Anda di halaman 1dari 9

Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual Bahasa

Indonesia Berbasis Pendidikan Karakter Siswa SMP di Bali:


Sebuah Kajian Etnopedagogi Melalui Revitalisasi Kearifan
Lokal

Nyoman Merdhana, Wayan Rasna, IB Sutresna

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran kontekstual Bahasa Indonesia
berbasis pendidikan karakter siswa SMP di Bali dengan dasar kajian etnopedagogi melalui revitalisasi
kearifan lokal. Untuk tahap awal penelitian ini bertujuan memeperoleh gambaran tentang kesessesuaian
isi kurikulum dengan pembelajaran di sekolah, respon siswa terhadap model pembelajaran, dan
trwujudnya draf model pembelajaran. Dengan mengunakan metode deskriptif data dikumpulkan dengan
observasi, pencatatan dokumen dan tes terhadap guru dan siswa dari 10 SMP sampel. Hasil yang
diproleh adalah masih lemahnya pemahaman guru dalam menyikapi isi kurikulum yang dikembangkan
dalam RPP-nya. Dalam performansinya juga tampak guru kurang memerhatikan aspek kontekstual
pembelajaran bahasa Indonesia, baik dalam proses sebagai model pembelajaran, maupun isi materi
pelajaran. Terkait dengan isi guru belum mengaitkan materi pelajaran bahasa Indonesia dengan konteks
local (kearifan local), konteks keilmuan (desiplin ilmu lain) , konteks social (karakter). Hasil belajar siswa
terhadap bahasa Indonesia masih rendah. Respon siswa masih belum memuaskan terhadap model
pembelajaran yang diterapkan guru selama ini.

Kata kunci : model pmbelajaran, kontekstual, pendidikan karakter, kearifan lokal

kenestapaan umat manusia sehingga


perkembangan sains dan teknologi itu
1. PENDAHULUAN harus dibingkai dengan nilai budaya
1.1 Latar Belakang karakter bangsa.

Rencana Induk Penelitian (RIP) Penelitian yang bertema


Universitas Pendidikan Ganesha dengan pendidikan karakter dan literasi budaya ini
peta jalan berupa tahapan: (1) Kondisi dengan subtema /topik pengembangan
eksisting (2007-2011), (2) masa model pendidikan nilai perlu dilakukan
pemantapan (2012 – 2016), dan (3) masa sebagai riset yang mengkaji
pengembangan (2016-2020) (RIP pengembangan keilmuan ilmu pendidikan
Undiksha, 2012 : 22-24). Tahun 2012 dan analisis konsep ilmu pendidikan yang
adalah masa pemantapan yang mencakup terkait dengan makropedagogik. Sejalan
bidang riset unggulan dan riset dengan hal ini, implementasi perilaku
nonunggulan. sebagai wujud nyata makropedagogik perlu
mendapat perhatian serius seperti sikap
Penelitian yang diberi judul saling menghormati dan saling menghargai,
Pengembangan Model Pembelajaran tenggang rasa, tepa salira, menjunjung
Kontekstual Bahasa Indonesia Berbasis tinggi nilai kemanusiaan, membina
Pendidikan Karakter Siswa SMP di Bali : kerukunan beragama, membela kebenaran,
Sebuah Kajian Etnopedagogi Melalui mengembangkan rasa cinta tanah air.
Revitalisasi Kearifan Lokal termasuk ke Perilaku ini tidak sekonyong-konyong
dalam riset unggulan sesuai dengan RIP dapat terjadi, apabila tidak ditanamkan
Undiksha 2012. Riset unggulan dengan sejak kelahiran seorang anak manusia.
program strategis Pendidikan Nilai dan Penanaman sikap dan nilai adiluhung yang
Karakter ini bertema Pendidikan Karakter terresapkan itu membutuhkan proses
dan Literasi Budaya. Pengembangan panjang dan mentradisi dalam kehidupan
pendidikan berbasis nilai dan karakter (Setyani, 2012 : 3). Hal inilah yang tidak
mengakomodasi perkembangan sains dan ada sehingga mengakibatkan situasi
teknologi. Pesatnya perkembangan sains masyarakat Indonesia carut- marut.
dan teknologi yang memang dibutuhkan,
dapat berdampak kemaslahatan dan

224
Situasi masyarakat bahkan situasi Kontekstual di SMP : Sebuah Kajian
pendidikan di Indonesia menjadi motivasi Etnopedagogi ini dilaksanakan.
pokok pengarusutamaan (mainstreaming)
implementasi pendidikan karakter di 1.2 Masalah Penelitian
Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia Berdasarkan latar belakang
dirasakan amat perlu pengembangannya tersebut, rumusan masalah penelitian yang
bila mengingat makin meningkatnya ingin dipecahkan pada tahun pertama ini
tawuran antarpelajar, serta bentuk-bentuk adalah sebagai berikut ini.
kenakalan remaja lainnya, terutama di kota-
kota besar, pemerasan / kekerasan (1) Bagaimana kesenjangan antara tujuan
(bullying) kecenderungan dominasi senior menurut kurikulum dengan fakta di
terhadap yunior, fenomena seporter bonek, lapangan.
penggunaan narkoba. Bahkan yang paling (2) Bagaimana respon siswa atas
memprihatinkan keinginan untuk pelaksanaan pembelajaran kontekstual
membangun sifat jujur pada anak-anak bahasa Indonesia di SMP.
melalui kantin kejujuran di sejumlah (3) Bagaimana membuat rancangan model
sekolah, banyak yang gagal. Banyak usaha pembelajaran kontekstual bahasa
Kantin Kejujuran yang bangkrut karena Indonesia sebagai draf awal yang
belum bangkitnya sikap jujur pada anak- berbasis pendidikan karakter siswa
anak (Samani dan Hariyanto, 2012 : 2). SMP di Bali ?.
1.3 Tujuan Penelitian
Dampak multidemensi itu Tujuan penelitian yang ingin dicapai
menyebabkan Indek Pembangunan selama tahun pertama ini aalah sebagai
Manusia, IPM (Human Development Index, berikut.
HDI) Indonesia akhir-akhir ini selalu
berkutat di sekitar 110 dan terendah di (a) Mengetahui kesenjangan tujuan
antara negara-negara ASEAN, seperti kurikulum dengan fakta di lapangan,
terlihat pada tabel 02 berikut ini. (b) mengetahui respon siswa atas
pelaksanaan pembelajaran kontekstual
Lebih lanjut, harian Kompas bahasa Indonesia
terbitan Senin, 20 Juni 2011 menulis (c) mengembangkan rancangan model
Kerusakan MoralMencemaskan sebagai pembelajaran kontekstual bahasa
headline yang terpampang di halaman Indonesia berbasis pendidikan karakter,
depan Berita tersebut menyebutkan bahwa: sebagai draf awal (tujuan tahun
(1)Sepanjang 2004 – 2011 Kementerian pertama)
Dalam Negeri mencatat 158 kepala daerah
yang terdiri atas gubernur, bupati, dan wali 1.4 Urgensi Penelitian
kota tersangkut korupsi. (2) 42 Anggota Urgensi penelitian ini ialah
DPR terseret korupsi pada kurun waktu mendapatkan solusi berupa model
2008 – 2011; (3) 30 anggota DPR periode pendidikan karakter bangsa yang sedang
1999 – 2004 dari 4 parpol terlibat kasus carut-marut melalui model pembelajaran
dugaan suap pemilihan Deputi Gubernur kontekstual bahasa Indonesia.
Senior BI; (4) Kasus Korupsi terjadi di
sejumlah institusi seperti KPU, Komisi Temuan yang ditargetkan adalah
Yudisial, KPPU, Ditjen Pajak, dan Bank dihasilkannya Model Pembelajaran
Indonesia. Kontekstual Bahasa Indonesia Berbasis
Pendidikan Karakter Siswa SMP.
Kasus tindakan curang juga terjadi
dalam dunia pendidikan seperti menyontek, 1.5 Kontribusi Hasil Penelitian
dan mencontoh pekerjaan teman adalah Terhadap Ilmu Pengetahuan.
kejadian sehari-hari. Bahkan Kompas Kontribusi hasil penelitian ini terhadap
Senin, 20 Juni 2011 mengungkapkan ilmu pengetahuan ialah memberikan
bahwa plagiat terjadi di sejumlah perguruan pengembangan model pendidikan karakter
tinggi antara lain di Bandung, Gorontalo, yang telah ada, yaitu melalui model
Yogyakarta dan Jakarta. Seorang pembelajaran kontekstual Bahasa
akademikus yang melakukan plagiat atau Indonesia. Di samping memberikan
seorang siswa yang menyontek adalah kontribusi kepada Riset Unggulan Undiksha
identik dengan korupsi. (Samani dan dengan program Strategis Pendidikan Nilai
Hariyanto, 2012 : 5). Sebab itu, penelitian dan Karakter dengan tema Pendidikan
Pengembangan Model Pembelajaran Karakter dan Literasi Budaya.

225
2. TINJAUAN PUSTAKA dunia akademis. Pendidikan karakter
2.1 State of the Art merupakan materi yang baru dilaksanakan
Kesadaran perlunya pembelajaran oleh Kemdikbud setelah pemerintah
kontekstual dalam pembelajaran didasarkan menyadari kondisi karakter bangsa ini.
oleh adanya kenyataan bahwa sebagian Sebab itu, tidaklah mengherankan jika
besar siswa tidak mampu menghubungkan penelitian karakter masih jarang bahkan
antara apa yang mereka pelajari dengan cukup sulit ditemukan. Atas hal ini,
bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan penelitian pembelajaran kontekstual
nyata (Muslich, 2007 : 40). Hal ini tak bisa bahasa Bali akan digunakan sebagai
dilepaskan dari konsep learning to learn yaitu penelitian yang relevan. Sebab bahasa,
bagaimana pelajar mampu menggali informasi khususnya bahasa Indonesia merupakan
yang ada di sekitarnya. (Trianto, 2008 : 2). Hal salah satu bagian pendidikan karakter,
ini mengindikasikan bahwa proses bahkan memegang peranan sangat
pembelajaran berlangsung alamiah dalam penting. Beberapa jenis penelitian yang
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami terkait seperti yang dilakukan oleh Astrini
bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke (2009), Budawati (2009), Juliani (2007) dalam
siswa (Trianto, 2008:10). Sebab itu, bentuk penelitian deskriptif dan PTK.
pembelajaran kontekstual merupakan suatu
konsepsi yang membantu guru Ada beberapa hasil penelitian
menghubungkan konten / materi ajar dengan pembelajaran konstekstual yang tidak
situasi dunia nyata (Blanchard, 2001). berkaitan dengan bahasa Bali juga,
seperti yang dilakukan oleh Wendra
Pernyataan di atas memberikan (2009), dan Nurjaya (2007).
gambaran bahwa pembelajaran kontekstual
membuat siswa aktif dalam kegiatan yang 2.2 Etnopedagogi
bermakna yang diharapkan dapat membantu Etnopedagogi adalah praktek
siswa untuk menghubungkan pengetahuan pendidikan berbasis kearifan lokal dalam
yang diperoleh di kelas dengan konteks situasi berbagai ranah seperti pengobatan, seni
kehidupan nyata. (Puirayasa, 2007 :13). bela diri, lingkungan hidup, pertanian,
Sehubungan dengan hal ini, maka kegiatan ekonomi, pemerintahan, sistem
belajar-mengajar dalam berbagai konteks, penanggalan. Etnopedagogi memandang
belajar dari sesama teman dan kelompok pengetahuan atau kearifan lokal (local
menjadi penting (Blanchard, 2004). knowledge, local wisdom sebagai sumber
Pembelajaran kontekstual sangat sesuai inovasi dan keterampilan yang dapat
dengan kurikulum berbasis kompetensi. Lebih diberdayakan demi kesejahteraan
lanjut ditegaskan bahwa pendekatan masyarakat (Alwalsilah, 2009 : 50-51).
kontekstual yang diperlukan kepada guru Tilaar (2004) menjelaskan pengenalan
adalah konsep belajar yang membantu guru budaya lokal kepada peserta didik sangat
mengaitkan materi yang diajarkannya dengan diperlukan sehingga mereka dapat
situasi dunia nyata siswa (Dirjen Diknasmen, menghayati budaya dan dirinya sendiri. Hal
2002 : iii). Pendekatan kontekstual memiliki ini berarti budaya tidak pernah lepas dari
tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme, proses pendidikan (Pidarta, 1997).
inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya 2.3.1 Kajian Kearifan Lokal
(Trianto, 2008 : 25). Teori belajar yang Kearifan lokal sering disebut dengan
melandasi pembelajaran kontekstual adalah local wisdom, local genius atau local
teori belajar kontruktivisme, teori knowledge (Purna, 2010 : 2). Setelah
perkembangan kognitif Piaget, metode pemberlakuan Undang-Undang Otonomi
pengajaran John Dewey, teori pemrosesan daerah Nomor 22/1999, kearifan lokal semakin
informasi, teori belajar bermakna David diwacanakan. Hobsbown (1983) dalam
Ausubel, teori penemuan Jerome Bruner, dan Mudana (2003) mendefinisikan kearifan lokal
teori pembelajaran sosial Vygotsky (Trianto, yaitu sebagai seperangkat praktek yang
2008 : 40-56), Rusman, 2011 : 189, Johnson, biasanya ditentukan oleh aturan-aturan yang
2011 : 31). diterima secara jelas atau samar-samar
maupun suatu ritual atau sifat simbolik, yang
2.2.1 Tinjauan Penelitian yang Relevan ingin menanamkan nilai-nilai dan norma-
norma perilaku tertentu melalui pengulangan,
Tinjauan hasil penelitian yang secara otomatis mengimplikasikan
pembelajaran pontekstual bahasa Bali adanya keseimbangan dengan masa lalu
sebagai bagian pendidikan karakter (Purna, 2010 : 2). Kearifan lokal difungsikan
telah banyak mendapat perhatian di untuk penanaman nilai dan norma perilaku

226
untuk mengendalikan perilaku negatif kamu. (Sudirga, dkk, 2009 : 99). Semua
manusia. Kearifan lokal ini telah terpinggirkan manusia adalah saudara yang harus bergerak
oleh pelaksanaan program pembangunan demi mencapai kemajuan dan
masyarakat oleh pemerintah maupun pihak menghancurkan kejahatan.
lain yang secara aktif memperkenalkan
pengetahuan barat. Hal ini menimbulkan 2.3 Pendidikan Karakter
kekhwatiran bahwa pengetahuan baru akan Pendidikan karakter adalah upaya
menggantikan bahkan menghapus kearifan terencana untuk memfasilitasi peserta didik
lokal (Choesin, 2002 : 1). Pada hal kearifan mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-
lokal mampu menata kehidupan masyarakat nilai karakter secara terintegrasi dalam proses
karena diwadahi dari sistem kepercayaan pembelajaran semua mata pelajaran, kegiatan
(relegi dan upacara keagamaan (Purna, 2010 : pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan
3), karena kepercayaan mempunyai kekuatan sekolah pada semua bidang urusan
di luar kemampuan manusia (Razali, 1987 : (Kemdiknas, 2011: 2). Hal ini menunjukkan
11). Kepercayaan inilah yang mengatur bahwa pendidikan karakter adalah suatu
tingkah laku manusia, apabila jika ditambah sistem pena naman nilai-nilai karakter kepada
dengan pengalaman (Geertz, 2000: 50 – 51). warga sekolah yang meliputi komponen
Agama dalam hal ini masuk dalam kategori pengetahuan, kesadaran, atau kemauan dan
sistem sosial. Sebagai sistem sosial, agama tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
adalah fenomena sosial yang diyakini oleh tersebut (Aqib, dan Sujak, 2011 : 3).
penganutnya yang berporos pada kekuatan
nonempiris yang dipercayai dan Kedua pengertian pendidikan karakter
didayagunakannya untuk mencapai tersebut menunjukkan bahwa character isn‘t
keselamatan diri dan masyarakat luas inherited. One builds its daily by the way one
(Hendropuspito, 1990 : 34). thinks and acts, thought by thought, action by
action (karakter tidak diwariskan, tetapi
Berpegang pada konsep Geertz sesuatu yang dibangun secara
tentang kepercayaan yang ditambah dengan berkesinambungan hari demi hari, melalui
pengalaman akan mengatur tingkah laku pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran,
manusia dan konsep Hendropuspito bahwa tindakan demi tindakan (Samani dan
agama yang berporos pada kekuatan Hariyanto, 2012 : 41). Sebab itu pendidikan
nonemperis didayagunakan untuk mencapai karakter merupakan proses yang
keselamatan diri dan masyarakat luas, maka berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never
seyogyanya pembelajaran agama yang ending process), sehingga menghasilkan
berbasis kearifan lokal mendapat tempat perbaikan kualitas yang berkesinambungan
tersendiri. Sebab, kearifan lokal menjadi acuan (continous quality improvement), yang
masyarakat dalam berkehidupan yang meliputi ditujukan pada terwujudnya sosok manusia
1) tata aturan hubungan antar manusia, 2) tata masa depan, dan berakar pada nilai-nilai
aturan hubungan manusia dengan alam, dan budaya bangsa (Mulyasa, 2011 1-2). Kesuma
tata aturan hubungan manusia dengan Tuhan dkk (2011 : 5-6) menyebutkan bahwa
(Ahmad, 2010 : 4). Pernyataan Ahmad ini pendidikan karakter adalah pembelajaran yang
persis sama dengan kearifan lokal Bali yang mengarah pada penguatan dan
dikenal dengan istilah ―Tri Hita Karana (tiga pengembangan perilaku anak secara utuh
sumber kesejahteraan manusia), (Suhardana, yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang
2006 : 50). dirujuk oleh sekolah.

Pelaksanaan ―Tri Hita Karana‖ Pendidikan karakter diartikan sebagai


sebagai salah satu kearifan lokal Bali ini akan the deliberate us of all demensions of school
ikut mengawal harmoni sosial dalam rangka life to foster optimal character development
menjaga integrasi bangsa. Apalagi Indonesia (Usaha kita secara sengaja dari seluruh
adalah negara yang majemuk baik dilihat dari demensi kehidupan sekolah untuk membantu
etnisitas, agama maupun budaya. Oleh karena pengembangan karakter secara optimal). Hal
itu, pemerintah dan masyarakat hendaklah ini berarti bahwa untuk mendukung
mengawal integrasi bangsa (Lubis, 2010:21). perkembangan karakter peserta didik harus
Kearifan lokal yang kedua adalah melibatkan seluruh komponen sekolah baik
Ahimsa (anti kekerasan). Kearifan aspek isi kurikulum (the content of the
lokal yang lain adalah Tat Twam Asi curiculum) proses pembelajaran (the procces
(persaudaraan universal = perikemanusiaan). of intruction), kualitas hubungan (the quality of
Secara leksikal tat berarti dia, twam berarti relationships), penanganan mata pelajaran
kamu, dan asi berarti adalah jadi tat twam asi (the handling of dicipline), pelaksanaan
berarti dia adalah kamu atau saya adalah

227
aktivitas kokurikuler, serta etos seluruh yang perlu dijabarkan, masalah apa yang
lingkungan sekolah (Zubaedi, 2011 : 14) ada pada guru, siswa, sekolah dalam
upaya mengungkap berbagai fenomena
Pendidikan karakter memiliki makna terkait fokus masalah ini. Hal ini diperlukan
yang lebih tinggi dari pendidikan moral agar akhir tahun I dapat dihasilkan draf
(Mulyasa, 2011 : 3) sebab, pendidikan karakter awal model pembelajaran.
bukan sekedar mengajarkan mana yang benar
dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
karakter menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal yang baik sehingga peserta didik Populasi penelitian ini ialah siswa
menjadi paham (kognitif) mana yang benar SMP, guru-guru SMP di Kabupaten / Kota
dan mana yang salah, mampu merasakan di Bali. Pengambilan sampel penelitian
(afektif) nilai yang baik dan biasa dilakukan dengan teknik stratified random
melakukannya (psikomotor) (Kemdiknas, 2011 sampling. Penelitian tahun I (Tahun 2015)
: 1). Hal ini berarti pendidikan karakter bukan sampel siswa dan guru diambil dari semua
hanya bukan hanya karakter yang baik (moral kabupaten / kota. Sebaran jumlah sampel
knowing) akan tetapi juga merasakan dengan pada masing-masing kabupaten / kota
baik atau loving good (moral feeling) dan adalah wilayah utara (Buleleng), wilayah
perilaku yang baik (moral action). Pendidikan timur (Klungkung), wilayah Selatan
karakter menekankan pada habit atau (Denpasar), wilayah barat (Tabanan), dan
kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan wilayah tengah (Badung). Masing –masing
dan dilakukan (Mulyasa, 2011 : 3 dan wilayah diambil dua sekolah (swasta dan
Kemdiknas, 2011 : 1). negeri). Tiap sekolah dimbil seorang guru
dan 10 siswa.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

Sesuai masalah dan tujuan Data penelitian Tahun I yang akan


penelitian, desain riset yang akan dikumpulkan terdiri atas (a) data analisis
digunakan dalam penelitian ini ialah aspek guru (b) data analisis aspek siswa,
rancangan / desain riset deskriptif berupa dan (c) data analisis isi pelajaran.
desain pengembangan model
pembelajaran . Desain ini digunakan Data Analisis Aspek Guru ini akan
sebagai grant design dengan rentang waktu dikumpulkan dengan observasi terhadap
pelaksanaan selama tiga tahun (2015 – RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran)
2017). dan kesesuaiannya dengan
pelaksanaannya di kelas. Analisis
Pada saat penelitian berjalan akan aspek siswa meliputi kognitif, afektif, dan
digunakan 3 pendekatan yaitu : psikomotor. Aspek kognitif akan
a) Pendekatan yang berkaitan dengan dikumpulkan dengan metode tes. Format
analisis aspek guru. observasi aspek afektif digunakan untuk
Pendekatan ini berisi analisis mengukur / mengetahui praktek perilaku
kesenjangan antara tujuan menurut seseorang.
kurikulum dengan fakta lapangan
menyangkut model, pendekatan, 3.4 Teknik Analisis Data
metode, teknik, bahan dan pokok
bahasan. Sesuai dengan jenis pendekatan dan
b) Pendekatan yang berkaitan dengan karakteristik penelitian ini maka analisis
analisis aspek siswa. data dalam penelitian ini dilakukan dengan
Pendekatan ini berisi analisis keadaan analisis deskriftif kualitatif secara terus-
awal siswa dalam bidang kognitif, menerus dari awal hingga akhir
afektif, dan psikomotor. keseluruhan tahapan penelitian. Tahap
c) Pendekatan yang berkaitan dengan analisis akan diawali dengan penyusunan
analisis isi pelajaran. data yang telah terkumpul, dikategorikan,
Pendekatan ini berisi analisis konsep, pemolaan berdasar konsep kearifan lokal,
analisis pemrosesan informasi, analisis pendekatan kontekstual dan pengungkapan
prosedural RPP dan LKS, dan strategi pengalaman hidup sampaidapat
pembelajaran. dirumuskannya sebuah simpulan.
Ketiga pendekatan ini penting
dilakukan pada Tahun I penelitian ini dalam 4. HASIL PENELITIAN DAN
rangka menggali kenyataan, aspek-aspek PEMBAHASANNYA

228
Berdasarkan hasil yang diperoleh di itu harus tercermin dalam langkah
lapangan tampaknya pembelajaran bahasa pembelajaran yang dirancang. Mereka juga
Indoneia di tingkat satuan pendidikan SMP kurang memahami mewujudkannya dalam
perlu mendapat perhatian lebih daqri mua langkah pembelajaran. Guru juga kurang
pihak, mengingat SMP merupakan banyak memahami unsure yang harus
pendidikan transisi anata pendidikan dicantumkan dalam langkah pmbelajaran,
Sekolah Dasar dengan pendidikan tingkat seperti urutan keegiatan berupa eksplorasi,
SMTA. Perhatian itu tidak cukup engan elaborasi, dan konfirmasi. Jangkauan
mengubah kurikulum saja, tetapi lebih dari konsep istilah itu belum banyak dipahami,
itu ialah gurunya. Guru perlu diberikan sehingga timbul keraguan guru dalam
pemahaman tentang makna dari kurikulum mencantukannya. Tetapi karena ketiga hal
yang akan diterapkan di sekolah. Guru juga itu harus ada, guru mencantumkan saja
perlu diberikan pemahaman tentang walaupun dirasakan belum mantap
merancang dan merencanakan pemahamannya. Dalam merancang
pembelajaran. Lebih lanjut guru perlu evaluasi pembelajaran juga menimbulkan
diberikan pemahaman tentang inovasi- keraguan pada beberapa guru.
inovasi pemblajaran. Pemahaman guru tentang konsep
authenthic assessment, tes komunikatif, tes
Guru tampaknya masih belum apresiatif, penilaian proses, rubric, skala
banyak memahami pembuatan RPP, penilaian, lembar observasi, penilaian
seperti hasil wawancara yang dilakukan karakter (afektif), dan sebagainya masih
peneliti. Para guru lebih banyak belum sempurna benar. Tampaknya
menggunakan RPP yang dibuat oleh orang pengawas belum banyak berperan dalam
lain. Mereka menggunakan RPP yang mengarahkan dan membina para guru.
dirumuskan oleh MGMP, tanpa memahami Pengawas tampaknya hanya lebih banyak
makna yang tertuang dalam rumusan RPP menagih dibandingkan membina. Sebagai
itu. Masih ada guru yang tidak mengerti arti akibatnya guru lebih bayak hanya
dari kompetensi dalam pembelajaran. memenuhi keberadaan perangkat
Mereka banyak yang tidak mengerti pmbelajaran yang harus dibuat tanpa
hubungan antara standar kompetensi dan mampu mempertanggung jawabkan
kompetensi dasar. Demikian pula mengapa harus seperti itu. Apa lagi di
pemahaman tentang indicator dalam kalangan para guru ada beberapa versi
mencapai tujuan pembelajaran. Masalah ini tentang pemahaman perumusan RPP.
juga peneliti temukan pada saat Guru yang kurang kreatif, guru yang tidak
memberikan materi dalam PLPG mau terlalu direpotkan, guru yang kurang
(Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru). mampu, guru yang malas, hanya pasrah
Tidak sedikit guru yang tidak tahu tentang saja dengan apa yang telah dibuat oleh
perbedaan alat pembelajaran, sumber rekannya yang lain dengan mengikuti apa
belajar, dan media pembelajaran seperti adanya. Meereka meembuat RPP hanya
butir yang dituntut dalam RPP. Tidak sedikit untuk memenuhi tuntutan jika ada
pula guru yang tidak mengerti tentang pengawas datang. Dalam pelaksanaan
hakikat metode, teknik, peendekatan, kesehariannya di kelas guru berpatokan
model pembelajaran, dan strateegi pada buku pelajaran yang ada atau
pembelajaran. Kelima istilah itu dimaknai berpatokan pada LKS yang ada sesuai
sama. Sebagai akibatnya tentu dengan materi pelajaran yang dirancang
menimbulkan keraguan guru dalam dalam kurikulum atau silabus. Dari 10 guru
menentukan sikap dalam pelaksanaannya. sampel diperoleh gambaran hanya dua
Pemahaman konsep pembelajaran inovatif orang guru yang belum mengikuti srtifikasi
pun kurang banyak dipahami oleh guru. pendidik dan masa krjanya juga rata-rata
Mereka mencantumkan model-mode sudah 10 tahun lebih. Tampaknya
pembelajaran yang inovatif dalam RPP- tunjangan profesi guru belum mampu
nya, semisal model inkuiri, CTL, meningkatkan kinerja guru secara sigifikan.
konstruktivisme. Tetapi, ketika ditanya Hal ini diakui pula oleh guru-guru yang
tentang pemahamannya tentang konsep blum tersertifikasi. Bahkan ada juga guru
model pembelajaran tersebut mereka yang sudah terserifikasi dan sudah
gelagapan, mreka mengatakan bahwa golongan IV/a kinerjanya justru menurun.
RPP-nya merupakan hasil perumusan yang Mereka merasa nyaman dengan kondisi itu.
dibuat oleh MGMP. Mereka juga tampak Kalaupun mereka berusaha keras untuk
kurang memahami tentang model meningkatkan kinerjanya, toh juga tidakan
pembelajaran yang mereka cantumkan akan membawa perubahan terhadap
dalam bentuk model pembelajaran inovatif

229
dirinya secara financial. Ada pandangan di merasa kecewa karena tidak lulus. Mereka
kalangan masyaakat juga guru yang sudah inginnya lulus saja dengan mengabaikan
tersertifikasi justru menjadi semakin malas kualitas pendidikan. Semuanya
mengajar. dilatarbelakangi harga diri. Seharusnya
mereka menyadari, kalau memang tidak
Terkait dengan kinerja guru di depan mampu kita harus terima secara objektif,
kelas, masih ada guru yang tampil kurang dibandingkan mengorbankan kualitas
memuaskan. Tampaknya mrka bangga pendidikan.
dengan mmberikan ceramah kepada
siswanya dibandingkan memfasilitasi siswa Setelah kelulusan ditentukan oleh
untuk mencari dan menemukan sendiri hal- sekolah, muncul opini di kalangan para
hal yang menjadi topic pembicaraan di siswa, untuk apa lagi kita belajar toh juga
dalam klas. Kebiasaan guru yang mentraisi akan lulus, izasah sudah dicetak koq.
menggunakan mtode ceramah, tanya Dengan kondisi ini dari mana pemerintah
jawab, diskusi, dan tugas sudah menetap, harus memperbaiki kualitas pendidikan ini.
seperti yang terungkap dalam RPP gturu. Sulit dijumpai anak yang tidak lulus. Kalau
Kadang kala ada disisipi model inkuiri atau sudah seperti ini inerja guru dalam
CTL, tetapi tidak dipahami bagaimana pembelajaran, kinerja siswa dalam
pnerapannya di kelas. Mereka hanya pembelajaran, beban orang tua semuanya
pasang saja untuk menunjukkan bahwa dia menjadi melemah dan melemah bahkan
telah menggunakan model pembelajaran mungkin akan pudar. Merosotnya kualitas
yang inovatif. Ketidakseriusan guru dalam pendidikan di Inonesia bukan tidak mungkin
melaksanakan pembelajaran, ketidak menjadikan keterpurukan Indonesia dalam
konsistenan guru dalam beersikap, bidang ekonomi. Pemerintah membayar
kegamangan guru, membuat siswa terbawa mahal untuk meningkatkan kualitas
hanyut pada prilaku tidak percaya terhadap pendidikan di Indonesia. Pemerintah
terhadap peembelajaran. Pembelajaran di menyadari persaingan global ini. Tetapi,
sekolah seakan merupakan ritual belaka usaha ini ditampik oleh masyarakat hanya
dalam menjalani kehidupan. Sistem demi gengsi.
mengangkatan dan penerimaan pegawai
yang tidak lagi mengindahkan prestasi, Dengan ditentukannya kelulusan
membuat para pelajar meerasa tidak oleh pihak sekolah, an pihak sekolah tidak
bergairah dalam belajar. Orientasi mau anak didiknya tidak lulus, prilaku anak
pemikiran dan kegiatan adalah uang. menjaddi semakin manja. Dengan semakin
Sangat sedikit pemikiran dan pelaksanaan manjanya prilaku anak dalam belajar,
diaqbdikan untuk tanggung jawab terhadap sekolah menjadi kehilangan wibawa.
dunia pendidikan. Guru mengadakan Sekolah takut anak disinya banyak tidak
belajar tambahan adalah untuk uang, Guru lulus, itu artinya harus diluluskan semua,
membaut LKS adalah untuk mencari uang, demi gengsi sekolah. Kualitas lulusan,
Guru membuat buku pelajaran adalah peersoalan lain. Kalau sekolah sudah
uantuk uang. Kegiatan seperti ini akan kehilangan wibawa, bagaimana pendidikan
berarti mulia kalau orientasinya bukan uang karakter dilaksanakan untuk mencapai
tetapi tanggung jawab terhadap dunia tujuan pmbentukan akhlak mulia pada anak
pendidikan. didik. Pendidikan di sekolah hanya
seremonial dalam kehidupan, bukan
Ujian nasional ide awalnya adalah penentu keberhasilan kehidupan orang.
untuk mnciptakan kinerja guru, siswa, dan Kehidupan masyarakat masih, khususnya
orang tua menuju kearah yang posistif masyarakat Bali masih kental dengan
dalam meningkatkan karier si anak. Melalui kehidupsn adatnya. Oleh karena itu
ujian nasional ini diharapkan tercipta pendidikan di Bali perlu mmanfaatkan
kualitas pendidikan memiliki daya saing kearifan local. Hal ini sering diabaikan
global. Kelulusan ditentukan melalui ujian dalam dunia pendidikan oleh guru. Betapa
nasional. Para guru, orang tua, dan para masyarakat Bali rela mengorbankan dirinya
siswa seperti kebakaran jenggot. Meereka untuk kehidupan sosialnya. Sudah
selanjutnya memprotes agar kelulusan sepatutnya pendidikan yang dilaksanakan
siswa tidak ditentukan melalui ujian saat ini perlu mempertimbangkan karifan
nasional. Orang tua siswa merasa harga local yang tumbuh dan berkembang pada
dirinya rendah, ketika anaknya tidak lulus tiap=tiap kelompok masyarakat.
ujian nasional. Para guru harga dirinya
direndahkan karena banyak siswanya tidak Sikap siswa terhadap bahasa
lulus dalam ujian nasional. Para siswa Indonesia yang memandangnya sebelah

230
mata terbukti dari hasil tes yang dilakukan. evaluasi itu masih ada
Hasil tes yang telah dilaksanakan sangat kelemahannya.
mengecewakan, sangat rendah. Dari dua (d) Hasil belajar siswa terhadap
puluh lima soal yang diteskan kepada siswa bahasa Indonesia masih rendah.
tidak ada siswa yang memperoleh nilai Respon siswa masih belum
sempurna, walaupun soal yang dibuat memuaskan
berkaiatan dengan penggunaan bahasa
sehari-hari. Kondiwsi ini tentu sangat
mengherankan kita semua. Mengapa 5.2 Saran-saran
bahsa Indonesia yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari menjadikan siswa Dalam usaha tindak lanjut terhadap hasil
sulit untuk memahaminya. Dimana penelitian ini ada semacam harapan yang
sesungguhnya letak kesalahannya. Dengan perlu disampaikan kepada pihak terkait.
rencana diterapkannya Kurikulum 2013
yang meembrikan tambahan jama (a) Perlu ada usaha pengembangan
pelajaran untuk bahasa Indonesia akan model pembelajaran yang
menjamin kemampuan siswa alam beerbasis pendidikan karakter
berbahasa Indonesia menjadi lebih dengan memanfaatkan kekuatan
meningkat. Kita tunggu hasilnya nanti. kearifan local.
Sepanjang sikap siswa terhadap bahasa (b) Perlu secara brkelanjutan diadakan
Indonesia seperti sekarang, peningkatan itu penygaran bagi guru-guru untuk
masih dipertanyakan. memberikan pemahaman tentang
peerencanaan pembelajaran,
5. PENUTUP inovasi pembelajaran, dan evaluasi
5.1 Simpulan pendidikan.
(c) Perlu peningkatan peeran pengawas
Berdasarkan hasil pembahasan pendidikan untuk memberikan
yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan pmbinaan kepada guru secara
sebagai berikut . berkelanjutan.
(d) Perlu penyediaan buku pelajaran
Secara umum dapat disimpulkan bahwa yang mantap yang bisa dijadikan
pelaksanaan pembelajaran bahasa pgangan bagi guru yang kurang
Indonesia di sekolah masih belum seperti mampu.
yang diharapkan baik pada tataran proses (e) Prlu adanya pegangan guru yang
pembelajarannya maupun pada tataran disusun oleh pusat trkait dengan
hasil belajarnya, yang secara khusus dapat perencanaan, pelaksanaan
disimpulkan sebagai berikut ini. pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran
(a) Kemampuan guru dalam
merencakan pembelajaran masih DAFTAR PUSTAKA
banyak yang lemah. Pemahaman
guru masih belum total trhadap Abdullah, Irwan 1994. The Muslim Business of
unsure-unsur yang aada dalam Jatinom : Religius Reform and Economic
RPP. Modernization in Javanese Town.
(b) Strategi guru dalam melaksanakan Disertasi Ph.D. University of Amsterdam.
pembelajaran di kelas juga masih Afit, Zamzami.2001. Pendidikan Budi Pekerti dalam
belum total. Guru tetap Pelayanan Bimbingan Konseling
menggunakan tradisi yang Sekolah ―Makalah Konvensi Nasional XII
IPBI. Bandar Lampung.
dilakukan gurunya ketika ia menjadi
murid. Ada semacam keraguan Ahmad, Zakaria (ed). 1985. Military Civilization
guru dalam menciptakan krativitas Relations in South East Asia. Singapore:
pembelajaran yang kontekstual. Oxford University Press.
Guru belum banyak memanfaatkan Alwasilah, A. Chaedar dkk. 2009. Etnopedagogi
kearifan local dalam pembelajaran. Landasan Praktek Pendidikan dan
Guru juga belum secara total Pendidikan Guru. Bandung : UPI.
melaksanakan pendidikan karakter Asmani, Jamal Ma‘mur.2011. Buku Panduan
bagi siswanya. Internalisasi Pendidikan Karakter di
(c) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran Sekolah. Jogyakarta : Diva Press.
belum dilakukan secara sempurna. Asrtini, Ni Made. 2009. Implementasi Pembelajaran
Pemahaman guru tentang hakikat Kontekstual dalam Proses Pembelajaran
Bahasa Bali di SMP N 1 Mendoyo

231
Kabupaten Jembrana. Tesis : PPS IHDN Penelitian dan Pengembangan
Denpasar. Puskurbuk.
Baal, Van.J.1988. Sejarah dan Pertumbuhan Teori Kertih, I W dan Sukadi. 2006. Konsep Ajeg Bali
Peneliti Budaya. Jakarta: Gramedia. (Hindu) Berbasis Ideologi Tri Hita
Bali Post, 1996. Hilangnya Keakraban Guru-Murid di Karana Dimaknai di Lingkungan
Bali. Sekolah (Studi Etnografi Pendidikan
pada SMA Negeri 1 Ubud, Bali
Blanchard, Alan.2004. Contextual Teaching and sebagai Model SMA Plus Berwawasan
Learning , Http/www.best educational Hindu). Laporan Penelitian (Tidak
Service.com Contextual.pdf. dipublikasikan. Singaraja : IKIP Negeri
Breman, Jan C. 1982. Control of Land Labour in Singaraja.
Colonial Java. Leiden: Koninklijk Institut Kniker, C.R. 1977. You and Values Education.
voor Taal-, Landen Volkenkunde. Columbus : Ohio : Charles E. Merril Publishing
Castles, Lance. 1967. Religion, Politics, and Company.
Economic Behaviour in Java.The Kudus Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat.
Cigarette Industry. Cultural Report Series Yogyakarta : Tiara Wacana.
No. 15 Yale University.
Kridalaksana.2008. Kelas Kata dalam Bahasa
Choesin, Ezra. M. 2002. Connectionsn : Alternatif Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
dalam Memahami Dinamika
Pengetahuan Lokal dalam Globalisasi. Lebelle, Thomas (1983) ―Liberation Development,
―dalam Antropologi Indonesia. Fakultas and Rural Nonformal Education
Ilmu dan Ilmu Politik UI : Yayasan Obor ―Anthropology and Education Quarterly
Indonesia. Vol. 15. No. 1 Hal. 86 – 91.

Depdiknas. 2004b.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Lisnawati, Cucu. 2010. Persepsi Masyarakat


―Ringkasan Kegiatan Belajar – Terhadap Budi Pekerti di Sekolah Sekolah.
Mengajar. Pusat Kurikulum Balitbang http//ww.budi.pekerti.com.pdf.
Depdiknas. Lubis, Ridwandkk. 2004. Buku Penuntun Kerukunan
Dirjen Dikdasmen.2002. Pendekatan Kontektual. Hidup Umat Beraagama. Bandung : Pustaka.Media.
Jakarta : Dikdasmen. Lubis, Ridwan.2010. Kebijakan Pembangunan
Driyarkara, N. 1980. Driyarkaratentang Pendidikan. Agama di Indonesia dalam Lintasan Sejarah.
Yogyakarta: Kanisius. Harmoni ―Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX
Nomor 34 April – Juni 2010.
Efendi, Samsoeri. 1982. Etiket Sopan Santun
Pergaulan Menurut Tatakrama Nasional. Surabaya : Mas, A.A. Gede Raka. 2007. Cerita Rakyat Bali.
Karya Anda. Surabaya : Paramita.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodelogi Penelitian Megawangi. Ratna. Pendidikan Karakter Solusi
Sastra. Yogyakarta : Pustaka Widyatama. yang Tepat Untuk Membangun Bangsa. Jakarta :
BP. Migas.
Esten Mursal. 1985. Tinjauan Tema dan Amanat
serta Latar dan Tokoh Tenggelamnya Miller, Robert. 1984. Transmiting Culture dalam
Kapal Van der Wijck dan Salah Anthropology & Education Quarterly. Vol.
Asuhan. Jakarta : P3B 15 No. 4.

Frondizi, A. 1980. Values, Curriculum, and the Mudana, Gde. 2003. ―Kearifan Lokal dari Wacana
Elementary School. Boston : Houghton Mifflm ke Praksis; (Artikel pada Harian Bali Post. 11
Company. September.

Gamayanti, IL. 2008. Membangun Spiritualisme Muhaimin, Yahya. 1990.Muslim Traders. The
dalam Pendidikan IPS. Makalah. Stillborn Burgeosie‖ Prisma 49: 83-90.
Disampaikan pada Seminar Nasional Mulyan, Rohmat.2004. Mengartikulasikan
dalam Rangka Dies Natalis Ke-44 Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
UNY. Muslich, Masnur. 2007. KTSP.
Geertz, Clifford.2000. Negara Teater. Penerjemah : PembelajaranBerbasis Kompetensi dan
Hartono Hadikusumo Yogyakarta : CV. Adipura. Kontekstual. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hadiwinarto.2009. Hubungan Budi Pekerti dengan Nazar, Yoeniarsih, 1995. Acara TV untuk Anak
Prestasi Belajar Siswa SMA. Jurnal Hanya 14% yang Kena Sasaran. Jakarta: PT. Bumi
Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 15 Aksara.
No. 6, November 2009. Jakarta : Naziali, Shaleh Ahmad. 1986. Pendidikandan
Balitbang Depdiknas. Masyarakat Alih Bahasa Syamsudin. Yogyakarta :
Ikram, Achodiati. 1980. Bunga Rampai Bahasa, Bina Usaha.
Sastra dan Budaya, Jakarta : Intermasa. Nurono
Jalaludin. Prof. Dr. H. 2005. Psikologi Agama.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sundani, 2011. Pokok-Pokok Penting
Kemdiknas 2011.Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat. Ceramah
Pendidikan Karakter. Jakarta : Badan

232

Anda mungkin juga menyukai