Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH

KABINET ALI SASTROAMIJOYO I


(1953-1955)

KELOMPOK 4

Nama : 1. Elbi Syahputra Purba


2. Evi Cahyani Saragih
3. Joy Realvino Saragih
4. Vivy Cintia Hutagaol
5. Winanda Sinurat
Kelas : XII MIA 7
Guru Pembimbing : Ibu AP

SMA Negeri 1 Raya Tahun ajaran 2023/2024


Kabinet Ali Sastroamidjojo 1

I. BIOGRAFI

Raden Ali Sastroamidjojo (21 Mei 1903 – 13 Maret 1975) adalah Perdana Menteri
Indonesia kedelapan dan kesepuluh selama dua periode yang berbeda, antara tahun 1953 sampai
1955 dan 1956 hingga 1957. Ketika berpolitik di Partai Nasional Indonesia, ia menjabat sebagai
ketua umum. Ali merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia.
Raden Ali Sastroamidjojo lahir di Grabag, Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada
tanggal 21 Mei 1903 dari keluarga bangsawan Kabupaten Magelang yang tergolong priyayi. Dia
menghabiskan masa kecilnya di daerah setempat dan bermain dengan teman-temannya yang
kebanyakan dari keluarga petani. Dengan harapan menemukan lingkungan yang layak bagi
perkembangan anak-anaknya, maka keluarga Sastroamidjojo pindah ke kota di mana menjadi
tempat Sastroamidjojo dikirim untuk mengenyam pendidikan Eropa, meskipun ia juga rutin
belajar bahasa Jawa. Keluarga Sastroamidjojo mengabdikan diri untuk mengadvokasi pentingnya
pendidikan Barat.
Seperti kebanyakan pemuda bangsawan lainnya di Hindia Belanda, Ali bersekolah di sekolah
Belanda, Queen Wilhelmina School, dan melanjutkan studi hukum di Universitas Leiden di
Belanda, di mana ia menerima gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) pada tahun 1927.
Kemudian, ia pergi ke praktik swasta. Semasa sekolah, ia aktif dalam organisasi pemuda, seperti
organisasi Jong Java, dari tahun 1918 hingga 1922 dan Perhimpoenan Indonesia, dari tahun 1923
hingga 1928. Karena aktivitasnya, ia ditangkap pada tahun 1927 oleh Belanda bersama
dengan Mohammad Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, dan Abdulmadjid Djojoadiningrat. Setelah
enam bulan di penjara, Ali dibebaskan. Ia kemudian kembali ke Jawa pada tahun 1928.

II. PARTAI KOALISI


Kabinet Ali Sastroamidjojo 1 dibentuk tanggal 31 Juli 1953 diketuai oleh Perdana Menteri
Ali Sastroamidjojo dari PNI (Partai Nasionalis Indonesia) dan diwakili oleh Wongsonegoro dari
PIR (Partai Indonesia Raya).
Kabinet Ali Sastroamidjojo bertahan cukup lama pada masa Demokrasi Liberal kuatnya
koalisi Partai Nasional Indonesia (PNI) – Partai Nahdhatul Ulama (NU). Secara historis, Kabinet
Ali Sastroamijoyo I merupakan kabinet koalisi antara PNI, NU dan partai-partai kecil lainnya.
Kabinet ini mulai bertugas dari 30 Juli 1953 sampai 12 Agustus 1955. Hal yang menarik lainnya
adalah, untuk pertama kalinya NU mendapat hingga 3 kursi menteri dengan K.H. Zainul Arifin
menduduki kursi Wakil Perdana Menteri. Beliau adalah tokoh politisi NU yang pernah menjabat
Panglima Laskar Hizbullah, Sekertaris Pucuk Pimpinan TNI serta Ketua Seksi Hankam BP KNIP,
dan beliau menjadi orang pertama NU berposisi tertinggi di lembaga eksekutif.

Dengan demikian,koalisi Partai Nasional Indonesia (PNI) – Partai Nahdhatul Ulama


(NU). Secara historis, Kabinet Ali Sastroamijoyo I merupakan kabinet koalisi antara PNI, NU dan
partai-partai kecil lainnya. Kabinet ini mulai bertugas dari 30 Juli 1953 sampai 12 Agustus 1955
Sastroamidjojo 1 dibentuk tanggal 31 Juli 1953 diketuai oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo
dari PNI (Partai Nasionalis Indonesia) dan diwakili oleh Wongsonegoro dari PIR (Partai
Indonesia Raya).
Kabinet Ali Sastroamidjojo bertahan cukup lama pada masa Demokrasi Liberal kuatnya
koalisi Partai Nasional Indonesia (PNI) – Partai Nahdhatul Ulama (NU). Secara historis, Kabinet
Ali Sastroamijoyo I merupakan kabinet koalisi antara PNI, NU dan partai-partai kecil lainnya.
Kabinet ini mulai bertugas dari 30 Juli 1953 sampai 12 Agustus 1955. Hal yang menarik lainnya
adalah, untuk pertama kalinya NU mendapat hingga 3 kursi menteri dengan K.H. Zainul Arifin
menduduki kursi Wakil Perdana Menteri. Beliau adalah tokoh politisi NU yang pernah menjabat
Panglima Laskar Hizbullah, Sekertaris Pucuk Pimpinan TNI serta Ketua Seksi Hankam BP KNIP,
dan beliau menjadi orang pertama NU berposisi tertinggi di lembaga eksekutif.

Dengan demikian,koalisi Partai Nasional Indonesia (PNI) – Partai Nahdhatul Ulama


(NU). Secara historis, Kabinet Ali Sastroamijoyo I merupakan kabinet koalisi antara PNI, NU dan
partai-partai kecil lainnya. Kabinet ini mulai bertugas dari 30 Juli 1953 sampai 12 Agustus 1955.

III. PROGRAM KERJA

• Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif serta menuju perdamaian
dunia. Kabinet ini berhasil mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada
April 1955 yang menghasilkan Dasasila Bandung sebagai pedoman hubungan
antara negara-negara baru merdeka. Kabinet ini juga berhasil menandatangani
Perjanjian Persahabatan dengan Jepang pada Januari 1955 yang mengakhiri perang
antara kedua negara dan membuka kerjasama ekonomi.
• Mengubah hubungan Indonesia-Belanda atas dasar Unie-Statuut menjadi hubungan
internasional biasa. Kabinet ini menuntut agar Belanda menyerahkan Irian Barat
kepada Indonesia sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949.
Kabinet ini juga menolak rencana Belanda untuk membentuk Negara Papua Barat
yang dianggap sebagai bentuk neo-kolonialisme.
• Mengatur hubungan antara pusat dan daerah dengan memberikan otonomi yang
luas kepada daerah-daerah. Kabinet ini mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I dan Daerah-Daerah
Tingkat II yang membagi Indonesia menjadi 10 provinsi dan 91 kabupaten/kota.
Kabinet ini juga mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1954 tentang
Pembentukan Daerah Istimewa Aceh yang memberikan hak-hak khusus kepada
Aceh dalam bidang agama, adat, pendidikan, dan perekonomian.
• Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan melaksanakan program-program
pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya. Kabinet ini mengeluarkan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 1953 tentang Pokok-Pokok Perpajakan yang mengatur
sistem perpajakan nasional yang adil dan efisien. Kabinet ini juga mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Pertanian yang
mengatur pengelolaan tanah, irigasi, koperasi, dan kredit pertanian. Selain itu,
kabinet ini juga berusaha untuk meningkatkan pendidikan, kesehatan, kebudayaan,
dan olahraga rakyat.
IV. KEBERHASILAN

1. Pemilu

Persiapan pemilu berhasil rampung di masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo 1.


Pemilu direncanakan akan dilakukan pada 29 September 1955. Hal ini tentu menjadi prestasi
karena program kerja kabinet dapat berjalan dengan mulus.

2. Membaiknya hubungan dengan Cina

Terdapat sebuah sistem ekonomi baru bernama Ali-Baba. Sistem ekonomi ini adalah
kerjasama antara pengusaha pribumi dengan pengusaha Tionghoa.

3. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA)

Ini adalah prestasi gemilang dari Kabinet Ali Sastroamidjojo 1. Mungkin elo cuma pernah
dengar nama Soekarno sebagai penyelenggara KAA, tapi sebenarnya, Ali Sastroamidjojo sangat
berperan dalam konferensi besar ini. Perang dingin yang semakin terasa di Asia membuat Ali
Sastroamidjojo berkeinginan untuk melakukan konferensi. Ali Sastroamidjojo bertanggungjawab
melaksanakan persiapan KAA dan juga mengirimkan undangan kepada negara-negara Asia-
Afrika.

KAA pada 1955 punya arti penting di bidang politik luar negeri. Terjadinya konferensi ini
memicu peristiwa lain seperti Australia dan Amerika yang berusaha menghapus politik apartheid
di negaranya. Indonesia bahkan mendapatkan dukungan diplomasi dari negara Asia-Afrika untuk
menyatukan Irian Barat di PBB.

V. PERISTIWA PENTING YANG TERJADI

Konferensi Asia Afrka

Pada masa kabinet Ali-Wongsonegoro, gangguan keamanan makin meningkat, antara lain
munculnya pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Daud Beureuh Aceh, dan Kahar Muzakar di
Sulawesi Selatan. Meskipun dihinggapi berbagai kesulitan, kabinet Ali-Wongsonegoro berhasil
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Oleh karena itu, kabinet Ali-Wongsonegoro ikut
terangkat namanya. Selain berhasil menyelenggarakan Konfereni Asia Afrika, pada masa ini juga
terjadi persiapan pemilu untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29
September 1955. Kabinet Ali-Wongsonegoro akhirnya jatuh pada bulan Juli 1955 dalam usia 2
tahun (usia terpanjang). Penyebab jatuhnya kabinet Ali-Wongsonegoro adalah perselisihan
pendapat antara TNI-AD dan pemerintah tentang tata cara pengangkatan Kepala Staf TNI-AD.

Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo I, diselenggarakan Konferensi Asia-


Afrika di Bandung pada 18-25 April 1955. Konferensi ini dihadiri 29 negara Asia dan Afrika
yang kemudian membawa pengaruh penting bagi terbentuknya solidaritas dan perjuangan
kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia-Afrika. Pemilihan umum pertama yang diselenggarakan
pada 1955 juga merupakan rancangan kabinet ini, tetapi pelaksanaannya kemudian dilanjutkan
oleh kabinet berikutnya.

VI. FAKTOR PENYEBAB KABINET JATUH ATAU MENGUNDURKAN DIRI

a. DI/TII Kartosuwirjo di Jawa Barat

Di Jawa Barat kegiatan Darul Islam semakin memuncak, bahkan aktivitas yang dilakukan
meningkat. Selain itu Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di (DI/TII) ini disebut berasal dari
Jawa Barat dan kemudian menyebar ke daerah lain. Adapun pemimpinnya adalah Kartosuwirjo.

b. Daud Beureh di Aceh

Kaum muslim di Aceh mulai merasakan politik Jakarta hidup dalam keadaan, tidak
beriman, dan tidak cakap. Pada tahun 1949 Aceh menjadi Propinsi Republik yang otonom.
Selanjutnya pada tahun 1950 Aceh digabungkan dengan Propinsi Sumatera Utara. Daud
Beureu’eh, sebagai orang kuat Aceh dan benteng Republik Revolusi menolak untuk menerima
pekerjaan di Jakarta dan lebih memilih untuk bermukim di Aceh dan memperhatikan
perkembangan-perkembangannya. Adapun hal ini karena adanya isi kabinet terdiri atas tokoh-
tokoh Masyumi. Pada masa Kabinet Ali. Bahkan Darul Islam berhasil memperluas wilayahnya
dengan meliputi Aceh, Jawa Barat , dan Sulawesi. Pada Mei 1953, terdapat bukti bahwa ia
menjalin hubungan dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam. Daud merasa keberadaan Kabinet Ali
bermaksud menangkapi orang-orang Aceh yang terkemuka. Sampai tahun 1959 Daud mundur
keatas bukit. Kemudian pada tanggal 19 September 1953 Daud dan PUSA terangan-terangan
melakukan pemberontakan terhadap Jakarta. Ini mendapat dukungan orang-orang Aceh yang
menjadi pegawai dan tentara. Saat itu Daud menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari
Darul Islam bukan Pemerintah Pancasila. Ketika Kabinet Ali gerakan ini dianggap sebagai
hambatan yang berpengaruh terhadap ketidakstabilan Negara. Apalagi Hal ini merupakan
tantangan bagi pemerintahan Kabinet Ali dan menjadi penguras utama dana.

c. DI/TII Kahar Muzakar di Sulawesi

Selatan Pada Januari 1952 Kahar Muzakar menyatakan Sulawesi Selatan merupakan
wilayah dari kepemimpinan Kartosuwirjo. Namun pada akhirnya Kahar Muzakar ini berhasil
ditembak oleh Tentara dari Divisi Siliwangi.
d. DI/TII di Jawa Tengah

Pemberontakan ini dipimpin oleh Amir Fatah dan Mahfud Abdur Rahman. Pada tahun 1954
pemberontakan ini berhasil ditundukan oleh TNI.

e. Persoalan dalam negeri dan luar negeri

Misalnya persiapan pemilihan umum yang saat itu direncanakan pada pertengahan Mei
1955 mengalami kegagalan.

f. Konflik dengan TNI-AD

Dalam persoalan pengangkatan seorang kepala staf. Ketegangan yang terjadi


dilingkungan TNI-AD sejak peristiwa 17 Oktober 1952 (Pada waktu itu Nasution mendapat skors
atau dinonaktifkan selama tiga tahun) kemudian berlanjut. (Ricklefs: 1998, 369). Adapun
peristiwa disebabkan Kepala Staf TNI-AD “Bambang Sugeng” mengajukan permohonan. Dalam
hal ini keinginan tersebut disetujui oleh kabinet. Tindak lanjut dari hal tersebut ialah
pengangkatan Kolonel Bambang Utoyo oleh Mentri Pertahanan. menurut Panglima TNI-AD hal
tersebut sangat tidak menghormati norma-norma yang ada di dalam lingkungan TNI-AD. Kabinet
yang ada saat itu dipersalahkan, bahkan dalam Upacara Pelantikan dan Serah Terima Panglima
tinggi TNI-AD tidak ada yang hadir. Selain dari masalah diatas, hambatan pada kabinet ini juga
meliputi masalah ekonomi. Pada program kerjanya Kabinet Ali menekankan pengindonesiasian
terhadap perekonomian dan memberi dorongan kepada pengusaha pribumi. Namun pada
kenyataannya tidak demikian, karena banyak perusahaan-perusahaan baru yang berkedok palsu
bagi persetujuan antara pendukung pemerintah dan orang-orang Cina/Perusahaan Ali Baba. Maka
dari itu Kabinet ini dikenal juga dengan Kabinet Ali Baba. Ali Baba artinya seorang pengusaha
pribumi yang mewakili pengusaha Cina yang memiliki perusahaan. Dalam praktiknya duta besar
Cina akan menekan orang-orang Cina untuk bekerja sama dengan pribumi, tapi keadaannya tidak
demikian. Sedangkan pada saat itu Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi, pergolakan
ditanah air yang menguras dana semakin membuat kemiskinan. Apalagi pada 1955 PSI
melakukan pemogokan dan untuknya diredam oleh SOBSI.

g. Peristiwa 27 Juni 1955


Setelah Kabinet Ali Sastroamijoyo I dilantik pada Juli 1953, Menteri Pertahanan dijabat
oleh Iwa Kusumasumantri. Sejak itu, Iwa, yang beraliran kiri, kerap mengangkat orang-orang
yang setia kepadanya tanpa berkoordinasi dengan KSAD.

Kebijakan -kebijakan Iwa dianggap sebagai campur tangan pemimpin politik dalam
urusan internal Angkatan Darat. Akhirnya, pada 17-25 Februari 1955, para perwira Angkatan
Darat melakukan rekonsiliasi di Yogyakarta untuk mengikis benih-benih perpecahan. Konferensi
tersebut dihadiri oleh 270 perwira tinggi dan menengah, yang menghasilkan suatu piagam
persatuan yang disebut Piagam Yogyakarta. Piagam itu ditandatangani oleh KSAD Bambang
Sugeng di hadapan Soekarno-Hatta. Pada 2 Mei 1955, KSAD Bambang Sugeng mengundurkan
diri. Terdapat beberapa pendapat terkait alasan pengunduran diri tersebut. Mulai dari KSAD
Bambang Sugeng tidak mampu melaksanakan resolusi Piagam Yogyakarta, dipandang rendah
oleh korps perwira, hingga tidak sanggup melaksanakan tugas yang demikian berat.
Kabinet Ali Sastroamijoyo I sempat kesulitan menentukan pengganti Bambang Sugeng.
Beberapa usulan pun dikeluarkan, termasuk pejabat sementara KSAD Kolonel Zulkifli Lubis,
yang diusulkan langsung oleh Iwa. Namun, pada akhirnya Iwa berubah pikiran dan Kabinet Ali
Sastroamijoyo I justru memilih Bambang Utoyo, perwira yang sejak 1945 memiliki ikatan
longgar dengan PNI, partai Ali Sastroamijoyo. Oleh para perwira AD, pengangkatan Bambang
Utoyo sebagai KSAD dianggap melanggar Piagam Yogyakarta, yang salah satu isinya adalah
menjadikan kemampuan dan kemahiran sebagai syarat utama bagi kenaikan pangkat dan
pengisian jabatan senior. Dalam kepangkatan, Bambang Utoyo masih relatif muda dan
penunjukkannya mengindikasikan adanya kepentingan politik, bukan atas pertimbangan
kemampuan dan senioritas sebagaimana yang tercantum dalam Piagam Yogyakarta. Karena itu,
pimpinan Angkatan Darat menentang pengangkatan Bambang Utoyo, yang menyebabkan
terjadinya Peristiwa 27 Juni 1955. Tanggal 27 Juni 1955 merupakan hari pelantikan Bambang
Utoyo sebagai KSAD yang baru.
Aksi boikot pada 27 Juni 1955 Penolakan para perwira AD atas pengangkatan Bambang
Utoyo sebagai KSAD ditunjukkan dengan aksi boikot saat upacara pelantikannya yang
diselenggarakan pada 27 Juni 1955. Kolonel Zulkifli Lubis dan jajaran Angkatan Darat tidak
hadir dalam upacara pelantikan KSAD Bambang Utoyo di Istana Negara. Selain pelantikan
KSAD, mereka juga menolak kenaikan pangkat Bambang Utoyo dari Kolonel menjadi Mayjen.
Korps musik bahkan ikut memboikot, sehingga acara pelantikan tersebut terpaksa memakai korps
musik Dinas Kebakaran Kota untuk mengantarkan lagu kebangsaan. Upacara pelantikan pun
dianggap tidak sah, karena tidak disertai dengan Panji AD. Zulkifli Lubis juga menolak
menyerahkan wewenang kepada KSAD yang baru, yang berujung pemecatannya oleh Iwa
Kusumasumantri.
Dampak Peristiwa 27 Juni 1955 Peristiwa 27 Juni 1955 merefleksikan kekecewaan tentara
Indonesia terhadap situasi politik saat itu, khususnya kepada pemerintahan Kabinet Ali
Sastroamijoyo I. Peristiwa ini mendorong munculnya tuntutan terhadap KSAD Bambang Utoyo
untuk secara sukarela mengundurkan diri. Parlemen juga mengajukan pernyataan tidak percaya
kepada Ali, yang berdampak pada pengunduran diri Menteri Pertahanan Iwa Kusumasumantri.
Pada akhirnya, Partai Serikat Islam Indonesia menarik menteri-menterinya dari kabinet dan
KSAD meletakkan jabatannya. Puncaknya, Peristiwa 27 Juni 1955 membuat Kabinet Ali
Sastroamijoyo I runtuh pada 24 Juli 1955. Saat itu, Kabinet Ali Sastroamijoyo I memang telah
dianggap gagal setelah beberapa tentara di daerah memprotes kebijakannya yang dinilai
menguntungkan Jawa, terutama masalah ekonomi dan fiskal. Akhirnya, pada 24 Juli 1955, Ali
Sastroamijoyo I mengembalikan mandatnya kepada wakil presiden.

Peristiwa 27 Juni 1955 merujuk pada aksi boikot para perwira Angkatan Darat (AD) terhadap
pelantikan Bambang Utoyo sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Pemilihan Bambang
Utoyo sebagai KSAD menggantikan Bambang Sugeng dilakukan oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo
I. Menurut para perwira AD, pengangkatan itu tidak sah karena melanggar Piagam Yogyakarta
dan merupakan permainan politik pemerintah yang dapat membahayakan persatuan Angkatan
Darat. Peristiwa 27 Juni 1955 merupakan puncak kekecewaan kelompok militer yang
menciptakan instabilitas politik dan berujung pada jatuhnya Kabinet Ali Sastroamijoyo I pada 24
Juli 1955.
KESIMPULAN

Kabinet Ali Sastroamidjojo merupakan kabinet baru pengganti Kabinet Wilopo. Kabinet ini
berdiri pada tanggal 31 Juli 1953 sampai 12 Agustus 1955. Kabinet ini merupakan kabinet yang
cukup bertahan lama pada demokrasi parlementer pada tahun 1950-1959. Program kerja dari
Kabinet Ali diantaranya :

• Program dalam negeri diantaranya keamanan, pemilihan umum, kemakmuran dan


keuangan, organisasi pemerintahan, perburuhan, serta perundang-undangan.

• Pengembalian Irian Barat.

• Pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif. Prestasi yang dicapai
pada Kabinet Ali yaitu berhasil melaksanakan Konferensi Asia Afrika di Bandung dan
persiapan pemilihan umum pertama yang direncanakan pada tahun 1955. Tetapi belum
sempat melaksanakan rencananya, Kabinet Ali mendapatkan tuntutan dari PUSA yang
dipimpin oleh Daud Beureueh. Selain itu kemelut dalam tubuh Angkatan Darat yang
berujung pada pergantian pimpinan menjadi hal yang sangat memberatkan Kabinet Ali-
Wongso. Akhirnya kabinet ini mengembalikan mandat kepada Presiden Soekarno dan
diterima oleh Wakil Presiden karena pada saat itu Presiden sedang melakukan ibadah haji.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ali_Sastroamidjojo
https://roboguru.ruangguru.com/forum/kabinet-ali-sastroamijoyo-i-merupakan-koalisi-
antara_FRM-XABKBODX
https://an-nur.ac.id/blog/kabinet-ali-sastroamidjojo-1-latar-belakang-susunan-program-dan-
jatuhnya.html
https://www.zenius.net/blog/sejarah-kabinet-sastroamidjojo-1
https://brainly.co.id/tugas/39159499
https://www.kompas.com/stori/read/2022/09/29/190000479/peristiwa-27-juni-1955-aksi-boikot-
yang-meruntuhkan-kabinet-ali?page=all#page2
https://idsejarah.net/2020/06/kabinet-ali-sastroamidjojo-i.html

Anda mungkin juga menyukai