Masa Kepemimpinan I.R Djuanda
Masa Kepemimpinan I.R Djuanda
Matpel:Sejarah Indonesia
Namun saya menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi
bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif
senantiasa saya harapkan demi untuk melengkapi dan
menyempurnakan makalah ini.
Daftar isi
Cover.............................................................................................1
Kata pengantar.............................................................................2
Daftar Isi........................................................................................3
Bab 1 pendahuluan.......................................................................4
A.Latar belakang.......................................................................4
B.Rumusan masalah................................................................4
C.Tujuan....................................................................................4
Bab 2 pembahasan.....................................................................5-10
Bab 3 penutup..............................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................11
B. Saran....................................................................................11
Daftar Pustaka.............................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 1955 – 1957, kondisi bangsa menuju perpecahan yang diakibatkan oleh
polarisasi yang dilakukan partai-partai dalam pembagian Jawa-Luar Jawa. Pada
saat itu terjadi sentimen-sentimen antar kesukuan dan kedaerahan yang semakin
jelas akibat dorongan perbedaan-perbedaan daerah yang diungkap pada Pemilu
1955. Kala itu suku Sunda menyatakan kejengkelannya kepada orang Jawa,
karena menguasai bidang pemerintahan. Sementara itu, masyarakat luar pulau
Jawa pun merasa pemerintah di Jakarta lalai dalam menjalankan tugasnya, karena
masyarakat luar Jawa mulai frustasi dengan nilai mata uang rupiah yang semakin
tinggi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang terjadi pada masa pemerintahan i.r Djuanda
BAB II
PEMBAHASAN
Ir. R. Djuanda Kartawidjaja atau biasa dikenal dengan Ir. Haji Juanda lahir di
Tasikmalaya, Jawa Barat, 14 Januari 1911. Juanda merupakan anak pertama
pasangan Raden Kartawidjaja dan Nyi Monat, ayahnya seorang Mantri Guru pada
Hollandsch Inlansdsch School (HIS).Pendidikan sekolah dasar diselesaikan di HIS
dan kemudian pindah ke sekolah untuk anak orang Eropa Europesche Lagere
School (ELS), tamat tahun 1924.Selanjutnya oleh ayahnya dimasukkan ke sekolah
menengah khusus orang Eropa yaitu Hogere Burger School (HBS) di Bandung, dan
lulus tahun 1929.
IR DJUANDA adalah perdana menteri terakhir dan terlama sepanjang sejarah RI.
Jabatan ini, meskipun kemudian sebutannya diubah, tetapi jabatanya diembannya
hingga akhir hayat. Dari para jurnalis, ia mendapat sebutan “Menteri Maraton”
karena merupakan anggota kabinet RI terlama kedua setelah dr. Jo Leimena.
Hanya dua orang ini yang hampir selalu muncul dalam belasan kabinet di masa
awal RI. Lebih hebat lagi karena Djuanda adalah profesional murni yang tidak
pernah menjadi anggota partai politik apa pun.
Setelah kemerdekaan yang didapatkan pada 1945, keadaan Indonesia belum serta
merta menjadi baik dan stabil. Masih banyak kekurangan di sana-sini yang perlu
diperbaiki dan sangat mendesak untuk segera dicarikan solusi. Kondisi politik
tanah air masih sangat goyah dan belum menunjukkan tanda-tanda ke arah yang
stabil. Sebelum dilakukan Pemilu 1955 yang notabene merupakan Pemilihan
Umum pertama Indonesia, terjadi beberapa kali pergantian Kabinet. Ada
beberapa kabinet dan tentu saja masing-masing kabinet tersebut memiliki
beberapa program yang menjadi prioritas utama.
Kabinet Djuanda sendiri dibentuk setelah Kabinet Ali Sastroamijoyo 2 turun (di
lain post akan kami sampaikan mengenai Kabinet Ali Sastroamijoyo 2). Kabinet
yang berada di bawah pimpinan Perdana Menteri Djuanda ini dikenal dengan
nama Kabinet Karya. Pembentukan Kabinet Djuanda ini diniatkan sebagai salah
satu cara untuk mengatasi kondisi kacau balau yang sedang dihadapi oleh negara
Indonesia. Personal yang diambil untuk mengisi pos di dalam Kabinet Djuanda ini
pun juga disesuaikan dengan keahlian dari masing-masing personal pada
bidangnya.
Keberhasilan yang paling mencolok dari Masa pemerintahan Djuanda ini tentu
saja adalah berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh PRRI
Permesta. Pemberontakan itu berhasil diredam oleh TNI. Selain berhasil
menumpas pemberontakan, Kabinet Djuanda juga dinilai berhasil dengan
mengeluarkan Deklarasi Djuanda yang mengatur batas wilayah kepulauan di
Indonesia. Deklarasi tersebut kemudian dikuatkan dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang No. 4 prp. Tahun 1960 tentang
perairan Indonesia.
Keberhasilan yang sudah dicapai oleh Kabinet Djuanda bukannya tanpa kendala.
Ada beragam kendala yang menyebabken program kerja Kabinet Djuanda tidak
berjalan dengan maksimal. Kendala yang sering menjadi masalah adalah pada
pendanaan. Hal ini dikarenakan pos-pos pengeluaran yang sangat besar terutama
pada biaya untuk menumpas pemberontakan PPRI Permesta. Selain biaya sangat
besar untuk pemberontakan, pendapatan juga berkurang karena adanya barter
dan penyelundupan. Defisit negara yang besar sehingga menimbulkan inflasi juga
menjadi kendala dalam pendanaan. Terakhir adalah bahwa disiplin ekonomi pada
masyarakat masih sangat kurang.
Meski program kerja dari Kabinet Djuanda ini belum semuanya berhasil
dijalankan, namun ada banyak jasa kabinet Djuanda untuk bangsa dan negara.
Ada banyak yang sudah diselesaikan seperti UU Keadaan Bahaya menggantikan
SOB, UU wajib militer, Veteran Pejuang Republik Indonesia (VPRI), UU Perjanjian
Perdamaian dan Persetujuan Pampasan Perang dengan Jepang, UU Penanaman
Modal Asing, UU Pembatalan Hak Penambangan, UU Dewan Perancang Nasional,
UU Pembangunan Lima Tahun, UU Perkumpulan Koperasi, UU Bank Tani dan
Nelayan dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kala itu wakil-wakil rakyat yang bersidang pada 10 November 1956 sampai
Januari 1959, mengalami masalah yang sangat besar terkait dengan hal yang
sangat prinsip yaitu ideologi negara. Konflik ini cukup menyita energi seluruh
elemen yang ada di Indonesia, mulai dari konstituante, pers dan juga masyarakat
secara luas. Bahkan pertentangan ini terjadi selama dua setengah tahun.
Kemudian Bung Karno muncul dengan membawa konsepnya yang kemudian
disusul dengan gagasan Demokrasi terpimpin. Namun kemudian masalah belum
bisa diselesaikan karena ada kebingungan dengan cara apa yang akan digunakan
untuk melaksanakan Demokrasi Terpimpin.
Perubahan ini jelas sangat memberikan pengaruh yang signifikan dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia. Sistem yang selama ini menggunakan Parlementer,
diganti dengan sistem presidensil. Sehingga dengan otomatis ketika menggunakan
sistem presidensil, maka Presiden memiliki peran sebagai kepala Pemerintahan
dan sekaligus juga sebagai kepala negara. Dan tentunya keberadaan Perdana
Menteri sudah tidak diperlukan lagi. Maka selanjutnya Djuanda dan Kebinetnya
mengembalikan mandat kepada Presiden sehingga Kabinet Djuanda pun berakhir.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kabinet Djuanda, disebut juga Kabinet Karya, memerintah pada periode 9 April
1957–10 Juli 1959.
Setelah kemerdekaan yang didapatkan pada 1945, keadaan Indonesia belum serta
merta menjadi baik dan stabil. Masih banyak kekurangan di sana-sini yang perlu
diperbaiki dan sangat mendesak untuk segera dicarikan solusi. Kondisi politik
tanah air masih sangat goyah dan belum menunjukkan tanda-tanda ke arah yang
stabil. Sebelum dilakukan Pemilu 1955 yang notabene merupakan Pemilihan
Umum pertama Indonesia, terjadi beberapa kali pergantian Kabinet. Ada
beberapa kabinet dan tentu saja masing-masing kabinet tersebut memiliki
beberapa program yang menjadi prioritas utama
B. Saran
Saya rasa makalah saya sudah baik namun banyak kekurangan ya mungkuin pak
guru berkenan memberikan saran
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com
www.brainly.com
www.slideshare.com