Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

KABINET DJUANDA
Tahun pelajaran 2023/2024

Disusun Oleh:
Yuli Sharllina
Salsa Tia
Reva Azizah
Siti Aisyah
Lutfi
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabinet Djuanda adalah salah satu kabinet yang ada pada masa pemerintah
parlementer. Kabinet ini merupakan kabinet yang dipilih oleh Ir. Soekarno.
Terbentuknya kabinet ini dalam keadaan yang tidak menggembirakan karena
pada saat itu Presiden menyatakan negara dalam keadaan bahaya. Bahaya
karena partai politik melakukan “Dagang Sapi” untuk merebut kekuasaan.
Sejak terjadinya perebutan kekuasaan itu maka Soekarno membentuk kabinet
ini dengan menggunakan “Zaken Kabinet atau Kabinet Karya”. Zaken kabinet
yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar ahli dalam bidangnya masing-masing.
Zaken kabinet juga dibentuk dengan alasan lain yaitu karena kegagalan
konstituante dalam menyusun Undang-Undang Dasar pengganti UUDS 1950.

B. Rumusan Masalah
1. Nama perdana menteri dan koalisi partai pendukung
2. Lama berkuasa
3. Program kerja
4. Keberhasilan dan kegagalan program kerja kabinet
5. Penyebab jatuhnya kabinet

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui nama perdana menteri dan koalisi partai pendukung
2. Untuk mengetahui lama berkuasa
3. Untuk mengetahui proses program kerja
4. Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan program kerja kabinet
5. Untuk mengetahui penyebab jatuhnya kabinet
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembentukan Kabinet Djuanda

Terbentuknya kabinet Djuanda diawali dengan pengunduran beberapa


menteri kabinet Ali yang menyebabkan puncak ketegangan politik pada bulan
Januari1957. Peristiwa ini kian memuncak sejak tanggal 9 - 15Januari 1957.
Untuk mengatasi masalah tersebut muncul ide untuk melakukan
reshuffle(perombakan kabinet). Namun hal ini tidak diaktualisasikan oleh
Presiden karena tidak dapat dijadikan contoh sebagai jaminan keselamatan
negara dan stabilitas pemerintahan. Krisis politik dalam negeri semakin
bertambah bertambah pada saat itu, karena penyusunan UUD baru pengganti
UUD1950 belum juga terselesaikan. Meskipun pihak Konstituante sendiri telah
melakukan konferensi selama satu tahun lebih. Situasi pada masa tersebut
semakin gawat dengan terbentuknya dewan militer disetip daerah guna untuk
melawan pemerintahan dan pusat.
Peristiwa peristiwa tersebut membuat Presiden memberikan pernyataan
bahwa negara dalam keadaan bahaya, sehari sebelum penyampaian mandat
dari Kabinet Ali. bahaya, sehari sebelum penyampaian mandat dari Kabinet Ali.
Runtuhnya Kabinet Ali membuat para partai politik melaksanakan politik
“Dagang Sapi “yaitu proses tawar-menawar partai beberapa dalam penyusunan
kabinet seperti lembaga dan sebagainya. Kemudian terjadilah proses
terbentuknya Kabinet Djuanda yang Didirikan oleh Ir. Djuanda (non partai)
sesuai dengan amanat Presiden Soekarno. Kabinet baru ini resmi didirikan pada
tanggal 9April 1957 meski dalam keadaan yang kurang menyenangkan. Hal ini
disebabkan Kabinet Djuanda termasuk ke dalam zaken kabinet yang artinya
kabinet yang Dirangkum oleh beberapa pakar ahli yang sesuai dengan
bidangnya.

Kabinet Djuanda terdiri dari Perdana Menteri Ir. Djuanda beserta 3


wakilnya yaitu Dr.PakHardi dan Idham Chalid. Terbentuknya kabinet Djuanda
telah mengemban tugas yang cukup berat seperti memperjuangkan kembalinya
Irian Barat, menghadapi keuangan serta perekonomian yang memburuk dan
menghadapi kekacauan yang terjadi di setiap daerah. Pembentukan kabinet
Djuanda atas saran Presiden ini dianggap inkonstitusional atau tidak sesuai
dengan Undang-Undang Dasar. Terlebih lagi Pihak Masyumi menentang
keputusan tersebut dan melakukan pemecatan terhadap anggotanya yang akan
dijadikan menteri Kabinet Karya. Kemudian pihak NU dan para tokoh PNI
memberikan pernyataan bahwa negara sedang dalam keadaan darurat.
Tindakan Presiden tersebut juga dianggap Bung Hatta sebagai tindakan
inkonstutisional.
Sebenarnya Presiden diberikan dalam menunjuk formatur. Namun
formatur tersebut tidak diperbolehkan memiliki jabatan yang sama dengan
seorang Presiden. Pada masa tersebut terbentuknya Kabinet Djuanda
memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan negara meskipun
hanya berdiri selama 2 tahun saja. Kabinet tersebut juga ikut berperan dalam
penentuan kedudukan negara, perlawanan terhadap Belanda hingga
berhubungan dengan sistem pemerintahan demokrasi. Kemudian pada bulan
Mei 1957, Presiden dijadikan sebagai Ketua Dewan Nasional yang diberikan
kekuasaan resmi dalam lemari kabinet agar setuju dengan perintahnya. Dewan
Nasional merupakan organisasi baru yang berguna sebagai tempat penyaluran
dan perlindungan kekuatan dalam masyarakat.
Presiden Soekarno sebelumnya telah mengusulkan pembentukan Dewan
tersebut sebagai awal pembentukan demokrasi itu terpimpin.Makadari itu
ketika terbentuknya kabinet Djuanda, kabinet ini tidak dapat melakukan
pekerjaannya secara mandiri. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa kebijakan
strategis (kekuasaan pemerintahan dualisme) yang harus sesuai dengan
keputusan Presiden.
Presiden Soekarno menunjuk anggota kabinet Djuanda yang terutama
berasal dari partai-partai PNI, NU,Parkindo, Partindo dan lain-lain tanpa
melobby pimpinan partai-partai terkait. Selain itu Banyak sekali orang-orang
non-partai, seperti Djuanda Kartawidajaja, Soebandrio, Prijono, Muhammad
Yamin dll. yang ditunjuk duduk di dalam kabinet. Karena pembentuk kabinet
adalah Soekarno sendiri, jadi secara langsung Soekarno-lah perdana menterinya
dan sebenarnya dalam kesehariannya Perdana Menteri adalah Djuanda maka
Presiden menamakan jabatan tersebut “ menteri utama”.

B. Partai Pendukung Kabinet Djuanda

Kabinet Djuanda adalah kabinet ketujuh yang berkuasa di Indonesia


pada masa demokrasi liberal. Partai pendukung Kabinet Djuanda sendiri
terdiri dari sekitar 7 partai dan sekelompok independen.
Aman dalam Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda
1957-1959 menyinggung bahwa Kabinet Djuanda berkuasa sejak tahun 1957
sampai 1959.
Kabinet Djuanda atau Kabinet Karya adalah salah satu kabinet yang
berkuasa di masa kepemimpinan Presiden Soekarno, tepatnya pada masa
demokrasi liberal.
Dalam menjalankan tugasnya, Kabinet Djuanda tidak terlepas dari
dukungan partai anggota. Adapun partai pendukung Kabinet Djuanda antara
lain:
1. Partai Nasional Indonesia (PNI)
2. Nahdlatul Ulama (NU)
3. Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
4. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
5. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IKPI)
6. Partai Kristen Indonesia (PKI)
7. Barisan Tani Indonesia (BTI)
Selain ketujuh partai tersebut, Kabinet Djuanda juga didukung oleh
sekelompok orang yang tidak dinaungi partai atau disebut juga dengan
independen.

C. Lama Kabinet Djuanda Berkuasa

Kabinet Djuanda disebut juga Kabinet Karya adalah kabinet


pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Soekarno. Kabinet ini
diumumkan pada 8 April 1957 dan bertugas sejak 9 April 1957 hingga 6 Juli
1959. Kabinet ini merupakan salah satu Kabinet Zaken.

D. Program Kerja Kabinet Djuanda

Selama memimpin di Indonesia, Kabinet Djuanda memiliki beberapa


program kerja. Berbagai program kerja Kabinet Djuanda, yakni:
1. Pembentukan dewan nasional.
2. Menormalkan kondisi Republik Indonesia. Hal ini terjadi karena adanya
pergolakan daerah, seperti masalah Irian Barat, hingga memburuknya kondisi
perekonomian.
3. Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB atau Konferensi Meja Bundar.
4. Mempercepat proses pembangunan.
5. Memperjuangkan kembalinya Irian Jaya.

E. Keberhasilan Dan Kendala Kabinet Djuanda

Keberhasilan yang paling mencolok dari Kabinet Djuanda ini tentu saja
adalah berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh PRRI Permesta.
Pemberontakan itu berhasil diredam oleh TNI. Selain berhasil menumpas
pemberontakan, Kabinet Djuanda juga dinilai berhasil dengan mengeluarkan
Deklarasi Djuanda yang mengatur batas wilayah kepulauan di Indonesia.
Deklarasi tersebut kemudian dikuatkan dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 4 prp. Tahun 1960 tentang perairan
Indonesia.
Keberhasilan yang sudah dicapai oleh Kabinet Djuanda bukannya tanpa
kendala. Ada beragam kendala yang menyebabkan program kerja Kabinet
Djuanda tidak berjalan dengan maksimal. Kendala yang sering menjadi masalah
adalah pada pendanaan. Hal ini dikarenakan pos-pos pengeluaran yang sangat
besar terutama pada biaya untuk menumpas pemberontakan PPRI Permesta.
Selain biaya sangat besar untuk pemberontakan, pendapatan juga berkurang
karena adanya barter dan penyelundupan. Defisit negara yang besar sehingga
menimbulkan inflasi juga menjadi kendala dalam pendanaan. Terakhir adalah
bahwa disiplin ekonomi pada masyarakat masih sangat kurang.
Meski program kerja dari Kabinet Djuanda ini belum semuanya berhasil
dijalankan, namun ada banyak jasa kabinet Djuanda untuk bangsa dan negara.
Ada banyak yang sudah diselesaikan seperti UU Keadaan Bahaya menggantikan
SOB, UU wajib militer, Veteran Pejuang Republik Indonesia (VPRI), UU Perjanjian
Perdamaian dan Persetujuan Pampasan Perang dengan Jepang, UU Penanaman
Modal Asing, UU Pembatalan Hak Penambangan, UU Dewan Perancang
Nasional, UU Pembangunan Lima Tahun, UU Perkumpulan Koperasi, UU Bank
Tani dan Nelayan dan masih banyak lagi yang lainnya.

F. Penyebab jatuhnya kabinet Djuanda

Meski sudah mampu mencapai beberapa keberhasilan, namun pada


perjalanannya Kabinet Djuanda pada akhirnya berakhir juga. Sebenarnya pada
saat itu konflik di tingkat pimpinan pusat sudah bisa lepas dan terhindar dari
krisis yang mengarah kepada perpecahan bangsa. Namun ternyata selepas dari
konflik kepentingan di tingkat pusat, masalah yang tak kalah berat harus
dihadapi oleh Kabinet Djuanda, yaitu terjadinya pertentangan ideologi dan
politik yang terjadi di dalam konstituante. Dan tidak main-main, pertentangan
dan konflik ini semakin berbahaya karena menjalar ke tingkat tataran
masyarakat yang kemudian menambah terjadinya ketegangan-ketegangan.
Kala itu wakil-wakil rakyat yang bersidang pada 10 November 1956
sampai Januari 1959,mengalami masalah yang sangat besar terkait dengan hal
yang sangat prinsip yaitu ideologi negara. Konflik ini cukup menyita energi
seluruh elemen yang ada di Indonesia, mulai dari konstituante, persdan juga
masyarakat secara luas. Bahkan pertentangan ini terjadi selama dua setengah
tahun. Kemudian Bung Karno muncul dengan membawa konsepnya yang
kemudian disusul dengan gagasan Demokrasi terpimpin. Namun kemudian
masalah belum bisa diselesaikan karena ada kebingungan dengan cara apa yang
akan digunakan untuk melaksanakan demokrasi terpimpin.
Singkat cerita, setelah mempelajari secara sungguh-sungguh dan
mendalam, PM Djuanda kemudian sampai pada kesimpulan bahwa Demokrasi
Terpimpin harus dilaksanakan dalam rangka untuk kembali pada UUD 1945. Ide
ini kemudian disetujui oleh Presiden dan kemudian disampaikan kepada Dewan
Menteri pada tanggal 19 Februari 1959. Untuk merealisasikan gagasan yang
telah disampaikan Hal tersebut, maka Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Dengan diumumkannya Dekrit Presiden, maka
Indonesia kembali ke UUD 1945 sedangkan UUDS sudah tidak berlaku lagi.
Perubahan ini jelas sangat memberikan pengaruh yang signifikan dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia. Sistem yang selama ini menggunakan
Parlementer, diganti dengan sistem presidensial. Sehingga dengan otomatis
ketika menggunakan sistem presidensial, maka Presiden memiliki peran sebagai
kepala Pemerintahan dan sekaligus juga sebagai kepala negara. Dan tentunya
keberadaannya Perdana Menteri sudah tidak diperlukan lagi. Maka selanjutnya
Djuanda dan Kabinetnya mengembalikan amanah kepada Presiden sehingga
Kabinet Djuanda.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kabinet Djuanda disebut juga Kabinet Karya, memerintah pada
periode 9 April 1957 10 Juli 1959.Setelah kemerdekaan yang
didapatkan pada 1945, keadaan Indonesia belum serta merta menjadi
baik dan stabil. Masih banyak kekurangan di sana-sini yang perlu
diperbaiki dan sangat mendesak untuk segera dicarikan solusi. Kondisi
politik tanah air masih sangat goyah dan belum menunjukkan tanda-
tanda ke arah yang stabil. Sebelum dilakukan Pemilu 1955 yang
notabene merupakan Pemilihan Umum pertama Indonesia, terjadi
beberapa kali pergantian Kabinet. Ada beberapa kabinet dan tentu
saja masing-masing kabinet tersebut memiliki beberapa program yang
menjadi prioritas utama.

B. Saran
Dalam Kabinet Djuanda banyak keberhasilan yang dicapai
karena Ir. Djuanda bisa mengatur posisi dalam mengambil keputusan.
Kabinet Djuanda dalam mengambil keputusan melalui musyawarah
yang pada saat itu dinamakan MuNas (Musyawarah Nasional) dan
telah berganti nama menjadi MuNaP (Musyawarah Nasional
Pembangunan).Jadi sebaiknya dalam mengambil keputusan apa pun
yang melibatkan masyarakat luas harus melewati musyawarah agar
tidak ada kesalah pahaman antar masyarakat dengan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai