Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

A. Pengertian
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke
37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur
kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat
badan kurang 2500 gram (Sulistiarini & Berliana, 2016).
Prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas. Bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai neonatus imatur. Secara historis,
bayi dengan berat badan lahir 2500 gram atau kurang disebut bayi prematur. Umumnya kehamilan disebut
cukup bulan bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada
siklus 28 hari. Sedangkan persalinan yang terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu disebut
dengan persalinan prematur (Sulistiarini & Berliana, 2016).
Istilah prematuritas telah diganti dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) karena terdapat dua
bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan
kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena
kombinasi keduanya (Maryunani & Nurhayati, 2019).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur dengan
bayi berat lahir rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat badannya kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur (Rukiyah & Yulianti, 2012).
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat dibagi menjadi 2
yaitu :
1. Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir dengan masa
gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan usia kehamilan. Derajat
prematuritas dapat digolongkan menjadi 3 kelompok antara lain adalah sebagai berikut:
1) Bayi sangat prematur (extremely premature) : 24-30 minggu
2) Bayi prematur sedang (moderately premature) : 31-36 minggu
3) Borderline premature : 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat prematur dan matur.
Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang dialami bayi
prematur misalnya gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia dan daya isap yang lemah.
2. Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi tersebut. Banyak istilah
yang dipergunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini dapat menderita gangguan
pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine retardation = IUGR) seperti pseudopremature,
small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan
small for gestational age (SGA).
Setiap bayi baru lahir (prematur, matur dan post matur) mungkin saja mempunyai
berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari pada
lamanya, intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi
tersebut. IUGR dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
1) Proportinate IUGR : janin menderita distres yang lama, gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga berat, panjang
dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih
di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
2) Disproportinate IUGR : terjadi akibat distres sub akut. Gangguan terjadi beberapa
minggu atau beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran
kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Tanda-tandanya
adalah sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering, keriput dan mudah
diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.

B. Etiologi

Menurut (Huda & Nurarif, 2015) penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
a. Faktor genetik atau kromosom
b. Infeksi
c. Bahan toksik
d. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
e. Radiasi
f. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan, plasenta previa,
kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang berhubungan,
yaitu:
a. Faktor ibu
1) Paritas
2) Abortus spontan sebelumnya
3) Infertilitas
4) Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
5) Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
b. Faktor kehamilan
1) Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
2) Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
c. Faktor janin
1) Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
2) Infeksi congenital (missal : rubella)

C. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi Klinik
Menurut (Maryanti, D., & Budiarti, 2012) gambaran klinis dari BBLR menurut klasifikasinya adalah :
a. Prematuritas murni
1) Berat badan kurang dari 2500 gram
2) Panjang badan kurang dari 45 cm
3) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
4) Lingkar dada kurang dari 33 cm
5) Masa gestasi kurang dari 37 minggu
6) Kulit transparan
7) Kepala lebih besar daripada badan
8) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan
9) Lemak subkutan kurang
10) Ubun-ubun dan sutura lebar
11) Labio minora belum tertutup pleh labia mayora (pada wanita), pada laki- laki testis belum
turun
12) Tulang rawan dan daun telinga imatur
13) Bayi kecil
14) Posisi masih fetal
15) Pergerakan lemah dan kurang
16) Tangisan lemah
17) Pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea
18) Reflex tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflex batuk belum sempurna
b. Dismatur
1) Kulit terselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium
3) Kering keriput tipis
4) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
5) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
Tali pusat berwarna kuning kehijauan. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur
dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat
anoksia intrauterin.
D. Patofisiologi
Menurut Sulistiarini & Berliana, (2016), neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal itu
disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak ada atau kurang, sehingga bayi tidak dapat
menambah aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah adalah
thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan
mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat untuk
menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan.
Stres dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan
metabolisme sebagai respon terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen.
Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang (hipoksia)
dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen
darah dan kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin
fetal (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lama pada
kondisi tekanan oksigen yang kurang.
Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah
berkurang. Keadaaan ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob
yang menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaan dengan metabolisme lemak
coklat yang menghasilkan asam sehingga meningkatkan kontribusi terjadinya asidosis. Kegiatan
metabolisme anaerob meghilangkan glikogen lebih banyak dari pada metabolisme aerob sehingga
mempercepat terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir
sedikit, sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat (Sulistiarini & Berliana,
2016).
Bayi prematur umunya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup karena struktur anatomi
dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi yang lebih tua.
Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan mempertahankan
suhu badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi lain juga mengalami kesulitan yang sama
karena hambatan atau gangguan pada fungsi anatomi, fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan
adanya kelainan atau penyakit yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan
suhu tubuh dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum matur, kurangnya
cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak
subkutan dan permukaan tubuh yang relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh
yang lebih banyak. Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat
meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga masih kurang
(Sulistiarini & Berliana, 2016).
E. Pathway

Dk Resiko defisit
nutrisi

Dk Pola napas
tidak efektif
Referensi : (Proverawati & Sulistyorini, 2013)
F. Pemeriksaaan Penunjang
Menurut Maryanti, D., S., & Budiarti, T. (2012), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3. Neutrofil meningkat hingga 23.000- 24.000/mm3 hari
pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih menandakan polisitemia,
sedangkan penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari, dan 12 gr/dl pada 3-5
hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl
dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal kehidupan.
7. Pemeriksaan analisa gas darah.
G. Asuhan Keperawatan

 Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas
Mendapatkan data identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Bayi dengan berat badan lahir rendah biasanya mengalami hipotermi, pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dll
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kehamilan dan persalinan hingga pasien dibawa/dirawat di RS
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat pemakaian obat-obatan atau adakah riwayat penyakit penyerta lainnya.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Mendapatkan data genogram, apakah ada riwayat keluarga yang mengalami hal yang
sama dengan pasien (BBLR), atau adakah riwayat penyakit menular/menurun lainnya.
c. Pola Pengkajian
A. Persistem
1) B1 (brain)
Tingkat kesadaran composmentis, tangisan bayi kuat, gerak tubuh aktif, kemampuan
motorik baik
2) B2 (blood)
Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisian CRT kurang dari 2-3
detik.
3) B3 (breathing)
Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris, cuping hidung,
interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi
pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronchi.
4) B4 (bowel)
Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah
(jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi
dan bau), refleks menelan dan menghisap yang lemah.
5) B5 (bladder)
Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
6) B6 (bone)
Gerakan bayi, refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi
fleksi, ekstensi.
B. Head to Toe
1) Kesadaran: menilai kesadaran klien dengan GCS
2) TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi, SPO2↓
3) Head to toe
a) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena
hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie (karena emboli atau endokarditis)
b) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan
mulut
c) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
d) Dada: Inspeksi (Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada
kanan dan kiri), Palpasi (adanya nyeri tekan/tidak), Perkusi (sonor/hipersonor),
Auskultasi (apakah ada suara nafas tidak normal).
e) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat (tacypnea),
pernafasan lambat (bradypnea)
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah arteri dan
pemeriksaan diagnostic foto thorak, EKG.

 Diagnosa Keperawatan, Kriteria Keberhasilan, Dan Intervensi


1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (D.0005)
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sekian jam pola nafas efektif dengan kriteria
hasil :
 Ventilasi semenit meningkat
 Kapasitas vital meningkat
 Tekanan ekpirasi dan inspirasi meningkat

Intervensi :
- Manajemen Jalan Nafas (1.01011)
Observasi:
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usahanapas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, wheezing, ronkhi)
3. Monitor sputum(jumlah, warna,aroma)
Nursing :
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
2. Posisikan semifowler/fowler
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Edukasi:
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari jika tidak kontraindikasi
2. Anjurkan teknik batuk efektif Kolaborasi :
3. Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik
- Pemantauan Respirasi (1.01014)
Observasi :
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
2. Monitor pola nafas (bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul)
3. Monitor kemampuan batuk efektif, adanya sputum dan sumbatan jalan nafas
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
5. Auskultasi bunyi nafas
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor hasil x-ray thoraks
Nursing
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Hipotermi berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan masalah
hipotermi dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1. Keadaan umum bayi baik.
2. Akral hangat
3. Vital sign dalam batas normal (suhu : 36,5o - 37,5o C, Nadi 100-160 x/mnt)
Intervensi :
- Manajemen Hipotermia (1.14507)
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipotermia
2. Monitor suhu
Nursing
1. Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan, inkubator)
2. Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, selimut hangat,
perawatan metode kanguru)
3. Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan hangat, oksigen hangat,
lavase peritoneal dengan cairan hangat)
Edukasi
1. Ajarkan perawatan metode kanguru
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
- Perawatan Kanguru (1.14559)
Observasi
1. Monitor faktor orangtua yang mempengaruhi keterlibatannya dalam perawatan
Nursing
1. Pastikan status fisiologis bayi terpenuhi dalam perawatan
2. Sediakan lingkungan yang tenang, hangat dan nyaman
3. Posisikan bayi telungkup tegak lurus di dada orangtua
4. Miringkan kepala bayi ke salah satu sisi kanan atau kiri dengan kepala sedikit
menengadah (ekstensi)
5. Hindari mendorong kepala bayi fleksi dan hiperekstensi
6. Biarkan bayi telanjang hanya mengenakan popok, kaus kaki dan topi.
7. Posisikan panggul dan lengan bayi dalam posisi fleksi
8. Posisikan bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya.
9. Buat ujung pengikat tepat berada dibawah kuping bayi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur perawatan kanguru
2. Jelaskan keuntungan kontak kulit ke kulit orangtua dan bayi
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan keluarga dalam perawatan metode kanguru.
- Manajemen Imunisasi/ Vaksinasi (1.14508)
Observasi
1. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
2. Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
3. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan
Nursing
1. Berikan suntikan pada bayi dibagian paha anterolateral
2. Dokumentasikan informasi vaksinasi
3. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek samping
2. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
3. Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah
3. Resiko infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (Ketuban pecah
sebelum waktunya)
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi
resiko infeksi sesuai dengan kriteria:
1. Suhu tubuh normal 36,5o – 37,5°
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi (letargis, malas minum, hipo/hipertermi, tangis lemah
atau merintih, retensi/muntah, diare, ikterus, gangguan nafas, akral dingin, sklerem
3. Leukosit 5000-10000 /UI
Intervensi :
- Pencegahan Infeksi (1.14539)
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Nursing
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
- Konseling Laktasi (1.03093)
Observasi
1. Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan konseling menyusui
2. Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui
Nursing
1. Gunakan teknik mendengar aktif (mis. Duduk sama tinggi, dengarkan
permasalahan ibu)
2. Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar
Edukasi
1. Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu.
4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan.
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan tidak terjadi
resiko defisit nutrisi sesuai dengan kriteria hasil:
1. Prematuritas menurun
2. Tebal lipatan kulit membaik
3. Lapisan lemak membaik
Intervensi :
- Edukasi Nutrisi Bayi (1.12397)
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan ibu atau pegasuh menerima informasi
2. Identifikasi kemmampuan ibu menyediakan nutrisi
Nursing
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan kepada ibu untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tentang pendidikan kesehatan nutrisi pada bayi
DAFTAR PUSTAKA

Huda, A., & Nurarif. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC NOC Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction.

Maryanti, D., S., & Budiarti, T. (2012). Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: Trans Info
Media.

Rukiyah & Yulianti. (2012). Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik
dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

Proverawati, A., & Sulistyorini, C. I. (2013). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha
Medika.

Sulistiarini & Berliana, (2016). Sinopsis obstetri fisiologi dan patologi. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai