Yohanes Setiyo
Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Keterlambatan penanganan sampah
menimbulkan pencemaran udara, pencemaran air Bahan dan Alat
dan pencemaran tanah. Pencemaran udara Bahan yang dipergunakan dalam penelitian
diakibatkan oleh bau terutama gas NH3 , H2 S, CH3 S, ini adalah sampah organik perkotaan yang berumur 1
(CH3)2 S2, asam-asam alifatik serta CO (Rosenfeld hari, larutan BaCl2 0.1 N, larutan H2 S 0.1 N, air,
dan Henry, 2000 dan Martin,1998). Pencemaran air plastik, KOH padat. Sedangkan alat yang digunakan
dan pencemaran tanah diakibatkan oleh air lindi adalah bejana pengomposan dan GC.
(Vesilind et al. 1994). Prosedur Penelitian
Sampah kota-kota besar di Indonesia rata-rata Percobaan pengomposan skala laboratorium
mengandung 79.5% bahan organik, 4.1% kertas, untuk mendapatkan gambaran dinamika produksi
plastik 3.7%, kaca 2.3%, logam 2.7%, kayu 2.79%, gas H2 S dan gas NH3 , dan neraca massa .Proses
kain 1.1%, karet 0.8% lain-lain 2.9% dari survei pengomposan dilakukan pada kolom bahan organik
Dinas Penyehatan Lingkungan Tahun 1994. Menurut padat yang diletakan pada suatu tabung vertikal
Furedy (1994) sampah dari kota-kota di Asia terbuat dari ember plastik, percobaan ini merupakan
mengandung 60 – 90% bahan organik dan debu. modifikasi dari metode Briski et al. (2003) yang
Sampah organik berpotensi dikomposkan dengan diterapkan untuk pengomposan limbah industri
skala kecil atau dengan skala lebih besar yang rokok. Modifikasi dilakukan pada cara pengukuran
dipusatkan di satu kota. Pengomposan dapat gas NH3 dan gas H2 S. Pada metode Briski et al.
menurunkan jumlah sampah yang harus ditangani. (2003) tidak ada pengukuran gas NH3 dan gas H2 S
Pengomposan secara aerob menggunakan yang merupakan gas berbau utama yang mungkin
metode open windrow sangat sederhana dan tidak ada pada pengomposan bahan organik padat secara
memerlukan investasi yang besar. Hasil kompos aerobik (Rosenfeld dan Henry, 2000 dan
dapat dijadikan pupuk organik, sedangkan bau akibat Martin,1998).
proses pengomposan dapat dikendalikan dengan Percobaan pengomposan skala laboratorium
ketercukupan oksigen untuk pengomposan. dilakukan 3 kali, percobaan dilakukan secara pararel
Kelebihan pengomposan secara aerob adalah pada bejana ember volume 60 liter. Sistem
mikroorganisme patogen akan mati pada fase pemberian oksigen dengan udara yang dialirkan ke
thermofilik. Pengomposan merupakan strategi sampah yang dikomposkan akibat dorongan kipas
managemen limbah organik padat paling ramah lewat pipa pralon diameter 2 inchi. Udara yang
lingkungan dibandingkan sanitary landfill dan mengandung uap air, gas CO2 , gas NH3 dan gas H2 S
dilewatkan pipa plastik ukuran • cm dan uap air berdasarkan NH3 yang tertangkap di larutan
dikondensasi pada sistem pendinginan di bejana H2 SO4 0.1N.
pengomposan. 2.Prosedur perhitungan laju produksi gas H2 S
a. Gas H2 S hasil reaksi pengomposan diikat
Prosedur Percobaan dengan larutan BaCl2 0.1N. Penampungan
1. Prosedur perhitungan laju produksi gas NH3 gas selama satu minggu.
a. Gas NH3 hasil reaksi pengomposan diikat b. Konsentrasi gas H2 S hasil pengomposan
dengan larutan H2 SO4 0.1N. Penampungan (CH2S) diukur dengan spektrofotometer
gas selama satu minggu. berdasarkan H2 S yang tertangkap di larutan
b. Konsentrasi gas NH3 hasil pengomposan BaCl2 0.1N.
(CNH3 ) diukur dengan spektrofotometer
(6)
(2) (3)
(7)
(8) (9)
Sampah Organik
(10)
(5)
Air
H2 SO4 BaCl2
terkon-
(4) densasi
(1) (11) (12)
Keterangan gambar : (1) Kipas, (2) higrometer, (3) termometer, (4) air lindi keluar, (5) air terkondensasi, (6)
Cosmotector untuk mengukur konsentrasi O2, dan CO2, , (7) udara keluar dari
bioreaktor, (8) sampah, (9) sistem pendingin udara keluar, (10) udara keluar, (11)
penangkap NH3 , dan (12) penangkap gas H2 S
kelebihan ion H+ dapat menyebabkan penguraian saat tanpa pengadukan dan saat diaduk antara 0.28-
dan pelepasan ion Ca2+ dan Mg2+ dari 0.3 ppm, hal ini menunjukan bahwa saat tanpa
mikroorganisme, ion-ion metal dari mineral dan pengadukan emisi gas H2 S diuraikan oleh bakteri
bahan organik (Martin, 1998) Beggiatoa menjadi sulfur dan air. Namun karena O2
terbatas, gas H2 S tidak dapat diurai secara sempurna
dan masih ada emisi gas tersebut.
7.8 Pada minggu ketiga pH menurun diakibatkan
7.6 karena aktivitas mikroba berkurang karena
7.4 berkurangnya bahan makanan dan mikroba yang
7.2 bertahan hanya mikroba yang benar-benar terseleksi
pH
2
pH naik. Selain itu ada pelepasan gas bau yang 0.06 NH3 = -0.0001t + 0.0079t - 0.0148
didominasi oleh H2 S ke lingkungan yang bersifat 2
R = 0.8734
asam. 0.01
Pelepasan ion gas S- pada proses pengomposan 0 10 20 30 40 50 60
terutama saat pengadukan antara 0.3 ppm s/d 1.1
ppm, dan dinamika pelepasan ion gas S- pada proses Waktu pengomposan (t), hari
pengomposan terutama saat tanpa pengadukan.
persamaan matematik y = -0.0002t2 – 0.0037 t + 1.05
Gambar 5 Emisi gas NH3 - selama pengompoan
adalah hubungan antara konsentrasi emisi gas NH3 -
sampah
dengan waktu pengomposan secara, dengan r2 = 0.86.
Hasil identifikasi pelepasan gas NH3 saat tidak
diaduk rata-rata 0.018 ppm s/d 0.135 ppm atau di
1 2 bawah baku tingkat kebauan, sehingga secara
H2S = -0.0002t - 0.0037t + 1.0492
emisi gas H2S,
0.8 2
indrawi pengomposan tidak menimbulkan bau.
R = 0.8586 Hubungan antara konsentrasi emisi gas NH3 - dengan
0.6
ppm
0.4
waktu pengomposan secara matematik NH3 = -
0.0001 t2 + 0.0079 t - 0.0148, dengan nilai r2 = 0.87.
0.2
Emisi gas NH3 yang ke luar sistem
0 pengomposan menunjukkan bahwa O2 menjadi
0 20 40 60 substrat pembatas, sehingga NH3 tidak semuanya
waktu pengomposan (t), hari digunakan bersamaan dengan glukosa dan piruvat
untuk menyusun sel mikroorganisme. Selisih emisi
gas NH3 saat pengomposan dilakukan pengadukan
Gambar 4 Emisi gas H2 S selama pegomposan sampah dan tanpa pengadukan antara 1.39-2.17 ppm
menunjukkan bahwa, emisi gas NH3 saat
Gas H2 S yang terlepas saat tanpa pengadukan
pengomposan tidak diaduk digunakan oleh
antara 0.028-0.8 ppm. Selisih gas H2 S yang terlepas
mikroorganisme untuk menyusun selnya.