BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk meningkatkan lulusan institusi Pendidikan kejuruan (SMK) di biang industri
yang sangat maju ini, pemerintanh dalam hal ini Direktorat Pembinaan SMK
memprogramkan metode belajar melalui konsep “Teacing Factory” (TEFA) untuk SMK,
mengadopsi “dual-system” yang telah di uji diterapkan di negara seperti Jerman, Austria
dan Swiss. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan kompetensi lulusan SMK yang sesuai
dengan permintaan industri dan sekaligus penguatan dalam hal pembekalan
entrepreuneurship, yang diharapkan mampu menjawab permasalahan ketenaga kerjaan di
Indonesia. Penerapan konsep Teaching Factory diharapkan menjadikan terbentuknya
suatu interface antar dua Pendidikan dan dunia industri, sehingga menjadi check anda
balance terhadap proses Pendidikan di instusi Pendidikan yang berorientasi kebutuhan
pasar kerja. Kualitas Pengajar SMK yang mayoritas masih kurang berpengalaman di
industri juga akan meningkat dengan adanya transfer teknologi dari industri. Konsep
pembelajaran memalui Teaching Factory yang berbasis produksi dan jasa, akan
memberikan kompetensi tambahan terutama pada “shof Skill” seperti kewirausahaan,
berkomunikasi dengan pelanggan bagaimana berkompetensi dan sebagainya.
Salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme dan
menumbuhkan jiwa kewiraswastaan guru, staf dan siswa SMK yaitu dengan pendirian unit
produksi. Pengertian Unit Produksi sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut :
Menurut Kepmendikbud Nomor 0490/U/1992 pasal 44 ayat 8 mendefinisikan Unit Produksi
sebagai satuan usaha pada SMK yang memproduksi barang atau layanan jasa yang
pelaksanaannya diintegrasikan kedalam kegiatan kurikulum atau ekstra kurikuler.
Tujuan Unit Produksi Penyelenggaraan dan pengembangan unit produksi di SMK
Di dalam Kepmendikbud nomor 0490/U/1992 pasal 29 ayat 2 menyebutkan bahwa:
Tujuan unit produksi adalah : Memberi kesempatan kepada siswa dan guru mengerjakan
pekerjaan praktek yang berorientasi kepada pasar ; Mendorong siswa dan guru dalam hal
pengembangan wawasan ekonomi dan kewiraswastaan ; Memperoleh dana tambahan
bagi penyelenggaraan pendidikan ; Meningkatkan pendayagunaan sumber daya
pendidikan yang ada disekolah; Meningkatkan kreatifitas siswa dan guru.
Untuk itu Teknik pemesinan SMK Walisongo 2 Gempol menawarkan unit pelayanan
pembuatan produk dan jasa pemesinan sebagai bentuk program sekolah yang akan
menuju sekolah dengan konsep Teaching Factory.
B. Tujuan
Tujuan dari proposal ini adalah:
1. Memohon terbentuknya UPJ (Unit Pelayanan Jasa dan Produk) di Teknik Pemesinan
SMK Walisongo 2 Gempol
2. Mendukung upaya pemerintah untuk menerapkan “Teacing Factory” di SMK
3. Meningkatkan daya saing lulusan SMK di dunia Kerja atau industri
BAB II
PROFIL TEKNIK PEMESINAN
A. STRUKTUR TEKNIK PEMESINAN
1. Bengkel 24 x 9 meter
Bengkel CNC
Mesin Bubut Mesin Frais
BAB III
RENCANA DAFTAR LAYANAN
PEMBUATAN PRODUK DAN JASA TEKNIK PEMESINAN
N
JENIS PELAYANAN HARGA KETERANGAN
O
1. Pembubutan di bawah Ø 100 x 50 mm Rp. 75.000,- Per 50 mm dan lihat
bahan
2. Pembubutan ulir segitiga di bawah Rp. 100.000,- Per 50 mm dan lihat
M16x2 X 50 mm bahan
3. Kontruksi Las 1 x 1 meter Rp. 1.000.000,- Per 1x1 meter dan
llihat bahan
4. Pengefraisan di bawah 20 x 20 x 10 mm Rp. 80.000,- Per luas 80mm
tebal 10 mm
5. Pembuatan produk dimesin CNC Rp. - Melihat jobsheet
BAB IV
PENUTUP