Anda di halaman 1dari 84

EKSTRAKSI

Amanda Emilia (1806207450)


Isnandito Duarsa (1806207583)
Maria Nafisah Khairiah (1506744570)
Rahel Trifena (1806207721)
Rafifah Hasna (1806150156)
Rizki Fiko Pradana S (1806207412)

KELOMPOK 4
OUR TEAM

Amanda Emilia (1806207450) Isnandito Duarsa (1806207583) Maria Nafisah Khairiah (1506744570)

Rahel Trifena (1806207721) Rafifah Hasna (1806150156) Rizki Fiko Pradana(1806207412)


OUTLINE
01 PRINSIP DASAR
04
FAKTOR OPERASI

02
MEKANISME

05 APLIKASI

03 ASPEK DESAIN
PRINSIP DASAR
01
Definisi
Ektraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari
campuran homogen dari campuran homogen menggunakan pelarut
cair (solvent) yang memiliki sifat yang sama dengan salah satu
komponen sebagi agen pemisah
Komponen
Solute (A) Carrier (B)
Zat yang terkandung dalam objek Pelarut alamiah dari solute, biasanya
ektraksi atau zat yang akan diektraksi berupa air

Solven (C)
Pelarut yang digunakan untuk A+C = Ekstrak
mengektraksi, biasanya berupa A+B = Rafinat
pelarut organik
Ekstraksi sebagai Alternatif
Distilasi
Ekstraksi dapat menjadi pertimbangan sebagai metode pemisahan alternatif distilasi pada kondisi
berikut :
• Saat perbedaan titik didih komponen dalam feed bernilai kecil. Metode ektraksi dapat bersifat lebih
ekonomis jika digunakan untuk memisahkan campuran tertentu yang memiliki volatilitas relative
lebih kecil dari 1,2
• Saat komponen dalam feed membentuk azeotrope
• Jika zat terlarut bersifat sensitif terhadap panas
Jenis-Jenis Larutan
Larutan tak jenuh
• Larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk
membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak
tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat).
• Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan
belum jenuh (masih dapat larut).

Larutan jenuh
Suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan
kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel-
partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi
maksimal).
• Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat
jenuh
Jenis-Jenis Larutan
Larutan sangat jenuh
Suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh.
Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lari melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan

Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion>ksp berarti larutan lewat jenuh
(mengendap)
Prinsip Dasar Ekstraksi Cair -Cair
Prinsip dasar ekstraksi cair-cair ini melibatkan pengontakan suatu larutan dengan pelarut (solvent)
lain yang tidak saling melarut (immiscible) dengan pelarut asal yang mempunyai densitas yang berbeda
sehingga akan terbentuk dua fasa beberapa saat setelah penambahan solvent. Hal ini
menyebabkan terjadinya perpindahan massa dari pelarut asal ke pelarut pengekstrak (solvent).
Perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut baru yang diberikan, disebabkan oleh adanya daya
dorong (driving force) yang muncul akibat adanya beda potensial kimia antara kedua pelarut. Sehingga
proses ektraksi cair-cair merupakan proses perpindahan massa yang berlangsung secara diffusional
(Laddha dan Degaleesan, 1978)
Hukum Distribusi Nernst
Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur
dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, akan terjadi pembagian
kelarutan. Kedua pelarut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktiknya, solute akan
terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan
terpisah
Hukum Distribusi Nernst (1)
Koefisien Distribusi (KD)
Perbandingan konsentrasi solute di dalam kedua pelarut bersifat tetap dan merupakan
suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut dikenal dengan istilah tetapan distribusi
atau koefisien distribusi. Koefisien distribusi dapat dinyatakan melalui persamaan di bawah
ini. Persamaan tersebut hanya berlaku jika (a) solute tidak terionisasi di dalam salah satu
pelarut, (b) solute tidak berasosiasi di dalam salah satu pelarut, dan (c) zat terlarut tidak
dapat bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi-reaksi lain.
𝐶𝑂
𝐾𝐷 =
𝐶𝑎
Keterangan :
KD = Koefisien distribusi
CO = Konsentrasi solute di dalam pelarut organik
Ca = konsentrasi solute di dalam air
Hukum Distribusi Nernst (2)
Angka Banding Distribusi (D)
Jika syarat-syarat penggunaan persamaan koefisien terdistribusi tidak terpenuhi maka
angka banding distribusidigunakan untuk mengetahui perbandingan konsentrasi solute di
dalam pelarut organik dan air. Koefisien distribusi tidak lagi dapat digunakan karena solute
tidak berada dalam rumus molekul yang sama di dalam kedua fasa pelarut. Angka banding
distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut
organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Jika zat terlarut itu adalah senyawa x
maka angka banding distribusi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑥 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘


𝐷=
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑥 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
Diagram Terner
Diagram terner merupakan bidang datar berupa suatu
segitiga yang menggambarkan diagram fasa dalam system

Titik P menyatakan kesetimbangan campuran dengan


fraksi dari A, B dan C masing-masing sebanyak x, y dan z
Diagram Terner
Untuk menentukan letak titik dalam diagram segitiga yang
menggambarkan jumlah kadar dari masing-masing
komponen adalah sebagai berikut:

• Titik A, B dan C menyarakan komponen murni


• Tiik di dalam segitiga menyatakan fraksi tiga komponen
• Titik-titik pada sisa AB, BC dan AC menyatakan fraksi
dari dua komponen
• Titik P menyatakan suatu campuran dengan fraksi dari
A, B dan C masing-masing sebanyak x, y dan z
Diagram Terner
• Daerah di dalam lingkungan merupakan daerah dua
fasa. Salah satu cara untuk menentukan garis bimodal
atau kurva kelarutan ini adalah dengan cara
menambahkan zat B ke dalam berbagai komposisi
campuran A dan B
• Titik-titik pada lengkungan menggambarkan komposisi
system pada saat terjadi perubahan dari jernih
Diagram Terner
Diagram Terner
Plait Point
Jika B bercampur sebagian, maka campuran anatar B dan C pada
temperature dan tekanan tertentu membentuk dua lapisan
• Penambahan A pada campuran B dan C akan
memperbesar daya larut keduanya. Pada penambahan A,
susunan keseluruhan bergerak sepanjang CA. susunan
masing-masing lapisan dinyatakan dengan garis
kesetimbangan a1b1, a2b2 dan seterusnya
• Kedua lapisan dapat menjadi identic hanya pada satu
susunan yaitu d, titik D disebut titik isothermal kritis atau
plait point
Diagram Terner
Tie Line
Adalah garis yang menghubungkan satu titik pada rafinat dan pada ekstrak.

• Campuran yang komposisinya terletak dalam tie line akan memiliki kesetimbangan
sama yaitu pada kedua titik diujung tie line

• Tie line dibuat dengan cara membiarkan mencapai kesetimbangan 2 fasa


MEKANISME
02
Mekanisme Umum
Ekstraksi cair-cair

tidak terjadi pemisahan langsung dari bahan-


Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan
bahan yang akan diperoleh (ekstrak),
larut yang berbeda dari komponen-
melainkan mula-mula hanya terjadi
komponen dalam campuran
pengumpulan ekstrak dalam pelarut

Terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu


pencampuran secara intensif bahan ekstraksi
dengan pelarut dan pemisahan kedua fase
cair itu sesempurna mungkin
Mekanisme Umum
Ekstraksi cair-cair

MIXING SEPARATING ISOLATION


Mengisolasi ekstrak dari
Mencampur bahan Memisahkan larutan larutan dan
ekstraksi dengan pelarut ekstrak dari rafinat, mendapatkan kembali
dan membiarkannya kebanyakan dengan cara pelarut, umumnya
saling berkontak penjernihan atau filtrasi dilakukan dengan
menguapkan pelarut
Mekanisme Umum
Ekstraksi cair-cair
Terjadi perpindahan
Pencampuran
massa solute dari
Larutan + Solvent
Larutan ke Solvent

Terbentuk dua fasa


Pemisahan Ekstrak
cair (Ekstrak dan
dan Raffinate
Raffinate)

Dalam ekstraksi, diluen dan solven harus Solute didapat dan


bersifat tidak saling larut atau setidaknya Pemisahan Ekstrak Solvent dicampur
hanya larut sebagian, karena pemisahannya solute dari Solvent kembali dengan
larutan
didasari dengan perbedaan kelarutan
Mekanisme Ekstraksi
Berdasarkan aliran

Pada ekstraksi kontinyu pelarut yang sama


digunakan secara berulang- ulang sampai
proses ekstraksi selesai.Tersedia berbagai
alat dari jenis ekstraksi seperti alat Soxhlet
atau extractor coloumn.

BATCH
Mekanisme Ekstraksi
Berdasarkan aliran

Pada ekstrasi kontinyu setiap kali ekstraksi


selalu digunakan pelarut yang baru sampai
proses ekstraksi selesai Atau pelarut yang
digunakan dalam jumlah yang kecil. Alat
yang biasanya digunakan adalah berupa
corong pemisah.

CONTINUOUS
Mekanisme Ekstraksi
Berdasarkan Interaksi Solven-Diluen

IMMISCIBLE EXTRACTION PARTIALLY MISCIBLE

Solven (S) dan diluen (D) Solven (S) sedikit larut dalam diluen (D) dan
tidak saling larut sebaliknya, meskipun demikian, campuran ini
heterogen (terdapat fase ekstrak dan fase rafinat)
Mekanisme Ekstraksi
Berdasarkan Proses Ekstraksi
COUNTER-CURRENT EXTRACTION

Fase rafinat dan ekstrak dimasukkan ke dalam sistem


dalam arah yang berlawanan
Mekanisme Ekstraksi
Berdasarkan Proses Ekstraksi
COUNTER-CURRENT EXTRACTION

● Fase rafinat terdiri dari zat terlarut dan pengencer dimasukkan ke dalam sistem dari sisi kanan
(right hand side, RHS), dengan laju aliran total Ro (atau R) dan konsentrasi (dalam mol atau fraksi
massa zat terlarut) dari Xo; perhatikan bahwa laju aliran hanya pengencer adalah FD

● Fase ekstrak terdiri dari pelarut S murni atau pelarut S dengan beberapa jumlah zat terlarut A,
dengan laju alir total EN + 1 (atau E) dan konsentrasi (dalam mol atau fraksi massa zat terlarut) dari
yN + 1 adalah dimasukkan ke dalam sistem dari sisi kiri (left hand side, LHS); perhatikan bahwa laju
alir pelarut kedua adalah FS

● Fase rafinat keluar dari sistem ekstraksi dengan konsentrasi zat terlarut xN, sedangkan
fasa ekstrak meninggalkan sistem dengan konsentrasi y1
Mekanisme Ekstraksi
Berdasarkan Proses Ekstraksi
CROSS-FLOW EXTRACTION

Pelarut murni (atau aliran ekstrak) diumpankan ke setiap tahap


Mekanisme Ekstraksi
Berdasarkan Proses Ekstraksi
CROSS-FLOW EXTRACTION
● Untuk mendapatkan persamaan operasi untuk setiap tahap (yaitu tahap j), keseimbangan material
dilakukan sebagai berikut:

yang merupakan jalur operasi untuk tahap j dari ekstraksi lintas-aliran, dengan slope
● Karena setiap tahap (diasumsikan) tahap kesetimbangan, xj dan yj berada dalam ekuilibrium
satu sama lain
● Dengan demikian, persimpangan garis operasi dan garis keseimbangan berada pada titik (xj , yj)

● Untuk fase rafinat, masukan dari tahap j memiliki konsentrasi xj-1 atau masukan dari
tahap j + 1 memiliki konsentrasi xj
● Jadi, satu koordinat dari garis operasi adalah titik (xj-1 , yj,in) atau (xj , yj+1,in)
Mekanisme Ekstraksi
Berdasarkan Alat
MIXER-SETTLERS

● Liquid yang terlibat dalam proses ekstraksi masuk sebagai feed


kedalam mixer lalu masuk sebagai sebuah emulsi kedalam settler
● Didalam settler, feed berupa emulsi menabrak suatu penghalang
(baffle) agar feed tidak masuk terlalu cepat, terpisah oleh suatu
gaya (biasanya berupa gravitasi atau dibantu suatu gaya
sentrifugal) dan keluar sebagai liquid yang lebih berat dan liquid
yang lebih ringan
● Beberapa set dari mixer-settler dapat disambungkan untuk
membentuk suatu multistage, counter-current cascade
Mekanisme Ekstraksi
Berdasarkan Alat
PACKED COLUMNS

• Packing yang ada berfungsi untuk mengurangi ruang gerak liquid dan
mengubah arah liquid yang disemprotkan atau terdispersi
• Mekanisme umum:
❖ Terdapat dua feed liquid:
✓ Feed dengan massa jenis lebih ringan disemprotkan dari bagian bawah
kolom
✓ Feed yang massa jenisnya lebih berat dialirkan secara kontinyu dari
bagian atas kolom

packed extraction column dengan liquid ringan


terdispersi dan liquid berat kontinyu.
Mekanisme Ekstraksi
Berdasarkan Alat
PACKED COLUMNS

❖ Liquid yang dialirkan mengisi sebagian besar ruang diantara packing,


sementara yang disemprotkan menyusup diruang yang belum diisi liquid
berat
❖ Terjadi kontak di dalam kolom, kemudia yang lebih ringan perlahan naik dan
membentuk interface
❖ Solute larut kedalam solvent dan terpisah dari carrier
❖ Liquid yang lebih berat keluar dari bagian bawah kolom melalui suatu control
valve, yang juga berfungsi untuk menjaga tekanan dalam kolom
❖ Tekanan control vave di sesuaikan, lalu liquid ringan menjadi kontinyu dan
keluar dari kolo, sedangkan liquid berat terdispersi di dasar packing

packed extraction column dengan liquid ringan


terdispersi dan liquid berat kontinyu.
Mekanisme Ekstraksi
Berdasarkan Alat
SPRAY COLUMNS

• tipe paling sederhana


• Mekanisme umum:
❖ Terdapat dua feed liquid
❖ Salah satu disemprotkan, yang lain dialirkan
❖ Terjadi kontak di kolom yang tadinya kosong
❖ Solute larut kedalam solvent dan terpisah dari carrier

• Tipe-tipe spray columns:


a) Liquid ringan terdispersi, liquid berat kontinyu
b) Liquid berat terdispersi, liquid ringan kontinyu.
ASPEK DESAIN
1. Diagram Terner

03 2. Single Stage
3. Multi Stage Cross Flow
4. Multi Stage Counter Current
Diagram Terner
● Diagram terner merupakan suatu diagram
fasa berbentuk segitiga sama sisi dalam
satu bidang datar yang dapat
menggambarkan sistem tiga komponen
zat dalam berbagai fasa.
● Dalam sistem liquid-liquid, mempunyai 3
komponen yaitu A, B, dan C.
● 2 fasa dalam kesetimbangan.
● Total fraksi massa adalah 1
● xA + xB + xC = 1
Diagram Terner
● Berapakah komposisi titik biru yang ada
pada gambar di samping?
Diagram Terner
● Menentukan komposisi titik biru pada A
Diagram Terner
● Menentukan komposisi titik biru pada B
Diagram Terner
● Menentukan komposisi titik biru pada C
Diagram Terner
● Dari gambar di samping, didapat data
berikut:
● xA= 0,6
● xB= 0,2
● xC= 0,2

● Maka, xA + xB + xC = 0,6 + 0,2 + 0,2 = 1


Komponen
● Tie Line
● Garis yang menghubungkan titik-titik komposisi fasa yang
berada dalam kesetimbangan pada garis batas kelarutan.
● Plait Point
● Titik pada puncak tie line saat kedua fasa cair mempunyai
konsentrasi yang sama.
Type I- One Immiscible Pair
● Diagram terner untuk solute dan solvent
yang miscible pada seluruh proporsi.
● Semakin besar daerah 2 fasa pada garis CS,
maka semakin besar immiscibility antara
carrier dan solvent.
● Semakin dekat puncak daerah 2 fasa ke
puncak A (sepanjang garis AC), semakin besar
rentang komposisi dari feed yang dapat dipisahkan
menggunakan solvent.
Type II- Two Immiscible Pair
● Diagram terner untuk solute dan solvent
yang immiscible.
● Tingkat insolubility yang tinggi pada S
di C dan C di S akan menghasilkan
selektivitas yang relatif tinggi,
tetapi akan mengorbankan
kapasitas pelarut.
● Tipe II tidak mempunyai plait point.
Single Stage Extraction
● Input
● Feed: Senyawa A dan C Solvent:
Senyawa B
● Output
● Ekstrak: Senyawa A larut dalam B
Rafinat: Senyawa C dan sisa senyawa
A

● Neraca Massa:
● F + S1 = E1 + R1 = M
● Neraca Massa Komponen:
● F xF + S1 y1 = E1 y1 + R1 x1 = M xM ● Senyawa A: Solute
● Senyawa B: Solvent
● M= Campuran Feed-Solvent ● Senyawa C: Carrier
Single Stage Extraction
● Apabila solven yang digunakan murni,
maka akan diplot pada titik B. Namun
terkadang solvent diperoleh dari hasil
ekstraksi sebelumnya sehingga akan
mengandung sedikit A dan C. Hal
tersebut ditunjukkan dengan titik S.

● Pencampuran solvent (S) ke dalam feed


(F) akan menghasilkan stage
kesetimbangan pada M1 yang
membentuk fase kesetimbangan antara
E1 dan R1 yang dihubungkan melalui tie
line.
Inverse Lever Arm Rule
● Penentuan nilai M
● Jika campuran F ditambahkan dengan
campuran S, maka campuran akan
terbentuk dengan komposisi pada M
(Garis FS) sehingga:
Minimum dan Maksimum Solvent
● Jumlah pelarut minimum adalah saat
M1 berada di ttik D dan akan
menghasilkan ekstrak yang sangat kecil
pada titik G.

● Jumlah pelarut maksimum adalah


saat M1 berada di titik K, yang akan
menghasilkan rafinat yang sangat kecil
pada titik L.
Flowchart
Contoh Soal (Single Stage)
Consider a 250 kg mixture (F) of
76% carrier and 24% solute A.
The aim is to use 100 kg of pure
some compound as a solvent (S)
to extract solute A form the carrier
in a single stage extractor.
Determine raffinate and extract
mass

Gambar 3.1 Ternary Diagram


Sumber: Kevin Dunn, 2013
Jawab: Single Stage
Jawab:
• Menggambar garis yang menghubungkan F dengan
S dan menentukan titik M
𝐹.𝑥𝐹,𝐶 +𝑆.𝑥𝑆,𝐶 190
𝑥𝑀,𝐶 = = = 0.54
𝑀 250+100
𝐹.𝑥𝐹,𝐴 +𝑆.𝑥𝑆,𝐴 60
𝑥𝑀,𝐴 = = = 0.17
𝑀 250+100
100
𝑥𝑀,𝑆 = = 0.29
250+100
• Komposisi dari E1 dan R1 dapat ditentukan melalui
pembacaan diagram
𝑥𝑅1 ,𝐴 = 0.1 𝑥𝑅1 ,𝐶 = 0.82 𝑥𝑅1 ,𝑆 = 0.08
𝑦𝐸1 ,𝐴 = 0.33 𝑦𝐸1 ,𝐶 = 0.06 𝑦𝐸1 ,𝑆 = 0.61
Gambar 3.2 Ternary Diagram
Sumber: Kevin Dunn, 2013
Jawab: Single Stage
• Menentukan E1 dan R1 dengan neraca sistem
Neraca komponen:
C balance: 𝑀. 𝑥𝑀,𝐶 = 𝑅1 . 𝑥𝑅1 ,𝐶 + 𝐸1 . 𝑦𝐸1 ,𝐶 = 350 . 0.17 = 0.1𝑅1 + 0.33𝐸1
Dikali dengan 5.5
A balance: 𝑀. 𝑥𝑀,𝐴 = 𝑅1 . 𝑥𝑅1 ,𝐴 + 𝐸1 . 𝑦𝐸1 ,𝐴 = 350 . 0.54 = 0.82𝑅1 + 0.06𝐸1
1,039.5 = 4.51𝑅1 + 0.33𝐸1
189 = 0.1𝑅1 + 0.33𝐸1
𝑹𝟏 = 𝟐𝟐𝟐, 𝟐 𝒌𝒈
Neraca sistem:
𝑀 = 𝑅1 + 𝐸1
𝐸1 = 𝑀 + 𝑅1
𝐸1 = 350 𝑘𝑔 + 222,2 𝑘𝑔
𝑬𝟏 = 𝟏𝟐𝟕, 𝟖 𝒌𝒈
Multi Stage Cross-Flow
● Merupakan perpanjangan dari single
● Neraca Massa:
stage extraction, dimana raffinate akan
● Rn-1 + Sn = Rn + En = Mn
melakukan kontak dengan fresh solvent ● Neraca Massa Komponen
di stage kedua. ● Rn-1.xn-1 + Sn.ys= Rn.xn + En.yn = Mn.xM,n
● Perhitungan neraca massa kurang lebih ● Solvent Free Basis
sama dengan single stage,
perbedaannya hanya pada tingkat stage
yang digunakan.
Multi Stage Countercurrent
● Arah masuk feed dan solvent yang akan mengekstrak solute berlawanan arah.
● Aliran Ekstrak dan Rafinat mengalir berlawanan arah dan menghasilkan dua
produk final, yaitu raffinate dan ekstrak.
Ekstraksi Countercurrent of
Partially Miscible System
● Neraca Massa Total

● Neraca Massa Untuk Mencari Titik M


Ekstraksi Countercurrent of
Partially Miscible System
● Neraca Massa Total Untuk Stage ke-n

● Garis yang melewati titik Rn-1 dan En serta garis yang melewati titik Rn dan
En+1 juga melewati titik ∆
● Titik ∆ menunjukkan titik awal untuk semua garis yang diperpanjang melalui
semua set titik yang mewakili aliran yang lewat
Ekstraksi Countercurrent of
Partially Miscible System
● Titik F, S, M berada di garis lurus
sama seperti titik RN, E1, M.
● Karena M menunjukkan total dari 2
laju alir, maka titik M akan berada di
antara titik F dan S, di antara titik
RN dan E1.
● M menunjukan intersection / titik
pertemuan garis yang
menghubungkan titik F dan S, serta
RN dan E1
Ekstraksi Countercurrent of
Partially Miscible System
● SM = panjang segmen garis antara ● Lever Arm Principle (menentukan
titik S dan M titik M)
● FM = panjang segmen garis antara
titik F dan M
● E1 = jumlah ekstrak yang keluar
● R4 = jumlah rafinat yang keluar dari
stage ke-4
● E1 = jumlah ekstrak yang keluar
pada stage ke - 1
Minimum Solvent-to-Feed Ratio

● Rasio Solvent-to-Feed
● Nilai ini dapat diketahui dengan
memperpanjang tie lines pada diagram terner
menuju ke garis intersect melewati RN dan S
● Tie lines yang melewati komposisi feed
disebut ∆min
Contoh Soal (Multi Stages)
A liquid liquid ternary phase diagram for isopropyl
alcohol (IPA), toluene, and water at 25C is shown in
the figure. Feed flow rate is 100 kg/hr, and feed
compositions 40 weight percent IPA and 60 weight
percent toluene. Fresh solvent is pure water at flow
rate of 100 kg/hr. Determine the number of
equilibrium stages required to produce a raffinate
stream that cotaned 3 weight percent IPA

Gambar 3.3 Ternary Diagram


Sumber: Al-Sharahni, 2020
Jawab: Multi Stages (Cont.)
Diketahui:
F = 100 kg/hr
S = 100 kg/hr
RN = 0.03

Jawab:
• Menggambar garis menghubungkan F dan S
• Menentukan titik M

40 100
𝑥1 𝑀 = = 0.2 𝑥3 𝑀 = = 0.5
100+100 100+100

• Menarik garis dari titik RN melalui M sampai ke kurva, E1

sehingga didpatkan E1 atau ekstrak yang keluar pada


stage 1
• Didaptkan komposisi E1 berdarkan grafik yaitu 27.5% IPA
dan 70% air
Gambar 3.4 Ternary Diagram
Sumber: Al-Sharahni, 2020
Jawab: Multi Stages (Cont.)
Jawab:
• Menarik garis dari F melewati E1 sampai di titik luar grafik
• Menarik garis lurus dari R melwati S keluar grafik sampai bertemu
dengan garis dari F melewati E1 , titik perpotongan antar dua garis
itu merupakan titik operasi (∆𝑅)
• Garis yang ditarik berdasarkan tie line dari sampai ke kurva, akan
menandakan R1 atau stage pertama
• R1 atau raffinate yang keluar dari stage pertama mempunyai
komposisi 21% IPA dan 2% air
• Titik perpotongan dari garis ke R1 titik ∆𝑅 adalah titik E2 atau
ekstrak yang keluar dari stage 2
• Komposisi ektsrak tersebut adalah 12% IPA dan 86% air
• Komposisi dari raffinate keluar dari stage kedua (R2) dapat dilihat
E1 dari garis E2 ke kurva sampai di titik RN
E2 Jumlah stages yang dibutuhkan adalah 2

Gambar 3.5 Ternary Diagram


Sumber: Al-Sharahni, 2020
FAKTOR OPERASI
04
Faktor Operasi
Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi

Zat Pelarut Pengadukan Fluida Rasio pelarut-umpan

Temperatur Ukuran Partikel


Faktor Operasi (cont.)
Zat Pelarut
Larutan yang akan digunakan sebagai zat pelarut harus pilihan terbaik yang dapat digunakan
kembali dan memiliki viskositas yang cukup rendah agar dapat bersikulasi dengan mudah.
Biasanya, zat pelarut murni akan digunakan pada awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi
berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksi akan turun, hal ini dikarenakan
gradien konsentrasi akan berkurang dan zat terlarut menjadi lebih kental.
Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pelarut
Koefisien
Selektivitas Kelarutan Ketidaklarutan
distribusi

Kerapatan Recoverability Density Reaktivitas Zat

Viscosity, Vapor Pressure, dan Tegangan


Titik didih
Freezing Point antar muka
Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pelarut
Selektivitas: Kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan salah satu komponen zat terlarut,
sehingga pelarut hanya melarutkan ekstrak yang diinginkan dan tidak bercampur dengan
komponen lain dari bahan ekstraksi.

Koefisien distribusi: Nilai rasio yang menunjukkan kemampuan zat terlarut terdistribusi dalam
pelarut. Jika rasio pelarut bahan baku besar, maka jumlah senyawa terlarut akan semakin besar,
sehingga laju ekstraksi akan meningkat. Sebaiknya memilih pelarut dengan koefisien distribusi
yang besar sehingga jumlah solvent yang dibutuhkan sedikit.
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑒𝑓𝑖𝑛𝑎𝑡𝑒
Kelarutan: Nilai kelarutan yang besar akan menghemat jumlah pelarut yang dibutuhkan untuk
melarutkan zat yang diinginkan, sehingga sebisa mungkin memilih pelarut yang memiliki
kemampuan melarutkan ekstrak yang besar.

Ketidaklarutan: Solven tidak melarutkan diluen.


Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pelarut
Kerapatan: Terdapat perbedaaan kerapatan pada ekstraksi cair-cair antara bahan pelarut dan
bahan ekstraksi agar ekstraksi antara dua fasa dapat terjadi. Hal ini dimaksudkan agar kedua
fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya
berat). Bila perbeda kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan
gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).

Recoverability: Kemampuan pelarut untuk dapat dimurnikan lagi (sebaiknya tinggi).

Density: Menunjukkan konsentrasi zat terlarut dalam pelarutnya, dimana zat dengan densitas
yang lebih kecil akan berada di atas zat lainnya dalam ekstraksi cair-cair.

Reaktivitas Zat: Pelarut harus bersifat stabil dan tidak bereaksi dengan komponen dalam sistem
(inert).
Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pelarut
Viscosity, Vapor Pressure, dan Freezing Point: sebaiknya rendah untuk memudahkan
penyimpanan dan penanganannya.

Titik Didih: karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya
tidak membentuk aseotrop. Sebaiknya, pelarut yang dipilih memiliki titik didih yang tidak terlalu
tinggi karena lebih menguntungkan dalam segi ekonomi.

Tegangan antar muka: Semakin besar tegangan antar muka suatu zat, maka semakin mudah zat
tersebut membentuk coalescence (penggabungan dua atau lebih elemen), tetapi semakin sulit
terdispersi ke suatu cairan lain.

Kriteria lain: Murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak mudah terbakar, tidak beracun, dan tidak
korosif.
Faktor Operasi (cont.)
Pengadukan Fluida
Pengadukan pada zat pelarut penting karena akan menaikkan proses difusi, sehingga
menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat pelarut. Untuk ekstraksi yang
efisien maka pengadukan yang baik adalah yang memberikan hasil ekstraksi maksimum dengan
kecepatan pengadukan minimum, sehingga konsumsi energi pun menjadi minimum.
• Semakin cepat laju putaran pengaduk, maka partikel akan semakin terdistribusi dalam
permukaan kontak yang lebih luas terhadap pelarut.

• Semakin lama waktu pengadukan maka difusi akan terus berlangsung.

• Lama pengadukan harus dibatasi pada harga optimum agar konsumsi energi tidak terlalu
besar.
Faktor Operasi (cont.)
Rasio Pelarut-Umpan
Jumlah senyawa yang terlarut
(kelarutan) semakin besar

Laju dan hasil ekstraksi semakin


Rasio Pelarut Bahan Baku Besar
meningkat

Proses ekstraksi atau hilirnya


semakin mahal

* Semakin banyak jumlah pelarut, maka kelarutannya akan semakin besar


* Semakin sedikit jumlah pelarut, maka kelarutannya akan semakin kecil
Faktor Operasi (cont.)
Suhu
Azas Le Chatelier: Jika proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada
suhu yang lebih tinggi. Jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang
pada suhu yang lebih tinggi
Umumnya, kelarutan zat terlarut dalam pelarut akan naik seiring dengan kenaikan suhu untuk
menghasilkan laju ekstraksi yang lebih tinggi dan jumlah zat terlarut yang lebih banyak

Ekstraksi biasanya akan lebih cepat apabila dilakukan pada suhu tinggi, tetapi ada beberapa
jenis zat yang mengalami kerusakan / denaturasi jika suhunya terlalu tinggi.

Kelarutan gas umumnya menurun pada temperatur yang lebih tinggi, sedangkan kelarutan
zat padat umumnya meningkat pada suhu yang lebih tinggi.

Ekstraksi baik dilakukan pada kisaran suhu 30-50 oC.


Faktor Operasi (cont.)
Ukuran Partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal.

Semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar luas permukaan, sehingga laju
perpindahan menjadi semakin besar dan jarak difusi yang dialami zat terlarut dalam padatan
akan semakin kecil.

Ukuran partikel yang kecil bertujuan untuk memperbesar rendemen ekstrak, memperluas
permukaan bahan, mempercepat penetrasi pelarut ke dalam bahan yang akan diekstrak, dan
mempercepat waktu ekstraksi.
APLIKASI
05
“EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN (LIKOPEN)
DARI BUAH TOMAT DENGAN
MENGGUNAKAN SOLVEN CAMPURAN, n
– HEKSANA, ASETON, DAN ETANOL”
LATAR BELAKANG
● Radikal bebas adalah atom atau molekul ● Lycopene atau yang sering disebut sebagai
yang tidak stabil dan sangat reaktif karena α-carotene adalah suatu karotenoid pigmen
mengandung satu atau lebih elektron tidak merah terang yang banyak ditemukan
berpasangan pada orbital terluarnya. dalam buah tomat dan buah-buahan lain
yang berwarna merah
● Radikal bebas akan berlangsung terus
menerus dalam tubuh dan bila tidak ● Kemampuan likopen mengendalikan
dihentikan akan menimbulkan berbagai radikal bebas 100x lebih efisien daripada
penyakit seperti kanker, jantung, katarak, vitamin E atau 12500x dari pada gluthation.
penuaan dini, serta penyakit degeneratif Selain sebagai anti skin aging, lycopene
lainnya. juga memiliki manfaat untuk mencegah
penyakit cardiovascular, kencing manis,
osteoporosis, infertility, dan kanker
terutama kanker prostat.
TUJUAN
Menentukan perbandingan jumlah pelarut campuran
etanol, heksana, dan aseton dan feed (jus buah tomat)
sehingga di dapat hasil yang optimum setelah
menentukan perbandingan yang optimum lalu mencoba
menentukan suhu ekstraksi dan waktu ekstraksi
optimum untuk mendapatkan kadar likopen dalam jus
buah tomat.
Bahan dan Alat

Bahan
Peralatan
• Beaker glass • Piknometer • Buah tomat (jus)
• Labu takar • Corong pemisah • Pelarut etanol, aseton, dan
• Erlenmeyer • Kertas saring heksana
• Gelas ukur • Pipet tetes
• Timbangan • Corong gelas
• Stirrer
• Spektrofotometer
Metode
● Metode yang dipilih untuk percobaan ini adalah
ekstraksi cair-cair.
● Menentukan perbandingna F/S dan suhu ekstraksi
optimal dengan larutan solven dengan perbanidngan
1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5.
● Suhu pemanasan disesuaikan yaitu 30, 40, 50, 60, 70,
80° C
● Menentukan kadar likopen total dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum 470 nm.
● Memisahkan ekstrak dan rafinat dengan corong
pemisah.
LANGKAH KERJA
Kadar likopen total dari lapisan
Proses ektraksi selama 1 non polar (bagian atas) ditentukan
jam untuk tiap variable Memisahkan dengan spektrofotometer UV Vis
suhu dan ditampung hasil Ekstrak dan dengan panjang gelombang 470
ekstraksi pada
Erlenmeyer.
Rafinat nm.

Perbandingan Pisahkan lapisan polar dan


non polar lalu ambil semua Penentuan
F/S dan Suhu lapisan atas (non polar) ke Kadar
Ekstraksi dalam labu ukur dan
Likopen
Optimal tambahkan etanol.
LANGKAH KERJA (2) Mengambil 5 ml sampel yang telah
bebas endapan. Encerkan dengan
N-Hexana sampai 25 ml kemudian
Memasukkan larutan Memisahkan masukkan hasil pengenceran ke
umpan dengan solven .
dalam kuvet. Setelah itu analisa
Ekstrak dan
berdasarkan perbandingan sampel menggunakan spektronik C-
F/S lalu mengatur suhu Rafinat dan 20 pada panjang gelombang 470 nm
pemanasan optimal Penentuan dengan bantuan kurva standar,
dengan variabel waktu kalibrasi data absorbansi dalam
Kadar Likopen
yang diinginkan. kadar larutan likopen standar.

Tampung hasil ekstraksi


Penentuan pada Erlenmeyer. Pengukuran
Waktu Pisahkan ekstrak dan Absorbansi
rafinat dengan corong
Ekstraksi pemisah. Kadar likopen
Sampel
total dari lapisan non polar
(bagian atas) ditentukan
dengan spektrofotometer
UV Vis.
Hasil Pengaruh Kenaikan Suhu
Terhadap Kadar Total
Pengaruh Perbandingan F/S
Likopen
Terhadap Kadar Total Likopen
• Pada suhu 70°C diperoleh kondisi optimal. Hal ini
• Diperoleh data absorbansi: disebabkan karena likopen telah dapat dipisahkan
• Panjang gelombang 470 nm: 0,996 dari struktur sel tomat, perubahan suhu dalam
• Kadar total likopen: 12,8 mg/100 gram proses pengolahan telah optimal untuk dapat
melepaskan likopen dari struktur sel tersebut.
• Kurva perbandingan yang optimum (1:4)
disebabkan perbandingan jumlah jus tomat • Namun, pada 80°C cenderung menurun karena
dan pelarut sudah cukup sehingga dapat kenaikan suhu akan menyebabkan dekomposisi dari
berpenetrasi dengan baik ke dalam bahan komponen lycopene yang menyebabkan komponen
akibatnya likopen dapat dilarutkan dalam baru lebih rendah dari titik didih komponen
pelarut. sebelumnya sehingga menjadi lebih mudah
menguap.

Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Gambar 5.2 Grafik Perbandingan


F/S vs Kadar Total Likopen Kenaikan Suhu vs Kadar Total Likopen
Sumber: Maulida dan Zulkarnaen Sumber: Maulida dan Zulkarnaen
Hasil
Pengaruh Perubahan Waktu
Terhadap Kadar Total Likopen
• Dapat diketahui bahwa waktu ektraksi yang optimum
• Grafik 6 menunjukkan bahwa semakin lama adalah 90 menit. Pada waktu ekstraksi 100,110, dan
ekstraksi maka lycopene yang didapat 120 menit terjadi peningkatan hasil yang relatif kecil
semakin banyak. Hal ini disebabkan karena dibandingkan dengan waktu ekstraksi sebelumnya
pengaruh waktu operasi pada proses ekstraksi sehingga tidak ekonomis dan kurang efisien untuk
adalah semakin lama proses ekstraksi, dilakukan proses ekstraksi. Untuk itu, waktu
lycopene terekstrak juga semakin besar. Hal ekstraksi yang paling optimum adalah 90 menit.
ini dikarenakan semakin lama proses
ekstraksi, maka kontak antara solvent dengan
solute akan semakin lama sehingga proses
pelarutan lycopene oleh solvent akan terus
terjadi sampai solvent jenuh terhadap solute.

Gambar 5.3 Grafik Perbandingan Waktu Operasi vs Kadar Total Likopen


Sumber: Maulida dan Zulkarnaen
Kesimpulan
• Ekstraksi jus buah tomat dengan menggunakan solvent campuran n-heksana,
etanol, dan aseton bisa digunakan untuk menghasilkan ekstrak cair buah tomat
yang mengandung lycopene.
• Penambahan solven terhadap feed pada perbandingan F/S 1:4 menunjukkan
kondisi perbandingan F/S yang optimal, lycopene yang terekstrak semakin
banyak pula.
• Demikian juga dengan semakin tinggi suhu dan semakin lamanya waktu
ekstraksi, maka lycopene yang terekstrak juga akan semakin banyak.
• Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa kondisi optimum operasi ekstraksi
lycopene dengan menggunakan solven campuran n-heksana, etanol, dan aseton
adalah pada perbandingan pelarut dan bahan 4 : 1 pada suhu operasi 70˚C dan
90 menit untuk variable waktu ekstraksi. Pada kondisi ini lycopene yang
terekstrak sebesar 5,14 mg/100gram atau sebesar 40,15%.
Referensi
• Anon., n.d. Separation Process. [Online] Chemical Engineering 7th Ed. Singapore: Mc Graw-Hill
Available at:
• Nadliriyah, N. and Triwikantoro, 2014. Pemurnian Produk
http://www.separationprocesses.com/Absorption/GA_Chp02.ht
Biogas dengan Metode Absorbsi Menggunakan Larutan
m#Solubility
Ca(OH)2. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS, [online] 3(2),
• Al-Shahrani, S. (2020). Liquid-Liquid Extraction - ppt video pp.107-111. Available at:
online download. Slideplayer.com. Retrieved 14 December (https://media.neliti.com/media/publications/15459-ID-
2020, from https://slideplayer.com/slide/4701780/. pemurnian-produk-biogas-dengan-metode-absorbsi-
menggunakan-larutan-caoh2.pdf) [Accessed 20 October 2020].
• Bismo, S., 2015. Pendahuluan Absorpsi, Depok: s.n.
• Perry, R.H abd Green, D., “Perry’s Chemical Engineers’
• Coulsonand Richardson. 2002. Particle Technology and
Handbook, 6 ed.”, 1984, McGraw-Hill Book Co., Singapore.
Separation Processes 5thEdition. Oxford: Butterworth-
Heinemann. • Perry, Robert H dan Don W Green 1999. Perry’s Chemical
Engineers’ handbook 7th ed..New York : Mc-Graw-Hill
• Geankoplis, C.J., 1985, “Transport Processes and Unit
Operation”, Prentice Hall, Inc., Singapore. • Putri, S., 2014. Absorpsi, Jakarta: s.n.
• Gozan, Misri. Absorpsi, Leaching dan ekstraksi pada industry • Revitasari, A. & Nurfitriani, E., 2012. Absorpsi, Palembang:
Kimia UI Press: Jakarta 2006 Politeknik Negeri Sriwijaya.
• Henley, E., Seader, J. and Roper, D., 2011. Separation Process • Treybal, Robert. E. 1981. Mass Transfer Operations 3rdEdition.
Principles. 3rd ed. Hoboken, N.J.: Wiley. Singapore: McGraw-Hill.
• Indriani, Y., Maulina, S., Ikhsan, A. and Ni’mah, L., 2019. • McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999. Operasi Teknik Kimia,
Peningkatan Kualitas Biogas Limbah Pabrik Tahu Kelurahan edisi keempat, jilid 2. Erlangga: Jakarta
Mentaos Dengan Metode Absorbsi Menggunakan
Ba(Oh)2. Konversi, 8(2), pp.25-30.
• McCabe. Warren L, Smith Julian C. 2005. Unit Operation of
Referensi
● Atkins, P.W., Paula, J.D. (2006). Physical Chemistry (8th ed.). Oxford: https://learnche.org/wiki_4M3/images/b/b7/2013-4M3-Liquid-Liquid-
Oxford University Press. Extraction.pdf.
● Coulson and Richardson. 2002. Particle Technology and Separation ● Maulida, D. and Zulkarnaen, N., 2015. EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN (
Processes (5th ed.). Oxford: Butterworth-Heinemann. LIKOPEN ) DARI BUAH TOMAT DENGAN MENGGUNAKAN
● Geankoplis,Christie. 2003. Transport Processes and Separation SOLVEN CAMPURAN, N – HEKSANA, ASETON, DAN ETANOL.
Process Principles (Includes Unit Operations). New-Jersey: Prentince [online] Eprints.undip.ac.id. Available at:
Hall, Inc. <http://eprints.undip.ac.id/13444/1/ARTIKEL_EKSTRAKSI_ANTIOK
● Khopkar, M.S. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. SIDAN_(_LIKOPEN_)_DARI_BUAH_TOMAT_DENGAN_MENGG
● McCabe, W., Smith, J., Harriott, P. (1993). Unit Operations of UNAKAN_SOLVEN_CAMPURAN%2C_.pdf> [Accessed 17
Chemical Engineering (5th ed.). New York: McGraw-Hill December 2020].
● Seader, Henry, Roppel. (2011). Separation Process Principles (3rd ed.). ● Geankoplis, Christie. 2003. Transport Processes and Separation
New York: John Wiley & Sons,Inc. Process Principles (Includes Unit Operations). New-Jersey: Prentince
● Wankat, P.C., 1988, “Equilibrium Staged Separation”, Prentice Hall Hall, Inc.
New Jersey.
● Dunn, K. (2013). Separation Processes: Liquid-liquid extraction.
Learnche.org. Retrieved 15 December 2020, from

Anda mungkin juga menyukai