasiun kereta api tersibuk di Melbourne .

12
Gambar 2.3. Lokasi Federation Square

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Letak Federation Square berada di tepian sungai yarra . lokasi strategis dengan
di tenah kota dengan beberapa elemen pendukung seperti sungai.

Gambar 2.4. Site Plan Federation Square

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Beberapa fasilitas di tawarkan pada bangunan ini, seperti Grand theater foyer,
grand teater, the galery, the valley, youth cinema, badminton hall, dan masih banyak
fasilitas pendukung lainya.

13
Gambar 2.5. Denah Federation Square

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Bangunan terdiri dari 3 lantai dengan bentuk denah yang radial serta di lengkapi
dengan beberapa fungsi ruang pendukung. Walaupun bentuk denah seperti tidak
beraturan, namun sirkulasi pada bangunan terlihat jelas.

Gambar 2.6. Suasana dan aktifitas di Federation Square

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

14
Pada area ruang terbuka, digunakan sebagai area santai dan pengunjung dapat
duduk dan menghadap Yarra river dan area tersebut memang terbuka, tanpa ada batas
dinding

Gambar 2.7. aktifitas pada malam hari di Federation Square

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Pada event tertentu, dapat di selenggarakan di luar banguan terutama pada event
pemutaran film dan event lainya. dan dinding bangunan dapat di hadikan sebagai layar
untuk memutar film tersebut.

Gambar 2.8. Suasana Pameran Federation Square

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Di dalam bangunan tedapat beberapa fungsi ruang salah satunya adalah ruang
pameran. Sering digunakan dalam acara pameran lukis dan foto, dengan pencahayaan
yang cukup baik dan ruangan terlihat transparan namun terbatas oleh kaca.

15
2.4.2 Tallinn Town Hall

Arsitek : BIG (Bjarke Ingels Group) & Adams Kara Taylor


Proyek : TALLINN TOWN HALL
Luas Area : 28.000 M2
Lokasi : Tallinn
Material : Kaca, Beton dan Baja

Gambar 2.9. Site Plan Tallinn Town Hall

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Sebuah bangunan publik yang terletak di tengah kota tallinn yang berdekatan
dengan balai kota dan beberapa kantor pemerintahan serta pasar atau area
perbelanjaan.

Gambar 2.10. Konsep bentuk Denah Tallinn Town Hall

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

16
Ide bentuk dasar pada bangunan ini berbentuk persegi, namun bentuk persegi
tersebut mulai di acak sesuai bentuk namun tetap bersmbungan satu sama lain. Lalu
bentuk tersebut mulai dikombinasiakan dengan bentuk persegi namun berbeda ukuran.
Permainan besar kecil bentuk persegi mulai di kombinasikan pada tahap 3. Setelah
menemukan penyusunan yang pas, fungsi ruang mulai di tandai sesuai program ruang.

Gambar 2.11. Konsep Connection Tallinn Town Hall

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Konsep utama pada bangunan ini ialah konktivitas, koneksi antar bentuk persegi,
koneksi antara fungsi ruang, koneksi antar level bangunan, koneksi secara keamanan
dan utilitas, koneksi secar visual serta koneksi secara penataan penghijauan.

Gambar 2.12. Konsep Tampak Tallinn Town Hall

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Konsep tampak bangunan dibedakan dengan beberapa bentuk, sesuai analisa


pencahayaan, penghawaan, sudut pandang, serta respon dari beberapa bangunan
sekitar tapak.

17
Gambar 2.13. Perspektif Mata BurungTallinn Town Hall

(Sumber: http://www.archdaily.com/)
Konsep atap , Atap ini akan miring untuk membentuk puncak menara ramping
dan dibalut bahan reflektif. Serta terdapat pencahayaan pada sudut atap guna
memberikan cahaya yang masuk langsung ke bangnan.

Gambar 2.14. Denah Tallinn Town Hall

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Sesuai konsep Dasar, bentuk denah yang diambi merupakan bentuk


persegi,tengan konsep koneksi antara fungsi ruang, koneksi antar level bangunan,
koneksi secara keamanan dan utilitas, koneksi secar visual serta koneksi secara
penataan penghijauan. Dengan penyesuaian program rang dan program kebutuhan
dengan memaksimalkan efisiensi ruang yang digunakan. Meskipun bentuk yang persegi
yang disusun tidak beraturan, namun program ruang pada denah telah disusun rapi
sesuai kebutuhan ruang.
18
Gambar 2.14. Denah Tallinn Town Hall

(Sumber: Data pribadi)

Desain tampak yang dibuat merupakan hasil analisa dari seluruh sudut pandang
yang ada pada pada site dan merespon beberapa view yang ada pada site. Mengingat
kawasan sekitar merupakan kawasan pemerintahan dan kawasan heritage. Hasil
analisa ini merupakan salah satu penghormatan aristek terhadap bangunan sekitar dan
penyesuaian dengan tampak bangunan sekitarnya.

Gambar 2.14. Denah Tallinn Town Hall

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Memaksimalkan ruang terbuka pada bagian atap bangunan dengan memberi


skywalk sebagai penghubung antar banguan. hal ini merupakan upaya dari
pemanfaatan dan penambahan ruang terbuka dan penerapan konsep connectivity.

19
2.4.3 Seoul Creative Lab

Arsitek : Hyunjoon Yoo arsitek


Lokasi : 5 Nokbeon - dong , Eunpyeong - gu , Seoul , Korea Selatan
Tim Desain : HyunjoonYoo , Jinsung Huh , Insil Anak , Jaehong Mik , Moonchul
Choi , Sunkeun Hwang , Seungho Ham , Hyuntak Cho
Area : 600,0 meter persegi
Proyek Tahun : 2013
Material : Kaca, kayu, Baja dan Beton

Seoul Creative Lab didesain dengan dasar pemikiran " ruang inspirasi " pada
saat proses mendesain untuk menciptakan ruang tersebut. Plafon di desain tinggi
dengan menggunakan material spons guan menyerap suara dan mengontrol suhu pada
atap sesuai iklim dan musim di daerah tersebut. Sehingga, antar ruang yang ada,
merupakan ruang yang nyaman dan kedap suara.

Gambar 2.15. Denah Seoul Creative Lab

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Bentuk denah yang sederhana dengan vokalpoin di tengah banguan membuat


setiap ruangan yang ada pada bangunan Seoul Creative Lab ini mendapatkan cahaya
matahari secara langsung. Bentuk persegi membuat penataan denah ruangan menjadi
teratur dan rapi, Sehingga tidak terdapat ruang mati yang tidak terpakai.

20
Gambar 2.16. Ruang dan Fasilitas yang ada pada Seoul Creative Lab

(Sumber: Data pribadi)

Setiap ruang memiliki bidang horizontal. Namun, perpustakaan ini membuat


pengguna nyaman saat membaca buku dikarenakan bentuk tempat baca di design
senyaman mungkin dan sesederhana mungkin dengan memaksimalkan pencahayaan
yang cukup. Seoul Creative Lab ini juga menyediakan ruang pertunjukan untuk
engunjung yang akan memamerkan film pendek atau hanya sekedar film di bidang
pendidikan dan pembelajaran ntuk kreatifitas.

Gambar 2.17. Balkon di buat guna memaksimalkan pandangan

(Sumber: http://www.archdaily.com/)
Bangunan Seoul Creative Lab memaksimalkan pandangan terhadap gunung
Bukhansan dari kejauhan. Bentuk bangunan yang persegi dengan taman di tengah
bangunan dimaksudkan untuk memaksimlkan ruang terbuka dan pada sisi luar

21
bangunan terdapat dua balkon yang menojol agar gunung Bukhansan dapat terlihat
dengan jelas dan antara pengunjung satu dengan yang lain dapat berkomunikasi
dengan baik walau dari ruang dan titik yang berbeda.

Gambar 2.18. Sirkulasi yang baik pada bangunan Seoul Creative Lab

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Sirkulasi yang baik membuat bangunan Seoul Creative Lab ini terlihat nyaman
digunakan dengan beberapa fasilitas yang ada. Pengunjung juga dengan mudah
berkomunilasi dengan baik . Fasilitas yang di berikan juga cukup memadai dan efisien
dengan beberapa bentuk ruangnya.

Gambar 2.19. Fasilitas ruang Seoul Creative Lab tanpa dinding masif

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

22
BAB III
ELABORASI TEMA

3.1 Pengertian

Connectivity / Konektifitas

Dalam kamus besar bahasa indonesia :

koneksi / koneksifitas : hubungan yang dapat memudahkan (melancarkan) segala


urusan (kegiatan).

Dalam buku arsitektur bentuk, ruang dan tatanan:

konektifitas merupakan sebuah ruang - ruang yang di hubungkan oleh sebuah ruang
bersama.

Konektifitas dalam arsitektur tidak terlepas dari Kontekstual dalam beberapa teori
arsitektur, konektifitas dan kontekstual sangat berkaitan. berikut merupakan memaparan
dari beberapa teori kontekstual. menurut Brent C. Brolin dalam bukunya
Architecture in Context (1980) menjelaskan, kontekstualisme adalah kemungkinan
perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan
sekitarnya. Dengan kata lain, kontekstualisme merupakan sebuah ide tentang perlunya
tanggapan terhadap lingkungannya serta bagaimana menjaga dan menghormati jiwa
dan karakter suatu tempat. Untuk mewujudkan dan menciptakan arsitektur kontekstual,
sebuah desain tidak harus selamanya kontekstual dalam aspek form dan fisik saja, akan
tetapi kontekstual dapat pula dihadirkan melalui aspek non fisik, seperti fungsi, filosofi,
maupun teknologi.

Tidak Selamanya bangunan yang selaras dengan banguan kuno mampu


ditampilkan utuh dan dapat disebut menjadi karya yang kontekstual. Tampilan fasade
bangunan dengan citra kontekstual harus pula mempertimbangkan tentang fungsi
kontekstual yang akan ditetapkan.

23
3.2 Interpretasi Tema

Gambar 3.1. diagram Kreatif industri di kota bandung

(Sumber: Data pribadi)

Terdapat 15 Industri kreatif yang ada di kota bandung, dari 15 industri kreatif yang ada
di kota bandung, terdapat 6 industri kreatif pada kawasan heritage yang sangat
berpotensi.

Aktifitas Perbelanjaan dan Pertokoaan (Industri kreatif di bidang Fesyen)

Aktifitas Film dan pertunjukan Seni Tari (Industri kreatif di bidang Seni pertunjukan
dan Film

Aktifitas Bermain (Industri kreatif di bidang Permainan Interaktif)

Aktifitas Fotografi dan Film (Industri kreatif di bidang Video, fotograf dan film)

Aktifitas culinary night setiap 2 minggu (Industri kreatif di bidang Kuliner

Aktifitas Jual dan beli Barang antik (Industri kreatif di bidang pasar seni dan barang antik

Gambar 3.2. Aktifitas yang ada pada Kawasan heritage di asia afrika

(Sumber: Data pribadi)

24
Pada kawasan heritage, tema konektifitas merupakan koneksi antar aktifitas
disekitar kawasan dan aktifitas didalam site. Beberapa potensi yang telah ada, namun
kurang di ketahui oleh masyarakat terutama masyarakat di kota bandung. Adapun
penerapan konektifitas didalam site dan bangunan. Berikut merupakan penerapan tema
dalam bangunan. Adapun penerapan konektifitas didalam site dan bangunan. Berikut
merupakan penerapan tema dalam bangunan.

Industri Keratif
fotografi dan video
Industri Keratif
Kuliner dan
perdagangan

Industri
Keratif
Pasar seni
Industri Keratif
fashion

Gambar 3.3. Penerapan Tema Connectivity

(Sumber: Data pribadi)

Sebagai penerapan tema dan konsep, antar bangunan disediakan penghubung


berupa skywalk dengan jarak yang berbeda. Selain berfungsi sebagai
penghubung,skywalk dapat berfungsi sebagai sarana fotografi yang merupakan
pendukung dari aktifitas dan fungsi bangunan Bandung Creative Hub. Beberapa Bentuk
yang digunakan merupakan bentuk yang mengarah pada analisa bentuk yang sesuai
dengan tema connectivify dan bentuk bangunan sekitar.

25
3.3 Studi Banding Tema Sejenis

A New Landmark for Antalya


Arsitek : 1+1 Architects
Lokasi : Kepez, Cumhuriyet, 17110 Kepez/Çanakkale Merkez/Çanakkale
Province,Turkey
Tim Desain : Ervin Garip, Banu Garip
Proyek Tahun : 2015
Material : Kaca, Baja dan Beton

A New Landmark for Antalya merupakan ruang publik yang memiliki tema
Connectivity disesuaikan dengan konteks alam, topografi, dan perubahan lingkungan
perkotaan. Konsep yang di ambil dari kata "Kepez," yang berarti "Mahkota Terbuka"
yang terletak di puncak topografi, dan memiliki pemandangan Teluk Antalya, serta pusat
kota.

Gambar 3.4.Lkasi New Landmark for Antalya

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

26
Gambar 3.5. Site Plan New Landmark for Antalya

(Sumber: Data pribadi)

Gambar 3.6. Potongan Kawasan New Landmark for Antalya

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar 3.7. Potongan Bangunan New Landmark for Antalya

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Sebagai taman kota, ruang fasilitas yang ada dalam New Landmark for Antalya
ialah mencakup ruang pameran, lokakarya, kantor, restoran, teras panorama, kafe, toko
Sovenir, dan tempat rekreasi disetiap fungsi pendukung.

27
Gambar 3.8. Perspektif Mata Burung

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Secara keseluruhan, Fasilitas yang dirancang mengutamakan pejalan kaki. Di


dukung dengan ruang terbuka yang cukup baik, pengunjung dapat menikmati alam
dengan berjalan, jogging, dan bersepeda, dengan sistem sirkulasi terbuka yang
semangkin lama semangkin tinggi ,dan dan dilengkapi dengan ruang semi terbuka
dalam bangunan untuk melihat alami terbuka.

Gambar 3.9. Suasana dan Fasilitas New Landmark for Antalya

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Salah satu fasilitas yang ada pada New Landmark for Antalya ialah air mancur
di dalam ruang transparan yang sangat digemari anak - anak. Konsep dari bangunan ini
ialah, bagaimana kita dapat menikmati dan merasakan unsur air di dalam ruangan
namun terasa berada di luar bangunan. dengan fasilitas ini, pengunjung banyak
mengunjungi New Landmark for Antalya hanya untuk menikmati dan bermain air
mancur tersebut.

28
Gambar 3.10. Sirkulasi New Landmark for Antalya

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Sirkulasi pejalan kaki yang lebar dan nyaman, membuat pengunjung dapat menikmati
alam terbuka. Dan sirkulasi seperti ramp membuat para pejalan kaki tidak menyadari
baha mereka telah sampai pada puncak mahkota New Landmark for Antalya.

Gambar 3.11. Penerapan Tema Connectivity

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Terlihat jelas bahwa lokasi New Landmark for Antalya merupakan lokasi ruang
terbuka yang sejuk . Lokasi ini masih bisa dikatakan alami dengan banyaknya
penghijauan yang ada di sekita bangunan. New Landmark for Antalya merupakan
ruang terbuka serta tempat rekreasi yang sangat bagus untuk para pengunjung yang
jenuh dengan padatnya perkotaan.

29
Gambar 3.12. Penerapan Tema Connectivity

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar diatas merupakan Interior teras panorama dan kafe yang ada di dalam
bangunan dengan fasilitas yang mendukung dan memadai, serta konsep koneksi
terhadap keselarasan ruang ternuka dengan bangunan sekitar. kombinasi antara
Skywalk pada bangunan dan pemanfaatan ruang yang jelas, membuat bangunan ini
selaras dan berirama dengan baik.

30
BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis Fungsional

4.1.1 Organisasi Ruang


Industri Kreatif Toilet, ramp
fotorafi dan tangga

Industri Kreatif
Aplihteater
Kuliner

Drop off Basemant Lobby


Industri Kreatif Urban toys &
Fashion lapangan futasl

Industri Kreatif Arena


Barang antik & seni Skateboard

Bagan 3. Organisasi Ruang

(Sumber: Data Pribadi)

4.1.2 Zoning

Industri
Kreatif
Industri Kuliner
Kreatif
fotorafi

Industri Kreatif
Industri Barang antik &
Kreatif seni
Fashion

Bagan 4. Zoning

(Sumber: Data Pribadi) 31


4.1.3 Program Ruang

Bagan 5. Alur Kegiatan Pengelola

(Sumber: Data Pribadi)

Bagan 6. Alur Kegiatan Pengunjung

(Sumber: Data Pribadi)

4.2 Analisis Kondisi lingkungan

4.2.1Sejarah lokasi

Lokasi merupakan lahan yang dulunya pernah berdiri sebuah mall pertama di
kota bandung yang dikenal dengan nama Palaguna Plaza. Sebelum di bangun mall
palaguna Plaza, lahan ini pernah di bangun bioskop Varia, Elita dan Oriental yang
cukup terkenal pada tahun 1971 dan pada tahun 1955 lahan tersebut pernh di bangun
pertokoan dan hotel. Akan tetapi , Pada masa sekarang lahan tersebut menjadi lahan
terbengkalai dan hanya digunakan sebagai tempat parkir bus wisata pada saat
wisatawan datang ke kota bandung.

Jalan Asia afrika merupakan jalan yang dulunya bernama groote postweg pada
masa kolonial. Kini jalan asia afrika menjadi kawasan heritage dikarnakan pada
kawasan ini banyak bangunan - bangunan peninggalan belanda. Lokasi yang strategis
dan berada di jantung kota bandung, menjadikan kawasan ini banyak di kunjungi para
wisatawan maupun anak sekolah guna mendapatkan pengetahuan sejarah. Lokasi
kawasan heritage ini juga merupaan kawasan yang dekat dengan alun - alun bandung

32
yang biasanya digunakan untuk beribadah, duduk santai ,bermain, dan hanya sekedar
menganbil gambar atau foto.

Gambar 4.1. Lokasi kawasan Heritage di kota bandung

(Sumber: Data Pribadi)

4.2.2 Kondisi Lahan dan Potensi

Kota Bandung yang terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi
Jawa Barat. Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi,
perekonomian maupun keamanan. Secara geografis wilayah Kota Bandung berada
antara 107°36’ Bujur Timur dan 6°55’ Lintang Selatan, dengan total luas wilayah 167,7
km² dan jumlah populasi mencapai 8,6 juta jiwa pada Sensus tahun 2011.
Secara topografi Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter di atas
permukaan laut, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 meter dan
terendah di sebelah Selatan 675 meter di atas permukaan laut. Dikarenakan
ketinggiannya, iklim di Bandung lebih sejuk dari sebagian besar kota di Indonesia dan
diklasifikasikan sebagai iklim lembab, dengan suhu rata-rata 23,6 ° C (74,5 ° F)
sepanjang tahun.

33
4.2.3 Peraturan bangunan sekitar

Gambar 4.2. Peta Peruntukan Lahan di kota bandung

(Sumber: Bappeda , 2008)

Kawasan asia afrika merupakan tergolong kawasan perdagangan dan jasa.


Kawasan ini juga sebagai kawasan cagar budaya karena banyak bangunan
peninggalan bersejarah.

Lokasi : Jl. Asia-Afrika, Kecamatan Regol, Kelurahan


Luas Lahan : 1.4 Ha
KDB : 70%
KLB : 12.6
Elevasi : 702 mdpl
Lebar GSB : 7 meter (di atas permukaan laut)
Lebar GSS : 5 meter
Kemiringan Kontur : 1

34
4.2.4 View

Gambar 4.3. View Kawasan Heritage

(Sumber: Data Pribadi)

Potensi :
Lokasi site berada pada kawasan komersial sekaligus pusat kota Bandung, tepatnya di
depan Alun-alun Bandung yang berpotensi menjadikan bangunan Bandung Creative
Hub menjadi point of interest dan menarik perhatian di sekitarnya

Masalah :
Berada pada kawasan komersial dan h e r i t a g e menjadikan pertimbangan
tersendiri bagi bangunan yang hendak di bangun, yaitu agar desain bangunan tidak
mencederai desain bangunan pada kawasan heritage.

Solusi :
Pengembangan dan penerapan desain pada Bandung Creative Hub dengan
mempertimbangkan desain kawasan heritage agar Bandung Creative Hub dapat
menyatu dengan kawasan baik secara desain maupun peruntukannya.

35
4.2.5 Orientasi

Gambar 4.4. Arah Matahari Pada kawasan

(Sumber: Data Pribadi)


Potensi:

Di bagian Utara pada site tepat di jalan asia afrika, menjadikan bangunan yang akan
dibangun di site ini dapat menggunakan material kaca secara maksimal dengan
keselarasan bagunan heritage yang ada di jalan asia afrika.

Masalah:

Bagian timur dan barat terletak pada sisi kiri dan sisi kanan site, sehingga bangunan
yang akan dibangun harus merespon setiap sisi pada bagian tersebut.

Solusi :

Meminimalisir penggunaan maaterial kaca serta tata letak ruang harus di perhatikan
pada bangunan Bandung Creative Hub.

4.2.6 Lalu lintas

Simpang tiga antara jalan asia afrika dan jalan banceuy merupakan salah satu
jalan yang sering mengalami kemacetan pada jam sibuk,dikarenakan jalan tersebut
merupakan salah satu simpul antara jalan asia afrika dan jalan banceuy. Jalan banceuy
merupakan kawasan komersil yang melakukan aktifitas perdagangan setiap hari.

36
Biasanya kemacetan terjadi pada jam 11.00 hingga jam 18.00 sesuai dengan aktifitas
perdagangan yang dilakukan pada jam 09.00 hingga jam 18.00

Pada persimpangan jalan asia afrika juga mengalami macet pada jam sibuk,
dikarenakan pada jalan asia afrika banyak berdirinya perkantoran dan simpang tiga
pada jalan asia afrika merupakan titik simpul antara jalan asia afrika dan jalan dalem
kaum. jalan asia afrika juga merupakan jalur primer yang memiliki lebar jalan 14 meter
yang menghubungkan dan meneruskan jalur antar kota. Hal ini merupakn jalur utama
pada kawasan asia afrika yang berpotensi sebagai akses utama menuju tapak.

Jalan Braga merupakan jalan yang sering dilewati. Persimpangan Ini merupakan
persimpangan yang paling sering di lewati dan simpul yang sangat macet pada saat jam
sibuk bahkan saat akhir pekan. Karena jalan braga merupakan jalan yang sering
dikunjungi para wisatawan serta anak muda saat akhir pekan. kawasan braga juga
merupakan kawasan heritage yang dulunya merupakan pusat perbelanjaan.

Gambar 4.5. Jalur Lalu lintas

(Sumber: Data Pribadi)

37
Persimpangan antara jalan dewi santika dan jalan dalem kaum merupakan
simpul yang sering mengalami kemacetan pada jam sibuk dan hari libur, dikarenakan
pada jalan dewi santika terdapat pusat perbelanjaan dan badan jalan sering digunakan
untuk tempat parkir kendaraan roda dua dan tempat pemberhentian angkot. Jalan dewi
santika merupakan salah satu kawasan komersial dengan yang melakukan aktifitas
perdagangan setiap hari dan selalu mengalami peningkatan pengunjung pada akhir
pekan. Biasanya aktifitas dilakukan mulai pukul 10.00 hingga pulul 20.00.

jalan ini perupakan jalur penghubung antara jalan asia afrika dan jalan dalem
kaum. Tepatnya pada sisi sebelah timur alun - alun . Jalur ini sering terjadi kemacetan
jika jalan asia afrika juga sedang mengalami macet. Jalur terbagi menjadi dua bagian,
memudahkan akses masuk menuju tapak. Sebagai jalan penghubung antar dua jalan
primer, berpotensi sebagai akses sekunder pada tapak.

Jalan dalem kaum merupakan jalan pada sisi selatan tapak yang merupakan jalur
sekunder. Jalan ini sedang mengalami perbaikan dan pembuatan pedestrian dan juga
disepanjang jalan ini kekurangan peneduh. lebar jalan 10 meter sedikit lebih kecil dari
lebar jalan asia afrika dan pedestrian yang akan di buat memiliki lebar 2-3 meter.
Melihat keadaan pada jalur tersebut berpotensi sebagai akses tersier pada tapak.
23 24 23 24
01 01
22 02 22 02

03 03
21 21

20 20 04
04

19 05
19 05

18 06
18 06

17 07
17 07

16 08
16 08

15 09
15 09
14 10
14 10 11
13 12
13 12 11

Padat - Macet Karena hari Sabtu dan Kepadatan Kendaraan


Padat - Macet Pada hari senin hingga hari Kepadatan Kendaraan Minggu merupakan akhir Pada hari Sabtu & Minggu
jum’at Kepadatan kendaraan Pada hari Senin - Jum’at Lancar - Padat pekan, maka kepadatan yang
Lancar - Padat sering terjadi pada saat sering terjadi di area alun -
aktifitas pergi kerja, jam alun dan area perbelajaan
Sepi - Lancar (Sumber:Pengamatan pribadi)
Sepi - Lancar istirahat dan jam pulang (Plaza Parahyangan).
kerja. (Sumber:Pengamatan pribadi)

Gambar 4.6. Data Kepadatan Kendaraan Perhari

(Sumber: Data Pribadi)

38
23 24 01
22 02
Tingkat kemacetan tinggi pada jalan dalem kaum
21 03

20 04
Tingkat kemacetan tinggi pada jalur sekunder

19 05

Tingkat kemacetan tinggi pada jalan Banceuy


18 06

17 07 Tingkat kemacetan tinggi pada Jalan Braga

16 08
Tingkat kemacetan tinggi pada jalan homan dan
15 09 jalan pasundan

14 10
13 11
12
Jalur Lancar

Gambar 4.7. Data Kepadatan Kendaraan Pada Kawasan

(Sumber: Data Pribadi)

Potensi :
Site Mudah diakses dari seluruh daerah Bandung karena lokasi site berada di pusat
kota.
Kendala :
Akses menuju lokasi site merupakan akses yang sering mengalami kamacetan pada
jam kerja.
Solusi :
Mengatur entrance dan exit pada tapak untuk mencegah kemacetan.

4.2.7 Sirkulasi

Sirkulasi merupakan elemen pendukung yang sangat di butuhkan pada setiap


bangunan. Sirkulasi juga sebagai penghubung anata sat bangunan ke bangunan lain.
Pada saat ini, terutama sirkulasi pejalan kaki kurang di perhatikan. sehingga
mengurangi tingkat minat pengunjung untuk berjalan karena fasilitas pendukung kurang
memadai. Berikut Merupakan data sirkulasi pada Kawasan asia afrika

39
Fasilitas Sirkulasi Pejalan Kaki Sangat Baik
Fasilitas Sirkulasi Pejalan Kaki Buruk
Fasilitas Sirkulasi Pejalan Kaki cukup baik
Fasilitas Sirkulasi Pejalan Kaki Baik
Jembatan Penyebrangan

Potensi :
Secara Keseluruhan sirkulasi pejalan kaki sdah sangat baik dan layak. Terutama pada
kawasan asia afrika.
Kendala :
Hamir tidak memiliki Sirkulasi pejalan kaki di jalan dalem kaum. Sehingga pejalan kaki
sulit untuk berjalan dengan aman di jalan tersebut.
Solusi :
Memberikan dan menyediakan sirkulasi pejalan kaki pada jalan dalem kaum.

4.3 Kesimpulan

Program ruang dan alur yang baik akan menjadikan bangunan sekitar terhubung
dengan baik. Elemen pendukung, aturan serta potensi sebaiknya di kembangkan
dengan baik agar kawasan heritage tetap terjaga dan bangunan baru seperti bandung
Creative Hub ini dapat selaras dari berbagai elemen arsitektur. Penghijauan, ruamh
terbuka yang layak juga harus diikur sertakan dalam perancangan, guna meremajakan
kembali alam dan mengurangi polusi sekitar.

40
BAB V
KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Dasar

Konsep dasar perancangan “Bandung Creative Hub” adalah bagaimana


mewadahi kegiatan - kegiatan dibidang industri kreatif dengan menggali potensi yang
ada pada kawasan sekitar. Menciptakan ruang publik yang dapat menyesuaikan
kebutuhan dan pola aktifitas yang berkaitan dengan industri kreatif. Sehingga Bandung
Creative Hub dapat menjadikan tempat belajar dan menampung komunitas industri
kreatif hingga sesuatu yang dihasilkan mendapat nilai jual yang tinggi, serta sesuai
dengan kebutuhan dalam kaidah arsitektur.
Konsep ini meliputi bagaimana site yang berada pada kawasan heritage dapat
menyatu meskipun berbeda fungsi bangunanya. tema yang diusung merupakan tema
yang bernama “Connectivity” dimana kata tersebut dimaksudkan alam dua unsur yang
sangat berkaitan, yaitu penghubung kawasan heritage dan penghubung potensi indutri
kreatif yang ada pada kawasan tersebut, namun nilai jual produk industri kreatif tersebut
menurun.
5.2 Rancangan Tapak

5.2.1 Pemintakatan (zoning)

Aktifitas Perbelanjaan dan Pertokoaan (Industri kreatif di bidang Fesyen)

Aktifitas Film dan pertunjukan Seni Tari (Industri kreatif di bidang Seni pertunjukan
dan Film

Aktifitas Bermain (Industri kreatif di bidang Permainan Interaktif)

Aktifitas Fotografi dan Film (Industri kreatif di bidang Video, fotograf dan film)

Aktifitas culinary night setiap 2 minggu (Industri kreatif di bidang Kuliner

Aktifitas Jual dan beli Barang antik (Industri kreatif di bidang pasar seni dan barang antik

1
Pembagian Zona pada bangunan Bandung Creatuve Hub didasari oleh jenis
kegiatan dan hubungannya serta kepentingan pada masing-masing zona. Selain itu juga
meliputi adanya keterikatan antara satu zona dengan zona lainnya dan di hubungkan
dengan sirkulasi penunjang di dalam program ruang tersebut.
5.2.2 Gubahan masa

Awalnya bentuk bangunan bandung Creative Hub inimengabil dari beberapa


bentuk bangunan yang di selaraskan pada kawasan sekitar. namun mengalami
transformasi bentuk dengan menambahkan bentuk lengkung sebagai estetika. dan
fungsi lainnya.

Gambar 5.1. Gubahan Masa

(Sumber: Data Pribadi )

5.2.3 Pencapaian

Terdapat 5 pintu masuk bagi pejalan kaki dengan berbagai sisi jalan yang ada
pada kawasan heritage,, Memiliki 2 pintu masuk basement dan 1 pintu keluar basemant.
Bangunan ini jga dilengkapi dengan sirkulasi secara vertikal dengan menggunakan
ramp.

2
Gambar 5.2. Pencapaian

(Sumber: Data Pribadi )

Tata Hijau

Gambar 5.3. Penghijauan

(Sumber: Data Pribadi )

3
5.3 Bangunan

5.3.1 Bentuk

4
5.3.2 Sirkulasi

Gambar 5.4. Sirkulasi

(Sumber: Data Pribadi )

Sirkulasi yang di tawarkan ialah sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan. anak
tetapi, mengingat bahwa fungsi bangunan ini adalah ruang publik, Maka sirkulasi
pejalan kaki diperbanyak dan di perlebar serta diberikan banyak penghijauan agar
pejalan kaki merasa nyaman saat menggunakan sirkulasi tersebut.

5.3.3 Struktur dan konstruksi

Gambar 5.5. Struktur

(Sumber: Data Pribadi )


5
Sistem struktur yang digunakan pada bangunan adalah menggunakan struktur
baja yang diseliputi oleh beton. Struktur ini dipilih karena memperkuat bangunan karena
bangunan menggunakan roof garden dan bentang yang lebar. bentang antar kolom 8,4
meter dengan tinggi perlevel lantai 3,5 meter.

5.3.4 Utilitas

Gambar 5.6. Sistem Penyegaran Udara

(Sumber: Data Pribadi )

Utilitas didalam bangunan mengenai Penyegaran udara.


yaitu menggunakan sistem ac central dengan kapasitas
ruang yang banyak dan bangunan bandung kreative hub
ini memiiki banyak sekali ruang pamer sebagai fasilitas
bangunan.

Utilitas didalam bangunan mengenai air bersih


menggunakan airdari PDAM Kota Bandung melalui
proses penyaringan dan sterilisasi yang baik. Pompa
berada didalam basement kemudian di pompa naik
keatas atap bangunan kemudian ditampung oleh bak
toren kemudian disalurkan ke seluruh pipa.

6
BAB VI
HASIL RANCANGAN

6.1 Peta Situasi

6.1.1 Block Plan

Gambar 6.1. Blok Plan

(Sumber: Data Pribadi)


6.1.2 Site Plan

Gambar 6.2. Site Plan

(Sumber: Data Pribadi)


1
6.2 Gambar - Gambar Perancangan

6.2.1 Denah Bangunan

Gambar 6.3. Denah Lantai 1

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 6.4. Denah Lantai 2

(Sumber: Data Pribadi)


2
Gambar 6.5. Denah Lantai 3

(Sumber: Data Pribadi)

6.2.2 Potongan Bangunan

Gambar 6.6. Potongan

(Sumber: Data Pribadi) 3


6.2.3 Tampak Bangunan

Gambar 6.7. Tampak Depan

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 6.8. Tampak Belakang

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 6.9. Tampak Samping Kanan

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 6.10. Tampak Samping Kiri

(Sumber: Data Pribadi)

4
6.2.4 Perspektif

Gambar 6.11. Perspektif Mata Burung

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 6.12. Perspektif Mata Burung

(Sumber: Data Pribadi)

5
Gambar 6.13. Perspektif Mata Burung kawasan

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 6.14. Perspektif mata manusia

(Sumber: Data Pribadi)

6
Gambar 6.15. Suasana sisi timur

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 6.16. Suasana Amplihteater

(Sumber: Data Pribadi)

7
Gambar 6.17 Suasana Jembatan Penyebrangan

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 6.18 Perspektif pandangan menuju Masid Agung

(Sumber: Data Pribadi)

8
6.3 Foto Maket

Gambar 2.3. Lokasi Federation Square

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

9
10
11
12
BANDUNG CREATIVE HUB SEBAGAI
PENGHUBUNG KAWASAN HERITAGE
Tema

CONNECTIVITY

LAPORAN PERANCANGAN

AR38313S-STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER VIII TAHUN 2015/2016

Sebagai Persyaratan untuk memperoleh

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

TIARA DWI ADE

104 13 702

JURUSAN TEKNK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Maksud dan Tujuan ....................................................................... 3

1.3. Masalah Perancangan................................................................... 3

1.4. Pendekatan ................................................................................... 4

1.5. Lingkup Dan Batasan .................................................................... 5

1.6. Kerangka Berfikir ........................................................................... 6

1.7. Sistematika Laporan ...................................................................... 7

BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1. Umum............................................................................................ 8

2.2. Program Kegiatan.......................................................................... 10

2.3. Kebutuhan Ruang.......................................................................... 11

2.4. Studi Banding Proyek Sejenis ....................................................... 13

BAB III ELABORASI TEMA

3.1. Pengertian Tema ............................................................ 23

3.2. Interpretasi Tema .......................................................................... 24

3.3 Studi baning Tema sejenis............................................................ 26

BAB IV ANALISA

4.1. Analisa Fungsional ........................................................................ 31

4.2. Analisa Kondisi Linglingan ............................................................ 33

4.2. Kesimpulan ................................................................................... 40


BAB V KONSEP PERANCANGAN

5.1. KONSEP DASAR ......................................................................... 41

5.2. RENCANA TAPAK ...................................................................... 42

5.3. BANGUNAN ................................................................................. 44

BAB VI HASIL PERANCANGAN

6.1. Peta SITUASI ............................................................................... 44

6.2. Gambar Perancangan .................................................................. 43

6.3. Foto Maket .................................................................................... 56

Daftar Pustaka

LAMPIRAN
Daftar Pustaka

 Neufert, Ernst. 1993. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2. Jakarta:


Erlangga.
 Neufert, Ernst. 2000. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid II. Jakarta:
Erlangga.
 Ching, Francis DK. 1996. Arsitektur, Bentuk, Ruang, dan Susunannya.
Jakarta : Erlangga.
 Trancik, Roger . 1980. Finding Lost Space.
 Brent C. Brolin, Architecture in Context
 llewelyn- davies,2000. urban design compendium.: The hausing
Coperation
 Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2007. Pengembangan
Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi kreatif 2025.
 Mouraria Creative Hub Diakses 06 september 2015, 09.39 WIB, dari
http://www.archdaily.com/625194/cim-mouraria-creative-hub-dnsj-arq
 SCL – Seoul Creative Lab Diakses 06 september 2015, 09.39 WIB,
dari http://www.archdaily.com/461013/scl-nil-seoul-creative-lab-
hyunjoon-yoo-architects
 Impact Hub Belgrade Diakses 06 september 2015, 09.39 WIB, dari
http://www.archdaily.com/627398/impact-hub-belgrade-ured-
architecture-studio
 Federation Square Diakses 10 Oktober 2015, 07.45 WIB, dari
http://www.archdaily.com/627398/ Federation-Square
 Tallinn Town Hall Diakses 02 November 2015, 09.25 WIB, dari
http://www.archdaily.com/627398/ Tallinn-Town-Hall
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studio tugas akhir yang berjudul
“Bandung Creative Hub Sebagai Penghubung Kawasan Heritage”.
Penulisan laporan studio tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
wajib mata kuliah Akhir dariProgram Studi Sarjana, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dalam penyelesaian
laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Baik dalam
Bimbingan, pencarian data, hingga pada saat penyusunan laporan ini. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih Khusunya kepada yang
terhormat :
1. Bapak Nova Chandra Aditya, ST Selaku Dosen pembimbing Tugas akhir atas
bimbingan dan arahannya.
2. Bapak DR. Salmon P Martana, ST.,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur
3. Ibu Dhini D. Tantarto Ir., M.T. selaku Ketua koordinator Tugas Akhir
4. Seluruh Dosen Teknik Arsitektur Unikom, yang banyak memberi masukan tentang
Arsitektur .
5. Untuk Orang Tua keluarga, teman-teman 2011 dan 2013 yang telah banyak membantu
dan memberikan dukungan dalam penyususan laporan Tugas akhir ini.
6. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan
dan bantuannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa, tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, mengingat keterbatasan kemampuan pengetahuan pengalaman penulis serta
keterbatasan waktu yang ada, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan penyusunan laporan Tugas akhir ini.
Penyusun berharap semoga apa yang disajikan dalam laporan Tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 26 Februari 2016

Tiara Dwi Ade

Anda mungkin juga menyukai