Anda di halaman 1dari 6

A.

KABINET ALI SASTROAMIDJOJO I


1) Perdana Menteri dan Partai Pendukung
Sesuai namanya, kabinet ini dipimpin oleh Ali Sastroamidjojo dari Partai
Nasionalis Indonesia (PNI) dengan wakil Wongsonegoro dari Partai Indonesia
Raya (PIR). Oleh karena itu, kabinet ini disebut juga dengan Kabinet Ali
Sastroamidjojo-Wongsonegoro.
Kabinet ini didukung oleh beberapa partai politik, seperti Nahdatul Ulama
(NU), Partai Rakyat Nasional (PRN), Sarikat Kerakyatan Indonesia (SKI),
Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Partai Buruh (PB), Barisan Tani
Indonesia (BTI), Partai Sosialis Indonesia (PSI), Persatuan Tarbiyah
Islamiyah (PTI), dan beberapa tokoh independen.

2) Lama Berkuasa
Kabinet Ali Sastroamidjojo I merupakan kabinet keempat yang dibentuk
selama masa demokrasi liberal. Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri
Ali Sastroamidjojo itu berjalan selama dua tahun. Kabinet ini diumumkan
pada 30 Juli 1953 dan memerintah pada masa bakti 1 Agustus 1953 hingga 24
Juli 1955. Masa pemerintahannya tersebut merupakan yang terpanjang kedua
setelah kepemimpinan Djuanda.

3) Program Kerja
• Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif serta menuju
perdamaian dunia. Kabinet ini berhasil mengadakan Konferensi Asia-
Afrika di Bandung pada April 1955 yang menghasilkan Dasasila Bandung
sebagai pedoman hubungan antara negara-negara baru merdeka. Kabinet
ini juga berhasil menandatangani Perjanjian Persahabatan dengan Jepang
pada Januari 1955 yang mengakhiri perang antara kedua negara dan
membuka kerjasama ekonomi.
• Mengubah hubungan Indonesia-Belanda atas dasar Unie-Statuut
menjadi hubungan internasional biasa. Kabinet ini menuntut agar
Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia sesuai dengan hasil
Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949. Kabinet ini juga menolak
rencana Belanda untuk membentuk Negara Papua Barat yang dianggap
sebagai bentuk neo-kolonialisme.
• Mengatur hubungan antara pusat dan daerah dengan memberikan
otonomi yang luas kepada daerah-daerah. Kabinet ini mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Tingkat I dan Daerah-Daerah Tingkat II yang membagi Indonesia
menjadi 10 provinsi dan 91 kabupaten/kota. Kabinet ini juga mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1954 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Aceh yang memberikan hak-hak khusus kepada Aceh dalam
bidang agama, adat, pendidikan, dan perekonomian.
• Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan melaksanakan program-
program pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya. Kabinet ini
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1953 tentang Pokok-
Pokok Perpajakan yang mengatur sistem perpajakan nasional yang adil dan
efisien. Kabinet ini juga mengeluarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1954 tentang Pokok-Pokok Pertanian yang mengatur pengelolaan tanah,
irigasi, koperasi, dan kredit pertanian. Selain itu, kabinet ini juga berusaha
untuk meningkatkan pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan olahraga
rakyat.

4) Keberhasilan dan Kegagalan


❖ Keberhasilan
• Pemilu. Persiapan pemilu berhasil rampung di masa pemerintahan
Kabinet Ali Sastroamidjojo 1. Pemilu direncanakan akan dilakukan
pada 29 September 1955. Hal ini tentu menjadi prestasi karena program
kerja kabinet dapat berjalan dengan mulus.
• Membaiknya Hubungan dengan Cina. Terdapat sebuah sistem
ekonomi baru bernama Ali-Baba. Sistem ekonomi ini adalah kerjasama
antara pengusaha pribumi dengan pengusaha Tionghoa.
• Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA). Ini adalah
prestasi gemilang dari Kabinet Ali Sastroamidjojo 1. Ali
Sastroamidjojo sangat berperan dalam konferensi besar ini. Perang
dingin yang semakin terasa di Asia membuat Ali Sastroamidjojo
berkeinginan untuk melakukan konferensi. Ali Sastroamidjojo
bertanggung jawab melaksanakan persiapan KAA dan juga
mengirimkan undangan kepada negara-negara Asia-Afrika.
KAA pada 1955 mempunyai arti penting di bidang politik luar negeri.
Terjadinya konferensi ini memicu peristiwa lain seperti Australia dan
Amerika yang berusaha menghapus politik apartheid di negaranya.
Indonesia bahkan mendapatkan dukungan diplomasi dari negara Asia-
Afrika untuk menyatukan Irian Barat di PBB.

❖ Kegagalan
Kegagalan yang sekaligus membuat kabinet ini langsung jatuh adalan tidak
mampu mengatasi situasi negara karena adanya pemberontakan DI/TII di
beberapa daerah.

5) Penyebab Jatuhnya Kabinet


Kabinet Ali Sastroamidjojo I jatuh pada 24 Juli 1955 setelah mendapat mosi
tidak percaya dari parlemen. Mosi tidak percaya ini diajukan oleh FDR yang
menilai bahwa kabinet ini gagal dalam menjalankan program-programnya,
terutama dalam bidang ekonomi dan pertahanan. FDR juga menuding bahwa
kabinet ini terlalu dekat dengan komunis dan progresif serta mengabaikan
aspirasi rakyat.

B. KABINET BURHANUDDIN HARAHAF


1) Perdana Menteri dan Partai Pendukung
Perdana Menteri dari kabinet ini adalah Mr Burhanuddin Harahaf dan Wakil
Perdana Menteri I dan II yaitu R. Djanu Ismadi dan Harsono Tjokroaminoto.
Burhanuddin kali ini mengundang partai - partai kecil di DPRS untuk
membentuk koalisasi : PSI, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Parkindo,
Partai Katolik, Partai Rakyat Nasional, Partai Buruh, Partai Indonesia Raya,
dan Parindra.

2) Lama Berkuasa
Kabinet Burhanuddin Harahaf diumumkan pada tanggal 11 Agustus 1955 dan
bertugas sejak tanggal 12 Agustus 1955 hingga 3 Maret 1956.

3) Program Kerja
• Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi. Indonesia
dihadapkan pada masalah inflasi yang disebabkan oleh dua hal, yang
pertama jumlah peredaran uang yang melampaui batas disebabkan oleh
defisit pada anggaran belanja Pemerintah. Sehingga tekanan inflasi sangat
melemahkan kedudukan devisen 18 negara. Menghadapi permasalahan
tersebut pemerintah mengeluarkann beberapa tindakan yakni menyelidiki
dan mengawasi anggaran pengeluaran belanja serta menyiapkan rancangan
anggaran belanja. Permasalah kedua yaitu ekonomi moneter yang
disebabkan tidak meratanya penyebaran barang, sehingga pemerintah
mengeluarkan kebijakan dengan memberikan kredit pada importir
nasional. Kebijakan- kebijakan tersebut dinilai mampu menstabilkan
perekonomian negara pada saat itu.
• Memberantas Korupsi. Korupsi yang merajalela sejak pemerintahan
Kabinet Ali telah meninggalkan kerugian yang besar terhadap negara. Pada
masa Kabinet Burhanuddin Harahap, pemerintah mengajukan Undang-
Undang antikorupsi itu sebagai Undang-Undang darurat agar melancarkan
prosedur pengusutan, penuntutan dan pemeriksaan tindak-tindak pidana
korupsi. Namun NU dan Perti merasa keberatan dan akan menarik menteri-
menterinya dari Kabinet jika Kabinet tetap nekat mempercepat usaha
pemberantasan korupsi dengan mengeluarkan Undang-Undang
darurat.19Kabinet akhirnya tidak jadi mengeluarkan Undang-Undang
darurat itu.
• Meneruskan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam
wilayah Republik Indonesia. Masalah perjuangan irian barat bukan
masalah yang singkat bagi sejarah Indonesia. Setiap kabinet memeiliki
cita-cita untuk membebaskan Irian Barat dari Belanda. Sama halnya
dengan itu, kabinet Burhanuddin Harahaf juga memiliki cita-cita yang
sama. Kabinet melakukan perundingan dengan pihak Belanda namun
rencana perundingan ini tidak mendapat restu dari Presiden dan beberapa
partai dalam parlemen. Meskipun demikian kabinet tetap melakukan
rencana perundingan tersebut. Hal ini membuat keadaan politik semakin
memanas. Banyak partai yang menarik menteri-menterinya dari kabinet.
Pertikaian antar partai dalam tubuh kabinet inilah yang mendorong Kabinet
Burhanuddin Harahaf untuk segera mengembalikan mandatnya kepada
pemerintah.

4) Keberhasilan dan Kegagalan


❖ Keberhasilan
Mengadakan pemilu untuk membentuk anggota DPR (1955). Salah
satu keberhasilan Kabinet Burhanuddin Harahaf di masa demokrasi
parlementer adalah menyelenggarakan pemilu 1955. Pemilu 1955
merupakan pemilu pertama di Indonesia yang diselenggarakan pada 29
September 1955 untuk memilih anggota DPR dan 15 Desember 1955 untuk
memilih anggota Dewan Konstituante.

❖ Kegagalan
Kabinet ini hanya berhasil memerintah selama 5-6 bulan, meskipun
memperoleh banyak keberhasilan. Hanya saja penyebab jatuhnya kabinet
Burhanuddin Harahaf adalah karena kurang mendapatkan restu dari
presiden. Jadi, kegagalan kabinet Burhanudin Harahap bukan karena
keretakan yang ada pada kabinet. Tetapi penyebab kabinet ini terhenti
sebenarnya adalah karena merasa tugasnya sudah selesai.

5) Penyebab Jatuhnya Kabinet


Kejatuhan Kabinet Burhanuddin Harahaf mulai tampak saat ia memilih jalan
berunding untuk dapat menyelesaikan masalah Irian Barat. Keputusan
tersebut berakibat banyaknya gelombang protes dari Soekarno maupun dari
partai-partai. Pada akhirnya, 2 Maret 1956 saat pelaksanaan sidang keputusan
DPR, Burhanuddin Harahaf menyatakan akan menyerahkan mandatnya pada
3 Maret 1956. Pada tanggal 3 Maret 1956 mandat yang diberikan Burhanuddin
Harahaf diterima oleh Presiden Soekarno dan Kabinet Burhanuddin Harahaf
dinyatakan demisioner.

Anda mungkin juga menyukai