Anda di halaman 1dari 6

1

RPP MATAKULIAH
KONSELING MULTIBUDAYA (PBKP615) - 2 SKS/3 JS
PENGAMPU: Andi Mappiare-AT
Sem. Gasal 2016-2017
Deskripsi Matakuliah:
Mahasiswa diharapkan peka, bersikap empati, menghormati keragaman dan
perubahan, serta mampu mengaplikasikan pelayanan BK sesuai dengan kondisi dan
tuntutan wilayah kerja. Untuk menguasai kompetensi tersebut, mahasiswa mengkaji
berbagai teori tentang hakikat budaya dalam konseling lintas budaya dan multibudaya,
hubungan antara budaya dan perilaku, perubahan dan pergeseran budaya, analisis
perilaku dalam konteks budaya, hakikat konseling multibudaya, etika konseling lintas
budaya dan analisis kasus dalam konteks konseling lintas budaya. Selain itu,
mahasiswa juga perlu mengamati dan mengkaji faktor-faktor sosial budaya dan
kaitannya dengan layanan bantuan dan melaporkannya melalui seminar kelas.
Pencapaian kompetensi dapat diuji melalui tes tertulis, observasi dan tugas-tugas
(makalah, kliping, pelaporan kajian pustaka).

Daftar Rujukan:
D’Andrea, M., dan Daniels, J. 2001. Facing the Changing Demographic Structure of Our
Society, dalam Locke, D.C., dan J. E. Myers dan E. L. Herr (Eds.), 2001. The
Handbook of Counseling. London: Sage Publications (h. 529 – 539).
Geertz, C., 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York: Basic
Books.
Goodman, J., 2001. Basic Counseling Skills, dalam Locke, D.C., dan J. E. Myers dan
E. L. Herr (Eds.), 2001. The Handbook of Counseling. London: Sage Publications
(237-254 - 256):
Ibrahim, F.A., 1985. ‘Effective Cross-Cultural Counseling and Psychotherapy: A.
Framework’, dalam The Counseling Psychologist, 4, Vol. 13: 625 – 638.
Katz, J. H., 1985. ‘The Sociopolitical Nature of Counseling’, dalam The Counseling
Psychologist, 4, Vol. 13: 615 – 624.
Kiselica, M.S., dan Ramsey, M.L., 2001. Multicultural Counselor Education, dalam
Locke, D.C., dan J. E. Myers dan E. L. Herr (Eds.), 2001. The Handbook of
Counseling. London: Sage Publications (h. 433 – 451).
MacCluskie, K. 2010. Aquiring Counseling Skills: Integrating Theory, Multiculturalism,
and Self-Awareness. New Jersey: Pearson Education Inc.
Mulder, N. 1992. Individual and Society in Java: a Cultural Analysis. Yokyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Triandis, H.G., 1994. Culture and Social Behavior. New York: NcGraw-Hill, Inc.

Metode
Menggugah – Unik – Kreatif – Inovatif – Distributif – Ilmiah (MUKIDI)
2

Untuk menguasai kompetensi tersebut, mahasiswa mengkaji topik-topik


0. Sasaran akhir kajian: (Ekspositori)
Peka, bersikap empati, menghormati keragaman dan perubahan, serta mampu
mengaplikasikan pelayanan BK sesuai dengan kondisi dan tuntutan wilayah kerja.
1. Berbagai teori tentang hakikat budaya dalam konseling lintas budaya dan
multibudaya: (MacCluskie, 2010: 18-20; 24-36)
1.1. Hakikat budaya, multibudaya, keragaman (diversity), dan etnosentrisme
(Ekspositori)  abstraksi seluruh materi.
1.2. Model-model budaya dalam memahami manusia:
a. Model Ekokultural Keberfungsian Manusia: (Kelompok I)
1). Kerangka Ekokultural oleh J. W. Berry (adaptasi pada latarbelakang
geografi, mengikuti prinsip Darwinian)
2). Model Ekologikal oleh U. Bronfenbrenner (eksistensi perkembangan
manusia sebagai pengalaman sosial ~ internal = definisi diri; dan eksternal =
pemahaman dan pendefinisian orang lain).
b. Model Multikulturalisme D. W. Sue dan D. Sue: dimensi ganda kompetensi
multikultural: ((Kelompok II)
1). Ada 3 realm pada konselor: keyakinan dan sikap, pengetahuan, serta
keterampilan.
2). Realm itu harus berlangsung dalam 3 domain: kesadaran-diri konselor,
pemahaman pandangan dunia secara budaya yang berbeda-beda pada
individu, dan mengembangkan strategi yang sepantasnya.
c. Model Perbedaan Kultural oleh G. Hofstede: perbedaan pola-pikir dan pola-
tindakan sosial manusia berdasarkan rentangan rendah – tinggi pada:
(Kelompok III)
1). Power distance
2). Uncertainty avoidance
3). Individualism (collectivism)
4). Masculinity (Femininity)
5). Long- and Short-Term Orientation.
2. Hubungan antara budaya dan perilaku (siswa/konseli),
a. Pengaruh budaya terhadap agresi, perilaku menolong, dominasi, dan konformitas
(Triandis, 1994: 207 – 234) (Kelompok IV)
b. Pengaruh budaya kolektivisme atau individualisme terhadap perilaku etnis di
Indonesia; misalnya Budaya Kejawen di Jawa (Mulder, 1992); Budaya Hindu-Bali
(Geertz, 1973: 312 - 453) (Kelompok V)
3

Bonus: ‘Sabung ayam’ di Bali disebutkan sebagai simbol “self-operating penises,


ambulant genitals with a life of their own”, bahwa sabung ayam adalah peragaan power
laki-laki selaku anggota sebuah komunitas uniseks (periksa Geertz, C., 1973: 312 - 453).
Interpretasi Geertz itu diulas pula oleh Alvesson dan Skoldberg bahwa sabung ayam
merupakan simbol pertarungan status: “Cockfighting is a status struggle ... in the Balinese
culture, ... these actors conduct their social intercourse” (Alvesson, M., dan Skoldberg, K.,
2000: 97).
3. Perubahan dan pergeseran budaya (dan pengaruhnya pada prilaku siswa/konseli),
(D’Andrea dan Daniels, 2001: 529 – 539) (Kelompok VI)
4. Analisis perilaku (siswa/konseli) dalam konteks budaya, Konselor diharapkan
memahami dimensi sosial-budaya siswa atau konseli dan mengidentifikasi informasi
melalui pertanyaan dalam sejumlah area (Bernard dan Goodyear, dalam Goodman,
2001: 253-254; Triandis, 1994: 144-148): (Kelompok VII)

5. Hakikat konseling multibudaya -- ke arah praktik, (Kelompok VIII)


6. Etika konseling lintas budaya atau multibudaya (MacCluskie, 2010: 11 – 15)
(Kelompok IX)
7. Analisis kasus dalam konteks konseling lintas budaya atau multibudaya. (Kelompok
X)
8. Mengamati dan mengkaji faktor-faktor sosial budaya dan kaitannya dengan layanan
bantuan (Kelompok I s.d. X)
4

SAP dan Skenario Pembelajaran


Matakuliah Konseling Multibudaya

Pert
ke Tujuan Topik Pengalaman Sumber
Belajar
1 2 3 4 5
Peka, bersikap empati,
1 menghormati keragaman Deskripsi kuliah Orientasi
dan perubahan, serta Kuliah
mampu mengaplikasikan Ekspositori
pelayanan BK sesuai
dengan kondisi dan
tuntutan wilayah kerja.
Abstraksi
2 1. Menguasai berbagai Berbagai teori tentang hakikat budaya dalam materi diskusi MacCluskie, 2010:
teori tentang hakikat konseling lintas budaya dan multibudaya Menerima 18-20; 24-36;
budaya dalam 1.1. Hakikat budaya, multibudaya, keragaman tugas
konseling lintas budaya (diversity), dan etnosentrisme Kelompok
dan multibudaya: Ekspositori
1.2. Model-model budaya dalam memahami manusia:
3 a. Model Ekokultural Keberfungsian Manusia: Diskusi,
1). Kerangka Ekokultural oleh J. W. Berry (adaptasi Dipimpin oleh
pada latarbelakang geografi, mengikuti prinsip Kelompok I
Darwinian)
2). Model Ekologikal oleh U. Bronfenbrenner (eksistensi
perkembangan manusia sebagai pengalaman sosial
~ internal = definisi diri; dan eksternal = pemahaman
dan pendefinisian orang lain).
b. Model Multikulturalisme D. W. Sue dan D. Sue:
4
dimensi ganda kompetensi multikultural: Diskusi,
1). Ada 3 realm pada konselor: keyakinan dan sikap, Dipimpin oleh
pengetahuan, serta keterampilan. Kelompok II
2). Realm itu harus berlangsung dalam 3 domain:
kesadaran-diri konselor, pemahaman pandangan
dunia secara budaya yang berbeda-beda pada
5

individu, dan mengembangkan strategi yang


sepantasnya.
c. Model Perbedaan Kultural oleh G. Hofstede:
perbedaan pola-pikir dan pola-tindakan sosial Diskusi,
manusia berdasarkan rentangan rendah – tinggi
Dipimpin oleh
pada:
Kelompok III
1). Power distance
2). Uncertainty avoidance
3). Individualism (collectivism)
4). Masculinity (Femininity)
5). Long- and Short-Term Orientation.
2. Hubungan antara budaya dan perilaku Diskusi,
5 2. Penyimpulkan
(siswa/konseli), Dipimpin oleh
hubungan antara budaya Triandis, 1994:
dan perilaku a. Pengaruh budaya terhadap agresi, perilaku Kelompok IV 207 – 234)
(siswa/konseli), menolong, dominasi, dan konformitas
b. Pengaruh budaya kolektivisme atau individualisme Diskusi, Mulder, 1992;
terhadap perilaku etnis di Indonesia; misalnya Dipimpin oleh Geertz, 1973:
Budaya Kejawen di Jawa; Budaya Hindu-Bali, dll. Kelompok V 312 - 453
3. Penyimpulkan perubahan Diskusi, D’Andrea dan
6 dan pergeseran budaya
Dipimpin oleh Daniels, 2001:
(dan pengaruhnya pada 3. Perubahan dan pergeseran budaya (dan
Kelompok VI 529 – 539;
prilaku siswa/konseli) pengaruhnya pada prilaku siswa/konseli),
4. Memahami dan 4. Menganalisis perilaku (siswa/konseli) dalam Diskusi, Bernard dan
menganalisis dimensi konteks budaya, Konselor diharapkan memahami Goodyear, dalam
Dipimpin oleh
sosial-budaya siswa atau Goodman, 2001:
konseli dan dimensi sosial-budaya siswa atau konseli dan Kelompok VII 253-254;
mengidentifikasi informasi mengidentifikasi informasi melalui pertanyaan
Triandis, 1994:
dalam sejumlah area. 144-148

5. Menguasai hakikat 5. Hakikat konseling multibudaya, Diskusi,


7
konseling multibudaya; Dipimpin oleh
Menunjukkan Kelompok VIII

6. Memahami etika 6. Etika konseling lintas budaya Dipimpin oleh MacCluskie, 2010:
konseling lintas budaya Kelompok IX 11 – 15)

7. Memaparkan kasus- 7. Analisis kasus dalam konteks konseling lintas Dipimpin oleh
6

kasus dalam konteks budaya. Kelompok X


konseling lintas budaya

8 Ujian Tengah Semester


8. Mengamati dan mengkaji faktor-faktor sosial Dipimpin oleh:
9 8. Menyimpulkan makna budaya dan kaitannya dengan layanan bantuan
dari fenomena a. Layanan pengumpulan data Kelompok I
mengenai berbagai
b. Layanan pemberian informasi Kelompok II
faktor-faktor sosial
10 budaya dan kaitannya c. Layanan bimbingan kelompok dan klasikal Kelompok III
dengan layanan
d. Layanan konseling perorangan/individual Kelompok IV
bantuan
11 e. Layanan konseling kelompok Kelompok V

f. Layanan Mediasi Kelompok VI

12 g. Layanan orientasi Kelompok VII

h. Layanan penempatan Kelompok VIII

13 I. Layanan konsultasi Kelompok IX

j. Layanan kunjungan rumah/keakraban Kelompok X


14 Reviu dan Klafrifikasi Seluruh Materi Pelajaran dan informasi skor ekstrem
15 Reviu dan Klafrifikasi Seluruh Materi Pelajaran dan informasi skor ekstrem (lanjutan)
16 Ujian Akhir Semester (Seluruh Materi Pelajaran ini)

Anda mungkin juga menyukai