Mengapa kita harus membiasakan diri untuk menutup aurat dengan berbusana
muslim/muslimah ?
Allah Swt. memerintahkan kepada setiap hambanya untuk menutup auratnya kepada mereka
yang bukan muhrim. Allah Swt. menegaskan bahwa walaupun auratnya sudah ditutup namun
jika berusaha untuk diperlihatkan dengan berbagai cara hal itu sama saja dengan membuka
aurat. Oleh karena itu, dengan perintah untuk bertaubat karena hanya dengan taubat dari
kesalahan yang dilakukan dan berjanji untuk mengubah sikap, kita akan beruntung dan jauh
dari segala perbuatan negatif.
Apabila kita sedang dirumah, bukan berarti kita bisa membuka aurat kita secara
leluasa. Harus memperhatikan juga orang-orang sekitar kita. Misalnya, ada saudara
laki-laki atau perempuan yang boleh atau tidak melihat aurat kita. Nah tentunya kita
harus mengetahui saudara yang termasuk mahram kita atau yang bukan.
Daftar Mahram
Istilah mahram sebenarnya mengacu kepada kata haram. Maksudnya, wanita atau laki-laki
yang haram untuk dinikahi dan kita boleh memperlihatkan aurat kita kepada mereka.
Maka untuk selamanya, Halimah menjadi seorang wanita yang hukumnya mahramnya
dengan beliau SAW. Tidak boleh terjadi pernikahan antara mereka, namun Halimah
dibolehkan terlihat sebagian auratnya di depan beliau SAW.
Halimah juga punya seorang anak wanita yang bernama Syaima’. Statusnya juga sama
dengan Halimah, Syaima’ terhitung sebagai saudara beliau SAW sesusuan, maka sebagian
auratnya boleh terlihat di depan beliau SAW.
Seperti kisah Najah Aqeel, siswa berusia 14 tahun, yang tidak pernah mengira dorongannya akan
merobohkan hampir semua rintangan di jalannya, ketika dia tidak diizinkan bermain dalam
pertandingan bola voli. Pada September 2020 lalu, siswa kelas sembilan di Valor College Prep di
Nashville, Tennessee, itu ditarik dari lapangan setelah seorang petugas menunjukkan bahwa
pelatihnya tidak memberikan sebuah surat pernyataan pembebasan (dari tuntutan) baginya untuk
bermain sembari mengenakan jilbabnya. Saat itu, dia diberitahu bahwa dia tidak bisa bermain.
Hingga tahun ini, sebagian besar sekolah, asosiasi atletik sekolah menengah atas nasional dan
negara bagian biasanya melarang penggunaan penutup kepala agama, dengan alasan masalah
keamanan. Namun, hal itu terkecuali jika siswa atau pelatih telah mengajukan surat pernyataan
pembebasan. Tanpa pembebasan, tidak ada permainan.
Namun, Najah berpendapat bahwa jilbabnya bukan masalah keamanan, karena ia memakainya
serapat mungkin seperti bentuk sanggul. Dia dan keluarganya berpikir bahwa aturan surat
pernyataan pembebasan itu harus diubah, tidak hanya di sekolah distriknya sendiri, tetapi di
seluruh negara bagian. Atas hal itulah, dengan dukungan timnya, ia menentang aturan tersebut.
Hingga akhirnya, Federasi Nasional dari Asosiasi Sekolah Menengah Atas Negara Bagian,
salah satu asosiasi utama yang mengawasi olahraga sekolah menengah, menghapus
persyaratan surat pembebasan tersebut untuk penutup kepala agama, termasuk hijab dan
turban, untuk olahraga musim gugur seperti hoki lapangan, sepak bola, dan bola voli.