Anda di halaman 1dari 1

Studi Kasus Pembelajaran Literasi dan Numerasi di Sekolah Dasar

Oleh
Tasya Khairunnisa (Universitas sumatera Utara)

a. Jika melihat berbagai kondisi yang ada, guru tersebut sebenarnya telah mengajar sesuai
kompetensi siswa walaupun memang hasilnya pasti tidak akan maksimal. Siswa tingkatan
rendah (dalam hal ini kelas dua SD) memerlukan bimbingan dan arahan yang lebih intens
dari guru. Sehingga apabila konsep belajar mengajar dilakukan secara monoton kepada para
siswa, khususnya bagi para siswa yang memiliki keterbatasan akses internet maupun gawai,
dikhawatirkan pembelajaran menjadi tidak efektif. Bagaimanapun, pembelajaran secara
tatap muka saja belum tentu mampu membuat para siswa paham dengan apa yang
disampaikan, apalagi jika dilakukan dengan pola pembelajaran baru.
b. A sebagai mahasiswa hendaknya mengusulkan kepada guru untuk mendata kembali para
siswa. Siapa saja yang memiliki fasilitas, siapa yang tidak memilikinya. Sehingga jika
memang memungkinkan untuk dilakukan konsep door to door, mahasiswa dapat berperan
aktif di sana. Mahasiswa dapat menetapkan jadwal untuk melaksanakan konsep tersebut.
Namun dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan secara ketat.
c. Perlu digarisbawahi bahwa setiap anak memiliki kemampuan dan waktu berkembang yang
berbeda-beda. Seharusnya guru tersebut tidak bisa memaksakan sang anak yang
kemampuannya masih di bawah rata-rata untuk tetap mempelajari hal yang sama dengan
teman yang lainnya. Maka dari itu sebenarnya saran dan solusi dari A sudah cukup benar,
hanya saja mungkin modul-modul tersebut dapat dipelajari di luar waktu pembelajaran
efektif (extra time) khusus untuk siswa yang bersangkutan. Selain modul, bisa saja A
membawakan media lain seperti video pembelajaran, alat peraga, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai