Anda di halaman 1dari 22

ACCOUNTING SUMMARY

“HUTANG”

NAMA : ANDINI PRATIWI

NIM : 11200820000005

KELAS : 2A AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umumnya setiap perusahaan akan mengalami yang namanya utang, terlebih
utang jangka pendek (lancar) yang biasanya timbul dari aktivitas operasi perusahaan.
Sebagai contoh utang jenis ini bisa berupa utang dagang yang timbul sebagai akibat
dari pembelian kredit yang dilakukan perusahaan dan utang gaji sebagai akibat
adanya penundaan pembayaran gaji kepada karyawan. Dengan adanya transaksi
pembelian secara kredit, perusahaan dapat merealisasikan kebutuhannya yang belum
bisa dibayar secara tunai. Selain itu, perusahaan juga dapat menunda penggunaan kas
sehingga kas yang tersedia dapat digunakan untuk kegiatan investasi lainnya seperti,
membeli saham, obligasi maupun surat berharga lainnya. Dari kegiatan ini diharapkan
kas yang ada diperusahaan menjadi produktif.
Setiap hutang yang terjadi dalam perusahaan hendaknya dicatat dengan handal
dan sesuai faktur atau dokumen sejenisnya sebagai tanda bukti adanya pembayaran
yang tertunda. Sebuah prosedur pencatatan utang yang efektif dan efisien dibutuhkan,
agar setiap utang yang terjadi dapat dikontrol dan segera dilunasi pada tanggal jatuh
temponya, sehingga tidak terjadi penumpukkan utang lancar yang terlalu besar.
Penumpukkan ini tentunya akan sangat merugikan perusahaan, selain perusahaan
akan kesulitan melunasinya, juga akan menimbulkan klaim dari kreditur yang
bersangkutan. Oleh karena itu setiap perusahaan membutuhkan sebuah system yang
dapat mengelola semua ini dengan baik yaitu system akuntansi utang.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep hutang dalam islam
2. Pengertian hutang
3. Liabilitas jangka pendek
4. Akuntansi untuk utang wesel dan liabilitas lancar lainnya
5. Mengidentifikasi jenis-jenis obligasi
6. Penerbitan obligasi dan beban
7. Akuntansi untuk utang wesel jangka panjang
BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP HUTANG MENURUT ISLAM


1. Pengertian Hutang
Hutang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kewajiban
membayar kembali apa yang sudah diterima. Kata hutang terdiri dari dua suku kata
yaitu hutang dan piutang. Hutang berarti sesuatu yang dipinjamkan dari orang lain.
Sedangkan piutang berarti sesuatu yang dipinjamkan ( dapat ditagih orang lain).
Menurut ahli fiqih hutang piutang adalah transaksi antara dua pihak, yang satu
menyerahkan uangnya kepada yang lain secara sukarela untuk dikembalikan lagi
kepadanya oleh pihak kedua dengan hal serupa.
Hutang piutang menurut istilah syara’ adalah akad untuk memberikan sesuatu
benda yang ada harganya. Islam megajarkan kepada umatnya bahwa jika terjadi akad
hutang piutang hendaklah ditulis dengan menyebutkan siapa yang memberikan
hutang, nama orang yang berhutang, dan jenis yang dihutangi serta tanggal terjadinya
hutang piutang, tanggal pengembalian, dan alamat yang berhutang.
Dalam Islam, hutang piutang juga dikenal dengan istilah Al-Qardh. Secara
etimologis, kata Al-Qardh berarti Al-Qath’u yang bermakna potongan. Dengan
demikian, Al-Qardh dapat dipahami sebagai harta yang diserahkan kepada orang yang
berhutang, sebab harta yang diserahkan merupakan satu potongan dari harta orang
yang memberikan hutang.
Qardh yaitu memberikan harta kepada seseorang yang dikembalikan
imbangannya seperti memberikan kain untuk dikembalikan dengan kain yang serupa.
Atau memberikan pinjaman kepada seseorang dengan pembayaran tetap (tanpa
bunga). Namun jika peminjam memberikan tambahan atas kemauannya sendiri tanpa
diminta, atau tanpa ada perjanjian, diperbolehkan. Dalam hal qardh boleh ada
jaminan/borg, barang yang mudah dijual. Jika sampai waktunya peminjam tidak
sanggup mengembalikannya, sedangkan yang meminjamkan sangat membutuhkan,
maka atas kesepakatan bersama, barang jaminan tersebut boleh dijual, lalu diambil
sejumlah uang yang dipinjam, sedang sisanya dikembalikan lagi kepada peminjam.
2. Dalil Seputar Hutang
 Qur’an Surah Al-Baqarah 2:282
‫اك ُتب ُْو ۗهُ َو ْل َي ْك ُتبْ َّب ْي َن ُك ْم َكا ِت ۢبٌ ِب ْال َع ْد ۖ ِل َواَل‬ْ ‫ْن ا ٰ ِٓلى اَ َج ٍل ُّم َس ًّمى َف‬ ٍ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْٓوا ِا َذا َتدَا َي ْن ُت ْ'م ِبدَ ي‬
‫ب َك َما َعلَّ َم ُه هّٰللا ُ َف ْل َي ْك ُت ۚبْ َو ْل ُي ْمل ِِل الَّذِيْ َعلَ ْي ِه ْال َح ُّق َو ْل َي َّت ِق هّٰللا َ َرب َّٗه َواَل‬ َ ‫ب َكا ِتبٌ اَنْ َّي ْك ُت‬ َ ْ‫َيأ‬
‫ض ِع ْي ًفا اَ ْو اَل َيسْ َتطِ ْي ُع اَنْ ُّي ِم َّل ه َُو‬ َ ‫ان الَّذِيْ َعلَ ْي ِه ْال َح ُّق َسفِ ْيهًا اَ ْو‬ َ ‫س ِم ْن ُه َش ْئـًًٔ' ۗا َفاِنْ َك‬ ْ ‫َيب َْخ‬
‫ْن َف َر ُج ٌل وَّ ام َْراَ ٰت ِن‬ ِ ‫ْن مِنْ رِّ َجالِ ُك ۚ ْم َفاِنْ لَّ ْم َي ُك ْو َنا َر ُجلَي‬ ِ ‫َف ْليُمْ لِ ْل َولِي ُّٗه ِب ْال َع ْد ۗ ِل َواسْ َت ْش ِه ُد ْوا َش ِهيْدَ ي‬
‫ب ال ُّش َه ۤدَ ا ُء ِا َذا‬ َ ْ‫ض ْو َن م َِن ال ُّش َه ۤ َدا ِء اَنْ َتضِ َّل اِحْ ٰدى ُه َما َف ُت َذ ِّك َر اِحْ ٰدى ُه َما ااْل ُ ْخ ٰر ۗى َواَل َيأ‬ َ ْ‫ِممَّنْ َتر‬
‫هّٰللا‬
‫ط عِ ْندَ ِ َواَ ْق َو ُ'م‬ ٓ
ُ ‫ص ِغيْرً ا اَ ْو َك ِبيْرً ا ا ِٰلى اَ َجل ۗ ِٖه ٰذلِ ُك ْم اَ ْق َس‬ َ ُ‫َما ُدع ُْوا ۗ َواَل َتسْ ٔـَٔ'م ُْٓوا اَنْ َت ْك ُتب ُْوه‬
‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُج َنا ٌح‬ َ ‫ار ًة َحاضِ َر ًة ُت ِد ْير ُْو َن َها' َب ْي َن ُك ْم َفلَي‬ َ ‫لِل َّش َها َد ِة َواَ ْد ٰن ٓى اَاَّل َترْ َتاب ُْٓوا' ِآاَّل اَنْ َت ُك ْو َن ت َِج‬
ۗ ‫ُض ۤارَّ َكا ِتبٌ َّواَل َش ِه ْي ٌد ۗە َواِنْ َت ْف َعلُ ْوا َف ِا َّن ٗه فُس ُْو ۢ ٌق ِب ُك ْم‬ َ ‫اَاَّل َت ْك ُتب ُْو َه ۗا َواَ ْش ِه ُد ْٓوا' ا َِذا َت َبا َيعْ ُت ْم ۖ َواَل ي‬
‫َوا َّتقُوا هّٰللا َ ۗ َو ُي َعلِّ ُم ُك ُ'م هّٰللا ُ ۗ َوهّٰللا ُ ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َعلِ ْي ٌم‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya
sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan
hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah,
Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang itu
orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan
sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki,
maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu
sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang seorang lagi
mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah
kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih
mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai
yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak
menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis
dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu
suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran
kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
 Hadits riwayat Ahmad dan Tirmidzi
‫ِن مُعَ لَّ َق ٌة ِبدَ ْي ِن ِه حَ َّت ٰى ُي ْقضَ ى عَ ْن ُه‬
ِ ‫َن ْفسُ ْالـم ُْؤم‬
Artinya :
“nasib seorang mukmin tergantung pada hutangnya sampai ia melunasinya”
3. Konsep Hutang dalam Islam
Konsep berhutang menurut perspektif islam ialah memberikan sesuatu kepada
seseorang dengan perjanjian bahwa orang yang diberi pinjam itu akan membayar
dengan kadar yang sama. Amalan berhutang kini menjadi persoalan biasa di kalangan
masyarakat islam.
Secara dasarnya Islam memperbolehkan kepada seseorang untuk berhutang
atas faktor yang memaksa seperti masalah kesempitan hidup. Namun begitu, perlu
diperjelaskan disini bahwa beban akan diterima si penghutang adalah berat, terutama
jika hutang tidak dibayar. Lebih berat jika dia meninggal dunia dalam keadaan hutang
tidak dilunaskan.
Orang yang berhutang hukumnya mubah, memberikan pinjaman hukumnya
sunnah muakkad dan bisa menjadi wajib apabila orang yang meminjam itu benar –
benar dalam keadaan terdesak. Misalnya hutang beras bagi orang yang kelaparan,
hutang uang untuk biaya pengobatan. Antara orang yang menghutangi dengan orang
yang berhutang dilarang memberikan syarat agar dalam pengembalian hutang itu
dilebihkan nilainya. Kelebihan nilai hutang itu hukumnya riba. Hutang yang terjadi
karena pinjam – meminjam uang tidak boleh ada tambahan, kecuali dengan alasan
yang pasti dan jelas, seperti biaya materai, biaya notaries, dan studi kelayakan.
Tambahan lainnya yang sifatnya tidak pasti dan tidak jelas, seperti inflasi dan deflasi,
tidak diperbolehkan.
Mayoritas ulama berpendapat, dalam akad hutang piutang tidak boleh
dipersyaratkan dengan batasan waktu untuk mecegah terjerumus dalam riba nasiah.
Riba nasiah adalah kelebihan yang diberikan atas keterlambatan seseorang dalam
membayar hutangnya kepada orang lain.
Syarat sahnya hutang adalah orang yang member pinjaman (muqrid) benar –
benar memiliki harta yang akan dipinjamkan tersebut. Harta yang dipinjamkan adalah
harta yang jelas dan murni kehalalannya, bukan harta yang haram atau tercampur
dengan sesuatu yang haram.
Harta yang dipinjamkan hendaknya berupa harta yang ada padanannya baik
yang bisa ditimbang, diukur, maupun dihitung. Syarat selanjutnya adalah adanya
serah terima barang yang dipinjamkan, dan hendaknya tidak terdapat manfaat
(imbalan) atau keunutngan dari akad ini bagi orang yang meminjamkan, karena jika
hal itu terjadi maka akan terjadi riba. Dengan kata lain, bahwa pinjaman yang
berbunga atau mendatangkan manfaat apapun adalah haram. Karena tujuan dari
pemberi pinjaman adalah mengasihi si peminjam dan menolongnya, bukan mencari
kompensasi atau keuntungan.
Ketika akad hutang piutang telah dilakukan, muqtaridh (orang yang
meminjam) berkewajiban untuk mengembalikan pinjaman semisal pada saat muqridh
menginginkannya. Jumhur ulama memperbolehkan orang yang meminjam untuk
mengembalikan barang yang dipinjamnya dengan yang lebih baik.
Menurut Hanafiyah, setiap pinjaman yang memberikan nilai manfaat bagi
muqridh, maka hukumnya haram sepanjang dipersyaratkan dalam akad, jika tidak
disyaratkan, maka diperbolehkan. Begitu juga dengan hadiah atau bonus yang
dipersyaratkan. Muqtaridh diharamkan memberikan hadiah kepada muqridh,jika
maksud pemberian itu untuk menunda pembayaran. Begitu juga pinjaman dengan
syarat tertentu, misalnya muqridh akan memberikan pinjaman kepada muqtaridh , jika
muqtaridh mau menjual rumahnya kepada muqridh. Hal itu tidak diperbolehkan,
karena adanya larangan hadits nabi untuk menggabungkan akad pinjaman dengan jual
beli.
Akad hutang piutang diperbolehkan dengan 2 syarat, yaitu :
1. Pinjaman itu tidak memberikan nilai manfaat (bonus atau hadiah yang
dipersyaratkan) bagi muqridh, karena ada larangan dalam hadits nabi
(Sesungguhnya Nabi Saw melarang pinjaman yang mengandung manfaat, maka
itu merupakan riba).
2. Akad hutang piutang tidak digabungkan dengan akad lain.
Dalam kegiatan bisnis, orang tidak bisa terlepas dari kegiatan hutang piutang. Karena
kegiatan ini sudah melekat dengan kegiatan bisnis itu sendiri. Dalam dunia bisnis orang biasa
membeli barang dan pembayaran di belakang secara tunai ataupun dibayar dengan surat
berharga berupa cek, atau giro bilyet mundur ini dapat 1, 2, 3 bulan atau lebih, tergantung
pada perjanjian antar penjual dan pembeli. Namun bagi seorang individu, keinginan
berhutang timbul karena beberapa sebab, diantaranya :
1. Memang sangat diperlukan, misalnya untuk menutupi keperluan hidup, karena
penghasilan tidak cukup.
2. Karena keperluan mendadak, sedang dana tabungan tidak ada, seperti untuk keperluan
pengobatan, biaya sekolah anak, kontrak rumah dan sebagainya.
3. Keinginan menikmati kehidupan melampaui batas kemampuannya, dengan kata lain
lebih besar pasak daripada tiang
4. Karena pola hidup yang salah, dan menggunakan uang yang tidak semestinya, seperti
berjudi, mabuk dan perbuatan amoral lainnya.
Orang yang kesulitan harta tidak mengapa baginya untuk menunda membayar hutang.
Kreditur dapat memberi tenggang waktu kepada debitur untuk membayar hutangnya.
Kreditur seharusnya memberikan kemudahan kepada debitur jika mengalami kesulitan.
4. Ketentuan Hutang
Dalam ekonomi konvensional hutang piutang sering dijadikan instrument
untuk melakukan eksploitasi agar mendapat keuntungan. Teori ini tidak berlaku
dalam system ekonomi Islam, dimana akad hutang piutang disyariatkan untuk
memberikan pinjaman kebaikan kepada orang yang membutuhkan. Ketentuan lain
yang perlu diperhatikan untuk menjalankan akad hutang – piutang :
1. Hutang hendaklah dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan yang sangat
mendesak (darurat)
2. Perlu dilakukan pencatatan hutang. Hutang merupakan sesuatu yang berada
dalam tanggungan seseorang. Maka keberadaannya perlu dicatat. Oleh karena
perjanjian verbal mengenai hutang dapat menimbulkan perselisihan,penipuan
dan masalah hukum, maka Al- Qur’an mewajibkan kedua belah pihak,
kreditur maupun debitur, melakukan kontrak hutang dengan tertulis
disaksikan oleh dua orang saksi serta menetapkan syarat dan ketentuan
pelunasannya.
3. Apabila yang berhutang dalam kesukaran, maka diberi tangguhan sampai
mereka bisa membayar. Dilarang hukumnya menuntut pengembalian hutang
kepada orang yang belum memiliki kemampuan, terutama bagi kalangan fakir
miskin.
4. Orang yang berhutang hendaknya ia berusaha melunasi hutangnya sesegera
mungkin tatkala ia telah memiliki kemampuan untuk mengembalikan
hutangnya itu.
5. Melebihkan dalam pembayaran hutang hukumnya dibolehkan selama tidak
dipersyaratkan. Jika yang berhutang menambahnya atas kemauan sendiri
tanpa syarat dari yang berhutang, maka tidak dilarang. Akan tetapi jika ada
keinginan untuk ditambah atau mengharapkan tambahan, inilah yang
terlarang.
2. PENGERTIAN HUTANG
Pengertian hutang usaha atau hutang dagang (account payable) adalah
kewajiban yang muncul karena transaksi pembelian barang atau jasa secara kredit
yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan, dan yang harus segera
dibayarkan dalam jangka waktu singkat.
Dalam akuntansi, hutang merupakan suatu pengorbanan ekonomis untuk masa
depan dalam bentuk penyerahan jasa, aktiva sebagai bagian dari transaksi atau
kesepakatan di masa lalu antara kedua belah pihak. Tidak hanya dalam bentuk uang
tunai, hutang juga bisa berbentuk surat berharga, obligasi, saham, surat pengakuan
hutang, tanda bukti hutang dan masih banyak lagi.
Dalam bisnis, hutang bisa didefinisikan sebagai hak milik orang atau pihak
lain yang masih ada di dalam bisnis kita. Hak tersebut dapat berupa barang atau
uang, sedangkan piutang merupakan kebalikannya, yaitu hak milik kita atau
perusahaan yang belum dibayarkan oleh orang lain atau pihak lain.
Pengertian hutang menurut Kieso et. All (2008 : 172) yang dimana
menjelaskan hutang merupakan kemungkinan pengorbanan masa depan atas
manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu untuk
mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan
sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.
Definisi hutang menurut Kerangka Dasar Pengukuran dan Pengungkapan
Laporan Keuangan (KDP2LK) dalam Dwi Martani, et. All (2012 :5) adalah
sebagai berikut :
“Liabilitas adalah hutang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas
yang mengandung manfaat ekonomi”
Menurut Fahmi (2015 : 160) : “Hutang adalah kewajiban (Liabilities). Maka
liabilities atau hutang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh pihak perusahaan
yang bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber pinjaman
perbankan, leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya”.
Dari definisi tentang hutang diatas dapat disimpulkan bahwa hutang
merupakan satu sumber pembiayaan eksternal atau modal dari kreditur yang
digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan kebutuhan perusahaan.
3. Liabilitas Jangka Pendek
Kebijakan perusahaan dalam mengambil utang jangka pendek, merupakan
salah satu keputusan untuk menambah dana perusahaan. Sehingga kebutuhan
operasional perusahaan dapat terpenuhi, bahkan kesempatan perusahaan bisa
berkembang dengan pesat.
Hutang jangka pendek adalah suatu pinjaman dana atau yang disebut sebagai
kewajiban yang harus dibayar dan bersifat sebagai dana darurat. Selain itu, hutang
ini juga memiliki jatuh tempo dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun.
Pada ilmu akuntansi, utang jangka pendek biasa disebut sebagai liabilitas
lancar. Dalam dunia bisnis, tambahan dana dari utang lazim dilakukan oleh pemilik
bisnis baik perusahaan kecil, menengah maupun besar. Untuk melunasi kewajiban
perusahaan, hal pertama yang akan dilakukan yaitu melakukan perhitungan atas
kepemilikan aktiva atau aset perusahaan. Tetapi ketika pemilik bisnis tidak dapat
melunasi hutangnya, maka perusahaan akan mengambil kebijakan untuk memotong
dividen atas keuntungan dari pemilik investor.
 Ciri – ciri Liabilitas Jangka Pendek
1. Adanya kewajiban suatu pinjaman yang harus segera dibayar, dimana
transaksi tersebut sudah memiliki perjanjian antara kedua belah pihak
antara pemberi hutang dan penerima pinjaman.
2. Timbulnya nominal kewajiban hutang jangka pendek yang harus
dibayar.
Penting bagi setiap pebisnis untuk menyajikan perhitungan dana kepemilikan atau
rincian modal usaha.
 Jenis – Jenis Hutang Jangka Pendek
1. Hutang dagang
Hutang dagang adalah jenis pinjaman yang seharusnya bisa dilunasi
dalam jangka waktu singkat. Jenis pinjaman ini timbul apabila seorang
pemilik usaha melakukan kredit terhadap sebuah barang yang akan ia jual
lagi kepada konsumen atau pelanggannya.
2. Hutang Wesel
Hutang wesel adalah jenis pinjaman yang dilakukan oleh pemilik
usaha dengan bukti sebuah surat tertulis. Namun, di dalam surat tersebut,
tidak perlu disertakan syarat ataupun jaminan dari pinjaman yang akan
diberikan.
3. Dividen
Dividen adalah keuntungan khusus yang diberikan oleh pemilik usaha
terhadap para investor yang menanamkan uangnya di dalam bisnis. Jumlah
dari keuntungan tersebut berbeda – beda sesuai dengan perjanjian yang telah
dilakukan sebelumnya.
4. Pendapatan Diterima di Muka
Pendapatan diterima di muka adalah uang penjualan yang didapatkan
terlebih dahulu oleh pemilik usaha padahal mereka belum memberikan
produk atau jasa kepada pihak konsumen mereka.
5. Hutang Biaya
Hutang biaya adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemilik usaha
dan telah tercatat ke dalam beban (pengeluaran). Akan tetapi, hutang tersebut
belum dibayarkan dengan alasan tanggal jatuh tempo masih jauh.
4. Akuntansi untuk Utang Wesel dan Liabilitas Lancar Lainnya
 Utang Wesel
Utang wesel adalah kewajiban yang didukung dengan bukti tertulis secara
formal, dalam bentuk wesel atau promes. Wesel bisa dibuat dengan jangka
waktu yang berbeda – beda. Apabila jangka waktu wesel kurang dari 1 tahun,
maka wesel tersebut digolongkan sebagai kewajiban lancar atau kewajiban
jangka pendek. Wesel bisa berbunga dan tidak berbunga.
 Wesel berbunga
 Bank Duta menyetujui untuk memberi pinjaman sebesar Rp10.000.000 pada
tanggal 1 Oktober 2002. Untuk itu bank meminta kepada CV Progo untuk
menandatangani sebuah promes dengan bunga 12% dan berjangka waktu 4
bulan.
Jurnal :
2002 Okt 1 Kas Rp10.000.000
Utang Wesel Rp10.000.000
(untuk mencatat penerimaan kas dan penarikan wesel, 12%, 4 bulan)
 Seandainya tahun buku CV Progo berakhir tanggal 31 Desember, dan pada
tanggal tersebut perusahaan menyusun neraca, maka pada tanggal 31 Desember
dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat utang bunga, sebesar Rp300.000
(Rp10.000.000 X 12% X3/12)
Jurnalnya :
2002 Des 31 Biaya Bunga Rp300.000
Utang Bunga Rp300.000
(untuk mencatat biaya bunga wesel selama 3 bulan)
 Jurnal untuk mencatat pembayaran nilai nominal dan bunga wesel pada tanggal
1 Februari 2003 (tanggal jatuh wesel)
2003 Feb 1 Utang Wesel Rp10.000.000
Utang Bunga Rp 300.000
Biaya Bunga Rp 100.000
Kas Rp10.400.000
(untuk mencatat biaya bunga 1 bulan dan pelunasan wesel)
 Wesel Tidak Berbunga
Wesel tidak berbunga adalah wesel yang tidak secara eksplisit
menyebutkan tingkat bunga tertentu dalam surat wesel yang
bersangkutan. Sebenarnya wesel tersebut tetap mengandung bunga,
karena peminjam diwajibkan membayar jumlah yang lebih besar pada
tanggal jatuhnya dibandingkan dengan jumlah pinjaman yang
diterimanya.
 CV Progo menandatangani wesel dengan nilai nominal Rp10.400.000, jangka
waktu 4 bulan, tanpa bunga untuk Bank Duta. Nilai tunai wesel Rp10.000.000
Jurnalnya :
2002 Okt 1 Kas Rp10.000.000
Diskonto Utang Wesel Rp 400.000
Utang Wesel Rp10.400.000
(untuk mencatat penerimaan kas dan penarikan wesel, 4 bulan, tanpa bunga)
 Rekening diskonto utang wesel adalah lawan (contra account) terhadap
rekening utang wesel.
 Dalam contoh, jumlah diskonto sebesar Rp400.000 merupakan biaya
peminjaman uang selama 4 bulan. Oleh karena itu biaya tersebut harus
dibebankan sebagai biaya bunga selama jangka waktu wesel.
 Seandainya CV Progo menyusun laporan pada tanggal 31 Desember 2002,
harus dibuat jurnal penyesuaian untuk mengakui biaya bunga selama tahun
2002 dan mengurangi saldo rekening diskonto utang wesel sebesar Rp300.000
(3/4 X Rp400.000)
2002 Des 31 Biaya Bunga Rp300.000
Diskonto Utang Wesel Rp300.000
(untuk mencatat bunga selama 3 bulan)
 Dengan adanya jurnal penyesuaian diatas maka saldo rekening diskonto utang
wesel tinggal Rp100.000 (Rp400.000 – Rp 100.000)
 Penyajian utang wesel dan diskonto utang wesel pada neraca
Utang wesel Rp10.400.000
Dikurangi : Diskonto Utang Wesel (Rp 100.000)
Rp10.300.000
 Pada tanggal jatuh wesel, rekening diskonto utang wesel akan bersaldo nol, dan
nilai jatuh wesel dibayar.
 Jurnal yang harus dibuat pada tanggal 1 Februari 2003 untuk mengakui bunga 1
bulan dan pembayaran utang wesel
2003 Feb 1 Utang wesel Rp10.400.000
Biaya bunga Rp 100.000
Diskonto utang wesel Rp 100.000
Kas Rp10.400.000
(untuk mencatat bunga satu bulan dan melunasi wesel)
 Utang Pajak
Barang dan jasa yang kita beli atau kita peroleh sering dikenai pajak atas
barang/ jasa yang kita peroleh.
Contoh :
Tanggal 25 Maret 2002 PT. Kelud menjual barang seharga Rp10.000. atas
penjualan tersebut PT. Kelud memungut pajak pertambahan nilai (PPN)
sebesar 10% sehingga jumlah kas yang diterima dari pembeli menjadi
Rp11.000
Jurnal :
2002 Maret 25 Kas Rp11.000
Penjualan Rp10.000
Utang Pajak Rp 1.000
 Pendapatan Diterima di Muka
 Perusahaan kadang – kadang menerima pembayaran di muka atas barang atau
jasa yang penyerahannya akan dilakukan di waktu yang akan datang.
 Penerimaan kas yang terjadi sebelum barang/jasa diserahkan kepada pembeli,
harus diberlakukan sebagai utang, karena penjual mempunyai kewajiban untuk
menyerahkan barang atau jasa diwaktu yang akan datang.
Contoh :
Tanggal 1 Desember 2002, CV Serayu menerima pesanan 400 buah kursi
kuliah dari PT Merbabu dengan harga Rp10.000/buah. Pada tanggal tersebut
PT. Merbabu membayar uang muka sebesar Rp2.500.000
Jurnal :
2002 Des 1 Kas Rp2.500.000
Pendapatan diterima dimuka Rp2.500.000
 Pada tanggal 31 Desember 2002, CV Serayu menyerahkan 100 buah kursi sebagai
penyerahan tahap 1
Jurnal :
2002 Des 31 Pendapatan diterima di muka Rp1.000.000
Penjualan Rp1.000.000
 Selain jurnal diatas CV. Serayu juga membuat jurnal untuk mencatat harga pokok
penjualan dan pengurangan persediaan
Jurnal :
2002 Des 31 Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Persediaan Rp xxx
5. Jenis –Jenis Obligasi
Pada dasarnya, pengertian obligasi atau bond adalah suatu surat pengakuan
atau suatu pernyataan utang yang dikeluarkan oleh suatu pemerintah Negara atau
perusahaan sebagai pihak yang memiliki utang untuk selanjutnya diserahkan kepada
pemegang obligasi yang dilengkapi dengan janji untuk membayar utang dan
bunganya sesuai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.
Obligasi memiliki banyak sekali jenis yang dibedakan menjadi beberapa
kategori, yakni berdasarkan penerbitnya, sistem pembayaran bunganya, dan
berdasarkan jenis serta karakteristiknya. Selain itu, obligasi juga terbagi
berdasarkan tolak ukur yang dimanfaatkan.
1. Jenis Obligasi Berdasarkan Nilai Nominal
 Obligasi Konvensional (conventional bonds)
Obligasi Konvensional adalah suatu surat utang yang memiliki jumlah
nominal yang sangat besar, yaitu sekitar 1 miliar rupiah per slotnya.
Obligasi konvensional adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa
penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki
kewajiban untuk membayar bunga secara berkala dan berkewajiban
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
pembeli obligasi.
 Obligasi Ritel (retail bonds)
Obligasi Ritel adalah kebalikan dari konvensional, yaitu surat utang yang
mempunyai nilai nomnal kecil, misalnya Rp 1 juta. Obligasi ini biasanya
diterbitkan pemerintah walaupun korporasi juga bisa menerbitkannya.
2. Jenis Obligasi Berdasarkan Penerbitnya
Setiap badan hukum sebenarnya bisa menerbitkan obligasi. Namun, ada aturan
yang mengikat penerbitannya agar tidak merugikan investor yang membeli
obligasi dan perusahaan atau lembaga yang menerbitkan obligasi. Itu sebabnya,
terdapat tiga lembaga badan hukum yang berhak merilis surat utang berdasarkan
penerbitnya.
 Obligasi Pemerintah (government bonds)
Obligasi Pemerintah adalah jenis obligasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Obligasi ini pertama kali diterbitkan di Indonesia pada bulan
Agustus tahun 2006. Surat utang ini sah secara hukum dan dilindungi
berbagai peraturan, termasuk Undang – Undang Peraturan Pemerintah,
peraturan menteri keuangan (PMK) dan lainnya. Itu sebabnya obligasi
pemerintah menjadi salah satu instrumen investasi yang paling diincar
investor karena cenderung lebih aman dari risiko gagal bayar. Dalam
obligasi pemerintah, ada beberapa jenis obligasi, yaitu :
 Obligasi Ritel Indonesia (ORI), diterbitkan guna membiayai defisit
APBN. Namun obligasi ORI ini memiliki nominal kecil sehingga dapat
dibeli secara ritel.
 Obligasi Rekap, diterbitkan dengan tujuan khusus dalam rangka
Program Rekapitulasi Perbankan.
 Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit APBN
 Surat Berharga Syariah Negara/Obligasi Sukuk, sama halnya dengan
SUN, obligasi syariah bertujuan untuk membiayai defisit APBN dengan
menawarkan surat obligasi sesuai prinsip syariah.
 Obligasi Korporasi (corporate bonds)
Obligasi Korporasi adalah salah satu jenis obligasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan tertentu seperti BUMN ataupun swasta dalam kurun waktu 1
tahun. Sebab dikeluarkan pihak nonpemerintah, risikonya akan lebih tinggi
ketimbang obligasi pemerintah, tergantung kondisi perusahaan penerbitnya,
pasar atau bahkan kondisi politik negara tempat perusahaan tersebut
berdomisili. Contohnya PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dengan kode
INDF menerbitkan surat obligasi seharga Rp2 Triliun pada tahun 2014
dengan tingkat bunga yang tetap dengan kurun waktu lima tahun.
 Obligasi Pemerintah Daerah (municipal bonds)
Obligasi Pemerintah Daerah adalah jenis obligasi yang dilekuarkan oleh
pemerintah daerah untuk mendanai proyek pembangunan yang berhubungan
dengan kepentingan publik. Tujuannya adalah supaya daerah mandiri dalam
pembiayaan pembangunan dan perkembangan daerah agar tidak tergantung
pada pemerintah pusat. Meski sama – sama diterbitkan pemerintah, obligasi
municipal ini berbeda dengan obligasi pemerintah, seperti ORI dan SBR.
Bahkan, risiko obligasi municipal ini jauh lebih tinggi daripada obligasi
pemerintah pusat karena risiko gagal bayarnya lebih tinggi.
3. Jenis Obligasi Berdasarkan Pembayaran Bunga
 Obligasi Tanpa Bunga (zero coupon bonds)
Zero coupon bonds adalah jenis surat utang tanpa bunga dan tidak akan
memberikan kupon secara berkala. Pada umumnya, para investor akan
mendapatkan nilai keuntungan dari selisih harga jual diskonto dan harga
awal surat utang tersebut diperjualbelikan. Jenis obligasi ini juga memiliki
tenor yang berbeda – beda, dari mulai 1 tahun hingga 10 tahun.
 Obligasi Kupon (coupon bonds)
Obligasi kupon adalah surat utang yang mampu memberikan bunga
ataupun kupon secara berkala kepada para investornya. Kupon tersebut akan
mewakili suatu nominal tertentu sesuai kesepakatan yang terjalin antara
pihak penerbit obligasi dan pihak investor.
 Obligasi Kupon Tetap (fixed coupon)
Obligasi kupon tetap adalah jenis obligasi yang menawarkan tingkat
suku bunga dengan nilai yang tetap hingga jatuh tempo pada utang tersebut
sudah tiba.
 Obligasi Kupon Mengambang (floating coupon)
Jenis obligasi ini akan menawarkan kupon yang mampu berubah nilainya
berdasarkan indeks pasar uang yang sedang berlaku. Di dalamnya terdapat
kupon batas minimal yang berarti kupon pertama yang pertama kali
ditetapkan yang akan menjadi nilai besaran kupon minimal yang berlaku
hingga jatuh tempo.
4. Jenis Obligasi Berdasarkan Hak Penukaran
 Obligasi Konversi (convertible bonds)
Obligasi Konversi adalah surat utang yang memungkinkan bagi pemegang
surat utang untuk mengonversinya menjadi saham perusahaan penerbit
obligasi dengan rasio penukaran yang sudah disepakati sebelumnya.
Obligasi ini merupakan obligasi yang biasanya mempunyai tingkat kupon
yang rendah lantaran investor dianggap telah diberi privilege untuk
mengubah surat utangnya menjadi surat kepemilikan alias saham.
 Obligasi Tukar (exchangeable bonds)
Obligasi Tukar hampir serupa dengan obligasi konversi. Bedanya pada
obligasi tukar adalah pemegang surat utang bisa mengubah obligasi menjadi
saham afiliasi penerbitnya. Misalnya, saham milik anak ataupun induk
perusahaan.
 Obligasi Opsi Beli (callable bonds)
Obligasi Opsi Beli adalah surat utang yang memberikan hak kepada
penerbit obligasi untuk membelinya kembali dari tangan investor sesuai
harga yang disepakati. Artinya, investor bisa menawarkan harga lebih tinggi
dari kupon yang dijanjikan pada saat pembelian obligasi tersebut. Dengan
pembelian kembali ini, pihak penerbit bisa melaksanakan haknya untuk
melunasi utang lebih awal, misalnya di kala tingkat suku bunga menurun.
 Putable bonds
Obligasi ini lebih “tegas” dalam kewajiban membeli kembali obligasi dari
tangan investor. Pada obligasi ini investor punya hak untuk mengharuskan
penerbit obligasi untuk membeli surat utangnya.
5. Jenis Obligasi Berdasarkan Jaminan
 Secured Bonds
Secured bond adalah obligasi yang dijaminkan dengan kekayaan milik
penerbit atau bisa dijaminkan pihak ketiga. Jenis obligasi ini dibagi tiga,
yaitu :
1) Mortage bonds : surat utang dengan jaminan berupa gedung atau
bangunan.
2) Collateral trust bonds : surat utang yang dijaminkan dengan saham
atau obligasi milik penerbit.
3) Equipment trust certificate : surat utang yang digunakan untuk
mendanai berbagai aset, seperti pesawat, gerbong kereta, atau truk.
Dana penjualan obligasi akan digunakan untuk membeli aset tersebut
lalu aset dipinjamkan ke perusahaan.
 Unsecured bonds
Obligasi jenis ini berarti tidak dijaminkan dengan menggunakan kekayaan
milik penerbit. Obligasi ini dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Debentures : surat utang yang hanya diterbitkan perusahaan yang
sudah terpercaya
2) Subordinated debentures : obligasi ini tidak akan dibayar jika
obligasi yang lebih senior dibayarkan.
3) Income bonds : surat utang diterbitkan yang mana perusahaan
membayar bunga ketika memperoleh laba. Obligasi ini biasa untuk
mereorganisasi perusahaan yang dianggap kurang berhasil.
6. Jenis Obligasi Berdasarkan Perhitungan Imbal hasil
 Obligasi Konvensional (conventional bonds)
Obligasi ini diartikan sebagai surat berharga yang diterbitkan pihak tertentu
untuk mendapatkan pinjaman sebagai tambahan modal dengan perjanjian
memberikan bunga kepada pihak investor dalam jangka waktu tertentu.
 Obligasi Syariah (sharia bonds)
Obligasi syariah dikenal dengan nama sukuk adalah surat utang yang
memberikan imbal hasil berupa uang sewa yang perhitungannya berdasarkan
prinsip syariah islam yang tidak mengandung unsur riba. Imbal hasil ini juga
dibayarkan secara berkala dalam periode tertentu dan kemudian peminjam akan
melunasi pokok utang di tanggal jatuh temponya.
6. Penerbitan Obligasi Beban
Penerbit obligasi sangat luas sekali hampir setiap badan hukum dapat
menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan
obligasi ini sangat ketat sekali. Penggolongan obligasi biasanya terdiri atas :
1) Lembaga supranasional seperti Bank Investasi Eropa atau Bank Pembangunan
Asia
2) Pemerintah suatu Negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang
negaranya maupun obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang
biasa disebut dengan obligasi internasional soveregeign.
3) Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta special purpose vechilles adalah
perusahaan yang didirikan dengan tujuan khusus guna menguasai asset tertentu
yang ditujukan guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut efek
beragung asset.
Akuntansi untuk Penerbitan Obligasi :
a. Nilai Nominal
Yaitu nilai yang tercantum (tercetak) pada surat obligasi. Nilai tersebut
menunjukkan jumlah rupiah yang akan dilunasi pada tanggal jatuh tempo
obligasi tersebut.
b. Tanggal Jatuh Tempo
Adalah tanggal obligasi yang bersangkutan akan dilunasi
c. Bunga Obligasi
Adalah bunga per tahun yang akan dibayar kepada pemegang obligasi
d. Tanggal Bunga
Adalah tanggal pembayaran bunga obligasi.
 Obligasi yang diterbitkan pada Nilai Pari pada tanggal bunga
Apabila obligasi diterbitkan pada tanggal pembayaran bunga nilai pari maka
tidak ada bunga akrual dan premi yang diakui. Ayat jurnalpun dibuat untuk
mencatat hasil kas dan nilai nominal obligasi tersebut.
Contoh :
Jika obligasi berjangka 10 tahun nilai pari $800.000, tertanggal 1 Januari 2001,
dan membayar suku bunga tahunan sebesar 10% secara setengah tahunan, tanggal
1 Januari dan 1 Juli. Diterbitkan pada tanggal 1 Januari pada tangal nilai pari.
Ayat jurnal :
Kas 800.000
Hutang Obligasi 800.000
Ayat jurnal untuk tanggal 31 Desember adalah :
Beban bunga Obligasi 40.000
Hutang bunga Obligasi 40.000
 Obligasi yang diterbitkan dengan diskonto pada tanggal bunga
Jika obligasi senilai $800.000 diterbitkan pada tanggal 1 Januari 2001, pada 97
(97% dari nilai pari) maka penerbitan itu akan dicatat :
Kas 776.000
Diskonto atas Hutang Obligasi 24.000
Hutang Obligasi 800.000
 Metode Bunga Efektif
Prosedur untuk amortisasi diskonto adalah metode bunga efektif yaitu :
 Beban bunga obligasi dihitung pertama kali dengan mengalikan nilai
tercatat obligasi dengan suku bunga efektif
 Amortisasi diskonto dan premi obligasi ditentukan dengan
membandingkan beban bunga obligasi terhadap bunga yang dibayarkan.
Metode bunga efektif menghasilkan penandingan beban yang lebih baik terhadap
pendapatan daripada metode garis lurus karena keduanya menghasilkan jumlah
total beban bunga yang sama selama jangka waktu obligasi dan jumlah tahunan
beban bunganya juga sama, tetapi apabila jumlah tahunan berbeda secara material
maka metode bunga efektiflah yang diterima umum.
 Obligasi diterbitkan pada Diskonto
Disebut dengan kondisi diskonto bila nilai perolehan (kas) lebih kecil dari
nilai nominal obligasi. Berikut contoh untuk amortisasi diskonto :
Evan’s corporation menerbitkan obligasi 8% senilai $100.000 pada tanggal 1
Januari 2001 jatuh tempo 1 Januari 2006, bunga dibayarkan setiap tanggal 1 Juli
dan 1 Januari. Investor menuntu suku bunga efektif sebesar 10% dengan membayar
$92.278 untuk obligasi senilai $100.000.
Perhitungannya :
Nilai Nominal 100.000
Bunga Nominal 8%/tahun (pembayaran 2x setahun jadi bunga 4%)
Jangka Waktu 5 tahun (pembayaran 2x setahun jadi 10x pembayaran bunga)
Bunga Efektif 10% (pembayaran 2x setahun jadi bunga 5%)
Nilai kas sekarang nilai nominal x (1 + i)-n
= 100.000 x (1 + 0,05)-10
= 100.000 x 0.613913 = 61.391
Nilai bunga sekarang nilai nominal x bunga nominal x 1 – (1 + i)-n
i
= 100.000 x 0.04 x (1 – 0,61391)
0.05
= 4.000 x 7,72174 = 30.886,96
= 30.886,96 + 61.391 = 92.278
Selisih diskonto = 100.000 – 92.278 = 7.722
Skedul amortisasi diskonto 5 tahunnya adalah :
Metode Bunga Efektif – Pembayaran Bunga setengah Tahunan,
Obligasi 5 tahun, 8%, Dijual untuk hasil 10%

Tanggal Kas yang Beban Bunga Amortisasi Jumlah


dibayarkan Diskonto Tercatat
Obligasi
1/1/01 $92.278
1/7/01 $4000 $4.614 $614 $92.892
1/1/02 $4000 $4.645 $645 $93.537
1/7/02 $4000 $4.677 $677 $94.214
1/1/03 $4000 $4.711 $711 $94.925
1/7/03 $4000 $4.746 $746 $95.671
1/1/04 $4000 $4.783 $783 $96.454
1/7/04 $4000 $4.823 $823 $97.277
1/1/05 $4000 $4.864 $864 $98.141
1/7/05 $4000 $4.907 $907 $99.048
1/1/06 $4000 $4.952 $952 $100.000
Total $40000 $47.722 $7.722
Ayat jurnal pada 1 Januari 2001 :
Kas 92.278
Diskonto atas Hutang Obligasi 7.722
Hutang Obligasi 100.000
Atau
Kas 92.728
Hutang obligasi 92.728
Ayat jurnal untuk pembayaran bunga pertama
Beban bunga obligasi 4.614
Diskonto atas hutang obligasi 614
Kas 4.000
Atau
Beban bunga obligasi 4.614
Hutang obligasi 614
Kas 4.000
Ayat jurnal untuk mencatat beban bunga akrual, 31 Desember 2001 :
Beban bunga obligasi 4.645
Hutang bunga obligasi 4.000
Diskonto atas hutang obligasi 645
Atau
Beban bunga obligasi 4.645
Hutang bunga obligasi 4.000
Hutang obligasi 645
 Obligasi diterbitkan pada Premi
Jika investor ingin menerima suku bunga 6% atas terbitan obligasi, maka mereka
akan membayar $108.530 atau premi sebesar $8.530
Perhitungannya
Nilai Nominal 100.000
Bunga Nominal 8%/tahun (pembayaran 2x setahun jadi bunga 4%)
Jangka Waktu 5 tahun (pembayaran 2x setahun jadi 10x pembayaran bunga)
Bunga Efektif 10% (pembayaran 2x setahun jadi bunga 5%)
Nilai kas sekarang nilai nominal x (1 + i)-n
= 100.000 x (1 + 0,03)-10
= 100.000 x 0.744094 = 74.409
Nilai bunga sekarang nilai nominal x bunga nominal x 1 – (1 + i)-n
i
= 100.000 x 0.04 x (1 – 0,744094)
0.03
= 4.000 x 7,72174 = 34.121
= 74.409 + 34.121 = 108.530
Selisih diskonto = 100.000 – 108.530 = - 8.530

Skedul Amortisasi Premi Obligasi


Metode Bunga Efektif – Pembayaran Bunga secara Setengah Tahunan
Obligasi 5 Tahun, 8%, Dijual dengan hasil 6%
Tanggal Kas yang Beban Bunga Amortisasi Jumlah
Dibayarkan Premi Tercatat
Obligasi
1/1/01 $108.530
1/7/01 $4000 $3.256 $744 $107.786
1/1/02 $4000 $3.234 $766 $107.020
1/7/02 $4000 $3.211 $789 $106.231
1/1/03 $4000 $3.187 $813 $105.418
1/7/03 $4000 $3.162 $838 $104.580
1/1/04 $4000 $3.137 $863 $103.717
1/7/04 $4000 $3.112 $888 $102.829
1/1/05 $4000 $3.085 $915 $101.914
1/7/05 $4000 $3.057 $943 $100.971
1/1/06 $4000 $3.029 $971 $100.000
Total $40.000 $31.470 $8.530
Ayat jurnal untuk mencatat penerbitan pada 1 Januari 2001 :
Kas 108.530
Premi atas Hutang Obligasi 8.530
Hutang Obligasi 100.000
Atau
Kas 108.530
Hutang Obligasi 108.530
Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran bunga pertama :
Beban Bunga Obligasi 3.256
Premi atas Hutang Obligasi 744
Kas 4.000
Atau
Beban Bunga Obligasi 3.256
Hutang Obligasi 744
Kas 4.000
Diskonto atau premi harus diamortisasi terhadap beban bunga selama umur
obligasi sedemikian rupa sehingga menghasilkan suku bunga yang konstan pada
nilai tercatat hutang yang beredar pada awal periode tertentu.
7. Akuntansi untuk utang wesel jangka panjang
Hutang jangka panjang “terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi yang
sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan
dalam satu tahun atau siklus operasi perusahaan, mana yang lebih lama”
(Kieso,20020).
Pengertian utang jangka panjang oleh Dyckman, et all(2000 : 218) adalah
“kewajiban dengan jangka waktu yang melebihi satu tahun dari tanggal neraca atau
siklus operasi mana yang lebih baik.
 Utang Hipotik (mortgages payable)
Utang hipotik adalah pinjaman yang harus dijamin dengan harta tidak
bergerak. Di dalam perjanjian utang disebutkan kekayaan peminjam yang dijadikan
jaminan misalnya berupa tanah, atau gedung. Jika peminjam tidak melunasi
pinjaman pada waktunya, maka pemberi pinjaman dapat menjual jaminan untuk
diperhitungkan dengan pinjaman yang bersangkutan.
Pinjaman hipotik biasanya diambil jika dana yang diperlukan dapat dipinjam
dari satu sumber, misalnya dengan mengambil pinjaman dari suatu bank tertentu.
Kredit – kredit bank dengan jaminan harta tak bergerak adalah contoh hipotik yang
banyak dijumpai dalam praktek. Mengingat pinjaman hipotik hanya bisa diambil
dari satu sumber maka akuntansi untuk hipotik relative sederhana.
 Benda – benda yang dapat dibebani hipotik antara lain :
1. Benda – benda tak bergerak yang dapat dipindah tangankan beserta segala
perlengkapannya
2. Hak pakai hasil atas benda – benda tersebut beserta segala perlengkapannya
3. Bunga tanah baik yang harus dibayar dengan uang maupun yang harus dibayar
dengan hasil tanah dalam wujudnya.
 Hapusnya Hipotik
1. Karena ikatan pokok
2. Karena pelepasan hipotik oleh si berpiutang atau kreditur
3. Karena penetapan oleh hakim
 Azas – azas hipotik
1. Azas Publikasi, yaitu mengharuskan hipotik itu didaftarkan supaya diketahui
oleh umum. Hipotik didaftarkan pada bagian pendaftaran tanah kantor agrarian
setempat.
2. Azas Spesifikasi, hipotik terletak diatas benda tak bergerak yang ditentukan
secara khusus sebagai unit kesatuan, misalnya hipotik diatas sebuah rumah. Tapi
tidak ada hipotik di atas sebuah pavilium rumah tersebut, atau atas sebuah kamar
dalam rumah tersebut.
 Prosedur Pengadaan Hipotik
1. Harus ada perjanjian utang piutang
2. Harus ada benda tak bergerak untuk dijadikan sebagai jaminan utang.
 Wesel tidak berbunga
Utang dengan janji tertulis yang jumlah nominalnya akan dibayar pada saat
jatuh tempo pembayaran. Pembayaran sebelum jatuh tempo akan mengurangi
jumlah uang yang dibayar dari nilai nominal. Selisih nominal dengan jumlah yang
dibayar saat jatuh tempo disebut diskonto. Hari diskonto dihitung mulai tanggal
dijual atau dibeli sampai dengan tanggal jatuh tempo.
 Wesel berbunga
Tagihan dengan janji tertulis yang akan dibayar pada tanggal jatuh tempo
sebesar nilai nominal ditambah bunga. Pada wesel berbunga diskonto dihitung dari
jumlah nominal ditambah bunga. Bunga wesel dihitung dari nominal wesel untuk
periode mulai penerimaan wesel sampai tanggal jatuh tempo.
Contoh soal wesel tidak berbunga
PT B menandatangani wesel dengan nilai nominal Rp93.000.000 jangka waktu 3
tahun. Nilai tunai saat didiskontokan Rp90.000.000.
Jurnal :
Kas Rp90.000.000
Biaya Bunga Rp 3.000.000
Utang Wesel Rp93.000.000
Contoh soal wesel berbunga
Pada tanggal 31 Desember 2009 PT Senandung meminjam uang sebesar
120.000.000 yang dibayar dengan promes berbunga 10% dan akan dilunasi dalam
jangka waktu 6 tahun.
Jurnal :
31/12/09 Kas 120.000.000
Utang wesel 120.000.000
Berdasarkan kasus diatas , PT Senandung melunasi hutang weselnya pada 31
Desember 2015. Sehingga perhitungan untuk pokok pinjaman dan bunga adalah :
Nilai nominal 120.000.000
Bunga (120.000.000 x 6 x 10) 72.000.000
1 x 100
Nilai tunai saat jatuh tempo 192.000.000
Jurnal
31/12/15 Utang wesel Rp120.000.000
Biaya bunga Rp 72.000.000
Kas Rp192.000.000
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Qardh berasal dari dari bahasa arab Qard yang berarti meminjamkan uang atas
dasar kepercayaan, jelasnya qardh atau utang piutang adalah akad tertentu antara dua
pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain dengan ketentuan pihak yang
menerima harta mengembalikan kepada pemiliknya dengan nilai yang sama.
Utang jangka panjang digunakan untuk menunjukkan utang – utang yang
pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau akan dilunasi
dari sumber – sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar.
Apabila perusahaan membutuhkan tambahan modal kerja tapi tidak dapat
melakukan emisi saham baru, dapat dipenuhi dengan cara mencari utang jangka
panjang. Dalam hal sulit mencari utang yang jumlahnya besar dari satu sumber
perusahaan dapat mengeluarkan surat obligasi. Surat obligasi ini akan dapat dijual bila
reputasi perusahaan cukup baik dan dipandang akan tetap berdiri selama jangka waktu
beredarnya obligasi tersebut. Harga jual obligasi tergantung pada tarif bunga obligasi.
Semakin besar bunganya, harga jual obligasi tersebut akan semakin tinggi dan
sebaliknya semakin rendah tingkat bunga obligasi harga jualnya akan semakin rendah.
Pengeluaran obligasi dari suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara penjualan
langsung atau melalui lembaga – lembaga keuangan.
REFERENSI

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta :
Balai Pustaka, 2005), hal. 1256.

Abu Sura’I Abdul Hadi, Bunga Bank dalam Islam, (Surabaya : Al-ikhlas, 1993), hal.125

M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta : Amzah, 2006). Hal. 144

M. Abdul Mujied. Mabruri Tholhah dan Sayfiah Am. Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : Pt
Pustaka Firdaus, 1994). Hal. 272

Dimyauddin Djuwaini. Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2008),


Hal. 256

Euis Amalia. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam : Dari masa Klasik Hingga Kontemporer.
(Depok : Gramata Publishing, 2010), Hal. 176

https://bukukas.co.id/hutang-pengertian-ciri-ciri-jenis-dan-cara-pengelolaannya/

https://www.harmony.co.id/blog/hutang-jangka-pendek-apa-saja-jenisnya-dan-bagaimana-
mencatatnya-dalam-pembukuan

https://www.paper.id/blog/finansial-umkm/hutang-jangka-pendek/

https://saintif.com/obligasi-adalah/

https://accurate.id/ekonomi-keuangan/pengertian-obligasi/

https://lifepal.co.id/media/jenis-obligasi/

https://www.slideshare.net/fhytaardianacibrokenheartprincess/utang-wesel-jangka-panjang

Anda mungkin juga menyukai