DISUSUN OLEH :
RIFA NURINA AZAMZAMI
LEXY
XII MIPA 2
Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya,
diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Semoga laporan kegiatan ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca.
PEMBAHASAN NATSIR 1950 -1951
PENGERTIAN
Kabinet Natsir adalah kabinet pertama yang dibentuk setelah pembubaran negara Republik
Indonesia Serikat, dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kabinet ini bertugas
sejak tanggal 6 September 1950 hingga 20 Maret 1951.
Pada masa kabinet ini, terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia dan masalah
keamanan di dalam negeri, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, dan
GerakanRMS. Perundingan masalah Irian Barat juga mulai dirintis, tetapi mengalami jalan buntu.
Pada tanggal22 Januari 1951, parlemen menyampaikan mosi tidak percaya dan mendapat
kemenangan sehingga pada tanggal 21 Maret 1951, Perdana Menteri Natsir mengembalikan
mandatnya kepada Presiden. Penyebab lainnya adalah diterimanya mosi Hadikusumo yang
mengusulkan dibubarkannya seluruhDPRD yang telah terbentuk. Menurut pemerintah, mosi
tersebut tidak mungkin dilaksanakan karena alasan yuridis formil.
Susunan
Menteri Dalam Negeri: Assaat
Menteri Luar Negeri: Mohammad Roem
Menteri Keamanan Rakyat: Abdul Halim (berhenti 8 Desember 1950) dan Sri Sultan HB IX
(diangkat 8 Desember 1950)
Menteri Kehakiman: Wongsonegoro
Menteri Penerangan: M.A. Pellaupessy
Menteri Keuangan: Sjafruddin Prawiranegara
Menteri Perdagangan dan Industri: Sumitro Djojohadikusumo
Menteri Pertanian: Tandiono Manu
Menteri Pekerjaan Umum dan Rekonstruksi: Herman Johannes
Menteri Sosial: F.S. Haryadi
Menteri Perhubungan: Djuanda
Menteri Kesehatan: J.Leimena
Menteri Agama: Wahid Hasjim
Menteri Tenaga Kerja: Pandji Suroso
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan: Bahder Johan
Menteri Negara: Harsono Cokroaminoto.
Program Kerja
1.Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Dewan Konstituante dalam
waktu yang singkat.
2.Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan serta membentuk peralatan
negara yang bulat berdasarkan Pasal 146 dalam UUD Sementara 1950.
3.Menggiatkan berbagai usaha untuk mencapai keamanan dan ketentraman
4.Mengembangkan dan memperkokoh kekuatan perekonomian rakyat sebagai dasar bagi
pelaksanaan kegiatan perekonomian nasional yang sehat serta melaksanakan keragaman dan
kesamarataan hak antara buruh dan majikan
5.Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas berbagai usaha untuk
meningkatkan kualitas dalam bidang Kesehatan dan kecerdasan
6.Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan mantan anggota-anggota tentara
dan gerilya ke dalam masyarakat
7.Memperjuangkan dan mengusahakan penyelesaian masalah perebutan wilayah Irian Barat dalam
waktu yang singkat.
Pergantian
Pada masa Kabinet Natsir ini berjalan, banyak terjadi pemberontakan di Indonesia,seperti Gerakan
DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, dan Gerakan RMS.Permasalahan terkait Irian Barat
juga masih terus berlangsung dan belum ditemukan solusinya.Karena banyaknya masalah
pemberontakan yang muncul, pada 22 Januari 1951, parlemen Indonesia menyampaikan Mosi
Tidak Percaya.Pada 21 Maret 1951, didapatkan hasil bahwa Mosi Tidak Percaya mendapatkan
kemenangannya.Peristiwa tersebut pun kemudian diikuti dengan mundurnya Natsir dari
jabatannya.Natsir mengembalikan mandatnya kepada presiden yang menjadi tanda berakhirnya
Kabinet Natsir.Setelah Kabinet Natsir tidak lagi bertugas, kabinet selanjutnya yang terbentuk,
yaitu Kabinet Sukiman-Suwiryo.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya dan hasil penelitian yang telah penulis
lakukan, maka penulis dapat menarik kesimpulan terkait dengan masalah yang penulis angkat
yakni Pemerintahan Perdana Menteri Mohammad Natsir Di Indonesia (1950-1951), sebagai
berikut :
1.Pada akhir pemerintahan Perdana Menteri Mohammad Hatta kondisi perpolitikan di Indonesia
masih sangat memprihatinkan. Kabinet RIS dibawah pimpinan Hatta harus memecahkan masalah-
masalah yang timbul akibat perang kemerdekaan dan masalah-masalah yang dominan dengan
kehidupan suatu negara muda. Akibat perang kemerdekaan banyak prasarana yang hancur.
Keadaan ekonomi pada umumnya buruk, seperti inflasi dan defisit dalam anggaran belanja.
Masalah utama lain terdapat di bidang kepegawaian, baik sipil maupun militer. Setelah perang
selesai, jumlah pasukan harus dikurangi karena keuangan negara tidak mendukungnya. Hal ini
menimbulkan masalah antara pasukan APRIS dengan pasukan KNIL yang menuntut berdiri
sendiri dan tidak mau bekerjasama. Disisi lain, Setelah pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia
oleh Belanda pada 27 Desember 1949, usaha-usaha untuk kembali ke NKRI terus bergema di
seluruh wilayah Nusantara. Di berbagai daerah timbul gerakan rakyat yang menuntut pembubaran
negara bagian dibawah RIS, dan mereka minta untuk kembali kepada NKRI.
2.Proses pengangkatan Mohammad Natsir menjadi perdana menteri berawal dari keberhasilannya
mengubah bentuk Negara Indonesia melalui mosi yang ia keluarkan di Parlemen yang dikenal
dengan Mosi Integral Natsir. Mosi ini melapangkan jalan bagi peleburan Negara RIS kepada NKRI
secara konstitusional. Terbukti dengan satu persatu negara bagian membubarkan diri dan
memutuskan bergabung ke dalam NKRI. Atas jasanya tersebut, sehingga Presiden Soekarno
memberi kepercayaan terhadap Natsir untuk membentuk kabinet pertama dalam NKRI tahun
1950.
3.Kebijakan politik Mohammad Natsir setelah berhasil membentuk kabinet ialah menyelesaikan
persengketaan antara Indonesia dengan Belanda mengenai status Irian Barat. Berdasarkan
keputusan KMB pada masa Kabinet RIS dibawah pimpinan Hatta, Pemerintah Belanda telah
mengakui kedaulatan atas Negara RIS kecuali Irian Barat. Sehingga Irian Barat tetap dalam
genggaman Belanda dan akan dibicarakan kembali setahun kemudian tepatnya pada masa Kabinet
Natsir. Kabinet Natsir telah melakukan beberapa kali perundingan dengan Pemerintah Belanda
mengenai Irian Barat, namun hal tersebut tidak berhasil. Selain itu, Kabinet Natsir juga harus
memecahkan masalah keamanan dan ketentraman dalam negeri. Dimana setelah kemerdekaan,
banyak sukarelawan atau pejuang yang kecewa karena tidak diberikan penghargaan dan pekerjaan
yang layak sesuai jasa mereka. Sehingga mereka kemudian melakukan pemberontakan, misalnya
pemberontakan yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, Amir Fatah di Jawa
Tengah, Daud Beureuh di Aceh dan Ibnoe Hadjar di Kalimantan Selatan. Masalah ekonomipun
menjadi hal penting yang harus diperbaiki oleh Kabinet Natsir. Paska kemerdekaan, keadaan
ekonomi sangat buruk, pendapatan pemerintah masih sangat kurang sehingga terjadi inflasi. Lewat
gagasan Sumitro, Menteri Perdagangan pada masa Kabinet Natsir yang mencanangkan Ekonomi
Gerakan Benteng, keadaan ekonomi umumnya lebih baik. Kebijakan Gerakan Benteng ini yaitu
memberikan modal kepada pengusaha pribumi untuk mengembangkan usahanya. Tujuannya
adalah agar mampu bersaing dengan pedagang asing yang ada di Indonesia seperti Cina dan
Belanda.
4.Dampak dari kebijakan politik Kabinet Natsir dapat dilihat dari kegagalannya dalam melakukan
perundingan dengan Belanda mengenai status Irian Barat. Kegagalan ini menimbulkan
kekecewaan dari berbagai pihak, sehingga tanda-tanda jatuhnya kabinet mulai terlihat pada kondisi
ini. Kekecewaan masyarakat ditunjukkan dalam bentuk pengajuan mosi tidak percaya dari
berbagai daerah. Diantaranya, mosi tidak percaya dari Pemuda Demokrat Indonesia Cabang
Sumbawa dan mosi tidak percaya dari Pemuda Demokrat Indonesia Cabang Medan. Masalah
keamananpun tidak bisa diatasi, terbukti adanya pemberontakan-pemberontakan dalam negeri
akibat ketidak puasan beberapa pihak terhadap kebijakan yang diambil. Misalnya masalah antara
TNI dan pasukan gerilyawan yang tidak mau bekerjasama sehingga terjadi bentrokkan. Selain itu,
juga terjadi pemberontakan APRA, Andi Azis, RMS dan pemberontakan DI/TII.Mengenai
masalah ekonomi, kebijakan Ekonomi Gerakan Benteng yang dilakukan oleh Kabinet Natsir
ternyata juga mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan karena adanya kepentingan politik
dikalangan para pengusaha yang diberikan modal. Mereka menyalahgunakan modal yang
diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan pribadi, hal tersebut menimbulkan kerugian yang
sangat besar bagi negara.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari Saifuddin Endang, 1977. Piagam Jakarta 22 Juni 1945: Sebuah Konsesnsus Nasional
tentang Dasar Negara RI (1945-1949 , Jakarta: Gema Insani Press .Budiardjo, Miriam,ed, 1994.
Demokrasi di Indonesia: antara Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila, Jakarta:
Gramedia Pustaka. Djain, Abibullah, dkk, 1996. Pemikiran dan Perjuangan Mohammad Natsir,
Jakarta: Pustaka Firdaus.Goottschalk, Louis, 1986. Mengerti Sejarah, Jakarta,Narasi.Harjono,
Anwar, 1997. Perjalan Politik Bangsa, Jakarta : Gema Insan Press.Kahin, George Mc Turnan,
1995. Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan dan UNS Press.Rosidin,
Ajip, 1990. M. Natsir, Sebuah Boigrafi, Jakarta: Girimukti Pusaka.Moedjanto, G, 1988. Indonesia
Abad ke-20 II, Yogyakarta: Kanisius.Madjid, Nurcholish, 2004. Indonesia Kita, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.Natsir, Mohammad, 1973. Capita Selecta I, Jakarta: Bulan Bintang.Noer Deliar,
1980. Gerakan Modernisasi Islam di Indonesia tahun 1940-1942,Jakarta: LP3ES.Pour Jolius,
1995. Pengalaman Dan Kesaksian Sejak Proklamasi Sampai Orde Baru, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.Puar Abdullah Yusuf, ed, 1978. Mohammad Natsir 70 tahun: Kenang-Kenangan
Kehidupan dan Perjuangan, Jakarta: Pustaka Antara.Suryanegara Mansur Ahmad, 2010. Api
Sejarah 2, Bandung: PT Salamandani Pustaka Semesta.Soeharto, R, 1982. Saksi Sejarah
Menggunakan Dwitunggal, Jakarta :Gunung Agung.Waluyo, 2009. Dari Pemberontak Menjadi
Pahlawan Nasional, Yogyakarta: Ombak Wangsa Widjaja,I, 1983. Mohammad Hatta Kumpulan
Pidato II, Jakarta: Inti Indayu Press.