Anda di halaman 1dari 3

GUEST LECTURE

Sustainable pharmacy education in the time of Covid-19

Nama : Anita Yunianti


NIM : 20811079

Bagaimana perbandingan pendidikan farmasi di Indonesia, Malaysia & UK sebelum dan saat
pandemi Covid-19?

Pandemi merupakan hal yang datang tiba-tiba dan tak terduga yang terjadi di seluruh
dunia. Semua faktor ikut terkena dampak dan harus beradaptasi, salah satunya adalah faktor
pendidikan farmasi baik di Indonesia maupun di luar negeri seperti United Kingdom (UK) dan
Malaysia. Pendidikan sebelum pandemik baik di UK, Malaysia, maupun di Indonesia
menggunakan sistem offline namun setelah pandemic semua menjadi berubah dimana
pembelajaran mengandalkan suatu aplikasi, sehingga mengharuskan pembelajaran dilakukan
secara online atau daring.
Pertama, pembelajaran pendidikan farmasi di Malaysia pada IIUM (International Islamic
University Malaysia). Sebelum masa pademi pembelajaran di IIUM Malaysia dilakukan secara
langsung yaitu secara tatap muka. Namun, ketika pandemi berlangsung IIUM menyiapkan
sebuah platform selama kurang lebih 2 bulan bernama Emergency Remote Teaching and
Learning (ERTL) yang dapat digunakan sebagai wadah pengaduan dari mahasiswa yang
terkendala selama perkuliahan daring seperti fasilitas internet, dan di dalam ERTL nantinya
akan diunggah video pembelajaran sebelumnya sehingga ketika terdapat mahasiswa yang
terkendala jaringan pada saat kuliah, masih bisa melihat ulang perkuliahan di dalam ERTL.
Selain ERTL, IIUM juga mengembangkan sistem manajemen belajar yaitu iTa’leEM (Integrated
Teaching and Learning Environment System). Setiap dosen memiliki akun masing-masing di
dalam iTa’leEM dan dosen dapat membuka kelas sesuai mata pelajaran yang diampu serta
membagikan folder berisi bahan pembelajaran di dalamnya termasuk pengumuman, materi,
tugas dan aktivitas apa saja yang akan dilakukan selama masa perkuliahan. Selain dosen,
mahasiswa juga memiliki akun masing-masing dan dapat bergabung pada kelas sesuai dengan
mata kuliah yang diambil. Namun demikian, selain iTa’leEM IIUM juga menggunakan beberapa
platform seperti MS Team, Zoom, Telegram, Gmeet, Google form, and Whatsapp untuk
menunjang iTa’leEM. Dalam menjalani perkuliahan terdapat lima permasalahan di dalam ERTL
yaitu manajemen waktu, kendala jaringan internet, kurangnya tempat yang sesuai untuk belajar
online, komunikasi tidak jelas, kurangnya rasa saling terhubung antar mahasiswa ataupun
antara mahasiswa dan dosen. Dalam pembelajaran online terbagi menjadi dua cara yaitu
dengan asinkron dan sinkron. Sedangkan untuk praktik laboratorium, dilakukan dengan
bertemu secara langsung atau datang ke kampus dengan SOP Covid-19 dan melihat video
praktikum. Kemudian untuk penelitian tahun akhir atau tugas akhir dilakukan dengan 2 metode
yaitu menggunakan narrative review dan systematic review. Sedangkan untuk penilaian akhir
semester dilakukan dengan ujian tulis online, online OSCE, dan presentasi online.
Kedua, pembelajaran di UK sebelum pandemi terjadi proses pembelajaran pendidikan
farmasi di UK tentu saja dengan offline atau saling tatap muka di kelas. Prosesnya dibuat
kelompok belajar dengan sistem Problem Based Learning (PBL), menyelesaikan suatu kasus
bersama dalam suatu ruangan kelas. Kemudian, untuk pembelajaran praktik seperti praktikum
dilakukan di sebuah laboratorium secara langsung tanpa adanya simulasi, karena laboratorium
didesain sudah seperti keadaan nyata saat bekerja. Kemudian ketika ujian, mahasiswa akan
diuji dengan ujian tertulis dimana mahasiswa ditempatkan di tempat atau aula yang besar dan
akan mengerjakan soal secara langsung, dan untuk penilaian praktek dapat diuji dengan secara
oral atau dengan metode OSCE. Ketika pandemi terjadi semua berubah dan harus dilakukan
secara daring. Saat pandemi UK mengalami 2 kali lockdown, saat pertama kali lockdown seluruh
kegiatan belajar dilakukan dengan kelas online, menggunakan media belajar seperti CANVAS
dan MS Teams. CANVAS platform pada dasarnya hampir sama dengan Google Classroom,
namun bedaanya dalam CANVAS dapat dibuat grup lagi dan dosen dapat masuk tiap grup untuk
memberikan tugas ataupun pengumuman. Sedangkan, ketika lockdown diperlonggar
mahasiswa akan datang ke kampus secara face to face 2 jam dalam seminggu. Namun, tidak
semua datang ke kampus, hanya beberapa materi yang diharuskan face to face,dimana akan
dibagi grup belajar dan di ruangan berbeda masing-masing grup tersebut. Kemudian untuk
praktikum, seluruh materi praktikum di laboratorium dilakukan secara online dengan metode
belajar simulasi lewat video atau gambar.
Ketiga, pembelajaran pendidikan farmasi di Indonesia khususnya di UII yaitu sama
halnya dengan Malaysia dan UK pembelajaran sebelum covid di Indonesia dilakukan secara
langsung tatap muka dan dilakukan di dalam kelas. Sedangkan untuk pembelajaran setelah
pandemi, UII menggunakan sebuah aplikasi yaitu Mydispense selain itu juga menggunakan
Google Classroom dan Zoom. Aplikasi Mydispense sudah digunakan pada program studi profesi
apoteker dan akan digunakan untuk program studi farmasi atau S1 pada tahun depan.
Mydispense merupakan adaptasi dari Monash University Australia yang mana aplikasi ini
dikembangkan oleh Monash University pada tahun 2010 dan bekerja sama dengan farmasi UII
pada tahun 2020. Pada Mydispense terdapat alat simulator yang dapat digunakan mahasiswa
untuk melakukan praktik kefarmasian meliputi penyiapan resep obat, konseling, pelayanan
obat di apotek, dan pengelolaan obat. Proses penggunaan Mydispense yaitu pertama dosen
akan mengunggah skenario masalah yang nantinya akan diselesaikan dan dipraktekan
mahasiswa dan mahasiswa dapat masuk ke aplikasi menggunakan akun yang telah diberikan.
Dalam Mydispense mahasiswa dapat mengatur jenis pasien yang akan dilayani berdasarkan
umur dan jenis kelamin. Terdapat banyak jenis avatan atau pasien yang dapat dipilih.
Mydispense memiliki database pasien, prescribers dan obat yang komprehensif. Meliputi 43
prescriber, 425 pasien, lebih dari 1800 obat resep, dan 282 obat OTC. terdapat kendala besar
dalam penggunaan Mydispense yaitu bahasa, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa
inggris dan hal tersebut menyulitkan beberapa mahasiswa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga Negara tersebut pada dasarnya sama yaitu
melakukan tatap muka saat sebelum pandemi dan setelah pandemi pembelajaran menjadi
online dengan menggunkana aplikasi sebagai media penyampaiannya.

Anda mungkin juga menyukai