Kabinet Natsir
Kabinet Natsir
Chairul
Dikko
Arnov
KABINET NATSIR
Kabinet Natsir merupakan kabinet pertama yang dibentuk setelah pembubaran negara RIS.
Kabinet Natsir sendiri mulai memerintah pada tanggal 6 September 1950 dan berakhir pada tanggal 21
Maret 1951. Kabinet Natsir adalah kabinet yang dibangun atas dasar koalisi yang beranggotakan inti dari
Partai Masyumi. Kabinet ini juga merupakan kabinet koalisi di mana PNI sebagai partai kedua terbesar
dalam parlemen tidak turut serta, karena tidak diberi kedudukan yang sesuai. Sehingga, partai PNI
menjadi partai oposisi dalam kabinet Natsir.
Di bawah ini adalah beberapa program kerja utama dari Kabinet Natsir:
f. Mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi pelaksanaan
g. Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha – usaha meninggikan derajat
kredit
j. Pembentukan DPRD
Keberhasilan yang dicapai Kabinet Natsir yang menonjol diantaranya adalah di bidang
ekonomi yang di situ ada Sumitro Plan yang berhasil mengubah ekonomi yang pada awalnya adalah
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. Meski memiliki beberaa keberhasilan, namun program
kerja Kabinet Natsir bukan tanpa kendala atau masalah. Ada beberapa kendala dan masalah yang
harus dihadapi oleh Kabinet Natsir untuk menjalankan dan mensukseskan program kerjanya.
Pada program di bidang ekonomi, dalam penerapan Sumitro Plan, tidak bisa berjalan dengan
maksimal. Hal ini karena para pengusaha yang diberikan bantuan banyak diselewengkan sehingga
banyak yang tidak mencapai sasaran. Kemudian upaya perjuangan dan diplomasi mengenai masalah
Irian Barat mengalami kebuntuan alias mengalami kegagalan. Selain itu, Kabinet Natsir nampaknya
belum bisa terlepas dari masalah keamanan yang berupa masih adanya pemberontakan yang hampir
menyerang seluruh wilayah Indonesia. Banyak gerakan kedaerahan yang berusaha melakukan
pemberontakan kepada pemerintah, seperti misalnya Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan
APRA, Gerakan RMS. Selain itu, seringnya mengeluarkan Undang Undang darurat juga menjadi
kendala Kabinet Natsir yang kemudian sering mendapatkan kritik dari oposisi.
Pada akhirnya, kekuasaan Kabinet Natsir ini pun juga mengalami kemunduran yang pada
akhirnya membawa kepada keruntuhan kekuasaan. Ada beberapa penyebab yang membuat Kabinet
Natsir runtuh dan kehilangan kekuasaan. Penyebab utama dari keruntuhan kabinet Natsir ini adalah
kegagalan dalam kabinet tersebut dalam menyelesaikan masalah Irian Barat. Kemudian ditambah lagi
adanya mosi tidak percaya dari PNI terkait dengan pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD
dan DPRDS. Peraturan pemerintah tersebut dianggap PNI terlalu menguntungkan Masyumi, dan mosi
dari PNI ini pun diterima oleh parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada
Presiden.