Anda di halaman 1dari 4

Lani, 23 tahun adalah seorang bidan lulusan diploma III politeknik kesehatan ternama di jawa, ia adalah wanita dengan

postur tinggi, putih,


cantik dan juga masih muda, banyak laki laki yang ingin mengenal lani lebih dekat tapi lani hanya menganggap mereka sebagai teman yang biasa
saja karena ia tak mau merasakan saki hati untuk kesekian kalinya setelah ia ditinggalkan mantannya pergi setelah susah senang bersama sampai
sang mantannya menjadi seorang tentara . Ia di tinggalkan karena masalah sepele, yang sebenarnya itu bisa dipertimbangkan lagi karna lani lah ia
menjai termotivas untuk menjadi seorang tentara supaya bisa menjaga lani dan keluarganya serta bangsa dan negaranya.setelah ia ditinggalkan
oleh mantan kekasihnya itu ia belajar lebih giat lagi sampai akhirnya ia lulus diploma III, Saat ini ia bekerja di sebuah klinik bersalin milik dokter
Sp.OG (spesialis obstetric dan ginecologi ) ia sudah bekerja selama hampir 6 bulan ia sudah mengenal dekat semua teman teman bidan dan
perawat yang bekerja disana terutama pemilik klinik yang merupakan teman kakak lani (agus) yang dikenalkan saat lani menjelang wisuda dan
bingung harus bekerja dimana, karena agus dan dokter feri sudah kenal lama maka tidak masalah jika lani bekerja di klinik milik dokter feri (33
tahun). Dokter feri adalah dokter yang sekarang menyandang status duda karena ia ditinggalkan isterinya meninggal dunia 6 tahun yang lalu dan
mereka belum dikarunia anak. Dokter feri menghabiskan waktunya untuk mengelola kliniknya dan ia juga bekerja di sebuah rumah sakit besar, ia
tak pernah memikirkan untuk mencari isteri bahkan dengan adanya bidan dan perawat di kliniknya pun tak membuatnya berkeinginan untuk
memperistri salah satu dari mereka karena dr. Feri masih ingin berfokus pada klinik yang ia kelola saat ini. Waktu semakin berlalu satu persatu
bidan dan perawat yang bekerja di klinik itu akhirnya menikah, dan menyisakan lani yang masih ingin menghabiskan waktu untuk bekerja dan
membanggakan kedua orangruanya, cita cita lani yang sebenarya adalah menjadi seorang perawat spesialis bedah, tapi takdir berkata lain ia
diminta oleh kedua orangtuanya untuk kuliah kebidanan, tujuan kedua orangtuanya adalah supaya lani bisa menjadi seorang bidan desa dan
bertugas tak jauh dari tempat tinggalnya, dan saat ini yang dipikirkan lani hanyalah ingin menjadi seorang bidan desa, tapi karena belum ada desa
yang membutuhkan bidan akhirnya untuk sementara waktu ia bekerja di klinik bersalin juga untuk mengasah kemampuannya menjadi seorang
bidan. Lani mengagumi sosok dr. Feri dokter yang ramag dan jarang marah, ia selalu mengedepankan kenyamanan suasana di klinik daripada
masalahnya sendiri, yang membuat perawat dan bidan yang bekerja di kliniknya menjadi nyaman.

Suatu hari lani tidak mengendarai motor ia diantar ayahnya ke klinik karena motornya harus di service sedangkan lani tidak tau pulangnya harus
bagaimana karena ia masuk siang, yang artinya ia pulang jam 9 malam. Saat jam pulang tiba lani bingung karena sudah tidak ada kendaraan yang
lewat dan untuk sampai dirumahnya tidak ada kendaraan umum yang lewat, dari jalan raya sampai di rumahnya lumayan jauh 7 km. Lani
bingung karena orangtuanya tak bisa dihubungi, adiknya pun tak bisa dihubungi, sampai waktu menunjukkan pukul 10 malam. Perawat dan bidan
yang bekerja disana semuanya sudah di jemput oleh suami mereka, hanya tinggal lani dan dr. Feri, lani tidak mungkin meminta dr. Feri untuk
mengantarnya pulang ia sangat tidak enak, karena dr. Feri sudah terlalu baik kepadanya sejak awal ia bekerja di klininya.

Tak lama kemudian dr. Feri keluar dari ruangannya dan melihat lani seperti sedang menunggu seseorang dengan wajah yang bingung. Akhirnya
dr. Feri bertanya kepada lani

“kamu sedang apa disini, kok belum pulang ?” Tanya dokter feri dengan nada bingung

“ia dokter, saya sedang menunggu di jemput ayah saya “ jawab lani

“ ayah kamu mau jemput jam berapa ? Ini sudah malam loh, “

“ belum tau dok, karena orang tua saya tidak bisa dihubungi diumah saya tidak ada sinyal dok, “

“waduh, atau mau saya antar saja ? “ dokter feri menawarkan diri

“tidak usah dok, mungkin sebentar lagi orang tua saya datang karena saya sudah bilang pulang jam 9 “ jawab lani menenangkan diri

“Yasudah, saya temani kamu menunggu sampai orangtua kamu datang menjemput karena ini sudah malam, “ kata dr. feri

Mereka berbincang sampai waktu menunjukkan pukul 11 malam. Rupanya ayah lani lupa untuk menjemput lani. Kendaraan mulai sepi bahkan
hanya ada beberapa kendaraan saja yang lewat itu saja bis malam.

Dr. feri yang merasa kasihan kepada lani berencana untuk mengantar lani pulang, karena sudah malam dan belum juga dijemput.

“Ini sudah jam 11 malam loh, apa saya antar pulang saja. Sudah tidak ada kendaraan untuk kamu pulang juga kan ? “ Tanya dr. feri

“Apakah dokter tidak keberatan jika mengantar saya pulang? Rumah saya jauh dokter dan jalannya juga lumayan berkelok kelok . “

“tidak, saya kenal baik dengan kakak kamu saya tidak enak dengannya kalua kamu menunggu disini sendirian dan jam segini belum pulang“

“Baik dok, terimakasih sebelumnya dok”

“iya sama sama lani, silakan naik”

Dengan mobil dr. feri untuk sampai di rumah lani memerlukan waktu 45 menit karena memang rumahnya jauh dan jalannya juga licin karena
hujan sore tadi. Diperjalanan mereka berbincang. Dan akhirnya sampailah di desa lani, rumahnya sudah gelap, tandanya kedua orangtuanya sudah
tidur, dan ayahnya lupa untuk menjemput lani.

“Assalamualaiku, bapak, ibu ! lani pulang. “ suara lani sambal mengetuk pintu, tak berselang lama akhirnya pintu dibuka dan terdengan suara
ayah lani membuka pintu

“Waalaikum sallam, duh, ayah lupa mau jemput kamu lan, maaf ya, bapak ketiduran tadi”
“Ia yah, ndak apa apa. “ jawab lani

“Kamu pulang sama siapa lan?” Tanya ayah lani dengan nada bingung sambal melihat lebih dekat ke arah dr. feri

“Itu dr. feri yah, yang punya klinik, temenyya mas agus “

“Ooh, mari dok, silakan masuk dokter,

“Iya pak, terimakasih, “ dr. feri masuk hanya 5 menit mengingat waktu sudah malam tidak enak mengganggu waktu istirahat keluarga lani,

Tak lama kemudian ibu lani dan agus turun ke lantai bawah dan bertemu dengan dr. feri yang sedang pamitan. dr. feri akhirnya pulang jam 11. 55
malam. Lani bersih bersih, makan, dan tidur.

Pagipun tiba lani harus siap siap berangkat kerja karena lani hari ini bertugas dipagi hari. Ia harus sampai di klinik jam 7 pagi dan pulang jam 2
siang. Ia berangkat dengan motornya dan sampai di klinik jam 6.30 lani sengaja berangkat pagi ia juga membawakan sarapan untuk dr. feri yang
biasanya tidak pernah sarapan terlebih dahulu karena memang tidak ada yang membuatkan sarapan di rumahnya. Ia membawakan sekotak nasi
goreng kesukaan dr feri sebagai tanda terimakasih karena sudah mengantarnya pylang semalam. Ia tau dr. feri sangat menyukai nasi goreng itu
karena obrolan semalam. Biasanya dr. feri sampai di klinik jam 06.45 pagi, tidak biasanya dr. feri jam 7 belum sampai di klinik. Waktu berlalu
terasa sangat cepat saat itu dan hanya da beberapa pasien saja hari itu yang bersalin dan pemeriksaan kehamilan, jam menunjukkan pukul 12.00
siang, waktunya makan siang,

“Sampai sesiang ini kok dr. feri belum datang ada apa sebenarnya ? “ gumam lani bingung dan bertanya krpada rekan kerjanya sesame bidan
juga, lisna namanya.

“Lis, kok tumben ya dr. feri belum datang ? biasanya udah datang loh. “ tanya lani dengan nada bingung.

“Kamu nggak tau? Kan dr. feri sakit demam dirumahnya, makanya beliau nggak datang ke klinik hari ini sampai beliau sembuh, mungkin 3
harian” jawab lisna

Setelah mengetahui dr. feri sakit, ia berencana mengajak teman temannya untuk menjenguk dr. feri setelah pulang dari klinik, lani tidak enak, dan
berpikiran apakah ia sakit karena kecapekan mengantar aku pulang semalam ?

Saat ia mengajak teman temannya untuk menjenguknya, ternyata teman temannya ada kepentingan mendadak dan tidak bisa ditunda, akhirnya
lani memberanikan diri untuk menengoknya sendirian.

Jam dinding menunjukkan pukul 2 siang, ia bersiap siap untuk pulang sambil memikirkan ia akan membawa apa ke rumah dr. feri, tidak enak
rasanya jika ke rumah dr. feri tidak membawa apa apa, apalagi dr. feria da;ah orang yang baik.

Ia buru buru menuju ke motor, dan segera pergi, dijalan menuju rumah dr. feri ia melihat ada yang berjualan tongseng kambing,

“Eh, ada tongseng kambing, itu kesukaan dr. feri , beli lah, buat buah tangan. “ lani membelinya.

Selang 30 menit ia sampai di rumah dr. feri, bangunan kuno yang masih berdiri kokoh seakan menyapanya, dengan pintu yang terbuka seakan
akan sudah tau bahwa ia akan kesini dan mempersilakan masuk, akhirnya lani masuk dan memanggil manggil dr. feri

Tampak sesosok ibu dengan kerutan diwajahnya menghampiri dan menyapaku serta menanyakan banyak hal

Silakan masuk mbak, ada yang bisa saya bantu ?” Tanya ibu itu dengan nada bingung.

Buk, benar ini rumahnya dokter feri ?” tanya lani

O iya benar, saya ibunya, feri sedang sakit, mbak siapa ya? “ ibu itu melempar pertanyaan kepada lani

Saya bidan yang bekerja di klinik bersalinnya dokter feri buk, saya mendengar beliau sedang sakit makanya saya kemari buk, saya mewakili
teman teman yang belum bisa ikut menjenguk dr. feri karena ada kepentingan mendadak .” kata lani menjelaskan

Oo begitu, feri sedang di kamarnya, baru saja saya kompres karena panasnya belum juga turun, tenang mbak, disini Cuma ada saya dan feri
karena ya memang tidak ada lagi yang bisa merawat feri kalua bukan saya sendiri. “ ibu itu mulai bercerita sambal menuju kamar dr. feri

Lani melihat dr. feri yang biasanya terlihat gagah dan tanpa masalah sedang tertidur, wajah dan kulit yang biasanya berwarna kuning langsat kini
berubah menjadi kemerahan karena panasnya yang belum juga turun, akhirnya lani meminta ijin untuk mengompres dr. feri .

Buk, apakah saya boleh mengompres dr. feri ?” Tanya lani dengan penuh iba

Boleh silakan “ kata ibu memberikan ijin

Ibu dr. feri keluar dari kamar dr. feri untuk membuatkan lani minum
Lani memeras kain kompres di air hangat, dan mengompreskan ke jidat dr. feri, dengan penuh perasaan iba, ia menatap wajah dr. feri terlihat
banyak sekali masalah yang sedang ia alami saat ini. Tak lama kemudian dr. feri membuka matanya, dan melihat ada lani, ia berusaha untuk
bangun.

Oo, ada lani, kamu sama siapa lani ? “ tanya dr feri dengan lirih

Saya sendirian dokter, karena teman teman yang lain sedang ada kepentingan mendadak jadi saya mewakilkan mereka dokter. Bagaimana
keadaan dokter sekarang ? dan kenapa dokter bisa sakit? Apakah karena mengantar saya semalam ? “ Tanya lani dengan persaan ingin tau.

Tidak lani, saya hanya sedang banyak masalah sekarang, jadi saya kepikiran terus dan akhirnya saya demam. dan terimakasih sudah
menyempatkan untuk menjenguk saya lani.” Jawab dr. feri

Lama mereka berbicara, tak terasa jam tangan lani menunjukkan jam 5 sore, dan lani pamit pulang,

Buk, karena sudah sore, saya permisi pulang dulu buk, semoga dr. fero segera sembuh dan bisa datang ke klinik lagi buk “ kata lani

Iya lani, doakan saja semoga feri lekas sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya.

Aamiin buk, yasudah saya pulang dulu buk, assalamualaikum”

Waalaikumussalam “

Setelah lani pulang, dr feri membuka kotak makanan yang dibawa lani, ternyata isinya adalah tongseng kambing kesukaan dr. feri, dan ia teringat
ternyata semalam sebelum mengantar lani pulang ia bercerita tentang makanan kesukaannya kepada lani,

“ternyata ia masih ingat” gumam dr. feri sambil memakan tongseng kambing yang dibawa lani

3 hari berlalu, dr. feri kembali ddatang ke klinik dengan muka ceria seperti sebelum ia sakit, semua bidan dan perawat yang bekerja di klinik
menyambutnya dengan sangat hangat.

“Selamat datang kembali dokter” kata mereka bersama sama

“ Iya, terimakasih rekan rekan ku semuanya” kata dr. feri dengan penuh haru

Hari hari berlalu tak terasa lani sudah bekerja selama 1 tahun, bukan waktu yang sebentar suka duka di klinik itu mereka lalui bersama dan
menjadikan mereka seperti keluarga.

Lani ditanya oleh dr. feri tentang statusnya

Lani, apakah kamu nyaman bekerja disini ? apakah ada masalah selama kamu bekerja disini ? “ Tanya dr. feri

Saya sangat nyaman dokter, dimanapun kita berada pasti akan dihadapkan pada permasalah, tapi permasalahn itu membuat kami menjadi
semakin dekat dan akrab, “ jawab lani

Lalu apakah kamu belum mau menikah? Atau kamu sudah mau menikah ? “ Tanya dr feri

Pertanyaan yang belum pernah lani dengar sebelumnya, lani bingung mau menjawab apa, dan akhirnya lane berterus terang tentang statusnya

Belum tau dokter, saya tidak mau sakit hati lagi, saya sudah pernah trauma tentang percintaan, saya ingin mengenal satu pria dan ingin langsung
menikah, sayangnya pria itu belum ada, mungkin allah masih ingin melihat saya mewujudkan cita cita saya terlebih dahulu baru saya
dipertemukan dengan jodoh saya” jawab lani

Memang cita cita kamu apa lani? “ tanya dr. feri

Saya ingin menjadi bidan desa, karna saat ini didesa saya belum ada bidan, dan kalua ingin berobat, jarak dari desa saya sampai ke puskesmas
sangat jauh dok, saya tidak tega, tapi saya belum di terima saat saya mendaftar menjadi bidan desa didesa saya, ya mungkin saya masih harus
menunggu lagi dok.”

Kamu mau jadi bidan desa?” kamu bisa jadi bidan di desa saya, kalau mau saya bisa mengusulkannya untuk kamu. Bagaimana ?”

Ini benar dokter? Saya mau dokter” jawab lani dengan penuh peraasaan senang

Baiklah tunggu informasi dari saya ya”

Baik dokter, terimakasih dokter


Sejak saat itu mereka saling menghubungi dan tak sadar banyak hal yang terjadi diantara mereka sejak saat itu. Lani juga sering diantar pulang
oleh dokter feri.

dr. feri seorang dokter spesialis obstetric dan ginecologi (Sp.OG). seorang laki laki yang tampa dengan postur tinggi dan kulit putih serta
suaranya yang lembut membuat banyak wanita ingin dekat dengan dokter feri. Dr. feri dalah seorang dokter dengan usia 33 ia saat ini adalah
seorang duda dan belum mempunyai seorang anak ia ditinggal istrinya meninggal dunia 6 tahun yang lalu, setelah ia ditinggal meninggal oleh
isterinya ia sangat terpuruk supaya ia banyak teman dan bisa sedikit melupakan isterinya keluarganya menyarankan untuk membuat klinik,
akhirnya setelah istrinya meninggal 1 tahun ia bisa membuat klinik bersalin sendiri . di kliniknya ada 3 orang bidan dan 3 orang perawat, serta 1
orang perekam medis. Ia sangat menikmati dalam mengelola kliniknya itu dengan banyak alasan yang sudah ia pertimbangkan 1 tahun lamanya.

Suatu ketika saat ia hendak menyebrang jalan ia kejambret dan tasnya diambil, semua dokumen dan uang serta stetoskop ada dalam tas itu. Ia
berteriak, dan ada seorang pemuda bernama agus membantunya.

Memangnya apa cita cita kamu?” Tanya dr. feri dengan penuh penasaran

Anda mungkin juga menyukai