SPLN - T3.001!1!2015 Konduktor Aluminium Berinti Baja Untuk SUTT Dan SUTET
SPLN - T3.001!1!2015 Konduktor Aluminium Berinti Baja Untuk SUTT Dan SUTET
001-1: 2015
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) No. 0193.P/DIR/2016
PT PLN (PERSERO)
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
i
STANDAR SPLN T3.001-1: 2015
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) No. 0193.P/DIR/2016
PT PLN (PERSERO)
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
KONDUKTOR ALUMINIUM BERINTI BAJA LAPIS
ALUMINIUM (A1/SA1A)
UNTUK SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI
DAN EKSTRA TINGGI
Disusun oleh :
Diterbitkan oleh:
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
Kelompok Bidang Transmisi Standardisasi
dengan Keputusan
Kepala PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan
(Research Institute)
No. 0103.K/LIT.03/KAPUSLITBANG/2015
NARASUMBER :
1. Satyagraha A. Kadir, ST
SPLN T3.001-1: 2015
Daftar Isi
i
SPLN T3.001-1: 2015
Daftar Tabel
Daftar Gambar
ii
SPLN T3.001-1: 2015
Prakata
SPLN T3.001-1: 2015 merupakan revisi dari SPLN T3.001-1: 2007. Tujuan dari revisi adalah
membatasi ukuran konduktor yang akan digunakan pada Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), sehingga variasi dari
aksesoris dan tipe menara juga dapat dibatasi.
Untuk maksud tersebut, maka konduktor hanya ditetapkan dalam dua ukuran. Selain
pembatasan ukuran, ruang lingkup SPLN ini hanya untuk konduktor A1/SA1A, yang
sebelumnya dikenal sebagai ACSR/AS. Spesifikasi untuk konduktor aluminium lainnya
dibuat dalam SPLN terpisah.
Dengan diterbitkan standar ini, maka SPLN T3.001-1: 2007 dinyatakan tidak berlaku lagi.
iii
SPLN T3.001-1: 2015
1. Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan spesifikasi konduktor aluminium dipilin konsentris berinti baja
lapis aluminium (aluminium clad steel) untuk penggunaan pada saluran udara tegangan
tinggi dan ekstra tinggi.
Untuk selanjutnya, konduktor tersebut diatas disebut dengan “konduktor”.
2. Tujuan
Sebagai pedoman untuk pengadaan konduktor bagi unit-unit PLN serta ketentuan desain,
pembuatan dan pengujian untuk pabrikan, laboratorium penguji dan institusi sertifikasi
produk.
3. Acuan Normatif
Kecuali ditetapkan secara khusus pada standar ini, persyaratan yang terkait dengan
metode uji mengikuti ketentuan pada standar-standar di bawah ini. Dalam hal terjadi
revisi, persyaratan mengikuti edisi terakhirnya.
a. IEC 61089: 1991, Round wire concentric lay overhead electrical stranded conductors
dan amendment 1 (1997-05);
b. IEC 60889: 1987, Hard drawn aluminium wire for overhead line conductors;
c. IEC 61232: 1993, Aluminium-clad steel wires for electrical purposes;
d. IEC 61394: 2011, Overhead lines – Requirements for greases for aluminium,
aluminium alloy and steel bare conductors;
e. IEC 60410: 1973, Sampling plans and procedures for inspection by attributes.
4. Definisi
Konduktor yang terdiri dari inti (central core) yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan
kawat-kawat yang dipilin spiral dan berlawanan arah.
4.2 Kawat
Suatu filament dari logam tarik (drawn metal) yang mempunyai lingkar penampang
konstan.
1
SPLN T3.001-1: 2015
4.3 Kawat A1
Kawat baja galvanis berkekuatan reguler dengan tebal lapisan seng kelas 1 sesuai IEC
60888.
Kawat baja lapis aluminium (aluminium clad steel) kelas 20SA tipe A sesuai IEC 61232.
Panjang aksial satu putaran lengkap dari spiral yang dibentuk oleh individu kawat dalam
suatu konduktor.
Rata-rata dari rasio panjang pilinan suatu kawat pada suatu lapis pilinan kawat-kawat
terhadap diameter luar dari lapis pilinan tersebut.
Rasio antara luas penampang baja terhadap luas penampang aluminium, dinyatakan
dalam persen.
Arah putar dari suatu lapis pilinan kawat-kawat. Bila konduktor dipegang secara vertikal,
maka:
a. arah pilin adalah ke kanan bila bagian tengah pilinan membentuk huruf Z;
b. arah pilin adalah ke kiri bila bagian tengah pilinan membentuk huruf S.
2
SPLN T3.001-1: 2015
4.10 Nominal
Nilai yang mengidentifikasi sifat-sifat terukur dari konduktor atau komponen konduktor,
dimana toleransi diterapkan. Nilai nominal merupakan nilai target.
5. Spesifikasi Konduktor
A-B/C-D/E
A Nomor kode; menyatakan luas penampang elektris konduktor ekivalen aluminium A1,
dinyatakan dalam mm2;
B Jenis kawat aluminium, yaitu A1;
C Jenis kawat baja, yaitu SA1A;
D Jumlah kawat aluminium;
E Jumlah kawat baja.
Spesifikasi dan karakteristik konduktor A1/SA1A tercantum pada Tabel 1.
6. Konstruksi
Kawat baja sebelum dipilin harus memenuhi IEC 61232 untuk kelas 20SA, kekuatan
mekanis tipe A.
Karakteristik baja SA1A tercantum pada Tabel 3.
Permukaan konduktor dan kawat harus bebas dari segala ketidaksempurnaan yang
terlihat dengan mata telanjang, seperti goresan, tekukan, dan lain-lain, yang tidak
konsisten dengan praktek komersial yang baik.
3
SPLN T3.001-1: 2015
Kawat-kawat di setiap lapisan harus dipilin merata dan rapat menutupi lapisan kawat di
bawahnya.
Sebelum pemilinan, kawat baja dan aluminium harus mempunyai suhu yang mendekati
seragam.
4
SPLN T3.001-1: 2015
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jumlah Diameter
Luas penampang Diameter
Rasio kawat kawat Densiti Gaya Resistans dc Massa
Tipe baja linier putus pada 20ºC grease
A1 SA1A Total A1 SA1A A1 SA1A Inti Kond
2 2 2
% mm mm mm - - mm mm mm mm kg/km kN Ω/km kg/km
250-A1/SA1A-26/7 16.3 240 39.1 279 26 7 3.43 2.67 8.00 21.7 921.5 ≥ 86.58 ≤ 0.1154 ≥ 5,0
450-A1/SA1A-54/7 13.0 436 56.5 492 54 7 3.21 3.21 9.62 28.9 1578.2 ≥ 139.72 ≤ 0.0642 ≥ 7,2
Wrapping IEC 60889, butir 10.2 Stress pada pemuluran 1 % ≥ 1200 MPa
5
SPLN T3.001-1: 2015
Tidak boleh dilakukan penyambungan pada kawat baja selama proses pemilinan.
Selama proses pemilinan, tidak diperbolehkan menyambung kawat aluminium yang
bertujuan untuk mencapai panjang konduktor yang dipersyaratkan.
Penyambungan diizinkan pada kawat aluminium yang tak terhindarkan, putus pada
proses pemilinan, asalkan putusnya tidak disebabkan oleh kawat cacat atau penggunaan
kawat pendek. Sambungan harus sesuai dengan geometri kawat aslinya, dengan kata
lain, sambungan harus dihaluskan agar diameternya sama dengan kawat induk dan tidak
boleh tertekuk.
Jumlah sambungan pada kawat aluminium harus tidak melebihi Tabel 4. Jarak
sambungan ini harus lebih panjang dari 15 m dengan sambungan lain pada kawat yang
sama atau pada kawat-kawat lain.
Jumlah maksimum
Jumlah lapisan
sambungan
1 2
2 3
3 4
4 5
Pengelasan harus menggunakan metode annealed electric butt welding, electric butt cold
upset welding, cold pressure welding atau metode lain yang disepakati.
Sambungan harus tahan terhadap stress ≥ 75 MPa untuk metode annealed electric butt
welding dan ≥ 130 MPa untuk metode cold pressure dan electric butt cold upset. Pabrikan
harus mendemonstrasikan bahwa metode pengelasan yang digunakan dapat memenuhi
persyaratan kekuatan tersebut.
6
SPLN T3.001-1: 2015
grease
Grease harus memenuhi persyaratan IEC 61394 tipe A. Dropping point dari grease yang
digunakan harus ≥ 120 ºC.
Massa grease mengikuti Tabel 1 kolom 15.
7. Kemasan
8. Pengujian
7
SPLN T3.001-1: 2015
1 2 3 4 5
No. Jenis pengujian Uji jenis Uji sampel Metode uji / acuan
1)
1 Pemeriksaan permukaan Butir 6.2
2 Sambungan kawat aluminium Butir 6.5
3 Kurva stress-strain IEC 61089, Annex B
4 Uji tarik konduktor IEC 61089, butir 6.5.3
Tabel 1 kolom 13
5 Uji tarik kawat IEC 61089, butir 6.6.4
6 Karakteristik kawat
2)
Kawat aluminium Tabel 2
3)
Kawat baja Tabel 3
7 Luas penampang IEC 61089, butir 6.6.1
8 Diameter konduktor IEC 61089, butir 6.6.2
9 Densiti linier IEC 61089, butir 6.6.3
10 Rasio pilin dan arah pilin IEC 61089, butir 6.6.6
11 Resistans konduktor Tabel 1 kolom 14
4)
12 Uji grease Butir 6.6
CATATAN:
1)
Pada uji rutin dilakukan pada setiap drum.
2)
Pada uji serah terima dapat dilakukan dengan memverifikasi data uji rutin pabrik.
3)
Pada uji serah terima, data kadar aluminium dan resistivitas dapat menggunakan hasil uji rutin
pabrik.
4)
Harus dilengkapi dengan sertifikat uji IEC 61394:2011.
Uji rutin adalah uji sampel yang dilakukan oleh pabrikan untuk pengendalian mutu
terhadap konduktor yang diproduksinya.
Sampel diambil secara acak dari 10 % jumlah drum pada ujung terluar.
Uji serah terima adalah uji sampel yang dilakukan untuk keperluan serah terima barang.
Uji serah terima dilakukan oleh petugas PLN.
8
SPLN T3.001-1: 2015
1 2 3
Level inspeksi I
Jumlah yang
diserahterimakan Jumlah maksimum
Jumlah sampel
[drum] sampel gagal
[drum]
[drum]
2 – 15 2 0
16 – 25 3 0
26 – 90 5 0
91 – 150 8 0
151 – 280 13 0
281 – 500 20 0
501 – 1200 32 1
1201 – 3200 50 1
3201 – 10000 80 2
Kriteria penilaian:
a) Konduktor yang akan diserahterimakan dinyatakan diterima bila kegagalan pada
sampel uji tidak melebihi nilai pada Tabel 6 kolom 3. Sampel yang gagal tersebut
harus diganti dengan konduktor lain yang baru dan baik;
b) Bila terjadi kegagalan pada sampel yang melebihi nilai pada Tabel 6 kolom 3, maka
seluruh konduktor yang diserahterimakan dinyatakan ditolak. Pabrikan dapat
mengajukan kembali satu kali uji serah terima ulang setelah melakukan sortir
terhadap kelompok konduktor tersebut;
c) Apabila butir b tidak terpenuhi, maka kelompok konduktor tersebut tidak boleh
diajukan kembali.
9
Pengelola Standardisasi :