Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

Disusun oleh:

Naeli Faula Khofifah


010118A090

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
A. Anatomi Fisiologi

Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan,


makadiperlukan serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang
melibatkanmetabolisme dari sel-sel tubuh dan terutama sistem lokomotorik
yaitu sistem ototdan sistem rangka.Aktivitas dan pergerakan memerlukan
energy.

Energi untuk sel-sel tubuhmanusia adalah dalam bentukAdenosin


Trifosfat(ATP) yang diperolehdarikatabolisme glukosa dalam sel-sel
tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi energydan hal ini terutama ditentukan
oleh suplai oksigen. Ketika oksigen terpenuhimaka glukosa akan melalui
katabolisme aerobic di sitoplasma dan mitokondria selmelalui 4 proses :
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, siklus asamsitrat, dan
transport elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida,dan uapair.

Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme energy akan dilakukan


secaraanaerobic dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. Namun
produksiATP dari metabolism anaerobic jauh lebih sedikit dibanding
metabolism aerobic,yaitu sekitar 1/18 kalinya (36 ATP berbanding 12
ATP).Karena oksigen amatpenting bagi konservasi energy tubuh, maka
aktivitas dan latihan pada manusiaterkait erat dengankerja sistem
kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untukpenyediaan
oksigendanpembuangankarbondioksidadanuapair.Beberapa kondisi seperti
anemia, syokhipovolemik,hipertensi, penyakitjantung,danpenyakit
pernapasan dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia.

Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia


yangmelibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan
sebagai alatgerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan
memberi bentuktubuh.Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif
dimana tendon-tendon ototmelekat pada tulang dan berkontraksi
untuk menggerakkantulang.
Tulangmerupakan jaringan ikat yang tersusun oleh matriks organik
dan
anorganik.Tulangsecarahistologistdapatdibagimenjadi2jenis,yaitujaringantul
ang keras(osteon) dan jaringan tulang rawan (kartilago).

Yang membedakan osteon dankartilago adalah bahwa kartilago lebih


elastic dan lebih tahan terhadap adanyatekanansehingga cenderung lebih
tidak mudah patah, dan osteon cenderung lebih keras tapimudah
patah.Jaringantulangrawan dapatdibagi menjadi 3 yaitu :kartilago hialin,
kartilago fibrosa, dan kartilago elastic. Tiap-tiap
tipetulangrawanmembentukbagiantubuhyangberbeda.

Tulangrawanhialinterutamamenyusun bagian persendian tulang


sebagai sistem bantalan untuk melindungidari friksi jika terjadi
pergerakan.Kartilago fibrosa terutama menyusun
bagiandiskusintervertebralis,sedangkankartilagoelasticmenyusundauntelinga
.Matriks organik terdiri atas sel-sel tulang osteoblast, osteosit,
kondroblast,kondrosit,danosteoklas
yangtersimpanpadasistemhaverst.Sistemhaverstadalah suatu saluran yang
didalamnya terdapat pembuluh darah, limfa, dan
uratsarafuntukfisiologitulang.

Mekanisme kontraksi otot memerlukan peran aktivitasdari keempat


tipe protein. Mekanisme kontraksi otot dijelaskan melalui prosespergeseran
aktomiosindimana aktinberperan sebagai relkereta dan myosinberperan
sebagai kereta. Ketika terjadi kontraksi otot, maka myosin akan
bergeserdisepanjangaktinsehinggaterjadilahpemendekatmyofibril. Agar
terjadipergeseran ini maka ikatan
troponinpadaaktindanmyosinharushilangdanhal inimemerlukan peran
aktomiosin.Aktivitas aktomiosin ini dpengaruhi oleh adanyaion kalisum dan
neurottansmitter asetilkolin. Adanya kekurangan kalsium
dalamtubuhakanberdampakpadagangguankontraksiotot.Begitujugaadanyaga
ngguan trasnmiss kolinergik pada pertatan neuromuscular akan berdampak
padagangguan kontraksi otot.

Gerakan terjadi melalui kombinasi kerja sistem muskuloskeletal dan


sistem saraf. Tidak hanya terbatas pada gerakan fisikyang dapat kita lihat.
Ini juga meliputi aktivitas bertahan hidup yang tidak dapat dilihat secara
kasat mata (misalnya penapasan, pencernaan, sirkulasi). Komponen kunci
dari gerakan meliputi tulang, otot, sendi, dan saraf.

a. Tulang (skeleton) memberikan kerangka kerja untuk gerak. Tulang


yang rapuh memiliki kerangka kerja yang buruk dan dapat memburuk
kapan saja dan selanjutnya dapat menghalangi gerak.
b. Sendi adalah titik bertemunya tulang. Ada tiga jenis senddi berbeda:
sinartrosis atau sendi serabut yang tidak mengizinkan gerakan (batas
tulang tengkorak); amfiartrosis atau sendi kartilago yang
mengizinkan gerakan ringan (tulang belakang); dan diartrosis atau
sendi synovial yang mengizinkan gerakan maksimal. Sendi synovial
paling banyak mendukung aktivitas. Ligamen merupakan kumpulan
jaringan serabut fleksibel yang menghubungkan tulang satu dengan
yang lain. Ligamen yang robek menghambat stabilitas sendi dan akan
merusak gerak.
c. Kontraksi otot dan relaksasi otot berhubungan dengan tendon
(struktur berbentuk gelendong kuat yang melekatkan otot pada
tulang) untuk menghasilkan gerak.
d. Sama halnya dengan tidak dapat bergerak tanpa otot dan tendon, otot
tidak dapat bergerak tanpa bantuan sistem saraf pusat (SSP). SSP
mengendalikan krontraksi dan relaksasi otot, yang pada gilirannya
menyebabkan fleksi (bengkok) dan ekstensi (lurus), yang pada
akhirnya menghasilkan gerakan yang terkoordinasi dengan baik.

Jenis aktivitas antara lain:


1) Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh
area tubuh seseorang.
2) Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami
aktivitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol
motorik dan sensorik.

Aktivitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk


bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada system musculoskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b. Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik dan
sensorik.

Jenis latihan :

1) Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan


otot dan sendi.
2) Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada
penambahan daya tahan kardiovaskular.
3)  Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot
jangka pendek.

Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat


badan atau kemampuan olahraga.Latihan fisik yang sering dan teratur
memperbaiki kinerja sistemkekebalan tubuh,dan
membantumencegah penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit
kardiovaskular, diabetes tipe 2 dan obesitas.

B. Definisi

Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan


bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
musculoskeletal.

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia


memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat,
system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan
metablisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas seseorang tidak
terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.Aktivitas
fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada
system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga
menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.

Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan


untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat
memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara
dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat
membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan
meningkatkan selera makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya
karena apabila seseorang tidak dapat melakukan aktifitas fisik secara
adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah
sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif.

Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif


pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi,
toileting, berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan
ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga
diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas
dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga
tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL
pada klien dengan intoleransiaktivitas harus diprioritaskan.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi


a. Faktor fisiologis
a) Kelainan tulang : salah satunya adalah Osteoporosis merupakan
kondisi di mana pembentukan jaringan tulang baru tidak dapat
mengimbangi penghancuran jaringan tulang lama yang telah
rusak. Hal ini akan membuat tulang menjadi lemah dan rapuh.
Bagian tulang yang rentan mengalami kerusakan akibat
osteoporosis adalah tulang belakang, pergelangan tangan, dan
pinggul.Hal ini dapat menganggu aktivitas.
b) Gangguan otot : Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis
maupun fisiologis otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan
tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot,
maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot
dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh
benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon
atau ligament, radang dan lainnya.
c) Nyeri :  Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat
mempengaruhi kemmapuan aktivitas karena dapat
mempengaruhi fungsi system tubuh, salah satunya adalah timbul
rasa nyeri.
d) Gaya hidup : Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat
mempengaruhi kemampuan aktivitas seseorang karena
berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari.
e) Kebudayaan : Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas
dapat juga dipengaruhi kebudayaan, contohnya orang yang
memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami
gangguan aktivitas (sakit) karena budaya dan adat dilarang
beraktivitas.
b. Faktor emosional
a) Kegelisahan : orang yang mengalami kegelisahan atau
kecemasan pasti akan mengalami perasaan panik, ketakutan,
tidak bisa diam dan tenang. Hal inilah yang dapat menggagu
aktivitas seseorang.
b) Depresi : Depresi adalah hal yang sangat wajar dan memang bisa
terjadi pada siapa saja. Orang yang depresi pasti akan cemas,
gelisah, dan malas melakukan apapun. 
c. Faktor perkembangan
a) Usia : Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau
kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan
usia. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan
stamina, Depresi mood dan cemas
b) Jenis kelamin : pada umumnya laki-laki lebih banyak
beraktivitas daripada perempuan.

D. Masalah yang muncul dan kriteria


a) Masalah yang muncul
1. Hemiparese
Hemiparesis adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progesif cepat, berupa deficit neurologis fokal, atau/dan global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid Ii) hemiparesis adalah cedera otak yang
berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Patofisiologi, Elizabeth j.
Corwin). Yang disebabkan oleh infark otak (80%) , pendarahan intraserebral
(15%), pendarahan subaraknoid (5%), trobus sinus dura, diseksi arteri
karotis atau vertebralis, vaskulitis system saraf pusat,penyakit moya-moya
(oklusi arteri besar intracranial yang progesif), migren, kondisi
hiperkoagulasi, penyalahgunaan obat, kelainan hematologist (anemia sel
sabit, polisistemia,atau leukemia), dan miksoma atrium.

2. Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan


ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau
setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G &
Lockhart R, 2001).

Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita


perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idulfitri
tahun ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang
sebagian korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang
tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk
penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya
informasi yang tersedia contohnya ada seorang yang mengalami fraktur,
tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun
pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.

3. Atropi otot

Atrofi (bahasa Inggris: atrophy) merupakan simtoma penyusutan


jaringan atau organ. Atrofi berkemungkinan berlaku akibat tindak balas
adaptasi terhadap tekanan sehingga isi padu sel mengerut dan seterusnya
keperluan tenaga diturunkan ke tahap yang minimum. penyebab lain yang
mungkin ialah sel kurang digunakan seperti dalam otot rangka. selain
penurunan keperluan sesuatu fungsi, kekurangan bekalan oksigen atau
nutrisin, inflamasi kronik dan proses penuaan juga menyumbang kepada
fenomena atropi. Begitu juga dengan gangguan isyarat dalam tindakan
hormon berakibat fungsi sesuatu organ berkurangan.

4. Hipertrofi otot

Hipertrofi adalah pembesaran atau pertambahan massa total suatu


otot. Semua hipertrofi adalah akibat dari peningkatan jumlah filamen aktin
dan miosin dalam setiap serat otot, jadi menyebabkan pembesaran masing-
masing serat otot, yang secara sederhana disebut hipertrofi serat. Peristiwa
ini biasanya terjadi sebagai respon terhadap suatu kontraksi otot yang
berlangsung pada kekuatan maksimal atau hampir maksimal.

Bagaimana kontraksi otot yang sangat kuat dapat menimbulkan


hipertrofi? Telah diketahui bahwa selama terjadi hipertrofi, sintesis protein
kontraktil otot berlangsung jauh lebih cepat daripada kecepatan
penghancurnya, sehingga menghasilkan jumlah filamen aktin dan miosin
yang bertambah banyak secara progesif di dalam miofibril. Kemudian
miofibril itu sendiri akan memecah di dalam setiap serat otot untuk
membentuk miofibril yang baru. Jadi, peningkatan jumlah miofibril
tambahan inilah yang terutama menyebabkan serat otot menjadi hipertrofi.

Secara fisiologis, latihan tidak boleh terjadi hipertrofi. Hal ini


dikarenakan bahwa jika terjadi hipertrofi maka energi yang dibutuhkan
semakin besar dan dapat mengakibatkan kelelahan otot (terjadi penumpukan
asam laktat). Semakin banyak asam laktat, konsentrasi H+ meningkat , dan
pH menurun. Peningkatan konsentrasi ion H+ akan menghambat kegiatan
fosfofruktoksinase, enzim yang terlibat dalam glikolisis sehingga
mengurangi penyediaan ATP untuk energy.
5. Kelainan postur

Postur atau sikap tubuh melibatkan pertimbangan mekanis, seperti


kelurusan segmen badan, kekuatan, tekanan otot,dan ikatan sendi, serta efek
gaya berat badan. Postur seperti semua karakteristik manusia tidak hanya
melibatkan perbedaan antara individu, tetapi juga perbedaandi dalam
individu itu sendiri. Evaluasi postur dapat dilakukan dengan dua carayaitu
statis dan dinamis. Evaluasi statis dilakukan terhadap postur seseorang
padasaat yang bersangkutan dalam posisi diam (fixed potition). Sementara
evaluasiyang dinamis dilakukan pada saat yang bersangkutan sedang
bergerak, meliputi gerak pada saat berjalan, memanjat, turun, dan berdiri.
Macam-macam kelainan postur :

a. Lordosis

Lordosis adalah istilah medis yang digunakan untuk


menggambarkan an inward curvature of a portion of the vertebral
colum.Dua segmen dari kolom tulang belakang servikal dan lumbalis,
biasanya lordotic, yaitu, mereka ditetapkan dalam suatu kurva yang
memiliki kecembungan anterior (ke depan) dan cekungan posterior
(belakang), dalam konteks anatomi manusia. Ketika mengacu pada
anatomi mamalia lain, arah kurva disebut ventral. Lengkung dalam
arah yang berlawanan, yaitu apex / puncak posterior (manusia) atau
dorsally/ bagian punggung (mamalia) disebut kyphosis . Excessive or
hyperlordosis sering disebut sebagai swayback atau saddle back.

b. Kifosis

Kiposis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana


tulang belakang melengkung ke depan yang mengakibatkan penderita
menjadi terlihat bongkok

Gangguan yang dapat menyebabkan kifosis, meliputi:

a) Osteoporosis
b) Degenerative arthritis of the spine
Ankylosing spondylitis
Connective tissue disorder
c) Tuberkulosis dan infeksi tulang belakang lain, yang dapat
mengakibatkan kerusakan sendi
d) Kanker atau tumor jinak yang menimpa pada tulang
belakang dan memaksa tulang keluar dari posisi
e) Spina bifida
f) Kondisi yang menyebabkan paralisis, seperti cerebral palsy,
polio, dan kaku tulang tulang belakang

c. Skoliosis / Scoliosis / Skeliosis

Skoliosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana


tulang belakang melengkung ke samping baik kiri atau kanan yang
membuat penderita bungkuk ke samping.Membentuk huruf S.
Kelainana ini dapat terjadi akibat deformitas struktuural kolumna
vertebralis yang ada sejak lahir (congenital) atau dapat timbul akibat
penyakit neuromuskuler misalnya cerebral palsy atau distrofi otot.
Sebagian skoliosis structural dapat timbul tanpa sebab jelas (idiopatik)
atau karena postur yang buruk. skoliosis menyebabkan deformitas dan
kadang-kadang nyeri. Apabila keadaan ini tidak diatasi, maka fungsi
pernapasan dan jantung dapat terganggu.

6. Imobilitas

Penyebab imobilitas bermacam-macam. Pada kenyataannya, terdapat


banyak penyebab imobilitas yang unik pada orang-orang yang di
imobilisasi. Semua kondisi penyakit dan rehabilitasi melibatkan beberapa
derajat imobilitas. Ada bebetapa faktor yang berhubungan dengan gangguan
, yaitu:

a. Tirah baring dan imobilitas


b. Kelemahan secara umum
c. Gaya hidup yang kurang gerak
d. Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan

E. Penatalaksanaan

1) Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang
khidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung pada system musculoskeletal,
kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic pencegahan
primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul
akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
a) Hambatan terhadap latihan
b) Pengembangan program latihan
c) Keamanan
2) Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas
dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan.Keberhasian
intervensi berasal dari suatu pengertian tentang berbagai factor yang
menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan.
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi. (Tarwoto & Wartonah, 2006)

Kemampuan mobilitas (aktivitas)


Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
Tingkat 3
peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan.

Kemampuan Rentang Gerak


Rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada daerah
seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.
Derajat
Gerak Sendi Rentang
Normal
Bahu
Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping
ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang 180
paling jauh.
Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah
150
atas menuju bahu.
Pergelangan Tangan
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam
80-90
lengan bawah.
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi. 80-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang
70-90
sejauh mungkin
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika
0-20
tangan menghadap ke atas.
Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kea rah kelingking,
30-50
telapak tangan menghadap ke atas.
Tangan dan Jari
Fleksi: Buat Kepalan Tangan 90
Ekstensi: Luruskan Jari 90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh
30
mungkin
Abduksi: Kembangkan jari tangan 20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi 20

Kekuatan otot dan gangguan koordinasi


kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:
Skal Persentase
Karakteristik
a kekuatan normal
0 0 Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau
1 10
dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan
4 75
melawan tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan
5 100
gravitasi dan tahanan penuh.

Latihan ROM pasif dan aktif.

1. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien


Pengaturan posisi dalam mengatasi kebutuhan mobilitas dapat
disesuaikan dengan tingkat gangguan, seperti posisi fowler, sim,
trendelenburg, dorsal recumbent, lithotomi, dan genu pectoral.
a. Posisi Fowler : Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk,
di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini
dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
pernapasan pasien.
Cara:
a) Dudukkan pasien
b) Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur,
untuk posisi semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90
derajat)
c) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
b. Posisi Sim : Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke
kiri. Posisi ini dilakukan untukmemberi kenyamanan dan memberikan
obat per anus (supositoria).
Cara :
a) Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan
posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan
ditekuk diarahkan ke dada.
b) Tangan kiri diatas kepala atau di belakang punggung dan tangan
kanan di atas tempat tiduran ditekuk diarahkan ke dada.
c) Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup
dan kaki kanan lurus, lutut, dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.
d) Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan
kiri di atas tempat tidur.
c. Posisi Lititomy : Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua
kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
Cara:
a) Pasien dalam kcadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua
paha dan tarik ke arah perut
b) Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
c) Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomic
d) Pasang selimut
d. Posisi Trendelenburg : Posisi pasiom berbaring di tempat tidur dengan
bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan
untuk mdancarkan perdaran darah ke otak.
Cara:
a) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakan bantal di antara
kepala dan ujung tempati tidur pasien, dan berikan bantal dibawah
lipatan lutut.
b) Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur
tempat tidur khusus dcngan meninggikan bagian kaki pasien.
e. Posisi Dorsal Recumbent : Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang
dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat
tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia scrta
proses persalinan.
Cara:
a) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah di buka
b) Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat
tidur dan renggangkan kedua kaki.
c) Pasang selimut
f. Posisi Genu Pectoral : Pada posisi ini pasien menungging dengan
kcdua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
Posisi ini dilakukan untuk mcmc;riksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara:
a) Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada mencmpel pada kasur tempat tidur.
b) Pasang selimut pada pasien.

Pasien yang mobilitas sendinya perbatas karna penyakit, diabilitas,


atau trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas.
Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan
otot serta memelihara mobilitas persendian.

1. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan


Cara :
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku
menekuk dengan lengan.
c) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain
memegang pegelangan tangan pasien.
d) Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
e) Catat perubahan yang terjadi.
2. Fleksi dan Ekstensi Siku
Cara :
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak
mengarah ke tubuhnya.
c) Letakan tangan diatas siku pasien dan pegang tangannya dengan
tangan lainnya.
d) Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu.
e) Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
f) Catat perubahan yang terjadi.
3. Pronasi dan Supinasi Lengan bawah.
Cara :
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku
menekuk.
c) Letakan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan yang lain.
d) Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
e) Kembalikan ke posisi semula.
f) Putar lengan bawh pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke
arahnya.
g) Kembalikan ke posisi semula.
h) Catat perubahan yang terjadi.
4. Pronasi Fleksi Bahu
Cara :
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya.
c) Letakan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
d) Angkat lengan pasien pada posisi semula.
e) Catat perubahan yang terjadi.
5. Abduksi dan Adduksi
Cara :
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
c) Letakan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
d) Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat.
e) Kembalikan keposisi semula.
f) Catat perubahan yang tejadi.
6. Rotasi Bahu
Cara :
a) Jelaskan prosedur yang dilakukan.
b) Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
c) Letakan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan
pegang tangan pasien dengan tangan yang lainnya.
d) Gerakan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke bawah
e) Kembalikan lengan ke posisi semula.
f) Gerakan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menyentuh ke atas.
g) Kembalikan lengan ke posisi semula.
h) Catat perubahan yang terjadi
7. Fleksi dan ekstensi jari- jari
Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b) Pegang jari- jari pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang kaki.
c) Bengkokkan (tekuk) jari- jari kebawah.
d) Luruskan jari- jari kemudian dorong kebelakang.
e) Kembalikan ke posisi semula
f) Catat perubahan yang terjadi
8. Infers dan efersi kaki
Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengan tangan satunya.
c) Putar kaki kedalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki
lainnya.
d) Kembalikkan ke posisi semula.
e) Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang
lain.
f) Kembalikan ke posisi semula.
g) Catat perubahan yang terjadi.
9. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Letakkan 1 tangan perawat pada telapak kaki pasien dan 1 tangan
yang lain diatas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rileks.
c) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari- jari kaki kearah dada pasien.
d) Kembalikan ke posisi semula.
e) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
f) Catat perubahan yang terjadi
10. Fleksi dan ekstensi lutut
Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Letakkan 1 tangan dibawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lainnya.
c) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
d) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
e) Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki
keatas.
f) Kembali ke posisi semula.
g) Catat perubahan yang terjadi.

11. Rotasi pangkal paha


Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Letakkan 1 tangan perawat pada pergelangan kaki dan 1 tangan yang
lain diatas lutut.
c) Putar kaki menjauhi perawat.
d) Putar kaki kea rah perawat.
e) Kembalikan ke posisi semula.
f) Catat perubahan yang terjadi.
12. Abduksi dan aduksi pangkal paha
Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Letakkan 1 tangan perawat dibawah lutut pasien dan 1 tangan pada
tumit.
c) Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8cm dari
tempat tidur, gerakan kaki menjauhi badan pasien.
d) Gerakan kaki mendekati badan pasien.
e) Kembalikan ke posisi semula.
f) Catat perubahan yang terjadi.
g) Evaluasi Keperawatan

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur,
erosi, dan perubahan hubungan tulang).
b) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi)
c) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur
jaringan lunak melalui tulang)
2. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah dan urine
b) Pemeriksaan Hb

DAFTAR PUSTAKA
AndiHidayat, Alimul, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Buku 1. Jakarta :
Salemba media.

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:


Salemba Medika.

Bulechek, M. Gloria at al. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC).


Indonesia : Elsevier.

Hidayat, Alimul, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi


konsep dan proses keperawatan. Buku 1. Jakarta : Salemba
media.

PerawatIndonesia. (2014. Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi).


https://nursepreneursindonesia.wordpress.com/2014/08/28/kebutu
han-aktivitas-mobilisasi/. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019.

Potter & Perry. 2010. Fundamental of NursingFundamental


Keperawatan:edisi 7 volume 2. Jakarta: EGC.

Vaughans, B.W.2013.Keperawatan Dasar.Yogyakarta:

Anda mungkin juga menyukai