Anda di halaman 1dari 24

KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUP

DAN KEHUTANAN

PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Seri 3
Kerja Sama, Akses Permodalan
dan Akses Pasar

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan


PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Seri 3
Kerja Sama, Akses
Permodalan dan Akses
Pasar

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan


PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL


SERI 3: KERJA SAMA, AKSES PERMODALAN DAN AKSES PASAR

Diterbitkan pertama kali oleh


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Cetakan pertama, Desember 2019

Penanggung Jawab
Jo Kumala Dewi

Penyusun :
Desi Florita Syahril
Hasnawir
Umi Rusyianawati
Linda Krisnawati
Nurhayati
Yussi Nadia
Faisal M. Yasin
Vidya Sari Nalang
Latifah Hendarwati
Suwito
Nurka Cahyaningsih
Dadang Riansyah
Yuniarto Nugroho
Amrin Fauzi Lubis

Editor
Sugiarto AS

Ilustrasi
Sang Puan Daulat
Desain dan Layout
Bintang Hanggono

Diperkenankan untuk melakukan modifikasi, penggandaan


maupun penyebarluasan buku ini untuk kepentingan pendidikan
dan bukan untuk kepentingan komersial dengan tetap
mencantumkan atribut penyusun dan keterangan dokumen ini
secara lengkap.

Isi dari publikasi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia

II
Seri 3 Kerja Sama, Akses Permodalan dan Akses Pasar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN -1
1.1. Latar Belaka -1
1.2. Maksud dan Tujuan -2
1.3. Keluaran -2
BAB II KERJA SAMA PERHUTANAN SOSIAL-3
2.1. Pengantar -3
2.2. Tujuan -3
2.3. Keluaran -3
2.4. Para Pihak -3
2.5. Dokumen Pendukung Kerja Sama -4
2.6. Model Kerja Sama Izin Perhutanan Sosial -4
BAB III AKSES PERMODALAN -9
3.1. Pengantar-9
3.2. Tujuan -10
3.3. Keluaran -10
3.4. Persiapan Pra Akses Permodalan -10
3.5. Peluang Akses Permodalan Usaha -11
BAB IV AKSES PASAR -12
4.1. Pengantar -12
4.2. Tujuan -13
4.3. Keluaran -13
4.4.Strategi Mengakses Pasar -13
4.5. Strategi Pemasaran Produk dan Jasa -13
BAB V PENUTUP -15

III
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

SERI 3
KERJASAMA,
AKSES PERMODALAN DAN
AKSES PASAR

SERI 2 SERI 4
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN PENGELOLAAN
KAWASAN HUTAN & PENGETAHUAN
LINGKUNGAN

SERI 1 SERI 5
PENDAMPINGAN MONITORING dan
TAHAP AWAL EVALUASI

PANDUAN ROLE MODEL PENDAMPINGAN


PERHUTANAN SOSIAL &
KEMITRAAN LINGKUNGAN

IV
Seri 3 Kerja Sama, Akses Permodalan dan Akses Pasar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Perhutanan Sosial pada dasarnya memadukan antara peningkatan
kesejahteraan rakyat dan pelestarian hutan. Dalam rangka mencapai kedua
hal tersebut maka Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupaya
melakukan kegiatan yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan dan juga penciptaan model pelestarian hutan yang
efektif melalui pengembangan produk dan jasa yang bersumber dari hasil
hutan untuk memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat. Untuk itu
Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) sebagai pengelola izin/hak perhutanan
sosial dan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) sebagai unit bisnis KPS
perlu mempunyai pengetahuan mengenai strategi pengembangan usaha
seperti akses pasar, akses permodalan maupun strategi kerja sama dengan
para pihak dalam pengembangan usahanya.

1
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

1.2 Maksud dan Tujuan


Petunjuk teknis ini bertujuan memberikan kapasitas yang dibutuhkan KPS
untuk:
1) Meningkatkan efektivitas pengelolaan, meningkatkan kapasitas dan
memperluas jaringan KPS,
2) Membekali pengetahuan KPS untuk mengetahui apa saja yang perlu
dipersiapkan,
3) Meningkatkan mutu dan kualitas produknya agar dapat berkompetisi
dalam mengakses pasar, serta dapat mengembangkan strategi
pemasaran yang tepat untuk menambah pendapatannya.

1.3 Keluaran
Petunjuk teknis ini terdiri dari tiga segmen yaitu kerja sama PS, akses
permodalan dan akses pasar. Keluaran yang diharapkan dari petunjuk teknis
ini yaitu:

Segmen Keluaran
Kerja Sama Perhutanan KPS/KUPS mampu menyiapkan dokumen kerja sama
Sosial perhutanan sosial dalam bentuk Nota Kesepahaman
Bersama (NKB) dan Perjanjian Kerja Sama Teknis (PKST), baik
kerja sama dalam rangka penguatan tata kelola maupun
dalam rangka pengembangan usaha perhutanan sosial.

Akses Permodalan KPS/KUPS melengkapi persyaratan formil yang dibutuhkan


dalam mengakses permodalan dan mendapatkan informasi
mengenai peluang-peluang permodalan dari berbagai
sumber seperti perbankan, BLU Pusat P2H KLHK, CSR
Perusahaan, Dana Desa, BUMD, dan lain sebagainya.
Akses Pasar KPS/KUPS mengetahui dan mempersiapkan mutu dan kualitas
produk untuk dapat mengakses pasar, serta mengembangkan
strategi pemasaran yang tepat.

2
Seri 3 Kerja Sama, Akses Permodalan dan Akses Pasar

BAB II
KERJA SAMA PERHUTANAN SOSIAL

2.1. Pengantar
Kerja sama izin perhutanan sosial adalah hubungan kerja sama yang dilakukan
oleh KPS dan atau KUPS dengan para pihak yang berkepentingan.

2.2. Tujuan
Tujuan kerja sama perhutanan sosial adalah untuk meningkatkan efektivitas
pengelolaan, meningkatkan kapasitas dan memperluas jaringan KPS.

2.3. Keluaran
Keluaran dari petunjuk teknis kerja sama ini yaitu KPS/KUPS dapat menyiapkan
dokumen kerja sama perhutanan sosial dalam bentuk Nota Kesepahaman
Bersama (NKB) dan Perjanjian Kerja Sama Teknis (PKST), baik kerja sama dalam
rangka penguatan tata kelola maupun dalam rangka pengembangan usaha
perhutanan sosial.

2.4. Para Pihak


Beberapa pihak yang dapat dilibatkan bekerja sama dalam perhutanan sosial
antara lain:
a) Instansi pusat dan daerah terkait misalnya Pariwisata (Jasa Lingkun
gan), Perindustrian dan Perdagangan (Hasil Hutan Bukan Kayu), Per
tanian (Pengadaan Bibit), Pekerjaan Umum (Sarana dan Prasarana),
Pemberdayaan Masyarakat Desa (Pemanfaatan Dana Desa), Koperasi
(Kelembagaan dan Pemasaran Hasil Usaha), Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Pengadaan Sarana dan Prasarana Lingkungan Hidup dan
Kehutanan),
b) Akademisi/perguruan tinggi dan Lembaga riset (penelitian dan pen
ingkatan sumber daya manusia),
c) Dunia usaha/sektor swasta/BUMN (pengembangan usaha, akses
modal dan akses pasar),
d) LSM/NGO (Perbaikan tata kelola kelembagaan dan tata kelola
kawasan),
e) Lembaga keuangan (akses permodalan dan penjaminan usaha).

3
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

2.5. Dokumen Pendukung Kerja Sama


Bahan-bahan berikut ini perlu dipersiapkan sebelum menjajaki kerja sama
yaitu:

1. Peta izin perhutanan sosial,


2. Peta blok pengelolaan dan rencana blok,
3. Data hasil pendataan potensi kawasan,
4. RKU, RPHD, RP dan RKT,
5. Dokumen Rencana Model Usaha (RMU) untuk produk dan jasa KUPS,
6. Dokumen penawaran kerja sama.

2.6. Model Kerja Sama Izin Perhutanan Sosial


Kerja sama dalam pengelolaan izin Perhutanan Sosial dalam praktiknya terdiri
atas beberapa model kerja sama yaitu:
a. Kerja sama dalam rangka penguatan kelembagaan dan tata kelola
kawasan,
b. Kerja sama dalam rangka peningkatan SDM KPS dan KUPS,
c. Kerja sama dalam rangka penelitian sumber daya kawasan, dan
d. Kerja sama dalam rangka pengembangan usaha.
Penjelasan masing-masing kerja sama dapat dilihat di bawah ini.

4
Seri 3 Kerja Sama, Akses Permodalan dan Akses Pasar

A. Kerja Sama dalam Rangka Penguatan Kelembagaan dan Tata Kelola


Kawasan
Kerja sama ini dapat dilakukan untuk membantu penguatan kelembagaan
seperti aspek legalitas KPS, legalitas KUPS, AD-ART, bisnis model dan bisnis
plan KUPS, manajemen administrasi keuangan dan lain-lain. Selain urusan
kelembagaan, kerja sama ini juga dapat dilakukan untuk menguatkan
tata kelola kawasan seperti proses penandaan batas, pendataan potensi,
penyusunan dan penandaan blok dan penyelesaian konflik tenurial kawasan.
Para pihak terkait yang dapat menjadi mitra kerja sama ini yaitu :
- NGO atau LSM yang fokus pada isu lingkungan dan pemberdayaan
masyarakat,
- Lembaga atau asosiasi pengusaha,
- Lembaga keuangan atau perbankan,
- Perusahaan terdekat yang memiliki program CSR,
- Pemerintah Pusat dan Daerah,
- Akademisi dan pihak lain yang relevan sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat.

B. Kerja Sama dalam Rangka Peningkatan SDM KPS dan KUPS


Kerja sama ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kapasitas sumber
daya manusia dari KPS dan KUPS sesuai dengan kebutuhan pengelolaan izin
perhutanan sosial. Beberapa kapasitas pokok yang perlu dimiliki oleh KPS dan
KUPS yaitu :
• Pengetahuan dan keterampilan pemetaan Kawasan,
• Pengetahuan dan keterampilan pendataan potensi Kawasan,
• Pengetahuan dan keterampilan manajemen perencanaan,
• Pengetahuan dan keterampilan manajemen administrasi dan
keuangan,
• Pengetahuan dan keterampilan manajemen usaha dan pemasaran
HHK, HHBK, pemanfaatan kawasan dan jasa lingkungan,
• Pengetahuan dan keterampilan manajemen lingkungan dan
konservasi.

5
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Agar kapasitas pokok bisa dimiliki oleh pengurus KPS dan KUPS, diperlukan
kerja sama dengan para pihak lain yang relevan dan berkepentingan seperti
akademisi, lembaga penyedia pelatihan, balai diklat dan pihak lain yang
memiliki program peningkatan kapasitas. Kebutuhan sarana peningkatan
kapasitas dapat dilihat dari hasil pemetaan kebutuhan peningkatan kapasitas
pada Buku Seri – 1 Petunjuk Teknis Pendampingan Pasca-Izin Perhutanan
Sosial.
C. Kerja Sama dalam Rangka Penelitian Sumber Daya Kawasan
Kerja sama ini penting untuk menunjang perencanaan, pengelolaan dan
pemanfataan Kawasan. Penelitian tidak hanya bermanfaat bagi peneliti tapi
juga bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas KPS dan KUPS. Beberapa
kebutuhan penelitian secara umum di kawasan izin perhutanan sosial:
• Penelitian daya dukung dan daya tampung lingkungan, hal ini
berguna untuk menyusun perencanaan usaha jasa yang akan
dilakukan oleh KPS dan KUPS,
• Penelitian hidrologi terutama pada izin PS di kawasan hutan rawa
gambut, hal ini berguna untuk perencanaan restorasi dan rehabilitasi
kawasan rawa gambut,
• Penelitian flora dan fauna endemik dan dilindungi, hal ini berguna
untuk menunjang perencanaan konservasi dan perlindungan
kawasan.
• Penelitian tanah, hal ini berguna untuk menyusun perencanaan
agroforestry.
• Penelitian budidaya tumbuhan HHBK untuk menunjang perencanaan
usaha HHBK dan penelitian lain yang sesuai dengan kebutuhan
setempat.

D. Kerja Sama dalam Rangka Pengembangan Usaha


Kerja sama usaha izin PS sebaiknya dilakukan setelah tahapan penataan
wilayah kelola, penandaan blok, dan perencanaan KPS/KUPS diselesaikan
dengan baik, karena pada tahapan ini pemegang izin diharapkan sudah
cukup siap baik dari sisi tata kelola maupun kapasitas pengurusnya. Beberapa
contoh model kerja sama usaha pada izin PS sebagai berikut:
(1) Model Kerja Sama Usaha I
Model kerja sama ini terjadi antara KPS/KUPS dengan mitra usaha. Mitra
usaha yang dimaksud dapat berasal dari NGO, Swasta, dan lain-lain.
Biasanya mitra usaha mempunyai unit layanan usaha, dalam hal ini

6
Seri 3 Kerja Sama, Akses Permodalan dan Akses Pasar

disebut dengan sub-mitra. Tahapan contoh model kerja sama usaha I


sebagai berikut:
- KPS menjalin kerja sama dengan mitra yang dituangkan dalam
dokumen Nota Kesepahaman Bersama (NKB). NKB mengikat kedua
belah pihak dalam kerangka komitmen yang lebih umum. Di dalam
isi NKB harus menjelaskan batas waktu penyelesaian Perjanjian
Kerja Sama Teknis. Tidak ada ketentuan mengenai batas waktu
penyelesaian PKST, tetapi umumnya paling lama setelah enam
bulan PKST harus selesai.
- KUPS dan submitra menyusun dan menyepakati PKST. PKST
merupakan ketentuan yang lebih terperinci sebagai turunan dari
NKB. PKST bersifat perjanjian tertulis mengenai komitmen yang
akan dijalankan oleh kedua belah pihak dalam rangka kerja sama
usaha.
Contoh Model Kerja Sama Usaha I

(2) Model Kerja Sama Usaha II


Pada model kerja sama usaha II calon mitra dapat langsung menjalin
kesepakatan (NKB dan PKST) dengan KUPS yang diketahui oleh KPS,
model kerja sama II dapat digambarkan sebagai berikut:

7
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Contoh Model Kerja Sama Usaha II

(3) Model Kerja Sama Usaha III


Pada model kerja sama usaha III, KPS/KUPS menjalin kerja sama tiga
pihak dengan mitra dan KPH setempat atau BUMD, payung hukum
model kemitraan ini mengacu pada PP No. 28 tahun 2018 tentang Kerja
Sama Pemerintah Daerah.

Contoh Model Kerja Sama Usaha III

8
Seri 3 Kerja Sama, Akses Permodalan dan Akses Pasar

BAB III
AKSES PERMODALAN

3.1. Pengantar

Persoalan modal dan keuangan, merupakan aspek yang penting dalam


pengembangan usaha. Tanpa memiliki modal, suatu usaha tidak akan dapat
berjalan walau syarat lainnya yang mendukung pengembangan usaha sudah
dimiliki. Petunjuk teknis ini akan menjelaskan mengenai bagaimana persiapan
bagi KPS sebelum mengakses permodalan dan mendapatkan peluang
permodalan usaha.

Selain modal dalam bentuk uang atau aset, modal yang tidak kalah penting
harus dimiliki oleh kelompok yaitu modal sosial, karena modal sosial ini
merupakan modal utama kelompok dalam membangun usaha. Modal sosial
dimaksud adalah nilai-nilai yang berlaku dan mengikat dalam kelompok
seperti kerja sama, jujur dan saling percaya, bertanggung jawab dan saling

9
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

meringankan beban sesama anggota, mengutamakan kepentingan bersama


di atas kepentingan pribadi dan lain sebagainya.

3.2. Tujuan
Petunjuk teknis akses permodalan bertujuan membekali pengetahuan KPS
untuk mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan untuk mengakses modal
dan berbagai peluang akses modal yang akan diperoleh.

3.3. Keluaran
KPS dan KUPS mengetahui hal – hal yang harus dipersiapkan sebelum
mengakses permodalan dan mengetahui peluang – peluang akses permodalan
usaha perhutanan sosial.

3.4. Persiapan Pra Akses Permodalan


Persiapan yang perlu dilakukan oleh KPS dan KUPS sebelum mengakses
berbagai peluang permodalan adalah sebagai berikut :
• Tersedianya dokumen legalitas KPS dan KUPS seperti Akta Notaris
KPS dan Akta Notaris Badan Usaha KUPS.
• Tersedianya dokumen tata kelola Kawasan seperti RKU, RPHD, RP-Ke
mitraan Kehutanan, RKT dan Rencana Model Usaha.
• Tersedianya dokumen pendukung lain seperti Buku Rekening atas
nama KPS dan KUPS, NPWP, Surat Keterangan Domisili Kantor KPS
dan KUPS, Surat Izin Usaha Mikro dan Kecil, SIUP, TDP dan lain-lain.
• Lokasi pelaksanaan usaha tidak sedang berkonflik dengan pihak
manapun.
• Usaha produk ataupun jasa sudah mulai berjalan paling tidak satu
tahun.
• Memiliki kepastian konsumen dan pasar, dapat ditunjukkan dengan
adanya dokumen kerja sama usaha dan bukti – bukti transaksi usaha.
• Memiliki SOP administrasi yang jelas, dapat ditunjukkan dengan
adanya SOP administrasi dan keuangan.
• Bukti hasil audit keuangan, paling tidak audit internal dari KPS dan
KUPS.

10
Seri 3 Kerja Sama, Akses Permodalan dan Akses Pasar

3.5. Peluang Akses Permodalan Usaha


Beberapa peluang akses permodalan usaha di sektor HHK, HHBK dan Jasa
Lingkungan diantaranya sebagai berikut :
• Permodalan dari berbagai Bank Nasional dengan fasilitas KUR dan
dana pinjaman bergulir lainnya.
• Permodalan dari BLU Pusat P2H KLHK.
• Dana bantuan CSR dari Perusahaan terdekat.
• Penyertaan modal dari Dana Desa setempat.
• Bantuan alat ekonomi produktif dari pemerintah pusat dan daerah.
• Penyertaan modal dari BUMN maupun BUMD.

11
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

BAB IV
AKSES PASAR

4.1. Pengantar
Akses pasar merupakan faktor penting bagi kegiatan usaha penanaman modal
dalam memasarkan hasil produksi atau jasannya. KPS perlu memahami akses
pasar untuk mengembangkan hasil penjualan produk atau jasa yang dapat
meningkatkan nilai tambah bagi aggota KPS maupun KUPS.

Akses pasar juga hal penting di bagian hilir dari kegiatan perhutanan sosial
untuk memasarkan produk atau jasa usaha perhutanan sosial. Untuk membuka
akses pasar produk atau jasa perhutanan sosial, dapat dilakukan antara lain :

(1) Menghubungkan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) dengan


pasar tradisional/konvensional ataupun modern (ritel atau
marketplace),
(2) Mengikutsertakan KUPS dalam acara-acara promosi produk/komoditi
unggulan,
(3) Membuat produk baru yang dipasarkan melalui pasar tradisional/
konvensional ataupun melalui pasar modern (ritel dan marketplace).

12
Seri 3 Kerja Sama, Akses Permodalan dan Akses Pasar

4.2. Tujuan
Petunjuk teknis akses pasar ini bertujuan agar KPS/KUPS siap untuk
meningkatkan mutu dan kualitas produk atau jasanya agar dapat berkompetisi
dalam mengakses pasar, serta dapat mengembangkan strategi pemasaran
yang tepat untuk menambah pendapatannya.

4.3. Keluaran
KPS/KUPS memiliki strategi dan akses pasar sesuai dengan produk dan jasa
yang diusahakan.

4.4. Strategi Mengakses Pasar


Beberapa hal yang perlu dipersiapkan KPS dan KUPS sebelum mengakses
pasar baik pasar produk maupun jasa adalah sebagai berikut :
• Memiliki badan usaha yang sehat secara tata kelola organisasi dan
keuangan,
• Memiliki saluran atau kanal informasi khusus untuk produk dan jasa
yang diusahakan agar konsumen mudah untuk mendapatkan infor
masi dan komunikasi,
• Memiliki manajemen inovasi produk dan jasa, hal ini untuk mening
katkan daya saing usaha terutama bagi usaha mikro dan kecil,
• Memiliki peta kompetitor usaha yang sejenis dengan usaha yang se
dang dikembangkan,
• Memiliki target konsumen dan target pasar yang jelas,
• Memiliki rencana usaha produk dan jasa yang cukup matang,
• Memiliki bukti sertifikasi atau legal produk dan jasa yang sedang diu
sahakan.

4.5. Strategi Pemasaran Produk dan Jasa


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam strategi pemasaran produk dan
jasa terutama dari usaha – usaha perhutanan sosial:
• Segmentasi pasar, sebagai pelaku usaha KPS dan KUPS harus bisa
melakukan pemilahan konsumen dan pasar berdasarkan kebutuhan
dan tren perubahan perilaku pasar dan konsumen.

13
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

• Memahami pola pasar, hal ini penting bagi KPS dan KUPS karena
sangat menentukan manajemen inovasi dan layanan kepada
konsumen, dalam berbagai kasus usaha semakin tidak sehat ketika
tidak mampu memahami pola pasar dari produk dan jasa yang sedang
diusahakan.
• Masuk Dalam Jaringan Pasar Tertentu, hal ini dilakukan untuk
menambah dan membuka jaringan pemasaran baru, dapat dilakukan
dengan cara kerja sama dengan pihak tertentu yang sesuai dengan
kebutuhan pemarasan produk dan jasa yang sedang diusahakan.
• Mempengaruhi Tanggapan Konsumen, hal ini penting dilakukan
untuk mempengaruhi target pasar dari usaha KPS dan KUPS. Cara
agar dapat mempengaruhi tanggapan konsumen adalah dengan
memberikan informasi atau edukasi terkait nilai lebih produk atau
jasa dibandingkan dengan produk dan jasa lain yang sejenis, harga,
tempat produksi atau tempat penjualan, proses produksi dan lain –
lain.
• Pemilihan Waktu Pemasaran, hal ini penting dilakukan agar
pendistribusian atau pemasaran produk dan jasa sesuai dengan
waktu kebutuhan pasar dan konsumen.
• Memberikan Kemudahan Layanan Komplain, hal ini penting
untuk memberikan kemudahan bagi konsumen ketika ada hal –
hal atau permasalahan terkait produk dan jasa yang kita jual dan
mempermudah penyelesaian masalah.

14
Seri 3 Kerja Sama, Akses Permodalan dan Akses Pasar

BAB V
PENUTUP

Kerja sama, akses permodalan dan akses pasar


merupakan kebutuhan mendasar bagi pengembangan
usaha perhutanan sosial. Dengan luasnya kerja sama,
akses modal yang cukup dan akses pasar yang memadai
memungkinkan KPS dan KUPS mengembangkan
usahanya dengan sehat dan berkelanjutan.
Untuk mencapai kondisi tersebut dibutuhkan
situasi dimana para pemegang izin/hak kelola
perhutanan sosial mendapat dukungan
dari para pihak yang berkepentingan dan
relevan sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat.

15

Anda mungkin juga menyukai