Laporan Jembatan Main Road Rev1
Laporan Jembatan Main Road Rev1
DED
JEMBATAN UTAMA MAIN ROAD
JUNI 2020
PERENCANA
1. PENDAHULUAN................................................................................................................ 2
1.1 Umum ................................................................................................................... 2
1.2 Konsep Dasar Perencanaan .................................................................................. 3
2. KRITERIA PERENCANAAN................................................................................................. 6
2.1 Kriteria Pembebanan ........................................................................................... 6
2.2 Pembebanan ........................................................................................................ 8
3. PEMODELAN STRUKTUR JEMBATAN ............................................................................. 15
4. PERENCANAAN PONDASI BORED PILE .......................................................................... 16
5. PERENCANAAN PIER ...................................................................................................... 17
5.1. Perencanaan Tulangan Longitudinal .................................................................. 17
5.2. Perencanaan Tulangan Transversal dan Confinemet ......................................... 17
6. PERENCANAAN ABUTMEN ............................................................................................ 19
6.1. Data Umum Abutmen ........................................................................................ 19
6.2. Pembebanan ....................................................................................................... 19
6.3. Perencanaan Penulangan Abutmen ................................................................... 22
6.4. PERENCANAAN WINGWALL ............................................................................... 23
7. LAMPIRAN
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Umum
2
Gambar 1-3. Potongan melintang jembatan (kanan)
Struktur jembatan direncanakan dengan umur rencana minimal 75 tahun dan probabilitas gaya
gempa rencana terlampaui selama umur layannya adalah sebesar 7 %. Dengan ketentuan ini,
struktur jembatan harus direncanakan mampu memikul gaya gempa dengan perioda ulang
minimum 1000 tahun.
Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan berdasarkan perkalian antara
koefisien respon elastik (CSM) dengan berat struktur ekivalen yang kemudian dimodifikasi dengan
faktor modifikasi sebagai berikut:
𝐶𝑠𝑚
𝐸𝑄 = 𝑊
𝑅 𝑡
Keterangan:
EQ = gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm = koefisien respons elastik
R = faktor modifikasi respons
Wt = berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup yang sesuai (kN)
Koefisien respon elastik C diperoleh dari peta percepatan batuan dasar dan spektra percepatan
(Gambar 1-4 hingga Gambar 1-6) sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang gempa rencana.
Koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta gempa dikalikan dengan suatu faktor
amplifikasi sesuai dengan kondisi tanah sampai kedalaman 30 m di bawah struktur jembatan.
3
Gambar 1-4. Peta percepatan puncak di batuan dasar (PGA) terlampaui 7% dalam 75 tahun
Gambar 1-5. Peta respon spektra percepatan 0.2 detik di batuan dasar untuk probabilitas
terlampaui 7% dalam 75 tahun
4
Gambar 1-6. Peta respon spektra percepatan 1 detik di batuan dasar untuk probabilitas
terlampaui 7% dalam 75 tahun
Untuk penentuan respon spektra di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi untuk
PGA, periode pendek (T=0,2 detik) dan periode 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi
getaran terkait percepatan pada batuan dasar (FPGA), faktor amplifikasi periode pendek (Fa) dan
faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran periode 1 detik (Fv). Tabel 1-1 dan Tabel
1-2 memberikan nilai-nilai FPGA, Fa, dan Fv untuk berbagai klasifikasi jenis tanah.
5
Tabel 1-2. Faktor amplifikasi untuk periode 1 detik
2. KRITERIA PERENCANAAN
Secara umum kriteria pembebanan yang digunakan dalam perencanaan jembatan ini harus ditinjau
dari tiga kondisi beban, yaitu :
a. Beban Kerja (Working Load/ Service Load)
Beban layan adalah beban yang bekerja pada saat kondisi layan bangunan jembatan, hal ini
berkaitan dengan servisibilitas dari bangunan.
6
b. Beban Batas (Ultimate Load)
Beban batas adalah beban yang bekerja pada kondisi ultimit dari struktur, yaitu diperoleh
dengan mengalikan beban yang bekerja dengan faktor beban.
Berdasarkan Bridge Design Manual BMS, Beban rencana yang diperhitungkan pada perencanaan
Jembatan meliputi hal-hal berikut:
1. Beban rencana individual :
Beban permanent
Beban lalu lintas
Beban dari lingkungan
2. Kombinasi beban :
Kombinasi Pembebanan Kondisi Operasional
Kombinasi Pembebanan Dengan Beban Sementara (Angin, Suhu dan Gempa)
7
2.2 Pembebanan
Berat Sendiri
Semua elemen struktur (sub structure & upper structure) untuk Jembatan Situ Gede ini
menggunakan material beton baik beton bertulang biasa maupun beton prategang. Berat
sendiri beton diambil sebesar : γbeton = 25 kN/m3
Tekanan Tanah
Tekanan tanah aktif dipertimbangkan untuk perencanaan abutment. Gaya ini akan memberikan
efek momen guling dan gaya geser pada system struktur abutment.
8
Beban truk “T” adalah berat kendaraan tunggal dengan tiga gandar yang ditempatkan pada
berbagai posisi sembarang pada lajur lalu lintas. Tiap gandar terdiri dari dua pembebanan
bidang bidang kontak yang dimaksud agar mewakili pengaruh roda kendaraan berat (trailer).
Beban satu truk “T” ini hanya boleh ditempatkan per lajur lalu lintas rencana.
Pada umumnya beban lajur “D” akan memberikan effek yang lebih maksimum pada jembatan-
jembatan bentang menengah dan panjang sehingga untuk analisis struktur jembatan bentang
menengah dan panjang hanya akan memperhitungkan beban lajur “D”. Sedangkan untuk
jembatan-jembatan bentang pendek dan system lantai dek, effek beban truk “T” akan lebih
maksimum dibandingkan dengan effek beban lajur “D”. Dengan demikian untuk perencanaan
jembatan-jembatan bentang pendek dan system lantai dek hanya akan memperhitungkan
beban truk “T”.
Beban UDL boleh ditempatkan dalam panjang terputus agar terjadi pengaruh maksimum. Dalam
hal ini L adalah jumlah dan panjang masing-masing beban terputus tersebut. Beban lajur "D”
ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.1.
Selain beban merata UDL, beban lajur “D” juga termasuk beban garis KEL (Knife Edge Load)
sebesar p kN/m, yang ditempatkan dalam kedudukan sembarang sepanjang jembatan dan tegak
lurus pada pada arah lalu lintas.
P = 49.0 kN/m
Pada bentang menerus, beban garis KEL ditempatkan dalam kedudukan lateral sama yaitu tegak
lurus arah lalu lintas pada dua bentang agar momen lentur negatif menjadi maksimum.
9
Gambar 2-1. Kedudukan Beban Lajur "D"
Hanya satu truk harus ditempatkan dalam tiap lajur lalu lintas rencana untuk panjang penuh
jembatan. Truk “T” harus ditempatkan di tengah lajur lalu lintas.
Pada jembatan menerus posisi UDL dan KEL dikombinasikan sedemikian rupa untuk
mendapatkan pengaruh maksimum. Untuk mendapatkan momen lentur positif maksimum pada
bentang maka posisi KEL ditempatkan di tengah-tengah bentang bersamaan dengan UDL. Untuk
10
mendapatkan momen lentur negatif maksimum pada pier maka ditempatkan KEL kedua yang
identik pada bentang lainnya bersamaan dengan UDL. Sedangkan untuk mendapatkan gaya
aksial maksimum pada pier maka KEL pada bentang kiri dan kanan pier ditempatkan pada ujung
atas pier.
Kombinasi UDL KEL ini digunakan dalam perhitungan struktur baik akibat beban seimbang pada
2 jalur maupun akibat beban tidak seimbang pada 1 jalur.
Faktor beban Dinamik (DLA) berlaku pada beban garis KEL lajur “D" dan beban truk "T" untuk
simulasi kejut dan kendaraan bergerak pada Struktur jembatan. Faktor beban dinamik adalah
sama untuk S.L.S. dan U.L.S. dan untuk semua bagian struktur sampai pondasi.
Untuk beban truk “T” nilai DLA adalah 0.3. Untuk beban garis KEL nilai DLA diberikan dalam
Tabel 2.2.
Gaya Rem
Pengaruh rem dan percepatan lalu lintas harus dipertimbangkan sebagai gaya memanjang.
Gaya ini tidak tergantung pada lebar jembatan dan diberikan dalam Tabel 2-3 untuk panjang
struktur yang tertahan.
11
Tabel 2-3 Gaya Rem
Karena bentang jembatan lebih kecil dari 80m maka gaya rem yang bekerja adalah 250 kN.
Beban Lingkungan
A. Beban Angin
12
Tabel 2-5 Beban Garis Merata pada Ketinggian Lantai kN/m
B. Beban Temperatur
Akibat adanya perbedaan suhu dipermukaan dan di dalam maka akan timbul perbedaan
tegangan pada komponen struktur sehingga akan mempengaruhi gaya dalam yang terjadi
terutama untuk struktur yang terkekang seperti continuous beam. Dalam hal ini beban
Temp = 10o dengan gradien
17o – 27o. Selain itu, struktur continuous juga didesain terhadap rentang temperatur sebesar ±
100 C dari temperatur reference 270 C.
C. Beban Gempa
Berdasarkan peta kegempaan Indonesia, spektra percepatan di batuan dasar untuk wilayah
Jakarta adalah 0.3 g. Berdasarkan data hasil penyelidikan tanah, jembatan berada pada lokasi
dengan kelas situs SE.
13
Untuk mengoptimalkan perencanaan, maka untuk perencanaan pier akan digunakan faktor
reduksi (Rx) = 3 dan (Ry) = 5. Sedangkan untuk perencanaan pondasi akan digunakan faktor
reduksi (R) =1. Cara ini harus diaplikasikan pada perencanaan untuk mendorong terjadinya
momen plastis pada pier yang diperkirakan mempunyai nilai overstrength o = 2. Berdasarkan
grafik spektra rencana pada Gambar 2.3, koefisien gaya gempa static eqivalen merupakan fungsi
dari perioda struktur. Ada dua cara untuk menentukan perioda struktur :
1. Cara Modal. Cara Modal bisa dilakukan dengan program finite elemen, misalnya dengan
midas civil
2. Cara simplikasi static eqivalen, yaitu dengan menggunakan formula-formula berikut:
Wt
T 2
gK
dimana :
T : perioda getar (detik)
g : percepatan gravitasi (9.8 m/detik2)
Wt : berat total
K : kekakuan pier.
3EI
K : (untuk kondisi jepit-bebas)
L3
12EI
K : (untuk kondisi jepit-jepit)
L3
Gaya gempa nominal static eqivalen ditentukan dengan persamaan :
C.I
V .Wt
R
dimana :
V : gaya geser gempa static eqivalen
I : faktor keutamaan struktur (I = 1.2)
R : faktor reduksi (R = 4 untuk struktur atas; R = 2 untuk struktur bawah)
Wt : Berat elemen struktur
C : Koefesien Gempa
14
Selain dari itu dalam penentuan koefesien gaya gempa (C) Berdasarkan IBC-2000 ditetapkan
minimum koefisien gaya gempa diambil sebesar 0.11Ca I.
Software yang digunakan dalam pemodelan dan analisis struktur adalah program midas civil. Input
data yang dimasukkan pada midas civil untuk mendefinisikan material (define material) adalah:
Untuk perhitungan kekakuan digunakan penampang retak. Diasumsikan Icr = 0.7* Ig pada kolom
sedangkan pada girder prategang I diambil sama dengan I gross.
15
4. PERENCANAAN PONDASI BORED PILE
Reaksi perletakan untuk perencanaan pondasi diperoleh dari gaya yang bekerja pada struktur atas
dengan kombinasi pembebanan kondisi layan (SLS) dengan menggunakan faktor Reduksi gempa R
= 1. Massa struktur yang diperhitungkan untuk perencanaan gaya gempa adalah berat sendiri
struktur dan beban mati tambahan. Berikut kombinasi pembebanan untuk perencanaan pondasi
pada pier :
Pada perencanaan pondasi Abutmen, bored pile direncanakan harus dapat memikul beban lateral
tambahan dari tekanan tanah aktif dan surcharge. Selain dari itu beban tekanan lateral tanah pada
saat gempa dinaikkan 30% dari kondisi service atau digunakan rumusan Monobe-Okabe untuk
tekanan tanah lateral tanah pada saat gempa. Berikut kombinasi pembebanan untuk perencanaan
pondasi pada abutmen :
16
5. PERENCANAAN PIER
Tulangan longitudinal pada pier direncanakan terhadap momen ultimit maksimum yang terjadi yang
dikalikan dengan faktor pembesaran momen akibat dari kelangsingan pier. Momen ultimit
(terfaktor) yang didapat dari hasil analisis struktur akibat beban gempa memakai faktor reduksi gaya
gempa R = 3 dan faktor kepentingan I = 1.
Perencanaan tulangan longitudinal pier harus dicek mengunakan diagram interaksi (P-M) biaksial.
Dalam hal ini, untuk memperoleh diagram interaksi kapasitas pier digunakan program PCACOL.
Kapasitas penampang peir (kuat nominal) direduksi dengan suatu faktor reduksi sesuai dengan
peraturan ACI 318-99, seperti tercantum dibawah ini:
Lentur, tanpa beban aksial = 0.80
Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur = 0.90
Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur dengan sengkang spiral = 0.70
Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur dengan sengkang lainnya = 0.65
Ratio tulangan longitudinal pada kolom/pier dibatasi, yaitu 1% < < 6 % (ACI-318-02-21.3.41).
Ratio tulangan longitudinal boleh diambil lebih kecil dari 1%, tetapi harus dicek terhadap 1,2 x
momen retak (Mcr), jika lebih kecil dari 1,2 momen retak maka kapasitas penampang dibatasi oleh
momen retaknya.
Kapasitas gaya geser beton diluar sendi plastis dihitung dengan persamaan yang direkomendasikan
oleh ACI 318 - 99, sebagai berikut :
Pu 1
Vc 1 f c 'bd
14 A 6
g
Dimana : Vc : kapasitas geser beton
Pu : gaya aksial terfaktor pada kaki pier
fc’ : kuat tekan beton
Ag : luas area penampang kaki pier
b : lebar penampang
d : tinggi efektif penampang
17
Sedangkan kapasitas geser beton pada daerah sendi plastis diasumsikan nol jika gaya aksial terfaktor
pada elemen tersebut lebih kecil dari 1/20Agfc’. Jika gaya aksial lebi besar dari 1/20Agfc’, maka
kapasitas geser beton digunakan 100%. Berikut ini adalah perbandingan antara gaya aksial terfaktor
pada pier (Pu) dengan 1/20Agfc’ seperti yang direkomendasaikan oleh ACI.
Pada daerah yang akan terbentuk sendi plastis harus dipasang tulangan confinement sepanjang Lo,
dimana Lo tidak boleh diambil lebih kecil dari :
1. Dimensi kolom terbesar
2. 1/6 bentang bersih kolom
3. 500 mm
dengan jarak antar tulangan confinement didalam daerah ujung Lo tidak boleh diambil lebih besar
dari :
1. Enam kali diameter tulangan vertikal
2. Seperempat tebal kolom
3. Sx = 100 +((350 - hx)/3) dan nilai Sx tidak perlu lebih besar dari 150mm dan tidak perlu lebih
kecil dari 100mm
Kebutuhan minimum tulangan confinement pada daerah sendi plastis pier dihitung berdasarkan
formula yang direkomendasikan oleh ACI-318-2002 dan tidak boleh kurang daripada persamaan
berikut :
f ' A g
A sh 0.3 s.h c . c 1
f yh A ch
f '
A sh 0.09 s.h c . c
f yh
18
6. PERENCANAAN ABUTMEN
Abutmen pada jembatan berfungsi sebagai pangkal dan ujung dari sistem struktur jembatan. Pada
dasarnya dibutuhkan 2 abutmen, masing-masing pada kedua ujung jembatan. Karakteristik
pembebanan yang bekerja pada abutmen berbeda dengan pembebanan pada pier, terutama pada
struktur abutmen jembatan terdapat beban yang tidak terdapat pada pier jembatan, yaitu beban
tekanan tanah. Selain itu, umumnya struktur abutmen sangat kaku, bila dibandingkan dengan
struktur pier, sehingga beban gempa yang bekerja pada abutmen harus diperhatikan sedemikian
rupa sehingga tidak terjadi permasalahan yang tidak diinginkan di masa depan. Untuk itu
perencanaan abutmen dipisahkan dari perencanaan pier jembatan.
6.2. Pembebanan
Sama dengan proses perencanaan bagian-bagian struktur jembatan yang lain, perencanaan
abutmen juga menggunakan kombinasi pembebanan ultimit (ULS);
19
dimana;
EQL adalah beban gempa untuk arah longitudinal jembatan (searah sumbu jembatan)
EQT adalah beban gempa untuk arah transversal jembatan (tegak lurus jembatan)
Beban Mati
Berat sendiri struktur abutmen yang terbuat dari material beton dihitung berdasarkan γbeton = 25.0
kN/m3. Tanah timbunan digunakan γsoil = 17.5 kN/m3. Sedangkan koefisien tekanan tanah aktif tanah
adalah, Ka = 0.33.
Beban lalu lintas yang bekerja pada struktur abutmen terbagi 2 macam;
a. Beban lalu lintas dari struktur jembatan, beban ini ditransfer melalui sistem perletakan
girder pada abutmen. Ketiga komponen dari beban lalu lintas struktur jembatan harus
diperhitungkan sebagai beban yang bekerja pada struktur abutmen. Ketiga komponen
tersebut antara lain adalah;
i. Komponen vertikal
ii. Komponen rem (arah longitudinal), dan
iii. Komponen sentrifugal (arah transversal)
b. Beban lalu lintas di oprit, beban ini bekerja pada abutmen berupa dorongan tanah akibat
adanya beban merata di permukaan tanah (surcharge). Besarnya beban merata di
permukaan tanah yang digunakan adalah ekivalen dengan timbunan tanah setinggi 0.60m.
20
Beban Lingkungan
Berdasarkan kondisi lokal abutmen pada daerah jembatan , maka beban lingkungan yang bekerja
pada abutmen hanyalah berupa beban gempa. Beban gempa yang digunakan sama dengan beban
gempa pada pilar
Sedangkan beban gempa akibat dorongan tanah diperhitungkan dengan menggunakan rumus;
w H2
P* s K *
G 2 aG
dimana;
w s , satuan berat isi tanah
H, tinggi tembok
K *aG K *aG K *a
cos 2 ( * )
K *aG 2
sin( * * ) sin( * )
cos() cos () cos( )1
2 *
cos( * ) cos( )
dengan;
, sudut kemiringan dari urugan
, sudut kemiringan tepi belakang tembok, diukur terhadap vertikal
21
6.3. Perencanaan Penulangan Abutmen
Penulangan abutmen yang utama adalah penulangan untuk menahan momen dan geser yang
bekerja pada arah longitudinal atau searah dengan sumbu jembatan. Untuk arah transversal atau
tegak lurus dengan sumbu jembatan, selain beban yang bekerja tidak terlalu besar, penampang
beton dari abutmen yang menerima beban pun cukup besar. Untuk itu penulangan yang utama
adalah penulangan pada arah longitudinal.
Koefisien reduksi kapasitas penampang yang digunakan untuk mendesain penulangan pada
abutmen adalah;
Rumus yang digunakan untuk memperhitungkan persentase luas tulangan yang diperlukan
sehubungan dengan beban yang bekerja adalah;
1 1 2 Multimate
2
0.85 fc' b bwidth d
' Multimate bwidth d
fy
0.85fc'
dan sebagai batasan minimum, persentase luas tulangan terhadap luas penampang ditetapkan
sebesar 0.18%, yaitu jumlah tulangan minimum yang disyaratkan untuk menahan terjadinya
tegangan akibat susut dan temperatur.
22
6.4. PERENCANAAN WINGWALL
Wingwall adalah struktur untuk menahan timbunan dibelakang abutmen dan timbunan jalan dari
dorongan/ tekanan ke arah transversal jalan. Desain wingwall sama seperti desain retaining wall.
Penentuan dimensi wingwall ditentukan oleh tipe abutmen dan timbunan. Ujung bawah wingwall
harus selalu tertanam minium 600 mm dari permukaan timbunan disamping wingwall.
Beban yang bekerja pada wingwall adalah beban akibat tekanan tanah ditambah dengan surcharge.
Dengan mengambil berat jenis tanah sebesar = 18 kN/m3 dan koeffesien tekanan tanah lateral ka
= 0.3 sehingga beban per meter persegi tanah adalah w = ka = 0.3*18 = 5,4 kN/m2.
Gaya yang bekerja pada wingwall, untuk cantilever wingwall adalah seperti gambar berikut:
23
LAMPIRAN
24
PEMBEBANAN PILAR P6
2. Beban Slab
3. Beban Aspal
4. Beban LL untuk Mendapatkan M(-) maksimum
cov = 50 mm
diameter rebar (longitudinal) db = 32 mm
diameter confinement dc = 19 mm
Panjang kolom L = 11600 mm
Material
baja fyh = 420 MPa
beton fc' = 27 MPa
Sendi Plastis
Gaya geser ultimate Vu = 2030.84 kN
P = 21913.8 kN
stirrup diameter dc = 19 mm
spasi s = 100 mm
ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 2807.6228 kN
Bored Pile P6
U1
My
Vz
U1
Mz
Vy
U1
MR
VR
C
U2
My
Vz
U2
Mz
Vy
U2
MR
VR
C
U3
My
Vz
U3
Mz
Vy
U3
MR
VR
C
Gaya Aksial
U1
U2
U3
Resume
Sendi Plastis
Gaya geser ultimate Vu = 685 kN
stirrup diameter dc = 16 mm
spasi s = 75 mm
ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 1058,89158 kN
Vu / ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 0,64690287 OK
SECTION B
Sendi Plastis
Gaya geser ultimate Vu = 70 kN
stirrup diameter dc = 16 mm
spasi s = 200 mm
ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 312,92248 kN
Vu / ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 0,22369758 OK
PERENCANAAN PONDASI
ABUTMENT A1
Project : JJS
Ref. : BH GT04
Calc Method : O'Neill and Reese, 1999
Calculatin Depth of Pile
Pile Properties Depth 12 m
Type : Bored Pile Ultimate Comp 5252,42 kN
Shape : Circle Allowable Comp 1874,77 kN
Diameter : 1,00 Allowable Pullout 553,71 kN
Area : 0,785
Perimeter : 3,142
Unit weight : 24,00
Compression Tension
Fz Qall Cek FZ Pull Out Cek
S1 1700 1874,77 OK
S2 1931 2806,546973 OK
S3 1722 2806,546973 OK
Defleksi Servis
Defleksi Gempa
ABUTMENT A2
Project : JJS
Ref. : BH GT04
Calc Method : O'Neill and Reese, 1999
Calculatin Depth of Pile
Pile Properties Depth 16 m
Type : Bored Pile Ultimate Comp 4730.46 kN
Shape : Circle Allowable Comp 1699.17 kN
Diameter : 0.80 Allowable Pullout 694.98 kN
Area : 0.503
Perimeter : 2.513
Unit weight : 24.00
Compression Tension
Defleksi Gempa
PIER P2 DAN PIER P6
Project : JJS
Ref. : BH GT04
Calc Method : O'Neill and Reese, 1999
Calculatin Depth of Pile
Pile Properties Depth 32 m
Type : Bored Pile Ultimate Comp 16193.53 kN
Shape : Circle Allowable Comp 5608.82 kN
Diameter : 1.20 Allowable Pullout 3260.61 kN
Area : 1.131
Perimeter : 3.770
Unit weight : 24.00
Compression Tension
Fz Qall Cek FZ Pull Out Cek
S1 2781.8 5608.82 OK
S2 6596 8396.4427 OK 4537 4890.9152
S3 5704 8396.4427 OK 3197 4890.9152
PIER P4
Project : JJS
Ref. : BH GT04
Calc Method : O'Neill and Reese, 1999
Calculatin Depth of Pile
Pile Properties Depth 30 m
Type : Bored Pile Ultimate Comp 15051.60 kN
Shape : Circle Allowable Comp 5206.34 kN
Diameter : 1.20 Allowable Pullout 2961.34 kN
Area : 1.131
Perimeter : 3.770
Unit weight : 24.00
Compression Tension
Fz Qall Cek FZ Pull Out Cek
S1 2565 5206.34 OK
S2 6327 7793.9204 OK 4295 4442.0049
S3 5517 7793.9204 OK 2884 4442.0049
PIER P3 DAN P5
Project : JJS
Ref. : BH GT04
Calc Method : O'Neill and Reese, 1999
Calculatin Depth of Pile
Pile Properties Depth 30 m
Type : Bored Pile Ultimate Comp 15051.60 kN
Shape : Circle Allowable Comp 5206.34 kN
Diameter : 1.20 Allowable Pullout 2961.34 kN
Area : 1.131
Perimeter : 3.770
Unit weight : 24.00
Compression Tension
Fz Qall Cek FZ Pull Out Cek
S1 2670 5206.34 OK
S2 6232 7793.9204 OK 4039 4442.0049
S3 5568 7793.9204 OK 2903 4442.0049
PIER P1 DAN P7
Project : JJS
Ref. : BH GT04
Calc Method : O'Neill and Reese, 1999
Calculatin Depth of Pile
Pile Properties Depth 30 m
Type : Bored Pile Ultimate Comp 15051.60 kN
Shape : Circle Allowable Comp 5206.34 kN
Diameter : 1.20 Allowable Pullout 2961.34 kN
Area : 1.131
Perimeter : 3.770
Unit weight : 24.00
Compression Tension
Fz Qall Cek FZ Pull Out Cek
S1 2688 5206.34 OK
S2 6351 7793.9204 OK 4321 4442.0049
S3 5539 7793.9204 OK 2934 4442.0049
Resume Pondasi
A1 = 2 x 7 D800, L = 16 m
P1 = 3 x 4 D1200, L = 28 m
P2 = 3 x 4 D1200, L = 30 m
P3 = 3 x 4 D1200, L = 28 m
P4 = 3 x 4 D1200, L = 28 m
P5 = 3 x 4 D1200, L = 28 m
P6 = 3 x 4 D1200, L = 30 m
P7 = 3 x 4 D1200, L = 28 m
A2 = 2 x 7 D800, L = 24 m
ABUTMENT A1
Project : JJS
Ref. : BH GT04
Calc Method : O'Neill and Reese, 1999
Calculatin Depth of Pile
Pile Properties Depth 12 m
Type : Bored Pile Ultimate Comp 5252,42 kN
Shape : Circle Allowable Comp 1874,77 kN
Diameter : 1,00 Allowable Pullout 553,71 kN
Area : 0,785
Perimeter : 3,142
Unit weight : 24,00
Compression Tension
Fz Qall Cek FZ Pull Out Cek
S1 1700 1874,77 OK
S2 1931 2806,546973 OK
S3 1722 2806,546973 OK
Defleksi Servis
Defleksi Gempa
Bored Pile A1 D = 1m
U1
My
Vz
U1
Mz
Vy
U1
MR
VR
B
U2
My
Vz
U2
Mz
Vy
U2
MR
VR
B
U3
My
Vz
U3
Mz
Vy
U3
MR
VR
B
Gaya Aksial
U1
U2
U3
Resume
Sendi Plastis
Gaya geser ultimate Vu = 335 kN
stirrup diameter dc = 16 mm
spasi s = 100 mm
ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 679,021375 kN
Vu / ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 0,49335708 OK
SECTION B
Sendi Plastis
Gaya geser ultimate Vu = 300 kN
stirrup diameter dc = 16 mm
spasi s = 200 mm
ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 425,581375 kN
Vu / ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 0,70491807 OK
ABUTMENT A2
Project : JJS
Ref. : BH GT04
Calc Method : O'Neill and Reese, 1999
Calculatin Depth of Pile
Pile Properties Depth 16 m
Type : Bored Pile Ultimate Comp 4730.46 kN
Shape : Circle Allowable Comp 1699.17 kN
Diameter : 0.80 Allowable Pullout 694.98 kN
Area : 0.503
Perimeter : 2.513
Unit weight : 24.00
Compression Tension
Defleksi Gempa
Bored Pile A2 D = 1m
U1
My
Vz
U1
Mz
Vy
U1
MR
VR
C
U2
My
Vz
U2
Mz
Vy
U2
MR
VR
C
U3
My
Vz
U3
Mz
Vy
U3
MR
VR
C
Gaya Aksial
U1
U2
U3
Resume
Sendi Plastis
Gaya geser ultimate Vu = 135 kN
stirrup diameter dc = 16 mm
spasi s = 100 mm
ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 679,021375 kN
Vu / ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 0,19881554 OK
SECTION B
Sendi Plastis
Gaya geser ultimate Vu = 190 kN
stirrup diameter dc = 16 mm
spasi s = 300 mm
ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 341,101375 kN
Vu / ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 0,55701916 OK
2.A Tulangan slab
Dari hasil analisis didapatkan diagram moment pada slab PCI girder = 190.45 kNm, dan pada slab box
girder 114,43 kNm
Penulangan slab PCI girder
(Tulangan Atas)
Material
β1 = 0.81
εs = 0.02557299
fy / Es = 0.002
fs = 400 Mpa tulangan leleh
ρb = 0.03614625
ρmaks 0,75 ρb = 0.02710969 tulangan underreinforced
(Tulangan Bawah)
Material
β1 = 0.81
εs = 0.025573
fy / Es = 0.002
fs = 400 Mpa tulangan leleh
ρb = 0.036146
ρmaks 0,75 ρb = 0.02711 tulangan underreinforced
Penulangan slab steel box girder
(Tulangan Atas)
Material
β1 = 0.81
εs = 0.04408254
fy / Es = 0.002
fs = 400 Mpa tulangan leleh
ρb = 0.03614625
ρmaks 0,75 ρb = 0.02710969 tulangan underreinforced
(Tulangan Bawah)
Material
β1 = 0.81
εs = 0.032312
fy / Es = 0.002
fs = 400 Mpa tulangan leleh
ρb = 0.036146
ρmaks 0,75 ρb = 0.02711 tulangan underreinforced
PEMBEBANAN PILAR P1
2. Beban Slab
3. Beban Aspal
4. Beban LL
DESAIN PILAR P1
1. DESAIN PILAR P1
cov = 50 mm
diameter rebar (longitudinal) db = 32 mm
diameter confinement dc = 19 mm
Panjang kolom L = 6000 mm
Material
baja fyh = 420 MPa
beton fc' = 27 MPa
Sendi Plastis
Gaya geser ultimate Vu = 2755.29 kN
P = 13665.8 kN
stirrup diameter dc = 19 mm
spasi s = 100 mm
ϕ ( Vc/2 + Vs ) = 2362.92501 kN