Oleh : A r d e n i s w a n I. PENDAHULUAN Program Langit Biru mulai berlaku efektif pada Maret 1995. Program ini bertujuan untuk memperkecil konsentrasi gas polutan yang akan dikeluarkan olehindustri/pabrik ke udara luar guna menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Adapun buruknya kualitas udara emisi yang dikeluarkan oleh industri/pabrik antara lain dapat disebabkan karena : - pemilihan teknologi murah seperti pabrik semen menggunakan metoda wet proses. - pemilihan bahan baku yang murah seperti minyak bumi yang mengandung sulfur tinggi - banyaknya industri menggunakan pembangkit listrik berbahan bakar minyak solar/ diesel Tabel 1. Baku Mutu Emisi Untuk Jenis Kegiatan Lain (Berlaku Tahun 2000) No. Parameter Analisis Metode Analisis Batas Maksimum (mg/Nm 3 ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Bukan Logam : Ammonia (NH 3 ) Gas Klorin ( Cl 2 ) Hidrogen Klorida (HCl) Hidrogen Fluorida (HF) Nitrogen Oksida (NO x ) Opasitas Sulfur Dioksida (SO x ) Partikel/Debu Total Sulfur Tereduksi (H 2 S) Logam : Air Raksa (Hg) Timah hitam (Pb) Kadmium (Cd) Seng (Zn) Arsen (As) Antimon (Sb) Indophenol Blue DPD (Tentative) Mercury Thiocyanate Lantanum Alizarin Phenol Disulfonic Acid Opacimeter Turbidity Gravimetry Methylne Blue AAS Flameless AAS Flame AAS Flame AAS Hydride/GF AAS Hydride/GF AAS Hydride/GF 0,5 10 5 10 1000 35 % 800 350 35 5 12 8 50 8 8 DAMPAK AKIBAT GAS EMISI TERHADAP LINGKUNGAN Hujan asam adalah salah satu indikator untuk melihat kondisi pencemaran udara. Ia adalah presipitasi basah dari polutan di udara yang larut dalam awan. Dengan polutan SO2, SO3, NO2, dan HNO3, butir-butir air hujan akan membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang menjadikan pH air hujan kurang dari 5,60. Selama tahun 1997, di Indonesia telah terjadi hujan asam dimana daerah-daerah dengan nilai rata-rata pH < 5.6 meliputi : Medan, Pakanbaru, J ambi, Bengkulu, Palembang, J akarta, Cisarua-Bogor, Bandung, Mataram, Pontianak, Palangkaraya, Banjarbaru, Winangun-Manado, Sam Ratulangi-Manado, Makasar, Palu dan J ayapura. Nilai rata-rata pH terendah terjadi di Winangun-Manado dengan nilai pH 4.55, dan Palangkaraya sebesar 4.61. Pada tahun 1996 nilai pH rata-rata pH air hujan di bawah 5.6 hanya terjadi di Winangun-Manado sebesar 4.98. II. PROSES TRANSFORMASI Transformasi SOx dan NOx terjadi melalui dua tahapan, yakni tahap reaksi gas homogen dan reaksi gas heterogen. Kedua reaksi tersebut tergantung pada derajad uap air jenuh dalam udara. Reaksi fase homogen meliputi reaksi oksidasi SOx dan NOx oleh ion radikal bebas. Bila pencemaran terjadi disebabkan oleh gas H 2 S dari panas bumi/alam maka reaksi yang terjadi di udara adalah : H 2 S + O 3 SO 2 + H 2 O Gas sulfur dioksida (SO2) baik dari sumber antrophogenic maupun biogenic/ natural akan bereaksi dengan senyawa radikal menjadi : SO 2 + OH* HOSO 2 * HOSO2* + O 2 SO3 + HO 2 * Dalam fase cair, reaksi SO2 dengan OH radikal (dari unsur air, H2O) akan membentuk aerosol H2SO4. H2SO3- yang dibentuk secara langsung sebagai produk perantara yang kemudian melalui reaksi selanjutnya dengan adanya H2O akan menghasilkan H2SO4. SO 3 + H 2 O H 2 SO 4 Sementara untuk polutan nitrik, dalam fase cair, pembentukan asam nitrat dari NO2 dapat terjadi secara langsung membentuk asam nitrat. N 2 + O 2 2NO 2NO + O 2 NO 2 NO 2 + OH* HNO 3 Pembentukan asam nitrit pada fase gas (HNO 2 ) akan disusul dengan pembentukan asam nitrat pada fase cair (HNO 3 ). III. DAMPAK YANG DITIMBULKAN Dengan demikian, jika di suatu wilayah terjadi hujan asam, secara alamiah prosesnya sendiri merupakan kekuatan alam untuk membersihkan atmosfer yang tercemar. Hanya, dalam kondisi faktual, hujan asam memang akan memberikan dampak negatif. Hujan asam ini akan merusak akar tanaman melalui pelepasan ion alumunium, timah, raksa, dan kadmium dari tanah. Tercucinya unsur-unsur Mg 2+ , Ca 2+ , Na 2+ , dan K + dalam tanah juga akan menyengsarakan tanaman, dan ini akan sangat merugikan jika terjadi pada suatu arel pertanian. Hujan asam juga dapat menghalangi perkecambahan dan reproduksi tanaman dan secara langsung akan meracuni tunas yang halus berikut akarnya. Pada sistem akuatik, efeknya dalam menetralisir basa dari aliransungai atau danau juga akan merugikan segi produksi dan pertumbuhan populasi ikan berikut makanan alamiahnya. Asam juga akan menghancurkan insang dan mengganggu kontraksi otot ikan. Hujan asam juga akan merusak bangunan. Kandungan sulfatnya bersifat korosif terhadap logam, sehingga akan sangat berbahaya bagi struktur benda yang tak terlindungi. Asam juga akan merusak abaja pada beton bertulang sehingga akan melemahkan gedung, jalan, dan jembatan. Cat dan karet juga akan memburuk karena oksidasi yang ditimbulkannya. Sementara bagi manusia, hujan asam juga dapat menimbulkan penyakit gatal-gatal serta menyebabkan atau memperburuk penyakit pernafasan (seperti kanker paru-paru, bronkhitis, dan emphisema) dan berperan dalam kematian dini. Hujan asam memang dapat menyuburkan lahan yang kekurangan belerang dan nitrogen, namun dampak buruknya tetap saja lebih dominan. IV. METODE ANALISIS GAS EMISI Metode analisis yang akan dipakai harus metode standar (acuan) oleh J IS, EPA dan ISO. Berdasarkan metode analisis, dibagi atas 2 golongan yaitu : Metode Analisis Kering Metode ini dapat memberikan data analisis dalam waktu relatif lebih cepat dibandingkan dengan metode basah sehingga metode ini banyak dipakai untuk tujuan pemantauangas emisi secara On-line. Ada beberapa macam metode analisis kering yaitu : metode elektrokimia; chemiluminescent; flourescent; flame photometer detektor (FPD) dan non dispersive infra red (NDIR), dll. Metode Analisis Basah Selain gas-gas tersebut di atas yang mempunyai konsentrasi cukup rendah dalam satuan ppm atau mg/m 3 , ada lagi gas-gas emisi berupa CO 2 ; O 2 ; CO; dan yang mempunyai konsentrasi cukup besar yaitu dalam satuan persen (%). Peralatan yang dipakai untuk mengukur konsentrasinya adalah Orsat Gas analyzer . Metode Analisis Gas NO 2 Metode phenol disulfonic acid yaitu metode umum yang dipakai dalam analisis gas NO 2 dari stack menggunakan larutan hidrogen peroksida 3 % dalam asam sulfat (3 + 997) sebagai larutan penyerap. Metode ini dapat menentukan konsentrasi gas NO 2 dari 5 ppm s/d. ribuan ppm. Teknik Sampling Gas NOx Dari Stack (24,47 x w x 10 3 ) Konsentrasi NO2 (ppm) = 46 Vk dimana : w adalah kadar NO2 yang diperoleh pada fasa gas (g) Atau : 46 Konsentrasi NO2 (mg/m 3 ) = ppm NO2 x 24,47 PERHITUNGAN : 298 (Pf - Pn f ) (Pi-Pn i ) Vs = (Va - 25) x - 760 (273 + t f ) (273 + t i ) dimana : Vs adalah volume koreksi udara yang disampling (mL) Va adalah volume botol dalam keadaan kosong (mL) Pf adalah tekanan udara dalam botol setelah sampling gas emisi (mmHg) Pi adalah tekanan udara dalam botol sebelum sampling gas emisi (mmHg) Pn i adalah tekanan uap air jenuh pada suhu t i , o C (mmHg) atau (kPa) Pn f adalah tekanan uap air jenuh pada suhu t f , o C (mmHg) atau (kPa) t i adalah suhu botol silinder sewaktu melakukan pemvakuman botol ( o C) t f adalah suhu botol setelah sampling ( o C) Metode Analisis Gas SO2 Metode umum dalam analisis gas SO 2 dari stack adalah metode turbidimeter dengan larutan penyerap H 2 O 2 3 %. Metode ini dapat menentukan konsentrasi SO 2 dari 10 - 6000 ppm atau 26 - 15600 mg/m 3 . Menghitung Volume Udara Yang Disampling 298 (P a + P m P v ) Vk = V x x 273 + o t 760 dimana : Vk adalah volume koreksi udara yang disampling (L) V adalah volumegas emisi stack yang disampling (L) P a adalah tekanan atmosfir udara dari barometer (mmHg) P m adalah tekanan gauge yang ada pada alat dry gas meter (mmHg) P v adalah tekanan uap jenuh pada temperatur gas dari stack (mmHg) o t adalah suhu udara dari dalam stack sewaktu sampling. Perhitungan penentuan konsentrasi SO 2 jumlah mmol SO 2 dalam larutan SO 2 (mg/m 3 ) = x 64,1 x 10 3 Vk Atau: SO 2 (ppm) = SO 2 (mg/m 3 ) x 0,382 STACK GAS SAMPLER MODEL EG - 04 SPESIFIKASI STACK GAS SAMPLER Model EG-04 Chasis perangkat alat ini dibuat dari aluminium dengan ketebalan2 - 3 mm dan di cat metalik (oven). Dimensi Chasis : 450 (L) x 300 (W) x 370 (H) mm Sampling Probe dari bahan gelas/SS : 900 (L) x 10 (OD) mm Pintu samping terbuat dari aluminium : 310 (L) x 280 (H) mm Flowmeter : - Temperatur maks. Operasional : 121 o C - Floats : Gelas/Stainless Steel (SS) - Panjang Keseluruhan : 150 mm Barometer Aneroid : 780 mm Hg Manometer : 80 mm Hg Timer : 60 menit Voltage : 220 Volt/50/60 Hz. Berat keseluruhan : 20 kg. TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA SEMOGA BERMANFAAT DALAM MENUNJANG KEGIATAN KERJA DI INSTANSI/PERUSAHAAN BAPAK/IBU