Anda di halaman 1dari 2

Tutorial 1 : Skenario 1 agregat usia sekolah

Skenario 1:
Perawat komunitas melakukan Community assessment di Sekolah Menengah Pertama
Harapan Bangsa (SMP HB) di kawasan Kota Malang dengan pendekatan Community as a
Partner. Untuk mampu menegakkan Community Nursing Diagnosis dengan tepat, perawat
melakukan pengkajian pada core dan 8 sub system komuniti untuk mengidentifikasi flexible
line of defense, normal line dan juga strength dari masyarakat sekolah. Pada Early and
Periodic Screening didapatkan data: 12 orang siswa kelas 7 dan 8 menderita ISPA, 5 siswa
dengan obesitas, lebih dari 70% siswa dengan karies gigi, 15 siswa dengan kelainan
refraksi, informasi tambahan dari Ibu guru BK (Bimbingan Konseling) di sekolah tersebut
bahwa 2 tahun terakhir ini prestasi siswa cenderung menurun bahkan di beberapa kelas kasus
siswa tinggal kelas dan membolos juga meningkat. Ibu guru BK juga menambahkan
informasi bahwa rata-rata ijin sakit dari siswa rata-rata disebabkan karena masalah ISPA dan
diare, sementara itu hasil dari kunjungan rumah petugas BK kepada salah satu siswa yang
sering membolos menyatakan bahwa alasan membolos sekolah adalah karena siswa tersebut
adalah korban bullying dari kakak kelasnya. Dari pengamatan perawat, terlihat bahwa
sekolah ini belum memiliki fasilitas yang memadai yang menunjang PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat) . Sebenarnya SMP Harapan Bangsa telah memiliki UKS, tetapi Trias
UKS belum bisa berjalan dengan optimal, hal ini dimungkinkan karena kurang baiknya
koordinasi antar pelaksana UKS dan belum adanya perawat kesehatan sekolah. Sehingga
wajar jika Program Health Promoting School dengan titik tekan pada upaya promotif dan
preventif, serta kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya pendukungnya, belum bisa berjalan
dengan optimal.
Tutorial 2 : agregat pekerja
Skenario 2:
Tn. A adalah HRD Perusahaan rokok Bentol Bentol (BB) yang baru menjabat
selama 2 minggu. Saat bekerja Tn. A dipusingkan dengan menurunnya produktivitas
kerja karyawan, banyaknya surat ijin sakit dari pegawainya, PAK yang dialami karyawan
mulai dari ISPA, LBP, HNP, hemoroid sampai gastritis. Ketika Tn. A mengobrol dengan
karyawan pabrik, beberapa mengeluhkan nyeri punggung terjadi karena kursi yang
dipakai tidak ergonomis.
Para pegawai juga mengalami kejenuhan dalam bekerja karena mayoritas waktu mereka
dihabiskan dengan duduk. Lingkungan yang panas juga menjadi stressor tersendiri
karena ruangan dengan luas ruangan 100 x 400 m hanya terdapat 2 buah AC dengan 1
AC tidak bisa berfungsi maksimal. Ketika bekerja pegawai juga banyak yang tidak
memakai masker padahal sudah dibagikan secara gratis. Alasan klasik para pegawai
adalah jika memakai masker mereka merasa sesak dan kesulitan untuk bernafas, tahap
pemakaian APD mayoritas masih di tingkat reinforcement.
Dengan tingkat pendidikan mayoritas SMA, karyawan tidak banyak menuntut, hanya
gaji yang cukup untuk makan anak istri dan kesehatan mereka terjamin. Jaminan
kesehatan hanya diberikan kepada pegawai tetap, sedangkan pegawai kontrak hanya
difasilitasi sebatas pemeriksaan gratis di klinik perusahaan.
Tahun sebelumnya sudah pernah dilakukan penanganan pada beberapa kasus
tetapi hanya sebatas pengobatan insiden. Tn. A ingin membantu para karyawan untuk
mengatasi masalah dalam pabrik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai