Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

“Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada
Mata Pelajaran Bahasa Bali di Kelas IX A SMP Negeri
1 Denpasar”

NAMA PESERTA : I Gst. Ayu Eka Damayanthi,S.Pd.


NIP : 19900930 201903 2 021
NUPTK : 6262768669130063
SEKOLAH /TEMPAT TUGAS : SMP Negeri 1 Denpasar
KABUPATEN/KOTA : KOTA DENPASAR
PROVINSI : BALI
MENTOR : Drs. I Gede Kinten,M.Ag.

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DENPASAR


DINAS KEPENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
PEMERINTAH KOTA DENPASAR
TAHUN 2020

i
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa beserta

seluruh manifestasinya, karena atas Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan

PTK yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Bahasa Bali

di Kelas IX A SMP Negeri 1 Denpasar”.

Proses penyusunan penelitian ini tidak luput dari berbagai rintangan,

hambatan, tantangan, dan permasalahan yang dihadapi. Tetapi, berkat petunjuk dan

bimbingan, kerjasama, dorongan, arahan, bantuan, saran, dan kritik yangbersifat

konstruktif dari berbagai pihak sangat membantu penulis sehingga penelitian ini

dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur

dan hormat penulis, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih serta penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang terlibat

dalam penulisan PTK ini.

Denpasar, Oktober 2020


Penulis

iii
“PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA
PELAJARAN BAHASA BALI DI KELAS IX A SMP NEGERI 1
DENPASAR”.

Oleh

I Gst. Ayu Eka Damayanthi, NIP. 19900930 201903 2021,


Bidang Studi Bahasa Bali

ABSTRAK
Penelitian ini bertujan, (1) meningkatkan hasil belajar peserta didik, (2)
mengetahui penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran Bahasa
Bali.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Denpasar pada
semester genap tahun pelajaran 2020-2021 yang berjumlah 42 orang. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus pembelajaran dengan tahapan meliputi perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi tindakan, dan refleksi. Data
kemampuan guru menerapkan model Problem Based Learning dikumpulkan
dengan menggunakan metode angket. Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui
tugas dan tes akhir siklus. Keseluruhan data dianalisis dengan metode deskriptif
kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I penerapan model Problem
Based Learning yang dilakukan dengan nilai rata-rata dari hasil analisis data angket
sebesar 83,00 menunjukkan kriteria cukup sesuai. Sedangkan pada pelaksanaan
siklus II penerapan model Problem Based Learning yang dilakukan dengan nilai
rata-rata dari hasil analisis data angket sebesar 88,00 menunjukkan kriteria sesuai.
Data penelitian pada hasil belajar peserta didik menunjukkan terjadi
peningkatan pada hasil belajar peserta didik pada siklus II mencapai nilai rata-rata
sebesar 85,19. Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil belajar peserta didik
pada saat kegiatan siklus I yang hanya memperoleh nilai sebesar 78,56 maka
terjadi peningkatan sebesar 6,63 %. Hal tersebut menunjukkan hasil belajar peserta
didk sudah di atas kriteria ketuntasan.

Kata-kata kunci : Model Problem Based Learning; hasil belajar peserta didik.

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PENGESAHAN ............................................................................................ ii
PRAKATA .................................................................................................. iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................... ..7
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... ..7
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... ..7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Hakekat PTK.................................................................................. ..9
2.2 Hakekat Model Problem Based Learning (PBL) ............................. 14
2.3 Hakekat Hasil Belajar ..................................................................... 18
2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................... 20
2.5 Hipotesis Tindakan......................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 24
3.2 Subjek Penelitian............................................................................ 24
3.3 Objek Penelitian ............................................................................. 25
3.4 Prosedur Penelitian Tindakan ......................................................... 25
3.5 Instrument Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ..................... 34
3.6 Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan Tindakan .............. 38

v
BAB IV HASIL DAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 45

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................ 58
5.2 Saran-saran .................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Melalui bahasa manusia dapat saling mengenal, bertukar pikiran, mengungkapkan

perasaan atau pikirannya baik secara lisan maupun tertulis dan selanjutnya dapat

membina rasa kekeluargaan dan rasa persatuan antar masyarakat. Dalam kehidupan

yang serba maju akibat perkembangan ilmu, teknologi dan komunikasi, serta ditengah-

tengah usaha untuk melestarikan budaya daerah, diikuti kebutuhan yang meningkat,

orang tidak bisa membatasi diri pada penguasaan bahasa yang menjadi sarana

komunikasi, baik menggunakan bahasa nasional, bahasa asing, terutama bahasa daerah

sendiri, sebagai salah satu cara untuk ikut melestarikan budaya daerah. Kebutuhan dan

keterampilan menggunakan bahasa tersebut memerlukan proses belajar mengajar yang

berlangsung dalam situasi yang menuntut kesadaran penuh. Keterampilan berbahasa

tersebut tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek

yang tekun serta teratur.

Bahasa Bali sebagai salah satu bahasa daerah yang masih hidup dan dipelihara

oleh masyarakat dirasakan sangat perlu untuk dilestarikan, dibina serta dikembangkan.

Oleh karena itu penanaman pengertian, pemahaman dan ajakan penggunaan bahasa Bali

di kalangan generasi muda perlu dipupuk dan ditingkatkan, baik melalui jalur formal

maupun nonformal. Melalui jalur formal yaitu pendidikan di sekolah, pembelajaran

bahasa Bali termasuk ke dalam kurikulum muatan lokal.

Masyarakat Bali yang merupakan penutur bahasa Bali itu sendiri, hendaknya

merasa bangga karena selain memiliki bahasa dan kesusastraan Bali juga memiliki

1
aksara Bali. Pentingnya aksara Bali dapat dilihat pada perkembangannya, perubahan-

perubahan yang dialami, dan pengertian-pengertian yang kita dapatkan. Untuk

memperkanalkan bahasa Bali sejak dini dapat dilakukan melalui jalur formal salah

satunya proses belajar mengajar di sekolah. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan

interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik untuk mencapai tujuan tertentu yang

telah dirumuskan sebelum pengajaran atau proses belajar mengajar dilakukan. (Sanjaya,

2006 : 1) Proses belajar mengajar baru bisa dikatakan berhasil apabila hasilnya

membawa perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai sikap pada

anak didik.

Dalam hubungan ini, pelajaran Bahasa Bali yang merupakan salah satu bagian

dari pelajaran bahasa, terutama bagi para pelajar di daerah Bali, khususnya di tingkat

Sekolah Menengah Pertama membutuhnkan perhatian yang sungguh-sungguh serta

peralatan dan sarana yang memadai. Pembelajaran bahasa Bali merupakan salah satu

bagian dari proses pendidikan yang diselenggarakan di segala lembaga pendidikan

khususnya di daerah Bali. Pengajaran bahasa Bali bertujuan untuk membina anak didik

agar memiliki pengetahuan tentang bahasa, aksara, sastra dan budaya Bali, serta

memiliki keterampilan berbahasa daerah (menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis).

Pelajaran bahasa Bali dirasakan cukup sulit bagi siswa. Kesulitan tersebut akan

semakin dirasakan apabila motivasi siswa untuk mempelajari bahasa Bali rendah. Hal

ini juga dialami siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Denpasar. Motivasi siswa untuk belajar

bahasa Bali cukup rendah, hal ini ditandai dengan suasana belajar di kelas yang kurang

interaktif akibatnya prestasi belajar yang dicapai masih rendah dan sebagian besar

belum mencapai KKM (kreteria ketuntasan minimal). Padahal SMP Negeri 1 Denpasar

2
merupakan SMP favorit di propinsi Bali dan telah mampu berprestasi di bidang sains,

seni dan olahraga sampai di tingkat Internasional. Namun hasil belajar siswa dalam

mata pelajaran Bahasa Daerah Bali masih rendah.

Pertama, berdasarkan observasi awal di kelas IX A SMP Negeri 1 Denpasar, hasil

belajar Bahasa Bali di kelas tersebut masih rendah. Hal ini terbukti dengan rendahnya

nilai rata-rata siswa dan ketercapaian KKM (kreteria ketuntasan minimal) yang

ditetapkan sekolah yaitu 83 belum 100%, yaitu nilai rata-rata untuk kelas IX A adalah

72,98 dengan ketuntasan belajar hanya 34%.

Kedua, berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilaksanakan pada Juli - Agustus

2020, menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Bali di kelas IX-A terhadap 42 orang

peserta didik SMP Negeri 1 Denpasar minat peserta didik terhadap pelajaran Bahasa

Bali sangatlah kurang. Penguasaan materi Bahasa Bali oleh peserta didik masih

tergolong rendah. Proses pembelajaran Bahasa Bali di kelas kurang melibatkan interaksi

dan aktivitas mental peserta didik. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran guru

lebih banyak menjelaskan materi dan memberikan penugasan.

Ketiga, guru mengalami kesulitan menyajikan materi karena terbatasnya waktu

sedangkan cakupan materi Bahasa Bali yang harus disajikan sangatlah banyak, maka

diperlukan sebuah model pembelajaran inovatif yang dapat mendukung proses

pembelajaran untuk memperoleh ketercapaian pembelajaran yang diharapkan.

Keempat, peserta didik cenderung menunjukkan prilaku negatif dalam proses

pembelajaran, hal tersebut ditunjukkan seperti kurang memperhatikan pelajaran dan

kurang serius dalam belajar serta lebih cenderung bercakap-cakap dan membicarakan

hal-hal diluar pelajaran, serta kebanyakan peserta didik tidak fokus terhadap kegiatan

pembelajaran.

3
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, perlu diupayakan suatu model

pembelajaran inovatif serta suatu media pembelajaran yang efektif sehingga bisa

meningkatkan kemamuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar peserta didik. Salah

satu cara untuk mewujudkannya yaitu dengan penerapan model Problem Based

Learning (PBL). Menurut (Suprihatiningrum,2016) salah satu model pembelajaran yang

dapat digunakan untuk mendukung kemampuan belajar peserta didik adalah penerapan

model Problem Based Learning. Hal ini dikarenakan model ini merupakan suatu model

pembelajaran yang dimana peserta didik akan diminta mengerjakan suatu permasalahan

otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan

kemampuan kontruktivis dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan

kemandirian dan percaya diri.

Berfikir tingkat tinggi dalam pembelajaran Bahasa Bali sangat penting karena

merupakan bentuk berfikir yang dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,

merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan dan membuat

keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam

konteks dan tipe yang tepat. Seseorang dapat mengajukan pertanyaan yang tepat,

memecahkan masalah yang diberikan, tidak serta merta hanya memindahkan informasi

yang disampaikan oleh guru sehingga menjadikan peserta didik pasif.

Tidak semua proses pembelajaran secara otomatis akan mengembangkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hanya proses pembelajaran yang mendorong

diskusi dan banyak memberikan kesempatan berpendapat, menggunakan gagasan,

memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan gagasan-

gagasan dalam tulisan, mendorong kerjasama dalam mengkaji dan menemukan

pengetahuan, mengembangkan tanggung jawab, refleksi diri dan kesadaran sosial, yang

4
akan mengembangkan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Salah satu model

pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menemukan

pengetahuannya sendiri adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaranberinteraksi

antara stimulus dengan respons, yang merupakan hubungan antara dua arah belajar dan

lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan

masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif

sehingga yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dan dianalisis serta dicari

pemecahannya dengan baik. Pengalaman peserta didik yang diperoleh dari lingkungan

akan menjadikan bahan dan materi guna memperoleh pengertian yang bisa dijadikan

pedoman dan tujuan belajar. Model Problem Based Learning (PBL) dikembangkan

untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir,

pemecahan masalah, keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa

melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata, dan menjadi pembelajar yang

mandiri. Dalam proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL), peserta didik dihadapkan pada permasalahan dunia nyata yang

tentunya dikaitkan dengan materi yang diajarkan oleh guru. Materi yang sesuai dengan

model pembelajaran tersebut adalah materi yang berkaitan dengan permasalahan sehari-

hari peserta didik sehingga akan memudahkan peserta didik dalam menerima materi

pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian

tindakan kelas (classroom action research) untuk mengatasi permasalahan-

permasalahan yang muncul di kelas IX-A SMP Negeri 1 Denpasar selama peneliti

melakukan observasi. Penentuan kelas IX-A sebagai subyek penelitian didasarkan atas

5
permasalahan-permasalahan yang mampu teridentifikasi pada kelas tersebut serta

pertimbangan selama observasi awal di kelas tersebut, maka peneliti mengajukan

penelitian yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Bahasa Bali di

Kelas IX A SMP Negeri 1 Denpasar”.

1.2 Identifikasi Masalah

Pertama, berdasarkan observasi awal di kelas IX A SMP Negeri 1 Denpasar, hasil

belajar Bahasa Bali di kelas tersebut masih rendah. Hal ini terbukti dengan rendahnya

nilai rata-rata siswa dan ketercapaian KKM (kreteria ketuntasan minimal) yang

ditetapkan sekolah yaitu 83 belum 100%, yaitu nilai rata-rata untuk kelas IX A adalah

72,98 dengan ketuntasan belajar hanya 34%.

Kedua, berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilaksanakan pada Juli- Agustus

2020, menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Bali di kelas IX-A terhadap 42 orang

peserta didik SMP Negeri 1 Denpasar minat peserta didik terhadap pelajaran Bahasa

Bali sangatlah kurang. Penguasaan materi Bahasa Bali oleh peserta didik masih

tergolong rendah. Proses pembelajaran Bahasa Bali di kelas kurang melibatkan interaksi

dan aktivitas mental peserta didik. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran guru

lebih banyak menjelaskan materi dan memberikan penugasan.

Ketiga, guru mengalami kesulitan menyajikan materi karena terbatasnya waktu

sedangkan cakupan materi Bahasa Bali yang harus disajikan sangatlah banyak, maka

diperlukan sebuah model pembelajaran inovatif yang dapat mendukung proses

pembelajaran untuk memperoleh ketercapaian pembelajaran yang diharapkan.

6
Keempat, peserta didik cenderung menunjukkan prilaku negatif dalam proses

pembelajaran, hal tersebut ditunjukkan seperti kurang memperhatikan pelajaran dan

kurang serius dalam belajar serta lebih cenderung bercakap-cakap dan membicarakan

hal-hal diluar pelajaran, serta kebanyakan peserta didik tidak fokus terhadap kegiatan

pembelajaran.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan: bagaimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata

pelajaran Bahasa Bali di kelas IX A SMP Negeri 1 Denpasar?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan diatas, penelitian ini

dilakukan untuk mencapai tujuan, yaitu : meningkatkan hasil belajar peserta

didik kelas IX-A SMP 1 Denpasar dalam mata pelajaran Bahasa Bali.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian penerapan model Problem Based Learning (PBL)

mempunyai manfaat, baik dari segi teoritis maupun praktis. Dari segi

teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan atau menambah

khasanah ilmu dalam bidang pendidikan terutama dalam memperbaiki kualitas

pembelajaran Bahasa Bali di jenjang SMP. Dari segi praktis, manfaat hasil

penelitian sebagai berikut.

7
1. Bagi guru

Bagi guru Bahasa Bali, hasil penelitian ini dapat menambah

wawasan mereka terkait penerapan model pembelajaran serta dapat

dijadikan suatu solusi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di sekolah yang

bersangkutan.

2. Bagi peserta didik

Bagi peserta didik, penelitian ini akan memudahkan mereka dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran sekaligus dapat memberikan peningkatan

hasil belajar peserta didik yang bersangkutan.

3. Bagi peneliti

Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan

sekaligus dapat dijadikan pedoman serta bahan bandingan untuk

melakukan penelitian sejenis.

4. Bagi satuan kerja

Bagi satuan kerja tempat peneliti bertugas, hasil penelitian ini dapat

dimanfaatkan sebagai referensi serta dapat digunakan sebagai salah satu

model pembelajaran di satuan kerja tempat peneliti bertugas.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan

classroom action research sejak lama berkembang di negara-negara maju seperti

Inggris. Australia dan Amerika. Ahli-ahli pendidikan di negara tersebut menaruh

perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Mengapa demikian? Karena jenis

penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan

meningkatkan profesionalisme dalam proses belajar mengajar di kelas dengan

melihat indikator keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini McNift

(1992:1) seperti dikutip Suyanto (1997:2) memandang PTK sebagai bentuk

penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri dan hasilnya dapat

dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, sekolah, dan

pengembangan dalam proses belajar mengajar dll.

Dalam PTK guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran

yang dilakukan di kelas. Dengan PTK, guru dapat melakukan penelitian terhadap

peserta didik dari berbagai aspek selama proses pembelajaran berlangsung.

Melalui penelitian tindakan kelas ini guru dapat melakukan penelitian terhadap

proses atau hasil yang diperoleh secara reflektif di kelas, sehingga hasil penelitian

dapat diapakai untuk memperbaiki praktek pembelajarannya.

Penelitian Tindakan Kelas juga dapat menjebatani kesenjangan antara teori

dan praktek pendidikan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan setelah seseorang

melakukan penelitian terhadap kegiatannya sendiri, di kelasnya sendiri, dengan

melibatkan peserta didiknya sendiri, melalui suatu tindakan yang direncanakan,

9
dilaksanakan dan dievaluasi, guru tersebut akan memperoleh umpan balik yang

sistematis mengenai apa yang selama ini selalu dilakukan dalam kegiatan

pembelajarannya. Dengan demikian guru dapat membuktikan apakah suatu teori

pembelajaran dapat diterapkan dengan baik di kelas yang dimilikinya. Jika

sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi kelasnya, melalui PTK guru

dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses atau produk

pembelajaran yang lebih efektif.

Dari uraian di atas dapat didefinisikan pengertian PTK secara lebih tegas.

Secara singkat PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat

reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki

dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Sebagai contoh jika guru merasa bahwa minat peserta didik terhadap mata

pelajaran sejarah rendah, keadaan ini sangat menghambat pencapaian tujuan

pembelajaran, maka guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas untuk

meningkatkan minat belajar sejarah peserta didik. Dalam penelitian tindakan

kelasnya guru dapat mencoba tindakan-tindakan tertentu misalnya memanfaatkan

media gambar, radio, televisi, menggunakan metode-metode inovatif yang mampu

membangkitkan minat belajar. Dengan tindakan-tindakan tersebut guru akan

memperoleh umpan balik yang lebih berarti dan dapat digunakan untuk

meningkatkan kinerjanya.

2.1.1 Karakteristik PTK

Setiap penelitian memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Bagi PTK

karakteristik yang menonjol adalah dalam hal masalah yang akan diteliti. Masalah

yang diangkat dan akan dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari

permasalahan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapai oleh guru. PTK

10
akan dapat dilaksanakan oleh guru jika sejak awal guru menyadari adanya

persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapinya

di kelas. Jika guru tidak pernah merasa menemui masalah dalam kegiatan

pembelajaran, PTK tidak diperlukan. Namun tidak semua guru dapat melihat

kekurangannya sendiri, meskipun sudah melakukan kesalahan-kesalahanberpuluh-

puluh tahun di kelas. Persoalan yang muncul dianggap hal biasa sehingga tidak

perlu perbaikan diri. Oleh karena itu, perlu bantuan orang lain untuk melihat hal-

hal apa saja yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung di

kelasnya.

Karakteristik kedua adalah bahwa PTK merupakan penelitian tindakan

kolaboratif yaitu penelitian yang melibatkan orang lain untuk bersama-sama

menemukan dan merumuskan persoalan pembelajaran di kelas. Dalam konteks ini

guru dapat berkolaborasi dengan rekan guru lainnya untuk melakukan penelitian

tindakan kelas. Dari kolaborasi ini akan muncul kesadaran kemungkinan

perbaikan pembelajaran melalui PTK

2.1.2 Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan penelitian tindakan kelas terkait erat dengan keinginan seseorang

untuk meningkatkan dan atau memperbaiki praktek pembelajaran di kelas.

Penelitian ini seharusnya dilakukan oleh para guru, karena para guru adalah orang

yang secara langsung berhadapan dengan permasalahan-permasalahan yang ada di

kelasnya. Penelitian tindakan kelas merupakan cara strategis bagi guru untuk

memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

Terkait dengan penelitian tindakan kelas sebagai sarana strategis layanan

pendidikan bagi dalam konteks pembelajaran guru muncul pertanyaan bagaimana

tujuan penelitian dapat dicapai. Tujuan penelitian tindakan kelas dapat dicapai

11
dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai

persoalan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas

adalah terletak pada tindakana-tindakan alternatif yang direncanakan oleh guru,

kemudian dicobakan, dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif yang

dilakukan dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang

sedang dihadapi guru.

Selain tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk

meningkatkan dan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas, ada tujuan

penyerta yang dapat dicapai sekaligus berupa terjadinya proses latihan dalam

jabatan selama proses penelitian tindakan kelas berlangsung. Hal ini terjadi karena

tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan layanan

dalam proses pembelajaran. Dengan strategi ini guru akan lebih banyak berlatih

mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan

layanan pembelajaran Dari perolehan pengetahuan umum dalam bidang

pendidikan yang dapat digenaralisasikan (Suyanto, 1997:8).

2.1.3 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Setiap tindakan dalam proses pembelajaran pasti mempunyai tujuan.

Keberhasilan suatu tindakan dapat diukur dengan melihat manfaatnya. Demikian

juga dengan penelitian tindakan kelas, selain bertujuan meningkatkan dan atau

memperbaiki proses pembelajaran di kelas keberhasilannya diukur dari

kemanfaatan tindakan alternatif bagi perbaikan tersebut.

Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penelitian tindakan kelas

mencakup (a) inovasi pembelajaran, (b) pengembangan kurikulum di tingkat

sekolah dan kelas, (c) peningkatan professional guru.

Dalam inovasi pembelajaran, guru selalu perlu mencoba untuk mengubah,

12
mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar ia mampu

melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Guru

selalu berhadapan dengan peserta didik yang berbeda-beda setiap tahun. Oleh

sebab itu kalau guru mengadakan penelitian tindakan kelas berangkat dari

permasalahan yang dihadapi di kelasnya dan menghasilkan solusi terhadap

masalahnya. Dengan proses belajar di kelas seperti itu guru tersebut telah

melakukan inovasi pembelajaran.

Dari aspek pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas juga dapat

dimanfaatkan secara efektif oleh guru. Guru kelas harus bertanggung jawab

terhadap pengembangan kurikulum dalam tingkat sekolah maupun kelas,

penelitian tindakan kelas akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber

masukan.

Dari aspek profesionalisme guru dalam proses pembelajaran memiliki

manfaat yang sangat penting. Guru yang professional tentu tidak enggan

melakukan perubahan-perubahan dalam praktek pembelajarannya sesuai dengan

kondisi kelasnya. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu media yang

dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, untuk

selanjutnya meningkatkan ke arah perbaikan secara profesional.

Guru profesional menurut Suyanto (1997) perlu melihat dan menilai

sendiri secara tingkat tinggi terhadap parktek pembelajarannya di kelas. Dengan

melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian direfleksikan, lalu diperbaiki guru

akhirnya akan mendapatkan otonomi secara profesional. Konsep penting dalam

pendidikanadalah selalu adanya upaya perbaikan dari waktu ke waktu pada proses

pemebalajarnnya. Hal ini terjadi karena guru mau melakukan penelitian tindakan

kelas untuk meningkatkan profesionalismenya.

13
2.2 Hakekat Model Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran

berbasis masalah dimana pada pembelajaran ini melibatkan peserta didik dan

pendidik untuk memecahkan masalah bersama-sama. Peserta didik mempelajari

materi yang diberikan pendidik melalui terampil mengatasi masalah yang dapat

dikaitkan dengan kehidupan nyata. Sedangkan pendidik disini perannya adalah

sebagai fasilitator yaitu menyodorkan permasalahan, memberikan pertanyaan dan

membimbing berjalannya diskusi. Menurut Rhem (1998) mendefinisikan Problem

Based Learning (PBL) sebagai sebuah pembelajaran yang bermula ketika masalah

dihadapkan kepada peserta didik. Jadi, PBL adalah suatu metode belajar yang

menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru. Masalah tersebut yang kemudian

menentukkan arah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok.

Menurut (Suprihatiningrum,2016) dalam pemilihan model pembelajaran

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain tujuan pembelajaran,

karakteristik materi dan karakteristik peserta didik. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendukung kemampuan inkuiri peserta

didik adalah penerapan model Problem Based Learning. Hal ini dikarenakan

model ini merupakan suatu model pembelajaran yang dimana peserta didik akan

diminta mengerjakan suatu permasalahan otentik dengan maksud untuk menyusun

pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan kemampuan kontruktivis dan

keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya

diri.

14
2.2.1 Karakteristik Model Problem Based Learning

Adapun karakteristik pembelajaran Problem Based Learning berdasarkan

teori yang dikembangkan oleh Barraws (1996) dan Liu (2005), sebagai berikut :

a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. (learning is student-centered)

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menitik beratkan

pada memberikan kesempatan kepada peserta didik atau mendorong

peserta didik membangun pengetahuannya sendiri sesuai dengan teori

konstruktivisme.

b. Pembelajaran ditekankan pada penggunaan masalah-masalah otentik

(Authentic problems form the organizing focus for learning)

Masalah yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa

permasalahan-permasalahan otentik yang mudah dipahami peserta didik

serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.

c. Mendapat informasi baru melalui belajar secara langsung (New

information is acquired through self-directed learning)

Dalam proses pemecahan masalah bisa saja terjadi peserta didik yang

belum memahami dan mengetahui seluruh pengetahuan prasayaratnya,

sehingga akan berusaha untuk menggali informasi lebih lanjut melalui

buku atau sumber-sumber informasi lainnya.

d. Belajar dalam kelompok lain. (Learning occurs in small groups)

Dalam proses pembelajaran agar terciptanya suatu diskusi ilmiah atau

bertukar pikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif,

maka pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dilaksanakan dalam

kelompok kecil. Dan dalam masing-masing kelompok yang dibuat akan

menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.

15
e. Pendidik bertindak sebagai fasilitator. (Teachers act as facilitators)

Pada pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pendidik

hanya akan berperan sebagai fasilitator saja. Walaupun begitu pendidik

pula harus selalu memantau perkembangan aktivitas peserta didik dan

mendorong peserta didik agar mencapai target yang ingin dituju.

16
2.2.2 Langkah-Langkah Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Johnson (2007), adapun sintaks dari pembelajaran berbasis

masalah adalah sebagai berikut :

Fase Indikator Aktifitas/Kegiatan Guru

1 Orientasi peserta didik kepada Guru menjelaskan tujuan

masalah pembelajaran, menjelaskan logistic

yang diperlukan, pengajuan

masalah, memotivasi peserta didik

terlibat dalam aktivitas pemecahan

masalah yang dipilihnya.

2 Mengorganisasikan peserta didik Guru membantu peserta didik

untuk belajar mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

3 Membimbing penyelidikan Guru mendorong peserta didik untuk

individual maupun kelompok mengumpulkan informasi yang

sesuai. Melaksanakan eksperimen,

untuk mendapat penjelasan

pemecahan masalah.

4 Mengembangkan dan menyajikan Guru membantu peserta didik dalam

hasil karya merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan,

video, model dan membantu mereka

untuk berbagai tugas dengan

17
kelompoknya.

5 Menganalisis dan mengevaluasi Guru membantu peserta didik

proses pemecahan masalah melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dalam

proses-proses yang mereka gunakan.

Sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pada pembelajaran

model problem based learning diutamakan pada proses pembelajarannya, dimana

pendidik akan memfasilitasi peserta didik sebagai penyaji masalah, membuka

interaksi dialog, menanya, membantu peserta didik menemukan masalah dan

fasilitas pembelajaran. Selain itu, pendidik juga akan memberi dukungan untuk

meningkatkan inkuiri serta intelektual peserta didik. Model ini akan dapat

terlaksana dengan baik apabila pendidik mampu menciptakan suasana kelas yang

terbuka dan membimbing pertukaran gagasan terutama memfokuskan bagaimana

pendidik membantu peserta didik dalam menuntun permasalahan yang akan

didiskusikan guna tercapainya keterampilan mengarahkan diri.

2.3 Hakekat Hasil Belajar

Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan

nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek

diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan

bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya

kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya

dengan kriteria atau apa seharusnya. Dengan demikian, hakekat penilaian hasil

belajar adalah “proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai

peserta didik dengan kriteria-kriteria tertentu” (Sudjana 2010:3). Sedangkan


18
Moedjiono (dalam Sudjana, 2010:3) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak mengajar dan tindak belajar”.

Berdasarkan pernyataan diatas, dalam konteks penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh peserta didik

setelah mengalami interaksi proses pembelajaran. Untuk itu hasil belajar Bahasa

Bali ialah hasil belajar yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami proses

interaksi pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Bali.

19
2.3.1 Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai seseorang juga memiliki fungsi dan tujuan

tertentu pada seseorang tersebut.

Menurut Sudjana (2010:4) mengemukakan, empat fungsi dan tujuan hasil belajar

yaitu: (a) mendeskripsikan kecakapan belajar para peserta didik sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata

pelajaran yang ditempuhnya; (b) mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan

pengajaran disekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah

tingkah laku para peserta didik kearah tujuan pendidikan yang diharapkan; (c)

menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan

penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi

pelaksanaannya; (d) memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terindentifikasi di kelas IX-

A SMP Negeri 1 Denpasar, maka dapat diketahui bahwa proses pembelajaran

Bahasa Bali di kelas tersebut belum optimal dalam meningkatkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar Bahasa Bali peserta didik. Berkenaan

dengan hal itu maka perlu diupayakan suatu model pembelajaran inovatif serta

suatu media pembelajaran yang efektif sehingga bisa meningkatkan kemamuan

berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar peserta didik. Salah satu cara untuk

mewujudkannya yaitu dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL).

Menurut (Suprihatiningrum,2016) salah satu model pembelajaran yang

dapat digunakan untuk mendukung kemampuan belajar peserta didik adalah

20
penerapan model Problem Based Learning. Hal ini dikarenakan model ini

merupakan suatu model pembelajaran yang dimana peserta didik akan diminta

mengerjakan suatu permasalahan otentik dengan maksud untuk menyusun

pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan kemampuan kontruktivis dan

keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya

diri.

Agar kemampuan peserta didik berkembang dengan optimal, maka

diperlukan model pembelajaran Bahasa Bali yang tepat. Untuk itu diperlukan

pembelajaran yang memberikan keleluasaan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan atau diperkuat melalui

proses pembelajaran. Tidak semua proses pembelajaran secara otomatis akan

mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hanya proses pembelajaran

yang mendorong diskusi dan banyak memberikan kesempatan berpendapat,

menggunakan gagasan, memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik

untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dalam tulisan, mendorong kerjasama

dalam mengkaji dan menemukan pengetahuan, mengembangkan tanggung jawab,

refleksi diri dan kesadaran sosial, yang akan mengembangkan berpikir tingkat

tinggi peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang memberikan

kesempatan bagi peserta didik untuk menemukan pengetahuannya sendiri adalah

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran

berinteraksi antara stimulus dengan respons, yang merupakan hubungan antara

dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada peserta

didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi

menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga yang dihadapi dapat diselidiki,

21
dinilai, dan dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman peserta

didik yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan bahan dan materi guna

memperoleh pengertian yang bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajar. Model

Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk membantu peserta didik

dalam mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan

intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam

pengalaman nyata, dan menjadi pembelajar yang mandiri. Dalam proses

pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL), peserta didik dihadapkan pada permasalahan dunia nyata yang tentunya

dikaitkan dengan materi yang diajarkan oleh guru. Materi yang sesuai dengan

model pembelajaran tersebut adalah materi yang berkaitan dengan permasalahan

sehari-hari peserta didik sehingga akan memudahkan peserta didik dalam

menerima materi pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian tindakan kelas (classroom action research) untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan yang muncul di kelas IX-A SMP Negeri 1 Denpasar

selama peneliti melakukan observasi. Penentuan kelas IX-A sebagai subyek

penelitian didasarkan atas permasalahan-permasalahan yang mampu

teridentifikasi pada kelas tersebut serta pertimbangan selama observasi awal di

kelas tersebut, maka peneliti mengajukan penelitian yang berjudul “Penerapan

Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Bahasa Bali di Kelas IX A SMP Negeri 1

Denpasar”

22
2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan tujuan sebagaimana telah diuraikan diatas,

maka dapat ditarik suatu hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut.

 Penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Bali di kelas IX-A

SMP Negeri 1 Denpasar.

23
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

research) yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki

kualitas pembelajaran Bahasa Bali disekolah pada satu kelas yang mempunyai

masalah dalam pembelajaran. Dipilihnya penelitian tindakan kelas, karena

terungkapnya permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan proses

pembelajaran di kelas IX-A SMP Negeri 1 Denpasar.

Rancangan penelitian yang dipilih atau digunakan dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah rancangan penelitian yang diadaptasi dari Suharsini

Arikunto (2008:16) yang menyatakan bahwa, “penelitian tindakan kelas terdapat

empat tahapan yang lasim dilalui, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi &

evaluasi, dan refleksi”. Pelaksanaan tersebut merupakan suatu siklus yaitu

tindakan terus menerus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar khususnya dalam

pembelajaran Bahasa Bali di kelas IX-A SMP Negeri 1 Denpasar tahun ajaran

2020/ 2021.

3.2 Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang akan menjadi subjek penelitian

adalah 42 orang peserta didik yaitu, 20 orang peserta didik laki-laki dan 22 orang

peserta didik perempuan kelas IX-A SMP Negeri 1 Denpasar, Kecamatan

Denpasar Timur, Kota Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua

24
(genap) tahun pelajaran 2020/2021. Pemilihan Kelas IX-A karena hasil belajar

dikelas ini dinyatakan paling rendah dibandingkan kelas lain. Selain itu adanya

permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Bali.

3.3 Objek Penelitian

Adapun objek dalam penelitian ini adalah : (1) Model Problem Based

Learning (PBL), dan (2) Hasil belajar peserta didik.

3.4 Prosedur Penelitian Tindakan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan kemampuan berpikir tingkat

tinggi dan hasil belajar peserta didik kelas IX-A SMP Negeri 1 Denpasar melalui

penerapan model Problem Based Learning (PBL). Menurut Suharsini Arikunto

(2008:16) menyatakan bahwa, penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan

yang lasim dilalui, yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi

& evaluasi, dan refleksi tindakan. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa

siklus pembelajaran yang setiap siklusnya terdiri dari satu pertemuan tatap muka.

Dengan demikian penelitian ini menunjukkan suatu proses yang

berkesinambungan atau saling menghubungkan satu sama lain dalam upaya

pemecahan suatu permasalahan. Dengan penerapan model Problem Based

Learning (PBL) ini, hasil temuan dalam siklus pertama akan menentukan tindakan

berikutnya. Adapun desain penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

25
Observasi
Awal

Perencanaan
Tindakan

Observasi / Pelaksanaan
Evaluasi Tindakan

Refleksi

Laporan

Gambar 3.1. Desain Penelitian Tindakan (Diadaptasi dari Suharsini Arikunto, 2008)

26
Pembagian materi pada siklus didasarkan pada keterkaitan antara kompetensi dasar dan indikator

pencapaian hasil belajar peserta didik yang disesuaikan dengan silabus SMP Negeri 1 Denpasar

yang ditunjukkan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Rancangan Materi dan Alokasi Waktu Penelitian

Siklus Pertemuan Materi/ Indikator Alokasi Waktu

Waktu Pelaksanaan

Kompetensi Dasar (KD) :

1 3.3 Memahami makna 2 JP Kamis, 3


I
Paribasa Bali. September

Indikator Pencapaian 2020

Kompetensi (IPK) :

3.3.1 Siswa mampu menganalisis

jenis paribasa Bali (

sesonggan dan

sesenggakan) dengan tepat.

3.3.2 Siswa mampu menganalisis

makna paribasa Bali

(sesongan dan sesenggakan)

dengan tepat.

Observasi dan tes akhir Siklus 1

27
Siklus Pertemuan Materi/ Indikator Alokasi Waktu

Waktu Pelaksanaan

Kompetensi Dasar (KD) :

2 3.3 Memahami makna 2 JP Kamis, 10


II
Paribasa Bali. September

Indikator Pencapaian 2020

Kompetensi (IPK) :

3.3.3 Siswa mampu menganalisis

jenis paribasa Bali (

sesawangan dan sloka)

dengan tepat.

3.3.4 Siswa mampu menganalisis

makna paribasa Bali (

sesawangan dan sloka)

dengan tepat.

Observasi dan tes akhir Siklus 2

Catatan :

1 JP = 40 Menit

28
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, yang meliputi kegiatan

Observasi awal, siklus I dan siklus II (perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

observasi & evaluasi, dan refleksi tindakan) yaitu sebagai berikut.

1.4.1 Observasi Awal

Sebelum pelaksanaan tindakan, diadakan observasi awal dengan

mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di kelas IX-A SMP Negeri 1

Denpasar.

Peneliti terlebih dahulu mengadakan evaluasi diri dan wawancara langsung

dengan siswa di kelas IX-A SMP Negeri 1 Denpasar yang dilakukan pada tanggal

6 Agustus 2020. Kemudian pada tanggal 13 Agustus 2020 dilanjutkan dengan

melakukan observasi hasil belajar dalam Ulangan Harian 1. Berdasarkan kegiatan

tersebut maka teridentifikasi beberapa masalah yang ditemukan dalam

pembelajaran Bahasa Bali kelas IX-A, yaitu (1) Rendahnya rata-rata hasil belajar

dan ketuntasan belajar klasikal, (2) Rendahnya minat belajar peserta didik, (3)

Cakupan materi pelajaran yang luas dengan waktu belajar yang terbatas, dan (4)

Peserta didik menunjukkan prilaku negatif dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil refleksi guru Bahasa Bali, dapat diketahui bahwa

permasalahan hasil belajar tersebut muncul karena proses pembelajaran yang

dilaksanakan selama ini belum optimal. Melalui kegiatan observasi awal, peneliti

memutuskan bahwa masalah tentang hasil belajar Bahasa Bali yang terjadi di

kelas IX-A disebabkan salah satunya belum optimalnya penerapan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta belum pernah diterapkannya model

pembelajaran yang inovatif sehingga menjadikan pembelajaran kurang efektif.

Melihat kondisi peserta didik kelas IX-A SMPN 1 Denpasar tersebut, perlu

29
dipilih suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa

Bali peserta didik. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti akan menerapkan model

Problem Based Learning (PBL), sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar

Bahasa Bali peserta didik di kelas IX-A SMPN 1 Denpasar.

1.4.2 Siklus I

Sesuai dengan sistematis alur aktivitas pembelajaran maka tahapan-

tahapan pembelajaran pada siklus I, sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

a. Menganalisis silabus tentang materi yang akan dipelajari peserta didik

pada pelaksanaan tindakan siklus I tentang “Memahami makna Paribasa

Bali”.

b. Menspesifikasi materi dan jam belajar yang direncanakan sesuai dengan

aturan yang berlaku di SMP Negeri 1 Denpasar, seperti pada Tabel 3.1.

c. Merumuskan tujuan pembelajaran untuk masing-masing indikator

berdasarkan materi dalam siklus I ke dalam RPP.

d. Merancang dan menyiapkan perangkat pembelajaran (RPP, bahan ajar,

LKPD, dan media pembelajaran) dan perangkat penelitian (lembar

observasi kemampuan berpikir tingkat tinggi dan instrument evaluasi

siklus).

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat maka tindakan selanjutnya

adalah menerapkan model Problem Based Learning (PBL) yang disesuaikan

dengan RPP yang telah disusun sebelumnya, yaitu sebagai berikut.

30
Siklus I

Kompetensi Dasar (KD) :

3.4 Memahami makna Paribasa Bali.

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) :

3.3.1 Menganalisis jenis paribasa Bali (sesonggan dan sesenggakan).

3.3.2 Menganalisis makna paribasa Bali (sesonggan dan sesenggakan).

Alokasi Waktu : 80 menit (2 jam pelajaran)

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :

No Fase Rincian Kegiatan

1 Fase 1 (Orientasi a. Menyampaikan cakupan materi dan

Peserta didik pada penjelasan uraian kegiatan pembelajaran,

Masalah) memberikan orientasi terhadap materi yang

akan dipelajari.

b. Peserta didik melakukan pengamatan dan

tanya jawab hasil pengamatan.

c. Menyiapkan peserta didik untuk

dikelompokkan secara heterogen.

31
No Fase Rincian Kegiatan

2 Fase 2 a. Peserta didik membentuk beberapa

(Menggorganisasi kelompok, tiap kelompok beranggotakan 4 –

Peserta didik) 5 orang untuk membahas perasalahan tertentu

secara kolaboratif

 Kelompok A

 Kelompok B

 Kelompok C

 Kelompok D

 Kelompok E

b. Peserta didik secara berkelompok bisa

mencari informasi tambahan melalui literasi

digital tentang materi pembahasan

kelompoknya

3 Fase 3 (Membimbing a. Peserta didik secara berkelompok berdiskusi

penyelidikan dan fokus memecahkan permasalahan

individu dan kelompok sesuai dengan materi yang

kelompok) diperoleh

b. Mengarahkan peserta didik untuk menyajikan

hasil laporan

c. Mendorong dan memotivasi peserta didik

untuk mengumpulkan informasi yang sesuai

agar mampu memecahkan suatu

permasalahan yang diberikan

d. Memberikan bantuan berupa penggalian


32
informasi yang diperlukan atau yang terdapat

dalam masalah tersebut.

4 Fase 4 a. Peserta didik secara berkelompok

(Mengembangkan memaparkan hasil tugas kelompoknya dengan

dan menyajikan hasil mempresentasikan

karya) b. Guru memfasilitasi peserta didik dari anggota

kelompok yang berbeda untuk menanggapi

hasil pemaparan anggota kelompok presenter.

c. Peserta didik secara berkelompok

menyimpulkan hasil tugasnya masing-masing

5 Fase 5 (Menganalisis a. Guru memfasilitasi peserta didik jika

dan mengevaluasi mengalami kesulitan dan memberikan

proses pemecahan klarifikasi jika terjadi kesalahan informasi,

masalah) konfirmasi terhadap jawaban peserta didik

dalam diskusi dengan meluruskan jawaban

yang kurang tepat dan memberikan

penghargaan

b. Guru memberikan umpan balik atas proses

pembelajaran dan hasil kelompok

c. Guru bersama peserta didik melakukan

refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran

melalui tanya jawab secara klasikal tentang

manfaat yang diperoleh siswa dalam

pembelajaran hari ini.

33
Siklus II

Pada pertemuan siklus II, kegiatan yang dilakukan adalah sama seperti

pada pertemuan siklus I hanya indikator yang disampaikan berbeda yaitu

“Menganalisis jenis paribasa Bali (sesawangan dan sloka)” dan “Menganalisis

makna paribasa Bali (sesawanan dan sloka)”.

3. Tahap Observasi/ Evaluasi

Tahap observasi/ evaluasi pelaksanaan tindakan, meliputi :

a. Kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan tahap perencanaan.

b. Mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan yang muncul padatahap

pelaksanaan tindakan.

4. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan dengan mencermati hasil observasi/ evaluasi, apakah sudah

sesuai dengan sasaran yang diharapkan, kemudian merangkum kendala- kendala

selama perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Langkah berikutnya adalah

merangkum hasil refleksi sebagai bahan pelaporan kegiatan penelitian tindakan kelas

yang telah dilaksanakan dan bertujuan untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik.

3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: (1) data kemampuan guru

menerapkan model PBL dan (2) data hasil belajar peserta didik. Jenis data yang

dikumpulkan, instrument yang digunakan, sumber data, waktu pengumpulan data


34
disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Jenis Data, Metode, Instrumen Penelitian, Sumber Data, Waktu dan Sifat Data.

NO JENIS METODE ALAT/ SUMBER WAKTU SIFAT

DATA INSTRUMENT DATA DATA

1. Kemampuan Deskriptif Seperangkat Guru Saat Interval

guru Kuantitatif lembar observasi/ pelaksanaan (Skor)

menerapkan pengamatan pembelajaran

model PBL pengelolaan

pembelajaran

2. Hasil Belajar Deskriptif Tugas dan Tes Peserta didik Setiap akhir Interval

Kuantitatif Akhir Siklus siklus (Skor)

3.5.1 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian untuk memperjelas pengertian beberapa

istilah yang terkait dengan variabel-variabel dalam penelitian ini, sebagai berikut.

1. Kemampuan guru menerapkan model pembelajaran dalam hal ini ialah

kesesuaian guru dalam melaksanan tahapan model Problem Based Learning

(PBL) dalam pembelajaran Bahasa Bali, ini dilaksanakan dengan lembar

observasi/ pengamatan tentang menerapkan model pembelajaran yang

menggunakanskala Likert.

2. Hasil belajar adalah skor yang dicapai oleh peserta didik dari nilai tes akhir

siklus pada akhir siklus pembelajaran, sehingga dapat dilihat terjadinya

peningkatan atau penurunan hasil belajar setelah dilakukan tindakan dalam

pembelajaran peserta didik.

35
3.5.2 Instrument Pengumpulan Data Kemampuan Guru Menerapkan Model PBL

Data Kemampuan guru menerapkan model pembelajaran dalam hal ini ialah

kesesuaian guru dalam melaksanakan tahapan model Problem Based Learning (PBL)

dalam pembelajaran Bahasa Bali. Adapun indikator yang digunakan dalam pengukuran

data kemampuan guru menerapkan model disesuakian dengan sintak model Problem

Based Learning (PBL) ialah sebagai berikut: (1) Orientasi Peserta didik pada Masalah, (2)

Menggorganisasi Peserta didik, (3) Membimbing penyelidikan individu dan kelompok),

(4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) Menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah.

Untuk lembar observasi yang digunakan terdiri atas pernyataan atau pertanyaan

dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan. Selain itu lembar observasi yang

digunakan yaitu model skala Likert dengan pilihan sangat sesuai (SS), sesuai (SE), cukup

sesuai (CS), kurang sesuai (KS), dan tidak sesuai (TS). Pemberian skor untuk tiap item

didasarkan pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Pemberian Skor Observasi Kemampuan Guru Menerapkan

Model Pembelajaran PBL

No Analisis Pengamatan Nilai Item

1 Sangat Sesuai (SS) 5

2 Sesuai (SE) 4

3 Cukup Sesuai (CS) 3

4 Kurang Sesuai (KS) 2

5 Tidak Sesuai (TS) 1

Skor kemampuan guru menerapkan model PBL diperoleh dengan menjumlahkan

skor yang diperoleh dari lembar observasi/ pengamatan pada tiap itemnya.

36
3.5.3 Instrument Pengumpulan Data Hasil Belajar Peserta didik

Untuk data hasil belajar peserta didik dikumpulkan melalui tugas setiap akhir

pertemuan serta tes akhir siklus yang dinilai dengan menggunakan rubrik/ kriteria

penilaian pada table. Perlu diketahui bahwa untuk semua data terkait hasil belajar peserta

didik digunakan tes objektif (pilihan ganda). Berikut rubrik penilaian tes pilihan ganda

disajikan pada tabel 3.3

Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Tes Pilihan Ganda

No Skor Kriteria

1 1 Memilih jawaban yang benar

2 0 Memilih jawaban yang tidak benar atau tidak memilih

Jawaban

37
3.6 Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan Tindakan

3.6.1 Teknik Analisis Data Kemampuan Guru Menerapkan Model PBL

Data kemampuan guru dalam menerapkan model Problem Based Learning

(PBL) pada mata pelajaran Bahasa Bali dianalisis secara deskriptif berdasarkan

skor rata-rata (X), Mean Ideal (MI), dan Standar Deviasi Ideal (SDI). Skor rata-

rata respon peserta didik dianalisis dengan rumus :

X = ∑x (Diadaptasi dari Arikunto, 2002)


N

Keterangan:

X = Skor rerata kemampuan menerapkan model PBL

∑x = Jumlah skor

N = Jumlah skor maksimal

Sedangkan, rumusan untuk MI dan SDI adalah :

Mi : Mean ideal (angka rata-rata ideal)

Mi diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :

Mi = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

Sdi : Standar deviasi ideal

Sdi diperoleh dengan rumus, sebagai berikut :

Sdi = 1/3 (Mean ideal)

Adapun penggolongan pengamatan observasi guru, ditetapkan berdasarkan lima

jenjang kategori yang disajikan pada tabel 3.6. berikut.

38
Tabel 3.6. Pedoman Konversi Skor Kemampuan Guru Menerpkan Model PBL

No Interval Kriteria

1 X > Mi + 1,5 Sdi Sangat Tinggi

2 Mi + 0,5 Sdi < X ≤ Mi + 1,5 Sdi Tinggi

3 Mi - 0,5 Sdi < X ≤ Mi + 0,5 Sdi Cukup

4 Mi - 1,5 Sdi < X ≤ Mi - 0,5 Sdi Kurang

5 X ≤ Mi – 1,5 Sdi Sangat Kurang

(dimodifikasi dari Nurkancana dan Sunartana, 1992:100)

Lembar observasi/ pengamatan kemampuan guru menerapkan model PBL

terdiri atas 25 item, yang masing-masing item terdiri atas 5 (lima) pilihan dengan

skor maksimal tiap item adalah 5 (lima) dan skor minimal adalah 1 (satu).

Berdasarkan hal tersebut dapat ditentukan skor maksimal 125 dan skor minimal

25. Dengan demikian perhitungan mean ideal (MI) dan satandar deviasi ideal

(SDI) adalah sebagai berikut :

Mi = ½ (125 + 25)

= 75

Sdi = 1/3 (Mi)

= 25

Pedoman penggolongan kemampuan guru menerapkan model PBL pada

penelitian ini dinyatakan dalam tabel 3.7. berikut :

39
Tabel 3.7. Kriteria Penggolongan Kemampuan Guru Menerapkan Model PBL

No Interval Kriteria

1 X > 112,5 Sangat Sesuai

2 87,5 < X ≤ 112,5 Sesuai

3 62,5 < X ≤ 87,5 Cukup Sesuai

4 37,5 < X ≤ 62,5 Kurang Sesuai

5 X ≤ 37,5 Tidak Sesuai

Indikator yang menunjukkan terjadinya kesesuaian kemampuan guru

dalam menerapkan model PBL adalah adanya kecenderungan peningkatan rata-

rata skor kemampuan guru dari siklus I ke siklus II serta ini dijadikan dasar untuk

mencapai hipotesis tindakan. Sedangkan kriteria keberhasilan penelitian ini adalah

jika rata-rata skor kemampuan guru menerapkan model PBL minimal dengan

kategori Sesuai.

40
3.6.2 Teknik Analisis Data Hasil Belajar Peserta Didik

Data hasil belajar peserta didik dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan

menentukan nilai yang diperoleh melalui tugas serta tes akhir siklus. Skor-skor

yang telah diperoleh pada masing-masing penilaian dikonversi dalam skala 100.

Xi = skor yang diperoleh x 100

skor maksimum

Keterangan :

Xi = nilai yang diperoleh untuk tugas dan tes akhir siklus

Hasil belajar Bahasa Bali (X), dapat diperoleh persamaan berikut.

X = Tugas + Tes Akhir Siklus


2

Setelah diperoleh nilai hasil belajar Bahasa Bali, selanjutnya dicari rata-rata.

Untuk mencari mean atau skor rata-rata digunakan rumus sebagai berikut.

M=∑x (Sudjana 2010:109)


N

Keterangan :

M : Mean (Rata-rata)

∑x : Jumlah nilai hasil belajar

N : Banyaknya Peserta didik

Rata-rata nilai hasil belajar tersebut dapat digolongkan berdasarkan kriteria

penggolongan sesuai dengan tabel 3.10 berikut.

41
Tabel 3.10. Kriteria Penggolongan Hasil Belajar Bahasa Bali

No Skor Kriteria

1 Mi + 1,5 Sdi ≤ X Sangat Baik

2 Mi + 0,5 Sdi < X ≤ Mi + 1,5 Sdi Baik

3 Mi - 0,5 Sdi < X ≤ Mi + 0,5 Sdi Cukup

4 Mi - 1,5 Sdi < X ≤ Mi - 0,5 Sdi Kurang

5 X ≤ Mi – 1,5 Sdi Sangat Kurang

(dimodifikasi dari Nurkancana dan Sunartana, 1990:100)

Sedangkan, rumusan untuk MI dan SDI adalah :

Mi : Mean ideal (angka rata-rata ideal)

Mi diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :

Mi = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

Sdi : Standar deviasi ideal

Sdi diperoleh dengan rumus, sebagai berikut :

Sdi = 1/3 (Mean Ideal)

Dalam kegiatan pembelajaran, nilai maksimum ideal yang mampu dicapai

peserta didik adalah seratus, sedangkan nilai terendah yang dicapai oleh peserta

didik adalah 0. Dengan demikian perhitungan mean ideal dan satandar deviasi

ideal adalah sebagai berikut :

Mi = ½ (100 + 0)

= 50

Sdi = 1/3 (Mi)

= 16,67

42
Kriteria penggolongan hasil belajar peserta didik pada penelitian ini

dinyatakan dalam tabel 3.11. berikut :

Tabel 3.11. Penggolongan Kriteria Penilaian Hasil Belajar Peserta didik

No Skor Kriteria

1 75,00 ≤ X Sangat Baik

2 58,33 < X ≤ 75,00 Baik

3 41,57 < X ≤ 58,00 Cukup

4 25,00 < X ≤ 41,67 Kurang

5 X ≤ 25,00 Sangat Kurang

Ketuntasan hasil belajar peserta didik dapat ditentukan dengan

menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan ketuntasan klasikal (KK).

KKM = Jumlah skor yang dicapai peserta didik x 100%

Jumlah skor maksimum

KK = Banyaknya peserta didik yang tuntas x 100%

Banyaknya peserta didik yang ikut tes

Peserta didik dikatakan tuntas jika memenuhi KKM ≥ 83 dan satu kelas

dikatakan tuntas jika KK ≥ 75 %. Hal ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan

oleh SMP Negeri 1 Denpasar yaitu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk

mata pelajaran Bahasa Bali kelas IX adalah 83 dan ketuntasan klasikal minimal

75.

Berdasarkan pedoman diatas maka penerapan model Problem Based

Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata

pelajaran Bahasa Bali dianggap berhasil jika jumlah peserta didik yang memiliki

43
kriteria positif lebih banyak dari pada yang memiliki kriteria negatif, selain itu

adanya kecenderungan peningkatan rata-rata nilai hasil belajar peserta didik dari

tindakan di siklus I sampai tindakan siklus II, dan ini dijadikan dasar untuk

mencapai hipotesis tindakan. Dengan kata lain, penelitian ini dikatakan berhasil

apabila rata-rata hasil belajar Bahasa Bali peserta didik berada dalam kategori

minimal sangat baik dan ketuntasan klasikal minimal 75%.

44
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian ini meliputi deskripsi proses pembelajaran dan hasil

belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Bali di kelas IX-A Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Denpasar.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas IX-A SMP Negeri 1

Denpasar pada tahun pelajaran 2020/ 2021 dan melibatkan 42 orang peserta didik.

Penelitian ini berlangsung pada pertengahan semester genap yang memuat materi

tentang “Paribasa Bali”. Materi pelajaran yang dipelajari peserta didik dikemas

dalam dua siklus pembelajaran, dimana dalam dua siklus tersebut dilaksanakan

masing-masing sebanyak satu kali pertemuan. Kegiatan pembelajaran

dilaksanakan sekali dalam seminggu dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 40

menit).

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam siklus II, peneliti

terlebih dahulu telah melakukan tindakan penelitian di siklus I.

4.1.1 Deskripsi Proses Pembelajaran Siklus I

Proses pembelajaran siklus I terdiri dari satu pertemuan, materi yang akan

dipelajari peserta didik pada pelaksanaan tindakan siklus I tentang “Menganalisis

jenis Paribasa Bali (sesonggan dan sesenggakan)” dan “Menganalisis makna

Paribasa Bali (sesonggan dan sesenggakan)”.

Berikut ini dipaparkan deskripsi kegiatan pembelajaran di siklus I. Dalam

pemaparan ini, peneliti berperan sebagai guru sehingga sebutan guru digunakan

45
menggantikan peneliti dan guru Bahasa Bali. Adapun langkah-langkah

pembelajaran sebgai berikut.

Pada kegiatan awal peserta didik disiapkan secara fisik dan psikis untuk

mengikuti pembelajaran diawali dengan :

a. Mengucapkan salam dan melakukan doa bersama yang dipimpin oleh salah

seorang siswa, sekaligus bersyukur atas keberagaman yang dirahmatkan

Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia

b. Mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas, serta mengecek

kesiapan belajar peserta didik

c. Menyampaikan kompetensi dasar yang ingin dicapai dan menjelaskan tujuan

pembelajaran

d. Menanyakan kepada peserta didik terkait materi yang sudah dipelajari tentang

sumber belajar, dengan menanyakan pertanyaan sebagai berikut:

 Pernahkah anak-anak mendengar kalimat bahasa Bali “abias pasih”?

 Apa makna dari kalimat tersebut?

Pada kegiatan inti sebagai berikut:

Fase 1 (Orientasi Peserta didik pada Masalah)

a. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan pembelajaran,

memberikan orientasi terhadap materi yang akan dipelajari.

b. Peserta didik melakukan pengamatan dan tanya jawab hasil pengamatan.

c. Menyiapkan peserta didik untuk dikelompokkan secara heterogen.

Fase 2 (Menggorganisasi Peserta didik)

a. Peserta didik membentuk beberapa kelompok, tiap kelompok beranggotakan

4 -5 orang untuk membahas perasalahan tertentu secara kolaboratif

 Kelompok A

46
 Kelompok B

 Kelompok C

 Kelompok D

 Kelompok E

b. Peserta didik secara berkelompok bisa mencari informasi tambahan melalui

literasi digital tentang materi pembahasan kelompoknya.

Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)

a. Peserta didik secara berkelompok berdiskusi dan fokus

memecahkanpermasalahan kelompok sesuai dengan materi yang

diperoleh

b. Mengarahkan peserta didik untuk menyajikan hasil laporan

c. Mendorong dan memotivasi peserta didik untuk mengumpulkan

informasiyang sesuai agar mampu memecahkan suatu permasalahan

yang diberikan

d. Memberikan bantuan berupa penggalian informasi yang diperlukan atau

yangterdapat dalam masalah tersebut.

Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)

a. Peserta didik secara berkelompok memaparkan hasil tugas

kelompoknyadengan mempresentasikan

b. Guru memfasilitasi peserta didik dari anggota kelompok yang berbeda

untukmenanggapi hasil pemaparan anggota kelompok presenter.

c. Peserta didik secara berkelompok menyimpulkan hasil tugasnya

masing- masing

47
Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)

a. Guru memfasilitasi peserta didik jika mengalami kesulitan dan

memberikanklarifikasi jika terjadi kesalahan informasi, konfirmasi

terhadap jawaban peserta didik dalam diskusi dengan meluruskan

jawaban yang kurang tepat dan memberikan penghargaan

b. Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil kelompok

c. Guru bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap pelaksanaan

pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal tentang manfaat

yangdiperoleh siswa dalam pembelajaran hari ini.

Pada tahap penutup guru memberikan tes pilihan ganda sebanyak 20 butir dan

penugasan sebagai tindak lanjut, guru menginformasikan rencana kegiatan belajar

untuk pertemuan berikutnya, dan guru menutup pertemuan dengan salam dan doa.

48
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I

Hasil penelitian yang dilaporkan pada penelitian siklus I memuat

kemampuan guru menerapkan model PBL dan hasil belajar peserta didik.

1) Kemampuan guru menerapkan model PBL

Setelah kegiatan penelitian siklus I, hasil perolehan lembar observasi

kemampuan guru menerapkan model PBL dapat dilihat pada lampiran 1. Dari

hasil analisis data, kemampuan guru menerapkan model PBL pembelajaran

Bahasa Bali kelas IX-A SMP Negeri 1 Denpasar setelah penelitian siklus I

diperoleh rata-rata nilai sebesar 83,00. Berdasarkan pedoman penggolongan

kemampuan guru menerapkan model PBL yang telah ditetapkan pada BAB III

Tabel 3.6. kemampuan guru menerapkan model PBL berada pada kategori Cukup

Sesuai. Sebaran skor kemampuan kemampuan guru menerapkan model PBL

berdasarkan kategori yang telah ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Sebaran Nilai kemampuan guru menerapkan model PBL

Setelah Penelitian Siklus I

No Interval F % Kriteria

1 X > 112,5 0 0% Sangat Sesuai

2 87,5 < X ≤ 112,5 0 0% Sesuai

3 62,5 < X ≤ 87,5 1 100% Cukup Sesuai

4 37,5 < X ≤ 62,5 0 0% Kurang Sesuai

5 X ≤ 37,5 0 0% Tidak Sesuai

49
2) Hasil Belajar Peserta didik

Hasil belajar peserta didik dikontribusikan dari nilai tugas peserta didik

serta dari tes akhir siklus. Sehingga dapat diperoleh rata-rata nilai hasil belajar

peserta didik. Data rata-rata hasil belajar peserta didik pada penelitian siklus I

disajikan secara detail pada lampiran 5. Rata-rata hasil belajar peserta didik

setelah tindakan siklus I dapat dilihat dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4 Rata-Rata Hasil Belajar Peserta didik Setelah Tindakan Siklus I

Rata-rata

Keterangan Hasil Belajar

78,56
Rata-rata

Daya Serap 78,56%

Nilai Tertinggi 84,33

Nilai Terendah 75,00

Jumlah Peserta didik yang 8

Tuntas

Jumlah Peserta didik yang Tidak 34

Tuntas

Ketuntasan Klasikal 19,04%

Kategori Tidak Tuntas

Dari analisis data hasil belajar skala seratus diperoleh nilai rata-rata

sebesar 78,56 dan daya serap sebesar 78,56% dan ketuntasan klasikal peserta

didik sebesar 19,04%. Kategori penelitian yang dikatakan berhasil bila rata-rata

nilai hasil belajar individu peserta didik lebih besar atau sama dengan 83, daya

50
serap peserta didik lebih besar atau sama dengan 83%, dan ketuntasan klasikal

peserta didik lebih besar atau sama dengan 75%.

4.1.3 Refleksi Tindakan Siklus I

Diadakannya upaya perbaikan pada siklus II, dapat dicermati berdasarkan

refleksi kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan pada kegiatan siklus I.

Untuk hasil belajar peserta didik mencapai nilai rata-rata sebesar 78,56 jika

dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil belajar peserta didik pada saat kegiatan

observasi awal yang hanya memperoleh nilai sebesar 72,98 maka terjadi

peningkatan sebesar 5,58 %.

Diperolehnya peningkatan hasil belajar peserta didik di siklus I

sesungguhnya belum memenuhi kriteria penelitian tindakan kelas sehingga perlu

diadakan perbaikan tindakan di siklus II karena :

1) Kriteria keberhasilan kemampuan guru dalam menerapkan model PBL masih

dalam kriteria Cukup Sesuai di siklus I, sedangkan kriteria keberhasilan

penelitian ini adalah jika rata-rata skor kemampuan guru menerapkan model

PBL minimal dengan kategori Sesuai

2) Kriteria keberhasilan hasil belajar peserta didik sudah dalam kriteria sangat

baik dengan nilai rata-rata sebesar 78,56 dan daya serap sebesar 78,56% dan

ketuntasan klasikal peserta didik sebesar 19,04%. Sedangkan kategori

penelitian yang dikatakan berhasil bila rata-rata nilai hasil belajar individu

peserta didik lebih besar atau sama dengan 83, daya serap peserta didik lebih

besar atau sama dengan 83%, dan ketuntasan klasikal peserta didik sama

dengan 75%.

51
4.1.4 Deskripsi Proses Pembelajaran Siklus II

Proses pembelajaran siklus II terdiri dari satu pertemuan, materi yang akan

dipelajari peserta didik pada pelaksanaan tindakan siklus II tentang “Menganalisis

jenis Paribasa Bali (sesawangan dan sloka)”; dan “Menganalisis makna Paribasa

Bali (sesawangan dan sloka).

Berikut ini dipaparkan deskripsi kegiatan pembelajaran di siklus II. Dalam

pemaparan ini, peneliti berperan sebagai guru sehingga sebutan guru digunakan

menggantikan peneliti dan guru Bahasa Bali. Adapun langkah-langkah

pembelajaran sebgai berikut.

Pada kegiatan awal peserta didik disiapkan secara fisik dan psikis untuk

mengikuti pembelajaran diawali dengan :

a. Mengucapkan salam dan melakukan doa bersama yang dipimpin oleh salah

seorang siswa, sekaligus bersyukur atas keberagaman yang dirahmatkan

Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia

b. Mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas, serta mengecek

kesiapan belajar peserta didik

c. Menyampaikan kompetensi dasar yang ingin dicapai dan menjelaskan tujuan

pembelajaran

d. Menanyakan kepada peserta didik terkait materi yang sudah dipelajari tentang

sumber belajar, dengan menanyakan pertanyaan sebagai berikut:

 Pernahkah anak-anak mendengar kalimat bahasa Bali “kenyemne luir madu

juruh”?

 Apakah makna dari kalimat tersebut?

52
Pada kegiatan inti sebagai berikut:

Fase 1 (Orientasi Peserta didik pada Masalah)

a. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan pembelajaran,

memberikan orientasi terhadap materi yang akan dipelajari.

b. Peserta didik melakukan pengamatan dan tanya jawab hasil pengamatan.

c. Menyiapkan peserta didik untuk dikelompokkan secara heterogen.

Fase 2 (Menggorganisasi Peserta didik)

a. Peserta didik membentuk beberapa kelompok, tiap kelompok beranggotakan 4 – 5

orang untuk membahas perasalahan tertentu secara kolaboratif

a. Kelompok A

b. Kelompok B

c. Kelompok C

d. Kelompok D

e. Kelompok E

b. Peserta didik secara berkelompok bisa mencari informasi tambahan melalui

literasi digital tentang materi pembahasan kelompoknya.

Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)

a. Peserta didik secara berkelompok berdiskusi dan fokus memecahkanpermasalahan

kelompok sesuai dengan materi yang diperoleh

b. Mengarahkan peserta didik untuk menyajikan hasil laporan

c. Mendorong dan memotivasi peserta didik untuk mengumpulkan informasiyang sesuai

agar mampu memecahkan suatu permasalahan yang diberikan

d. Memberikan bantuan berupa penggalian informasi yang diperlukan atau yangterdapat

dalam masalah tersebut.

53
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)

a. Peserta didik secara berkelompok memaparkan hasil tugas kelompoknyadengan

mempresentasikan.

b. Guru memfasilitasi peserta didik dari anggota kelompok yang berbeda untuk

menanggapi hasil pemaparan anggota kelompok presenter.

c. Peserta didik secara berkelompok menyimpulkan hasil tugasnya masing- masing.

Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)

a. Guru memfasilitasi peserta didik jika mengalami kesulitan dan memberikan

klarifikasi jika terjadi kesalahan informasi, konfirmasi terhadap jawaban peserta

didik dalam diskusi dengan meluruskan jawaban yang kurang tepat dan

memberikan penghargaan.

b. Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil kelompok.

c. Guru bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap pelaksanaan

pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal tentang manfaat yang diperoleh

siswa dalam pembelajaran hari ini.

d. Pada tahap penutup guru memberikan tes pilihan ganda sebanyak 20 butir dan

penugasan sebagai tindak lanjut, guru menginformasikan rencana kegiatan

belajar untuk pertemuan berikutnya, dan guru menutup pertemuan dengan salam

dan doa.

54
4.1.5 Hasil Penelitian Siklus II

Hasil penelitian yang dilaporkan pada penelitian siklus I memuat

kemampuan guru menerapkan model PBL dan berpikir tingkat tinggi peserta didik

serta hasil belajar peserta didik.

1) Kemampuan guru menerapkan model PBL

Setelah kegiatan penelitian siklus II, hasil perolehan lembar observasi

kemampuan guru menerapkan model PBL dapat dilihat pada lampiran 1. Dari

hasil analisis data, kemampuan guru menerapkan model PBL pembelajaran

Bahasa Bali kelas IX-A SMP Negeri 1 Denpasar setelah penelitian siklus I

diperoleh rata-rata nilai sebesar 88,00. Berdasarkan pedoman penggolongan

kemampuan guru menerapkan model PBL yang telah ditetapkan pada BAB III

Tabel 3.6. kemampuan guru menerapkan model PBL berada pada kategori Sesuai.

Sebaran skor kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik berdasarkan

kategori yang telah ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Sebaran Kemampuan Guru Menerapkan Model PBL Setelah Penelitian

Siklus II

No Interval F % Kriteria

1 X > 112,5 0 0% Sangat Sesuai

2 87,5 < X ≤ 112,5 1 100% Sesuai

3 62,5 < X ≤ 87,5 0 0% Cukup Sesuai

4 37,5 < X ≤ 62,5 0 0% Kurang Sesuai

5 X ≤ 37,5 0 0% Tidak Sesuai

55
2) Hasil Belajar Peserta didik

Hasil belajar peserta didik dikontribusikan dari nilai tugas peserta didik

serta dari tes akhir siklus. Sehingga dapat diperoleh rata-rata nilai hasil belajar

peserta didik. Data rata-rata hasil belajar peserta didik pada penelitian siklus II

disajikan secara detail pada lampiran 5.

Rata-rata hasil belajar peserta didik setelah tindakan siklus II dapat dilihat

dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6 Rata-Rata Hasil Belajar Peserta didik Setelah Tindakan Siklus II

Rata-rata

Keterangan Hasil Belajar

Rata-rata 85,19

Daya Serap 85,19%

Nilai Tertinggi 91

Nilai Terendah 78

Jumlah Peserta didik yang 35

Tuntas

Jumlah Peserta didik yang Tidak 7

Tuntas

Ketuntasan Klasikal 83,33%

Kategori Tuntas

Dari analisis data hasil belajar skala seratus diperoleh nilai rata-rata

sebesar 85,19 dan daya serap sebesar 85,19% dan ketuntasan klasikal peserta

didik sebesar 83,33%. Kategori penelitian yang dikatakan berhasil bila rata-rata

nilai hasil belajar individu peserta didik lebih besar atau sama dengan 83, daya

56
serap peserta didik lebih besar atau sama dengan 83%, dan ketuntasan klasikal

peserta didik lebih besar atau sama dengan 75%.

4.1.6 Refleksi Tindakan Siklus II

Dengan terjadinya peningkatan antara siklus I dengan Siklus II maka

penelitian ini sudah berhasil dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Untuk hasil belajar peserta didik mencapai nilai rata-rata sebesar 85,19 jika

dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil belajar peserta didik pada saat kegiatan

siklus I yang hanya memperoleh nilai sebesar 78,56 maka terjadi peningkatan

sebesar 6,63 %.

Diperolehnya peningkatan hasil belajar peserta didik di siklus II sudah

memenuhi kriteria penelitian tindakan kelas sehingga tidak perlu diadakan

penelitian lanjutan.

57
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengan terjadinya peningkatan antara siklus I dengan Siklus II maka

penelitian ini sudah berhasil dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata sebesar 85,19 jika dibandingkan

dengan rata-rata nilai hasil belajar peserta didik pada saat kegiatan siklus I yang

hanya memperoleh nilai sebesar 78,56 maka terjadipeningkatan sebesar 6,63 %.

Diperolehnya peningkatan hasil belajar peserta didik di siklus II sudah

memenuhi kriteria penelitian tindakan kelas sehingga tidak perlu diadakan

penelitian lanjutan.

5.2 Saran

Hasil penelitian penerapan model Problem Based Learning (PBL)

mempunyai manfaat, baik dari segi teoritis maupun praktis. Dari segi teoritis,

hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan atau menambah khasanah ilmu

dalam bidang pendidikan terutama dalam memperbaiki kualitas pembelajaran

Bahasa Bali di SMP.

Dari segi praktis, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai pedoman

dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, khususnya mata pelajaran

Baahasa Bali.

58
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Toha dkk. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka


Departemen Pendidikan Nasional.

Ariastuti, N. K. 2010. Implementasi Model Pembelajaran ARIAS Untuk


Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar PKn Peserta didik Kelas VII B-2
SMP Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegraan. Fakultas
Ilmu Sosial Undiksha. Singaraja

Arikunto, Suharsini dan Cepi Safruddin. 2008. Evaluasi Program Pendidikan:


Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahapeserta didik Dan Praktisi Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jamil, Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-ruz


media

Johnson, B. Elaine, 2007. Contextual Teaching and Learning, menjadikan


kegiatan belajar mengajar mengasikkan dan bermakna. Terjemahan Ibnu
Setiawan. Bandung. Mizan Learning Centre (MLC)

Mulyasa, E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas: Menciptakan Perbaikan


Berkesinambungan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurkancana, W & Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha


Nasional.

Sudjana, Djuju. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

59
Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)., Bagian
satu. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud Proyek Pendidikan Tenaga
Akademik Bagian Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(BP3GSD).

Wahab, Abdul Azis. 2008. Metode Dan Model-Model Mengajar. Bandung: CV


Afabeta.

60
Lampiran 1:

Hasil Perhitungan Kemampuan Guru Melaksanakan Model PBL pada kegiatan Siklus I

Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Melaksanakan Model PBL Jumlah


No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 ∑x
1 I Gst. Ayu Eka 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 83
Damayanthi,S.Pd.
Kategori Cukup
Sesuai

Hasil Perhitungan Kemampuan Guru Melaksanakan Model PBL pada kegiatan Siklus II

Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Melaksanakan Model PBL Jumlah


No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 ∑x
1 I Gst. Ayu Eka 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 5 3 4 3 4 3 4 88
Damayanthi,S.Pd.
Kategori Sesuai
Lampiran 2:

Hasil perhitungan hasil belajar peserta didik kelas IX-A di Tindakan Siklus I

Nilai
Tes Nilai Hasil
No Nama
Tugas I Tugas II Akhir Belajar
Siklus
1 Agung Febryan Putra Haryanto 80 75 80 78,33
2 Anak Agung Ayu Sitha Putri Wiratama 84 80 85 83,00
3 Anak Agung Gde Krisna Kesumawijaya 75 72 77 74,67
4 Anak Agung Istri Agung Putri Gayatri 78 76 74 76,00
5 Anak Agung Istri Vina Destriana Wisaputri 81 82 87 83,33
6 Anak Agung Ngurah Indra Surya Putra 80 75 80 78,33
7 Anak Agung Sagung Gania Dinata Adiyasa Putri 82 74 83 79,67
8 Dewa Gde Alven Deva Nanda Winatha 75 72 77 74,67
9 Geovany Bramanthya Samuel Sihombing 78 76 74 76,00
10 I Gede Apriananta 81 83 87 83,67
11 I Gede Bayu Jayastra 80 75 80 78,33
12 I Gusti Agung Ngurah Krisna Rajendra Wibawa 82 74 83 79,67
13 I Gusti Ayu Kirana Aishvatari Angligan 75 72 77 74,67
14 I Gusti Ayu Nairiswari Bhava 78 76 74 76,00
15 I Kadek Bayu Mahardika Suputra 83 79 87 83,00
16 I Kadek Cikal Pawitra 80 75 80 78,33
17 I Nyoman Gede Prajnam Magha Vadantha 82 74 83 79,67
Nilai
Tes Nilai Hasil
No Nama
Tugas I Tugas II Akhir Belajar
Siklus
18 I Putu Nathan Pariana Edy 75 72 77 74,67
19 Ida Bagus Acharya Mahara Sidharta 78 76 74 76,00
20 Ida Bagus Agung Krisna Adi Putra 81 85 87 84,33
21 Ida Bagus Dharmaputra Keniten 80 75 80 78,33
22 Komang Aruna Gio Pranata 82 74 83 79,67
23 Komang Ayu Budi Lestari Dewi 75 72 77 74,67
24 Komang Kartika Maharani 78 76 74 76,00
25 Luh Diva Regina Putri 82 81 87 83,33
26 Made Ivan Daniswara 80 75 80 78,33
27 Najwa Permatahati Dewi Ibrahakem 82 74 83 79,67
28 Nanda Mettacittena Wijayanti 75 72 77 74,67
29 Ni Kadek Juniar Paramita 78 76 74 76,00
30 Ni Komang Vindya Yunita Riring 81 79 87 82,33
31 Ni Putu Stefie Maylani Kurnia Karyana 80 75 80 78,33
32 Putu Anya Oka Putri 82 74 83 79,67
33 Putu Dena Gayatri Pramesti 75 72 77 74,67
34 Putu Giza Surya Putri 78 76 74 76,00
35 Putu Irayanti Putri Wirawan 84 79 87 83,33
36 Putu Reisha Devi Rahyuda 80 75 80 78,33
37 Ngakan Putu Ngurah Raditya Indrasta 82 74 83 79,67
Nilai
Tes Nilai Hasil
No Nama
Tugas I Tugas II Akhir Belajar
Siklus
38 A.A. Istri Agung Sasikirana Naura Yudasmara 75 72 77 74,67
39 Komang Andini Sri Budiani 78 76 74 76,00
40 Ida Bagus Ravindra Sivananda 81 84 87 84,00
41 I Nyoman Primastana 80 77 80 79,00
42 Dealova Baby Diecaprithya 82 76 83 80,33
∑x 3299,33
N 42,00
X 78,56
Kategori Tidak
Tuntas
Lampiran 3:

Hasil perhitungan hasil belajar peserta didik kelas IX-A di Tindakan Siklus II

Nilai
Tes Nilai Hasil
No Nama
Tugas I Tugas II Akhir Belajar
Siklus
1 Agung Febryan Putra Haryanto 88 82 86 85,33
2 Anak Agung Ayu Sitha Putri Wiratama 84 84 88 85,33
3 Anak Agung Gde Krisna Kesumawijaya 88 88 88 88,00
4 Anak Agung Istri Agung Putri Gayatri 88 92 80 86,67
5 Anak Agung Istri Vina Destriana Wisaputri 78 78 80 78,67
6 Anak Agung Ngurah Indra Surya Putra 86 86 84 85,33
7 Anak Agung Sagung Gania Dinata Adiyasa Putri 88 88 84 86,67
8 Dewa Gde Alven Deva Nanda Winatha 84 82 82 82,67
9 Geovany Bramanthya Samuel Sihombing 88 84 86 86,00
10 I Gede Apriananta 88 88 88 88,00
11 I Gede Bayu Jayastra 78 92 80 83,33
12 I Gusti Agung Ngurah Krisna Rajendra Wibawa 86 78 84 82,67
13 I Gusti Ayu Kirana Aishvatari Angligan 88 86 80 84,67
14 I Gusti Ayu Nairiswari Bhava 84 88 80 84,00
15 I Kadek Bayu Mahardika Suputra 88 82 88 86,00
16 I Kadek Cikal Pawitra 88 84 92 88,00
17 I Nyoman Gede Prajnam Magha Vadantha 78 88 88 84,67
Nilai
Tes Nilai Hasil
No Nama
Tugas I Tugas II Akhir Belajar
Siklus
18 I Putu Nathan Pariana Edy 86 92 84 87,33
19 Ida Bagus Acharya Mahara Sidharta 88 78 86 84,00
20 Ida Bagus Agung Krisna Adi Putra 84 86 82 84,00
21 Ida Bagus Dharmaputra Keniten 88 88 84 86,67
22 Komang Aruna Gio Pranata 88 82 94 88,00
23 Komang Ayu Budi Lestari Dewi 78 81 88 82,33
24 Komang Kartika Maharani 86 88 88 87,33
25 Luh Diva Regina Putri 88 92 78 86,00
26 Made Ivan Daniswara 76 78 80 78,00
27 Najwa Permatahati Dewi Ibrahakem 88 86 92 88,67
28 Nanda Mettacittena Wijayanti 88 88 88 88,00
29 Ni Kadek Juniar Paramita 78 78 82 79,33
30 Ni Komang Vindya Yunita Riring 86 84 88 86,00
31 Ni Putu Stefie Maylani Kurnia Karyana 88 88 88 88,00
32 Putu Anya Oka Putri 84 92 78 84,67
33 Putu Dena Gayatri Pramesti 88 78 86 84,00
34 Putu Giza Surya Putri 88 86 92 88,67
35 Putu Irayanti Putri Wirawan 78 88 88 84,67
36 Putu Reisha Devi Rahyuda 86 82 82 83,33
37 Ngakan Putu Ngurah Raditya Indrasta 88 84 84 85,33
Nilai
Tes Nilai Hasil
No Nama
Tugas I Tugas II Akhir Belajar
Siklus
38 A.A. Istri Agung Sasikirana Naura Yudasmara 84 88 88 86,67
39 Komang Andini Sri Budiani 88 92 92 90,67
40 Ida Bagus Ravindra Sivananda 83 78 78 79,67
41 I Nyoman Primastana 78 86 86 83,33
42 Dealova Baby Diecaprithya 86 88 88 87,33
∑x 3578,00
N 42
X 85,19
Kategori Tuntas
Lampiran 4:

INSTRUMEN OBSERVASI
KEMAMPUAN GURU DALAM PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN BAHASA BALI

Nama Pendidik : .............................................................................................................


Tunjukkan hasil pengamatan saudara terhadap kesesuaian kemampuan guru dalam penerapan
model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Bahasa Bali dengan mengisi tanda
(√) pilihan jawaban berikut.
SS : Sangat Sesuai
SE : Sesuai
CS : Cukup Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai

Pilihan Jawaban
No Komponen Pengamatan
TS KS CS SE SS
1 Fase 1 (Orientasi Peserta didik pada Masalah)
a. Guru menyampaikan cakupan materi dan
penjelasan uraian kegiatan pembelajaran.
b. Guru memberikan orientasi terhadap materi yang
akan dipelajari berupa pendahuluan atau
pengantar.
c. Guru menyajikan permasalahan awal untuk
diamati peserta didik.
d. Peserta didik melakukan pengamatan dan tanya
jawab hasil pengamatan.
e. Guru menyiapkan peserta didik untuk
dikelompokkan secara heterogen.
2 Fase 2 (Menggorganisasi Peserta didik)
a. Guru membenuk kelompok dengan anggota yang
adil secara jumlah
b. Jumlah peserta didik dalam setiap kelompok
antara 4-5 orang
Pilihan Jawaban
No Komponen Pengamatan
TS KS CS SE SS
c. Guru mendistribusikan permasalahan untuk
didiskusikan peserta didik secara kolaboratif
d. Guru memastikan perbedaan setiap permasalahan
yang dibahas kelompok
e. Peserta didik diberikan kesempatan mengakses
berbagai sumber untuk memperoleh informasi
sebagai upaya pemecahan masalah dalam
kelompok
3 Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan
kelompok)
a. Peserta didik secara berkelompok berdiskusi dan
fokus memecahkan permasalahan kelompok
sesuai dengan materi yang diperoleh
b. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menyajikan hasil laporan
c. Guru mendorong untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai
d. Guru memotivasi peserta didik agar mampu
memecahkan suatu permasalahan yang diberikan
e. Guru memberikan bantuan berupa penggalian
informasi yang diperlukan atau yang terdapat
dalam masalah tersebut.
4 Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya)
a. Guru memfasilitasi peserta didik secara
berkelompok memaparkan hasil tugas
kelompoknya dengan mempresentasikan
b. Peserta didik dalam mempresentasikan hasil
tugas kelompoknya dengan melibatkan seluruh
anggota kelompok
Pilihan Jawaban
No Komponen Pengamatan
TS KS CS SE SS
c. Guru memfasilitasi peserta didik dari anggota
kelompok yang berbeda untuk menanggapi hasil
pemaparan anggota kelompok presenter.
d. Guru memfasilitasi sesi tanya jawab dengan cara
mengomunikasikan pemecahan masalah yang
dibahas setiap kelompok
e. Peserta didik secara berkelompok menyimpulkan
hasil tugasnya masing-masing
5 Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah)
a. Guru memfasilitasi peserta didik jika mengalami
kesulitan dan memberikan klarifikasi jawaban
b. Guru memfasilitasi jika terjadi kesalahan
informasi, konfirmasi terhadap jawaban peserta
didik dalam diskusi dengan meluruskan jawaban
yang kurang tepat
c. Guru memberikan umpan balik atas proses
pembelajaran dan hasil kelompok
d. Guru memberikan penghargaan/ reward atas hasil
penyajian kelompok dan tanya jawab peserta didik
secara individual
e. Guru bersama peserta didik melakukan refleksi
terhadap pelaksanaan pembelajaran melalui tanya
jawab secara klasikal tentang manfaat yang
diperoleh siswa dalam pembelajaran hari ini.
Lampiran 5:
INSTRUMEN EVALUASI
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PENERAPAN MODEL
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN BAHASA
BALI

Soal:
1. Basa rinengga sanē dados rerasmēn wiadin panglengut basa, rikala mababaosan kalih
magonjakan sareng pasawitran tur kaanggēn piranti ngamedalang daging pikayunan
ritatkala mapupul kawastanin ….
a. Drama
b. Pidarta
c. Paribasa Bali/ Basita Paribasa
d. Darma Wacana
2. Sesonggan yēning ring Bahasa Indonesia pateh sekadi ….
a. Perumpamaan
b. Pepatah
c. Teka-teki
d. Pantun
3. Yēning dadi tiang nawang, buka sasongganē “ada andus ada api”. Napi teges sesonggan
punika ….
a. Nyelēkang timpal
b. Ngajahin anak suba dueg
c. Kebus bara
d. Ada pikobet ada anē ngranayang
4. Buka Rodanē malinder, selegenti betēn ba duuran. Suksman sesenggakanē ring ajeng
inggih punika ….
a. Sekadi anakē sanē corah, raris nuturang maling.
b. Sekadi anakē maurip, janten slegenti suka kalawan dukanē kapanggih.
c. Sekadi anakē sanē manyama padidian.
d. Sekadi anakē sanē barēs, lantas anggon pedidina tuara ada.
5. Gedē Raka lekad buka batun buluanē, ngelintik tuah abesik. Suksman lengkara sanē
macētak tebel inggih punika ….
a. Gedē Raka wantah anak muani
b. Gedē Raka sampun kelih
c. Gedē Raka kaucap maling
d. Gedē Raka idup tuah pedidi
6. Seledētnē galak kadi tatit. Lengkara punika marupa ….
a. Sesenggakan
b. Sesawangan
c. Sesonggan
d. Sloka
7. Kulitnē … kadi langsat.
a. Selem badeng
b. Barak biing
c. Putih gading
d. Polēng
8. Buka slokanē,nundunin macan medem.
Suksman sloka ring ajeng inggih punika….
a. Sekadi anakē sanē tumben sugih
b. Sekadi anakē sanē nantangin musuh sanē sampun nengil
c. Sekadi anakē sanē nēnten uning ring tata karma
d. Sekadi anakē sanē nēnten uning ring iwang teken patut
9. Akéh soroh Paribasa ring Bali inggih punika ….
a. 16
b. 17
c. 15
d. 18
10. Sesawangan yéning ring Bahasa Indonesia pateh sekadi ….
a. perumpamaan
b. pepatah
c. teka-teki
d. pantun
11. Buka sasonggané “ada mas selakané tan paguna”. Napi teges sesonggan punika ….
a. Maang ngidih anak ané suba ngelah.
b. Ngajahin anak suba dueg.
c. Ada pikobet ada ané ngaranayang.
d. Ada barang anyar barang ané tua sing karunguang.
12. Buka Rodané malinder, selegenti betén ba duuran. Basita Paribasa punika marupa
soroh….
a. sesawangan
b. sesenggakan
c. bladbadan
d. sloka
13. Tayungané lemuh buka busungé amputang. Lengkara punika marupa ….
a. sesenggakan
b. sesawangan
c. sesonggan
d. sloka
14. Buka slokané, apa ané pamula, keto ané kapupu. Lengkara punika kawastanin ….
a. sesonggan
b. sloka
c. sesenggakan
d. sesawangan
15. Ané magaé di kantorné Pak Wayan tuah panyamané dogén. Buka sesenggakané ….
a. Buka bikulé pisuhin
b. Buka bantené masorohan
c. Buka bukité johin
d. Buka goaké ngadanin iba
16. Suarané … kadi sunari ampehang angin.
a. cenik
b. saru gremeng
c. jangih
d. gedé
17. Buka slokané,awak beduda nagih madain geruda.
Suksman sloka ring ajeng inggih punika….
a. Sekadi anaké sané tumbén sugih.
b. Sekadi anaké sané tiwas, makeneh nandingin anak sugih.
c. Sekadi anaké sané nénten uning ring tata karma.
d. Sekadi anaké sané nénten uning ring iwang teken patut.
18. Uratiang lengkara ring sor puniki!
“ Sabilang Luh Sari magending makejang anake angob, suarane luir sunarine tempuh
angin.”
Lengkara ring ajeng madaging Paribasa Bali marupa....
a. Sloka
b. Sesawangan
c. Sesonggan
d. Sesenggakan
19. “ Tusing bani tiang maang ngidih pipis, nyanan orahanga tiang ngentungang uyah ke
pasih. ”
Lengkara ring ajeng madaging Paribasa Bali sane suksmane ....
a. Anake ane dana, tur demen nulungin, pastika liu ane teka ngidih tulung.
b. Anake ane demen ngomong sakewala tusing ada pakaryane.
c. Anake sane mapi-mapi ngicen barang utawi arta ring anake sugih.
d. Anake ane demen ngomongang timpal.
20. “ Disubane tamat SMA, Luh Ayu nagih ngelanturang kuliah ke Denpasar. Meme Bapane
ane tuah magae dadi petani, mautsaha nyulih pipis di LPD anggona mayah kuliahne Luh
Ayu. Timpal-timpalne Luh Ayu liunan mula anak sugih. Liu ane ngaba hp canggih, kanti
ngaba mobil. Luh Ayu dot magaya cara timpalne, ambul-ambul ia teken reramane apang
nyak meliang hp canggih lan mobil. Sebet pesan reramane sawireh ngelah pianak buka
keto.”
Yening analisis ilustrasi punika manut Paribasa Bali, Luh ayu buka slokane ....
a. Apa ane pamula, ketu ane kapupu.
b. Nundunin macan medem.
c. Awak beduda, makeneh madain geruda.
d. Tusing ada bangke mapilih sema.

KUNCI JAWABAN:
1. C 11. D
2. B 12. B
3. D 13. B
4. B 14. B
5. D 15. B
6. B 16. C
7. C 17. B
8. B 18. B
9. A 19. C
10. A 20. C

Anda mungkin juga menyukai