Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan

Vol. 11, No. 2, Hlm. 61-71, Desember 2016


ISSN 1412-5064, e-ISSN 2356-1661
DOI: https://doi.org/10.23955/rkl.v11i2.4950

Metode-Metode Pengurangan Residu Pestisida pada Hasil


Pertanian

Methods of Pesticide Residue Reduction on Agriculture Products


Bayu Refindra Fitriadi1*, Ayutia Ciptaningtyas Putri1
1
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya
Jl. Raya Mojoagung No. 52 Mojoagung Jombang Jawa Timur
*E-mail: bayurefindra@pertanian.go.id

Abstrak

Penggunaan pestisida yang luas pada setiap tahap tanaman di Indonesia menyebabkan
banyak residu pestisida yang tertinggal pada hasil pertanian maupun pada lingkungan
pertanian. Residu pestisida yang terdapat pada hasil pertanian mempunyai dampak yang
buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Berbagai macam metode telah dikembangkan
untuk mengurangi residu pestisida yang terdapat pada hasil pertanian, baik pada tahap
prapanen maupun pada tahap pasca panen. Metode prapanen meliputi penggunaan Agen
Pengendali Hayati dan sistem pertanian Pengendalian Hama Terpadu, penggunaan pestisida
non persisten, pengaturan waktu aplikasi pestisida, dan penggunaan arang aktif. Sedangkan
metode pasca panen meliputi pencucian hasil pertanian, penggunaan ozon dan air
terozonisasi, perendaman air panas, penggunaan radiasi ultrasonik dan pengaturan pH.
Metode prapanen maupun pasca panen sama baiknya dalam menurunkan kadar residu
pestisida pada hasil pertanian dengan memberikan hasil signifikan pengurangan residu
pestisida antara 50 - 100%.

Kata kunci: hasil pertanian, pasca panen, pestisida, pengurangan residu pestisida, prapanen

Abstract

A broadly pesticide use on every planting steps in Indonesia causes many pesticide residues
left on both the agriculture products and the agriculture areas. The residues existed on the
agriculture products have bad effects on human health and environment. Several methods to
reduce pesticide residues have been discovered, either on pre-harvest step or on post-harvest
step. The pre-harvest method includes the use of Biologic Controlling Agents and Integrated
Pest Management agriculture system, the use of non-persistent pesticides, adjustment of
pesticide application time, and the use of active carbon. On the other hand, the post-harvest
method includes agriculture product washing, the use of ozone and ozonized water, hot water
submersion, the use of ultrasonic radiation, and pH adjustment. Both pre-harvest and post-
harvest methods have great influence on reducing pesticide residues on agriculture product up
to 50 - 100%.

Keywords: agriculture products, pesticide, pesticide residue reduction, pre-harvest, post-


harvest

1. Pendahuluan budidaya kakaonya (Wiryadiputra, 2013).


Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan
Penggunaan pestisida di Indonesia dewasa bahwa dengan menggunakan pestisida dapat
ini sudah mencapai tingkat yang meng- meningkatkan hasil hingga 40% pada
khawatirkan. Penggunan pestisida kimia tanaman kakao. Penggunan pestisida oleh
merupakan sarana pengendalian Organisme petani di Pakistan dapat menaikkan hasil
Pengganggu Tanaman (OPT) yang paling 33% pada tanaman tebu. Berdasarkan
banyak digunakan oleh petani di Indonesia catatan dari FAO penggunaan pestisida
(95,29%) karena dianggap efektif, mudah dapat menyelamatkan hasil 50% pada
digunakan dan secara ekonomi mengun- tanaman kapas (Kristianingrum, 2009).
tungkan (Balingtan, 2013). Hasil penelitian Aplikasi pestisida di pertanian dan per-
survei pestisida pada kakao yang dilaksana- kebunan di Indonesia terjadi dari awal
kan pada tahun 2011 di semua sentra hingga akhir siklus tanam, mulai dari
produksi kakao di Indonesia menunjukkan pengolahan tanah, penyiapan lahan,
bahwa mayoritas (95%) petani kakao di pemeliharaan tanaman, saat pemanenan
Indonesia menggunakan pestisida dalam bahkan hingga pasca panen. Hal ini

61
Bayu Refindra Fitriadi dan Ayutia Ciptaningtyas Putri /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 11, No. 2

didukung dengan data dari Kementerian kerusakan sel-sel hati, ginjal, sistem saraf,
Pertanian, sampai tahun 2016, pestisida sistem imunitas, dan sistem reproduksi
yang terdaftar dan diijinkan di Indonesia (Badrudin dan Jazilah, 2013).
telah mencapai 3.207 merk pestisida (Ditjen
PSP, 2016). Dampak residu pestisida yang sangat
signifikan terhadap kesehatan manusia
Selain manfaat dari pestisida dalam tersebut masih dianggap biasa oleh sebagian
meningkatkan hasil pertanian, pestisida masyarakat Indonesia. Hal ini berdasarkan
merupakan bahan kimia yang bersifat survei mengenai pengetahuan residu
bioaktif dan merupakan racun. Setiap racun- pestisida pada masyarakat petani dan
nya mengandung bahaya dalam peng- konsumen yang dilakukan oleh Wibowo
gunaannya, baik terhadap lingkungan (2005), mayoritas responden (80%)
maupun manusia. mengetahui tentang residu pestisida. Meski
demikian, hanya 23,33% responden me-
Menurut Yuantari (2009), penggunaan nyatakan residu pestisida berdampak
pestisida yang tidak terkendali akan langsung pada kesehatan dan 56,67%
menimbulkan berbagai masalah kesehatan responden mengatakan dampak buruk
dan pencemaran lingkungan. Penggunaan mengkonsumsi buah tomat yang me-
pestisida yang dipengaruhi oleh daya racun, ngandung residu pestisida akan bersifat
volume dan tingkat pemajanan / pemaparan jangka panjang.
secara signifikan mempengaruhi dampak
terhadap kesehatan. Selain itu, dampak Untuk mengatasi menumpuknya residu
penggunaan pestisida pada tanaman juga pestisida pada hasil pertanian, telah
akan meninggalkan residu pada tanaman dilakukan berbagai usaha baik pada tahap
tersebut dan pada tanah serta lingkungan prapanen maupun pada tahap pasca panen.
disekitarnya. Apabila residu pada tanaman Pada saat prapanen, metode yang dilakukan
ini termakan oleh manusia akan berdampak diantaranya adalah penggunaan APH untuk
buruk pada kesehatan dikemudian hari, dan memberantas hama dan melaksanakan
apabila residu pestisida ini terakumulasi di sistem PHT (Wibowo, 2005), penggunaan
dalam tanah juga akan berpengaruh pada pestisida non persisten, penyemprotan
kehidupan organisme dalam tanah dan pada pestisida yang dilakukan jauh hari dari
tanaman yang ditanam dalam tanah waktu pemanenan juga berpengaruh pada
tersebut. tingkat residu pestisida (Atmawidjaja dkk.,
2004) serta penggunaan arang aktif.
Suatu penelitian terhadap 315 sampel
produk pertanian dilaporkan bahwa residu Metode pengurangan residu pestisida pasca
pestisida ditemukan pada 47% sampel panen dapat dilakukan dengan berbagai
produk segar dan 7% sampel makanan macam teknik, diantaranya dengan pen-
olahan. Selain itu, pada tahun 1998 juga cucian terhadap hasil pertanian (Chavarri
dilakukan pengujian residu pestisida. Dari dkk., 2005), penggunaan ozon dan air
total 180 sampel sayuran yang diuji, 89% terozonisasi (Wu dkk., 2007), pencucian dan
adalah produk segar dan 11% merupakan perendaman pada air panas, penggunaan
produk olahan. Dari hasil pengujian, residu radiasi ultrasonik yang dikombinasi dengan
pestisida ditemukan pada 35% dari sampel paparan ozon (Whangchai dkk., 2013) serta
produk segar dan 10% dari sampel sayuran pengaturan pH.
olahan (Ahmed dkk., 2011). Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa masih banyak Dengan berbagai metode di atas, apabila
residu pestisida yang tertinggal dalam diaplikasikan pada hasil pertanian di
tanaman yang diaplikasi dengan pestisida. Indonesia diharapkan dapat memberikan
manfaat yang signifikan dalam mengurangi
Residu pestisida yang terkandung dalam residu pestisida yang terdapat pada hasil
tanaman apabila dikonsumsi manusia akan pertanian.
menimbulkan berbagai dampak buruk bagi
manusia. Pada tingkat ekstrim, residu 2. Metode-Metode untuk Mengurangi
pestisida dapat menyebabkan kematian. Residu Pestisida
Sedang pada kadar dibawahnya, residu
pestisida ini menyebabkan sakit perut dan Dalam beberapa tahun terakhir, banyak
muntah. Gejala keracunan akut pada usaha yang dilakukan manusia untuk
manusia akibat konsumsi residu pestisida meminimalisir efek dari pestisida terhadap
adalah paraestesia, tremor, sakit kepala, manusia maupun lingkungannya. Peng-
keletihan, perut mual, dan muntah. Efek gunaan pestisida sekarang ini yang sangat
keracunan kronis yang terjadi pada manusia masif di lahan pertanian sangat berdampak
akibat konsumsi residu pestisida adalah pada hasil pertanian di Indonesia. Peng-

62
Bayu Refindra Fitriadi dan Ayutia Ciptaningtyas Putri /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 11, No. 2

gunan pestisida kimia merupakan sarana Tabel 1. Perbandingan metode pengurangan


pengendalian OPT yang paling banyak residu pestisida pada hasil pertanian
digunakan oleh petani di Indonesia
(95,29%) karena dianggap efektif, mudah No Jenis Metode Kelebihan Kekurangan
digunakan dan secara ekonomi mengun-
Metode Prapanen
tungkan. Bahkan ada petani yang me-
Penggunaan Ramah Daya bunuh
nyemprot pestisida dalam satu musim tanam 1.
APH dan PHT lingkungan hama lama
sebanyak lebih dari 25 kali. Penggunaan ada pestisida
pestisida yang demikian dipastikan dapat Tidak
Penggunaan non persisten
meninggal
mencemari lingkungan dan pada gilirannya 2. pestisida non tidak efektif
kan residu
dapat meninggalkan residu pestisida pada persisten membunuh
pestisida
produk pertanian. Di lingkungan, residu hama
pestisida dapat mematikan makro dan mikro Pengaturan
Residu Ada sebagian
waktu aplikasi
organisme serta merusak keseim-bangan 3. pestisida hama yang
penyemprotan
alam (Balingtan, 2013). sedikit tidak mati
pestisida

Usaha mengurangi residu pestisida pada Signifikan


Pengunaan menurun-
hasil pertanian dilakukan melalui banyak 4. Aplikasi sulit
arang aktif kan residu
cara dan metode dengan satu tujuan yang pestisida
sama yaitu memastikan hasil pertanian yang
dikonsumsi oleh manusia terbebas dari Metode Pasca Panen
residu pestisida. Usaha ini sudah banyak Beberapa
Mudah pestisida tidak
dilakukan oleh masyarakat Indonesia 1. Pencucian
dan murah larut dalam
maupun internasional karena bagaimanapun pencucian
juga, masalah residu pestisida sudah Signifikan
menjadi perhatian dunia. Usaha dalam Penggunaan menurun- Aplikasi sulit
2.
mengurangi residu pestisida dilakukan pada ozon kan residu dan mahal
berbagai tahapan tanam, yang secara umum pestisida
terbagi menjadi dua bagian yaitu perlakuan Mudah, Air panas
Perendaman
prapanen dan perlakuan pasca panen. 3. relatif merusak hasil
pada air panas
murah pertanian
Signifikan
Penghilangan residu pestisida yang terdapat Penggunaan
menurun- Aplikasi sulit
pada hasil pertanian tergantung pada 4. radiasi
kan residu dan mahal
ultrasonik
berbagai faktor, seperti sifat kimia pestisida pestisida
itu sendiri, sifat dari komoditas pangan yang Signifikan
diaplikasi pestisida, langkah pengolahan dari menurun- Aplikasi sulit
5. Pengaturan pH
awal tanam sampai panen dan lamanya kan residu dan mahal
pestisida
waktu senyawa pestisida melakukan kontak
dengan hasil pertanian (Chavarri dkk.,
2005). Pengaruh penghilangan residu pesti- 2.1. Metode Perlakuan Prapanen
sida dari hasil pertanian juga dipengaruhi
oleh penyerapan, translokasi dan tingkat 2.1.1. Penggunaan APH dan Sistem PHT
peluruhan pestisida itu sendiri. Selain itu,
proses yang terjadi di lapang seperti Agen Pengendali Hayati atau APH merupa-
penguapan, hidrolisa dan sebagainya juga kan salah satu jenis pengendali hama yang
berpengaruh terhadap residu pestisida yang dipersyaratkan dalam sistem Pengendalian
terkandung pada hasil pertanian. Perlakuan Hama Terpadu (PHT). Sistem PHT ini
pengolahan saat melakukan penanaman sebenarnya sudah diundangkan melalui UU
juga sering berpengaruh terhadap kadar Nomor 12 Tahun 1992 tentang Budidaya
residu pestisida, akan tetapi hal itu tidak Tanaman, yaitu pada Bab VI pasal 20 ayat 1
selalu berhubungan dengan sifat fisika-kimia bahwa perlindungan tanaman dilakukan
pestisida itu sendiri (Bonnechère dkk., dengan sistem PHT. APH digunakan sebagai
2012). Dengan demikian, sebenarnya pesti- pengganti pestisida sintetik untuk mem-
sida yang terkandung dalam sayuran atau berantas hama tanaman. APH merupakan
buah-buahan atau hasil perkebunan lainnya spesies, subspesies, varietas, semua jenis
sudah hilang sebagian akibat dari proses serangga, nematoda, protozoa, cendawan
alam yang terjadi. Meskipun demikian ada (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta
beberapa jenis pestisida yang sukar hilang organisme lainnya yang dapat dipergunakan
dari hasil pertanian akibat dari sifat fisiko untuk keperluan pengendalian hama dan
kimia dari pestisida tersebut. Oleh karena penyakit atau organisme pengganggu.
itu, teknik-teknik atau metode untuk Contoh dari APH adalah Trichoderma sp,
mengurangi residu pestisida masih tetap Bacillus sp, Coryne-bacterium sp, Pseu-
diperlukan. domonas sp, Trico-gramma sp, Bacillus

63
Bayu Refindra Fitriadi dan Ayutia Ciptaningtyas Putri /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 11, No. 2

turingiensis, Beauveria bassiana, dan sehingga pestisida persisten akan berpotensi


Metarizium sp. (Sunarno, 2012). Dengan terdistribusi meluas dan jauh dari titik
penggunaan APH dalam sistem PHT ini, aplikasi melalui udara, air, dan terakumulasi
hama dan penyakit pada tanaman bisa dalam lingkungan terestrial dan perairan
hilang dan tidak meninggalkan residu (Hadi dkk., 2009).
pestisida pada hasil tanaman. Dalam suatu
penelitian, Wibowo (2005) memban-dingkan Menurut Vargas (1975), pestisida yang
kadar residu pestisida pada buah tomat yang tergolong persisten terhadap lingkungan
menggunakan sistem PHT dalam sistem diantaranya:
tanamnya dengan buah tomat yang tidak 1. Insektisida: DDT, Aldrin, Dieldrin, Klordan
menggunakan sistem PHT di Kabupaten 2. Herbisida: Simazin, Turbacil, Tordon
Bandung. Hasil penelitian diperlihatkan pada 3. Fungisida: PMAS, Caloclor, Kadmium
Tabel 2.
Sedangkan pestisida yang tergolong dalam
Tabel 2. Perbandingan kadar residu pestisida pestisida yang non persisten diantaranya:
pada tomat dengan sistem PHT dan 1. Insektisida: Metoksiklor, Sevin (Karbaril),
tanpa sistem PHT (Wibowo, 2005). Malation, Lindan
2. Herbisida: Paraquat, Dalapon, Daktal
Jenis Kadar (mg/kg)
No Lokasi 3. Fungisida: Benlat, Mancozeb, Zineb
Pestisida PHT Non-PHT
1. Profe- Lembang
0,159 0,334 Meskipun pestisida persisten memiliki efek
nofos
2. Manko- Lembang yang lama terhadap hama tanaman, akan
0,032 0,067
zeb tetapi pestisida persisten juga menimbulkan
3. Profe- Panga-
0,429 0,903
efek yang kebal terhadap hama tanaman.
nofos lengan Lalat yang kebal terhadap DDT dan
4. Manko- Panga- kumbang jepang yang kebal terhadap
0,031 0,064
zeb lengan
klordan adalah dua contoh resistensi hama
terhadap pestisida persisten. Pestisida yang
Dari Tabel 2 terlihat bahwa lahan pertanian
tidak persisten dapat diurai di alam menjadi
yang menggunakan APH pada sistem PHT
senyawa lain yang tidak berbahaya (terjadi
dapat menurunkan kadar residu pestisida
detoksifikasi). Penguraian ini dapat ber-
pada buah tomat. Dengan demikian, sistem
langsung secara kimiawi (fotolisis) atau
pertanian PHT dapat direkomendasikan
secara biologis oleh tanaman atau mikro-
untuk menurunkan kadar residu pestisida
organisme. Efek residu pestisida yang tidak
pada hasil pertanian. Hal ini tentu harus
persisten hanya dapat bertahan beberapa
didukung oleh pengetahuan yang cukup
hari hingga beberapa bulan saja. Pestisida
tentang PHT dan sosialisasi yang baik
modern seperti organofosfat, karbamat, dan
mengenai PHT kepada petani dan
piretroid, pada umumnya tidak lagi bersifat
masyarakat pada umumnya.
persisten (Wardojo, 1978).
2.1.2. Penggunaan Pestisida Non
Keadaan iklim tropis di Indonesia juga
Persisten
menyebabkan cepatnya sisa-sisa tumbuhan
dan hewan terdekomposisi sehingga ter-
Salah satu penyebab menumpuknya residu
dapat kandungan bahan organik yang tinggi
pestisida pada hasil pertanian dan
di atas permukaan tanah, terutama di lahan
lingkungan adalah penggunaan pestisida
pertanian yang landai. Residu pestisida akan
yang persisten atau sukar terurai oleh
terserap pada partikel bahan organik,
lingkungan. Pestisida yang persisten dapat
berakibat persistensi yang lebih mantap
bertahan pada lingkungan dalam waktu
(Achmadi, 2003). Dengan demikian, metode
bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun
pemilihan penggunaan pestisida non per-
sehingga dampaknya terhadap lingkungan
sisten akan menurunkan kadar residu
dan tanaman akan terakumulasi pada
pestisida yang ada pada hasil pertanian.
lingkungan dan tanaman. Salah satu
contohnya adalah DDT atau (1,1,1-trikloro-
2.1.3. Pengaturan Waktu Aplikasi
2,2-bis(4-klorofenil) etana yang pada daerah
Pestisida
iklim sedang, waktu yang diperlukan DDT
untuk terdegradasi 95% dari lingkungan
Salah satu faktor penyebab tingginya kadar
mencapai 4 - 30 tahun. Beberapa pestisida
residu pestisida pada hasil pertanian adalah
golongan organoklorin juga memiliki
aplikasi pestisida yang lebih dari satu kali
persistensi yang tinggi di lingkungan, karena
dalam satu masa tanam. Selain itu,
resistensinya terhadap degradasi kimia dan
penyemprotan pestisida yang mendekati
mikrobial, dan bersifat lipofilik serta
waktu panen juga menjadi penyebab
beberapa jenis lain bersifat semi volatil
tingginya kadar residu pada hasil pertanian.

64
Bayu Refindra Fitriadi dan Ayutia Ciptaningtyas Putri /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 11, No. 2

Hal ini dikarenakan semakin dekat waktu 2.1.4. Penggunaan Arang Aktif
aplikasi pestisida terhadap waktu panen
menjadikan pestisida yang menempel pada Metode lain yang dapat diaplikasikan pada
hasil pertanian masih banyak dan belum masa prapanen untuk meminimalisir residu
sepenuhnya hilang dari tanaman. Penelitian pestisida adalah dengan menggunakan
Atmawidjaja dkk. (2004) terhadap kadar arang aktif. Arang aktif dapat dibuat dari
residu pestisida pada tomat dengan limbah pertanian yang melimpah yaitu
perbedaan waktu aplikasi menunjukkan sekam padi atau tempurung kelapa, atau
perbedaan hasil yang signifikan. Hal ini limbah pertanian lainnya. Yaitu melalui
tersaji pada Tabel 3. Terlihat bahwa proses pemanasan 500oC selama 5 jam dan
penurunan kadar residu pestisida metidation aktivasi pada tungku listrik dengan suhu
berbanding lurus dengan waktu aplikasi 900ºC selama 60 menit. Rongga arang aktif
penyemprotan dilakukan. sangat disukai oleh mikroba (bakteri tanah
pendegradasi dan bakteri pengikat nitrogen)
Tabel 3. Data Kadar residu metidation pada sebagai tempat tinggal, sehingga populasi
tomat (Atmawidjaja dkk., 2004). mikroba tersebut menjadi meningkat
dikarenakan di dalam rongga arang aktif
Kadar residu terdapat nutrien C dan N yang berasal dari
No Jenis Perlakuan
pestisida residu pestisida. Apabila residu pestisida
1. Tanpa penyemprotan Tidak terdeteksi masuk atau terperangkap di dalam rongga
2 hari setelah arang aktif, maka residu pestisida tersebut
2. 0,86 mg/kg
penyemprotan akan didegradasi oleh mikroba pendegradasi
3.
6 hari setelah
0,11 mg/kg
sehingga residu pestisida akan terurai.
penyemprotan
Aplikasi arang aktif di tanah dapat menurun-
Penelitian lain pengaruh waktu aplikasi kan residu pestisida organoklorin (lindan,
pestisida terhadap kadar residu pestisida di aldrin, dieldrin, DDT, endosulfan dan
tanah pertanian juga pernah dilakukan oleh heptaklor), organofosfat (klorpirifos,
Sodiq (2000). Dalam penelitian ini diteliti diazinon) dan karbamat (karbofuran) dengan
kadar dua jenis herbisida yaitu 2,4D dan kisaran 70 - 90%. Arang aktif yang berasal
paraquat pada tanah pertanian terhadap dari sekam padi dan tempurung kelapa
waktu aplikasi. Hasil penelitian yang memiliki daya serap yang tinggi (yang
diperoleh diperlihatkan pada Tabel 4. Untuk diekspresikan dengan angka lod) terhadap
residu pestisida 2,4D dan paraquat menga- residu pestisida masing-masing sebesar
lami penurunan kadar seiring ber-jalannya 460,4 dan 1191,8 mg/g. Selain diaplikasikan
waktu. Walaupun penurunannya tidak langsung ke tanah, arang aktif juga dapat
seperti 2,4D, akan tetapi, secara umum diformulasikan dengan pupuk urea sebagai
dapat disimpulkan semakin lama waktu pelapis (coating). Arang aktif sebagai pelapis
aplikasi akan semakin berkurang residu urea selain dapat meningkatkan efisiensi
pestisida di hasil pertanian maupun tanah. nitrogen dari pupuk urea juga dapat
Apabila hal ini diterapkan pada waktu panen, berfungsi sebagai rumah dan sumber karbon
maka penyemprotan pestisida harus bagi mikroba pendegradasi pestisida,
dilakukan jauh hari dari masa panen untuk sehingga pestisida yang berada dalam tanah
memastikan kadar residu pestisida yang dapat terurai atau terdegradasi (Balingtan,
tertinggal pada hasil pertanian makin sedikit 2013).
atau bahkan hilang.
2.2. Metode Perlakuan Pasca Panen
Tabel 4. Kadar residu herbisida dalam tanah
(Sodiq, 2000) 2.2.1. Pencucian Hasil Pertanian
Hari Kadar residu pestisida (mg/kg) Metode perlakuan pasca panen sudah
No setelah
aplikasi 2,4D Paraquat banyak dilakukan baik oleh petani maupun
1. 2 2,40 11,70 oleh konsumen selaku pihak yang me-
2. 4 1,02 36,90 manfaatkan hasil pertanian. Salah satu
3. 8 2,67 42,16 metode paling mudah dan murah serta
4. 14 0,60 42,14 terbukti efektif dalam mengurangi kadar
5. 18 0,45 35,46 residu pestisida dalam hasil pertanian adalah
6. 24 0,66 47,23 dengan cara melakukan pencucian terhadap
7. 36 0,06 37,82
hasil pertanian tersebut. Berbagai penelitian
8. 56 0,10 20,57
9. 85 <0,005 10,73 menunjukkan metode pencucian dengan
10. 160 ttd ttd berbagai teknik dapat menurunkan kadar
Ket: ttd = tidak terdeteksi residu pestisida secara signifikan.

65
Bayu Refindra Fitriadi dan Ayutia Ciptaningtyas Putri /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 11, No. 2

Bonnechère dkk. (2012) melakukan Perlakuan pencucian yang diikuti dengan


penelitian terhadap wortel dengan berbagai pengupasan kulit dan perebusan juga akan
sampel pestisida yang diaplikasi. Sampel berpengaruh terhadap penurunan kadar
pestisida yang digunakan adalah fungisida residu pestisida. Chavarri dkk. (2005) dan
(boscalid, difenokonazol dan tebukonazol), Bonnechère dkk. (2012) menyatakan kadar
insektisida (klorpirifos dan dimetoat) dan residu pestisida dengan berbagai perlakuan
herbisida (linuron). Pencucian dilakukan tersebut dapat berkurang antara 50 - 100%.
dengan mencuci sampel wortel meng-
gunakan air mengalir selama 5 menit sambil Persentase Hilangnya Pestisida (%)
digosok permukaan wortelnya kemudian 0 50 100 150
dikering anginkan.
ASEFAT
Persik 18
Tabel 5. Kadar residu herbisida pada wortel
KLORPIRIFOS
(Bonnechère dkk., 2012) Tomat 50
Asparagus 83
Kadar residu pestisida SIPERMETRIN
Jenis (mg/kg) Asparagus 66
No EBDC
Pestisida Sebelum Sesudah
pencucian pencucian Tomat 100
1. Boscalid 0,160 0,036 Asparagus 100
Bayam 100
2. klorpirifos 0,089 0,036
THIRAM
3. difenokonazol 0,380 0,041 Persik 41
4. Dimetoat 0,013 0,008
5. Ometoat 0,005 0,004 Gambar 1. Persentase hilangnya residu pestisida
6. Linuron 0,026 0,016 setelah pencucian (Chavarri dkk.,
7. Tebukonazol 0,160 0,050 2005)

Dari Tabel 5 terlihat hampir semua residu Perlakuan pencucian yang diikuti dengan
pestisida yang diaplikasi ke wortel pengupasan kulit dan perebusan juga akan
mengalami penurunan kadar setelah berpengaruh terhadap penurunan kadar
perlakuan pencucian pada sampel. Hal ini residu pestisida. Chavarri dkk. (2005) dan
menunjukkan bahwa pencucian selama 5 Bonnechère dkk. (2012) menyatakan kadar
menit dalam air mengalir cukup mampu residu pestisida dengan berbagai perlakuan
mengurangi residu pestisida pada hasil tersebut dapat berkurang antara 50 - 100%.
pertanian.
Metode pencucian juga memberikan dampak
Chavarri dkk. (2005) melakukan pengujian yang lebih signifikan terhadap pengurangan
terhadap tomat, paprika, asparagus, bayam residu pestisida yang tertinggal di hasil
dan buah persik yang diberi perlakuan pertanian. Penelitian Maruli dkk. (2012)
dengan tiga jenis insektisida (asefat, terhadap residu pestisida klorpirifos pada
klorpirifos, dan sipermetrin), tiga jenis kubis menunjukkan bahwa penurunan residu
fungisida etilenbisditio karbamat (mancozeb, insektisida pada kubis, yaitu dengan dicuci
maneb, propineb) dan fungisida tetra- menggunakan air mengalir sebesar 76,36%,
metilditio karbamat (thiram), kemudian direndam menggunakan air sebesar 24,64%,
dilakukan pencucian pada semua sampel. direndam menggunakan air cuka sebesar
35,53%, direndam menggunakan air garam
Pada Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa sebesar 65,90%, direndam menggunakan air
hampir semua pestisida etilenbisditio- bikarbonat sebesar 40,97%, direndam
karbamat (EBDC) dapat hilang dari semua menggunakan air jeruk nipis sebesar
sampel tomat, asparagus dan bayam yang 46,99%, dan dicuci menggunakan air
diberi perlakuan dengan pencucian biasa. mengalir dan direbus sebesar 76,93%. Dari
Sedangkan residu klorpirifos dan sipermetrin ke-7 perlakuan, yang mengalami penurunan
dapat hilang > 50% dari tomat dan jumlah residu insektisida tertinggi adalah
asparagus dengan perlakuan pencucian. dengan dicuci menggunakan air mengalir
Hanya residu pestisida asefat dan thiram dan direbus.
pada buah persik yang penurunan kadarnya
< 50%. Hal ini dipengaruhi oleh sifat fisiko Dalam beberapa kasus, proses perebusan
kimia dari masing-masing pestisida yang kurang memberikan hasil yang maksimal
digunakan. Beberapa pestisida memiliki sifat dalam mengurangi residu pestisida (61 -
yang sukar larut dalam air sehingga 65%), terutama untuk pestisida yang
pencucian dengan air biasa hanya mengu- bersifat mudah larut air. Sedangkan metode
rangi sedikit kadar residu pestisida. pencucian menggunakan air garam 2%
dapat mengurangi residu pestisida 78 -
91%. Metode pencucian menggunakan air

66
Bayu Refindra Fitriadi dan Ayutia Ciptaningtyas Putri /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 11, No. 2

garam 2% dilanjutkan dengan proses pestisida ini semakin tinggi ketika dilanjut-
perebusan dapat mengurangi residu pesti- kan dengan proses pengeringan di bawah
sida hingga 98 - 100%. Metode ini dapat sinar matahari dengan penurunan mencapai
digunakan untuk pestisida yang bersifat 82% (Sheikh dkk., 2012).
larut air maupun sukar larut air (Vemuri
dkk., 2015). Proses perebusan bertekanan Hal ini dibuktikan oleh Himawan (2012)
tinggi pada tomat juga terbukti dapat dalam penelitiannya yang melakukan pen-
menurunkan residu pestisida sebanyak 30 - cucian terhadap buah strawberry meng-
93%, tergantung pada jenis pestisida gunakan air dan menggunakan deterjen cair
(Vemuri dkk., 2014). khusus pencuci buah. Hasil penelitian
ditunjukkan pada Gambar 2.
Pencucian menggunakan air garam 2% juga
dilakukan oleh Harinathareddy dkk. (2015) 5591
terhadap buah anggur yang disemprot 6000

Kadar Diazinon
menggunakan dimetoat, profenofos, klor- 5000

(ug/kg)
Petani
pirifos, malation, fosalon, quinalfos, tria- 4000
2462
Pasar
zofos, dan λ-sihalotrin. Dengan metode ini 3000
1625
dapat mengurangi residu pestisida sebanyak 2000
622
1000
44 - 79%, lebih baik dibandingkan dengan 0 0 0
metode pencucian dengan air kran, air
Tanpa
lemon, air asam, dan baking soda. pencucian Dengan air
Dengan
Deterjen
Dalam beberapa kasus, terutama pada buah
Perlakuan Buah Strawberry
komoditi buah, pencucian menggunakan
deterjen cair khusus pencuci buah dan sayur
Gambar 2. Penurunan kadar residu diazinon
memberikan hasil yang lebih signifikan.
(Himawan, 2012)
Pencucian menggunakan deterjen ini signify-
kan dalam menurunkan kadar residu Kadar residu diazinon buah strawberry dari
pestisida pada selada. Kadar residu pestisida petani dan pasar mengalami penurunan
profenofos pada selada tidak dicuci sebesar 70,93% dan 74,73% setelah dicuci
mencapai 0,204 ppm, sedangkan selada dengan air. Bila dicuci dengan deterjen cair
yang dicuci dengan air kadarnya 0,080 ppm, larutan pencuci buah, residu diazinon turun
dan selada yang dicuci dengan deterjen sebesar 100% (Gambar 2). Adanya
pencuci sayuran kadarnya menjadi 0,061 penurunan kadar setelah mendapat
ppm. Hal ini berarti terjadi penurunan kadar perlakuan disebabkan oleh sifat pestisida
residu pestisida profenofos sebesar 70,1% golongan organofosfat yang mudah terurai,
(Alen dkk., 2015). tetapi jumlahnya tetap dipengaruhi oleh
dosis yang dipergunakan dan tenggang
Pencucian menggunakan deterjen untuk waktu antara pemakaian pestisida dengan
buah dan sayuran juga terbukti efektif untuk waktu panen (Himawan, 2012). Pencucian
mengurangi residu pestisida yang masih dengan deterjen menjadi penting dan sangat
menempel pada hasil pertanian. Atmawidjaja berpengaruh terhadap hilangnya residu
dkk. (2004) membuktikan hal ini dengan pestisida pada hasil pertanian terutama
mencuci buah tomat menggunakan deterjen terhadap pestisida yang bersifat lipofilik.
untuk buah dan sayuran. Setelah dianalisis
ternyata terjadi penurunan kadar residu Menurut Cheowtirakul dan Linh (2010), efek
pestisida metidation dari 0,86 mg/kg penurunan residu pestisida dari pencucian
sebelum pencucian menjadi 0,07 mg/kg menggunakan surfaktan akan meningkat
setelah pencucian atau terjadi penurunan apabila ditambahkan dengan larutan KMnO4
kadar residu sebesar 92%. Selain itu, 0,01N dengan perbandingan volume 1:1.
penggunaan deterjen untuk buah dan Penurunan residu pestisida sipermetrin pada
sayuran terbukti efektif untuk menurunkan lettuce menggunakan surfaktan 20 ppm
residu pestisida klorpirifos dan klorotalonil sebanyak 82%. Apabila disinergikan
pada tomat sebesar 40 - 80%. Pencucian pencucian menggunakan larutan KMnO4
dengan deterjen ini yang dilanjutkan dengan 0,01N dengan surfaktan (1:1), penurunan
penambahan 10% asam asetat dan residu pestisida sipermetrin mencapai
peningkatan suhu air pencucian 40ºC akan 98,5%.
meningkatkan penurunan residu pestisida
hingga 100% (Wang dkk., 2013). Pencucian 2.2.2. Penggunaan Ozon
menggunakan deterjen untuk buah dan
sayuran juga dapat mengurangi residu Ozon (O3) merupakan senyawa alam yang
pestisida bifentrin pada okra dengan ada di atmosfer bumi dan salah satu
penurunan sebanyak 25%. Penurunan residu

67
Bayu Refindra Fitriadi dan Ayutia Ciptaningtyas Putri /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 11, No. 2

senyawa potensial dalam membunuh meningkatkan penurunan kadar residu


mikroorganisme dalam spektrum yang luas. pestisida pada sayuran tersebut. Air yang
O3 dapat dibuat dari reaksi udara atau mengandung ozon 3 mg/L dapat digunakan
oksigen menggunakan tenaga listrik untuk mencuci tomat dan perendaman
tegangan tinggi atau menggunakan radiasi selama 20 menit, juga efektif menurunkan
sinar ultra violet (Tamaki dan Ikeura, 2012). residu mankozeb sebanyak 60% (Cengiz dan
Sebagai tambahan, O3 dapat berubah Certel, 2014).
menjadi oksigen dengan reaksi autolisis
sehingga tidak berbahaya bagi sayuran dan Tabel 6. Kadar residu pestisida pada sayuran (Wu
buah-buahan. Oleh karena itu, O3 cocok dkk., 2007)
digunakan untuk menghilangkan residu Kadar Penu-
Kadar
pestisida dari sayuran dan buah sekaligus Jenis Residu
Waktu residu runan
menghilangkan mikroba (Tamaki and Ikeura, Kontak setelah Kadar
Pestisida Awal
2012). Apabila ozon tersebut dipadukan (menit) Aplikasi Residu
(µg/kg)
(µg/kg) (%)
dengan air untuk mencuci hasil pertanian
akan menghasilkan penurunan kadar residu 15 346 44,5
pestisida yang lebih signifikan. Gas ozon Diazinon 624
30 290 53,4
dialirkan ke dalam air kemudian air tersebut
digunakan untuk mencuci hasil pertanian. Metil 15 441 28,6
Kemampuan air terozonisasi ini dalam 617
paration 30 322 47,9
mendegradasi beberapa pestisida juga
dibuktikan oleh Wu dkk. (2007) seperti yang 15 541 30,4
dijelaskan pada Gambar 3. Paration 777
30 348 55,3

Siper- 15 361 54,5


Diazinon Metil Paration 777
metrin 30 302 61,1
Paration Sipermetrin
120
100 2.2.3. Perendaman Air Panas
Degradasi (%)

80 Air panas dapat digunakan dalam upaya


60 menurunkan kadar residu pestisida pada
tanaman. Hal ini dikarenakan beberapa
40
pestisida memiliki sensitivitas terhadap air
20 panas. Keberadaan air panas akan
0
menyebabkan beberapa pestisida akan
0 5 10 15 terdegradasi sehingga keberadaan pestisida
Waktu (menit) tersebut dalam hasil pertanian akan
berkurang atau hilang. Miskiyah dan
Gambar 3. Degradasi pestisida menggunakan air
Munarso (2009) menyatakan residu
terozonisasi (Wu dkk., 2007)
pestisida pada sayuran menurun secara
Dari Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa nyata melalui pencucian dengan air
pestisida parathion dapat terdegradasi oleh mendidih, di mana > 80% residu pestisida
air terozonisasi 100% dalam waktu 15 dapat direduksi melalui pencelupan dalam
menit. Sedangkan pestisida lainnya seperti air panas.
diazinon, metilparation, dan sipermetin
dalam 15 menit dapat terdegradasi > 60%. Perendaman dengan air panas pada tomat
Air terozonisasi dapat diaplikasikan terhadap yang disemprot dengan pestisida metidation
hasil pertanian untuk menurunkan tingkat juga terbukti menurunkan kadar residu
residu pestisida. Wu dkk. (2007) melakukan pestisida dari 0,86 mg/kg menjadi 0,15
penelitian ini terhadap empat pestisida yang mg/kg (Atmawidjaja dkk., 2004). Hal ini
telah diaplikasikan dalam hasil pertanian. berarti telah terjadi penurunan kadar residu
Sayuran yang telah diaplikasi dengan pestisida sebesar 83% akibat adanya
pestisida tersebut dicuci menggunakan air perendaman dengan air panas. Penelitian
terozonisasi pada suhu 24ºC. Hasil penelitian oleh Satpathy dkk., (2012) menyebutkan,
tersaji pada Tabel 6. perendaman dalam air panas dan perebusan
efektif dalam mengurangi residu pestisida
Dari Tabel 6 terlihat bahwa pencucian golongan organofosfor (malation, fenitrotion,
menggunakan air terozonisasi terbukti dapat formotion, paration, metil paration dan
menurunkan kadar residu pestisida pada klorpirifos) pada tomat, kacang, okra,
sayuran. Bertambahnya waktu kontak terong, dan kembang kol sebanyak 52 -
antara sayuran yang mengandung residu 100%.
pestisida dengan air terozonisasi akan

68
Bayu Refindra Fitriadi dan Ayutia Ciptaningtyas Putri /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 11, No. 2

2.2.4. Penggunaan Radiasi Ultrasonik 3. Kesimpulan

Teknologi radiasi ultrasonik telah terbukti Penggunaan pestisida pada setiap tahap
efektif dalam menurunkan kontaminan pertanian menyebabkan tertinggalnya residu
organik dan anorganik. Energi yang pestisida pada hasil pertanian yang
ditimbulkan oleh radiasi ultrasonik ini memberikan dampak negatif bagi manusia
menyebabkan reaksi sonolisis pada molekul dan lingkungan. Berbagai metode yang
H2O yang menyebabkan timbulnya radikal digunakan untuk menurunkan kadar residu
bebas H dan OH. Radikal ini yang pestisida pada hasil pertanian terbukti
menyebabkan degradasi dan destruksi pada dapatmengurangi kadar residu pestisida 50 -
senyawa kimia. Whangchai dkk. (2013) 100%. Metode pencucian terhadap hasil
melaporkan bahwa ultrasonifikasi pada pertanian menjadi metode terbaik dalam
frekuensi 40 kHz efektif dalam men- menurunkan kadar residu pestisida pada
degradasi metil parathion. Sampel ditempat- hasil pertanian hingga 100%.
kan pada labu dan disonikasi pada reaktor
ultrasonik. Dari proses tersebut dapat 4. Rekomendasi
disimpulkan bahwa radiasi ultrasonik
menurunkan konsentrasi pestisida etion, Tantangan besar di masa mendatang adalah
dimana buah-buahan pasca panen setelah pada optimalisasi metode pengurangan
diradiasi ultrasonik dapat menurunkan residu pestisida yang mudah, murah dan
residu pestisida ethion sebesar 75,43% aplikatif bagi masyarakat umum dengan
dengan frekuensi radiasi ultrasonik pada tetap mempertahankan sebagian besar
1000 kHz dan paparan ozon selama 60 nutrisi yang terkandung pada hasil
menit. pertanian, sehingga tetap memenuhi dua
parameter penting dalam hasil pertanian
Penelitian menggunakan ultrasonic processor yaitu kualitas dan keamanan pangan. Hal ini
dalam mengurangi residu pestisida juga dikarenakan dalam metode pengurangan
dilakukan oleh Al-Taher dkk. (2013). Buah residu pestisida yang dijabarkan dalam
tomat yang direndam dalam ultrasonic kajian ini belum diteliti lebih lanjut mengenai
processor selama 1 menit dapat mengurangi efek metode pengurangan residu pestisida
residu pestisida sebanyak 60 - 70% untuk terhadap nutrisi yang terkandung pada hasil
jenis pestisida asefat, malation, karbaril, pertanian. Sehingga, kajian ini perlu
bifentrin, sipermetrin, permetrin, sihalotrin, penelitian lebih lanjut di masa depan.
klorotalonil, dan imidakloprid.
Daftar Pustaka
2.2.5. Pengaturan pH
Achmadi, S. S. (2003) Nasib bahan kimia
Pencucian menggunakan larutan asam POPs di Lingkungan, Seminar Pelatihan
seperti asam sitrat, asam askorbat, asam Inventori POPs, Jakarta.
asetat, dan hidrogen peroksida pada
konsentrasi 5 - 10% selama 10 menit Ahmed, A., Randhawa, M. A., Yusuf, M. J.,
diindikasikan dapat menurunkan kadar Khalid, N. (2011) Effect of processing
residu pestisida pada hasil pertanian. Hal ini on pesticide residues in food crops - A
dikarenakan larutan asam memberikan hasil Review, Journal of Agricultural
lebih baik dalam menghilangkan pestisida Research, 49, 379 – 390.
dibandingkan dengan larutan basa ataupun
netral. Alen, Zulhidayati, Suharti, N. (2015)
Pemeriksaan residu pestisida profenofos
Penggunaan larutan asam seperti asam pada selada (Lactuca sativa L.) dengan
sitrat dan askorbat dapat mengurangi metode kromatografi gas, Jurnal Sains
hampir 80% residu pestisida pada buah- Farmasi & Klinis, 1(2), 140 – 149.
buahan (Ahmed dkk., 2011). Pencucian
buah menggunakan larutan basa NaOH Al-Taher, F., Chen, Y., Wylie, P., Cappozzo,
dapat menurunkan > 60% residu pestisida J. (2013) Reduction of pesticide
piretroid pada permukaan buah (Ahmed residues in tomatoes and other produce,
dkk., 2011). Dengan demikian, penggunaan Journal of Food Protection, 76(3), 510 -
larutan asam maupun larutan basa sama 515.
baiknya digunakan sebagai media untuk
menurunkan kadar residu pestisida pada Atmawidjaja, S., Tjahjono, D. H., Rudiyanto
buah maupun sayur ataupun hasil pertanian (2004) Pengaruh perlakuan terhadap
lainnya. kadar residu pestisida metidation pada
tomat, Acta Pharmaceutica Indonesia,
29(2), 72 – 82.

69
Bayu Refindra Fitriadi dan Ayutia Ciptaningtyas Putri /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 11, No. 2

Badrudin, U., dan Jazilah, S. (2013) Analisis sp.) setelah pencucian dengan metode
residu pestisida pada tanaman bawang GC-MS, Skripsi, Universitas Muham-
merah (Allium ascalonicum L.) di madiyah Surakarta.
Kabupaten Brebes, Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, 24 (1), 75 Kristianingrum, S. (2009) Kajian berbagai
– 86. metode analisis residu pestisida dalam
bahan pangan, Makalah dalam Seminar
Balingtan (2013) Teknologi menurunkan Nasional Kimia Jurusan Pendidikan
residu pestisida di lahan pertanian, FMIPA UNY, Yogyakarta, 17 Oktober
http://balingtan.litbang.pertanian.go.id/ 2009.
ind/index.php/berita/138-teknologi-
menurunkan-residu-pestisida-di-lahan- Maruli, A., Santi, D. N., Naria, E. (2012)
pertanian, diakses tanggal 6 Agustus Analisa kadar residu insektisida
2016. golongan organofosfat pada kubis
(Brassica oleracea) setelah pencucian
Bonnechère, A., Hanot, V., Jolie, R., dan pemasakan di Desa Dolat Rakyat
Hendrickx, M., Bragard, C., Bedoret, T., Kabupaten Karo Tahun 2012, Jurnal
Loco, J. V. (2012) Processing factors of lingkungan & Kesehatan Kerja, 1(2), 1 –
several pesticides and degradation 9.
products in carrots by household and
industrial processing, Journal of Food Miskiyah dan Munarso, S. J. (2009)
Research, 1 (3), 68 – 83. Kontaminasi residu pestisida pada cabai
merah, selada, dan bawang merah
Cengiz, M. F. dan Certel, M. (2014) Effects (Studi Kasus di Bandungan dan Brebes
of chlorine, hydrogen peroxide, and Jawa Tengah serta Cianjur Jawa Barat),
ozone on the reduction of mancozeb J. Hort., 19(1), 101 – 111.
residues on tomatoes, Turkish Journal
of Agriculture and Forestry, 38, 371 – Satpathy, G., Tyagi, Y. K., Gupta, R. K.,
376. (2012) Removal of organophosphorus
(OP) pesticide residues from vegetables
Chavarri, M. J., Herrera, A., Arino, A. (2005) using washing solutions and boiling,
The decrease in pesticides in fruit and Journal of Agricultural Science, 4(2), 69
vegetables during commercial process- – 78.
sing, International Journal of Food
Science and Technology, 40, 205 – 211. Sheikh, S., Nizamani, S. M., Jamali, A. A.,
Panhwar, A. A., Channa, M. J., Mirani,
Cheowtirakul, C. dan Linh, N. D. (2010) The B. N. (2012) Removal of pesticide
study of biosurfactant as a cleaning residues from okra vegetable through
agent for insecticide residue in leafy traditional processing, Journal of Basic
vegetables, Assumption University & Applied Sciences, 8, 79 – 84.
Journal of Technology, 14 (2), 75 – 87.
Sodiq, M. (2000) Pengaruh pestisida
Ditjen PSP (2016) Pestisida Pertanian dan terhadap kehidupan organisme tanah,
Kehutanan Tahun 2016, Kementerian Jurnal Pertanian Mapeta, 2(5), 20 – 22.
Pertanian, Jakarta.
Sunarno (2012) Pengendalian hayati (Biologi
Hadi, S., Narsito, Noegrohati, S. (2009) Control) Sebagai Salah Satu Komponen
Keberadaan dan distribusi pestisida Pengendalian Hama Terpadu (PHT),
organoklorin golongan siklodiena di Jurnal Uniera, 1 (2), 1 – 12.
perairan segara anakan Cilacap Jawa
Tengah, Prosiding Seminar Kimia dan Tamaki, M., Ikeura, H. (2012) Pesticides –
Pendidikan Kimia, Surakarta, 18 Maret Recent Trends in Pesticide Residue
2009, 539 – 550. Assay, Meiji University Japan, Croatia.

Harinathareddy, A., Prasad, N.B.L., Devi, Vargas, J.M. (1975) Pesticide degradation,
K.L., Raveendranath, D., Ramesh, B. Journal of Arboriculture, 1(12), 232 –
(2015) Risk mitigation methods on the 233.
removal of pesticide residues in grapes
fruits for food safety, RJPBCS, 6(2), Vemuri, S. B., Rao, C. S., Swarupa, S.,
1568 – 1572. Darsi, R., Reddy, H., Aruna. (2015)
Simple decontamination methods for
Himawan, H. (2012) Penetapan kadar residu removal of pesticide residues in brinjal,
diazinon pada buah stroberi (Fragaria

70
Bayu Refindra Fitriadi dan Ayutia Ciptaningtyas Putri /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 11, No. 2

Scholars Journal of Agriculture and Wibowo, S. H. (2005) Tingkat residu


Veterinary Sciences, 2(1A), 27 – 30. pestisida pada buah tomat di distributor
sayuran: studi kasus HERO fresh food
Vemuri, S. B., Rao, C. S., Darsi, R., Reddy, Cibitung dan pasar induk Cibitung,
H., Aruna, Ramesh, B., Swarupa, S. Tesis, Universitas Indonesia, Depok.
(2014) Methods for removal of pesticide
residues in tomato, Food Science and Wiryadiputra, S. (2013) Residu pestisida
Technology, 2(5), 64 – 68. pada biji kakao Indonesia dan Produk
variannya, serta upaya penang-
Wang, Z., Huang, J., Chen, J., Li, F. (2013) gulangannya, Review Penelitian Kopi
Effectiveness of dishwashing liquids in dan Kakao, 1, 39 – 61.
removing chlorothaloniland chlorpyrifos
residues from cherry tomatoes, Wu, J., Tian, T., Lan, C., Lo, T. W. H., Chan,
Chemosphere, 92(8), 1022 – 8. G. Y. S. (2007) Removal of residual
pesticides on vegetable using ozonated
Wardojo, S. (1978) Pestiside Management in water, Journal of Food Control, 18(5),
Southeast Asian Workshop on Pesticide 466 – 472.
Management, Biotrop, Bogor, Indo-
nesia. Yuantari, M. G. C. (2009) Studi ekonomi
lingkungan penggunaan pestisida dan
Whangchai, K., Phiyanalinmat, S., dampaknya pada kesehatan petani di
Uthaibutra, J., Pengphol, S., Nomura, N. area pertanian hortikultura Desa
(2013) The effects of ultrasonik Sumber Rejo Kecamatan Ngablak
irradiation in combination with ozone on Kabupaten Magelang Jawa Tengah,
the reduction of residual ethion of Tesis, Universitas Diponegoro,
tangerine (Citrus reticulate Blanco cv. Semarang.
Sai Nam Pung) fruit after harvest,
Agricultural Sciences, 4(5B), 7 – 11.

71

Anda mungkin juga menyukai