Anda di halaman 1dari 9

30

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS


DI JAWA TENGAH
Oleh :
Hari Winarto

ABSTRACT
This study aims to analyze the factors that affect demand and supply of rice in Central
Java. The data used are secondary data time series from 1999 till year 2008 is sourced
from the internet and books in Central Java in Figures. Analysis of data using an
econometric model with ordinary least squares (OLS) and two-stage least squares
(TSLS.) The results show that the TSLS analysis on the model of supply and demand
of rice in Central Java showed better results than the OLS analysis. Factors that
influence on the demand of rice in Central Java is the price of rice, cassava prices,
income per capita, and population, while the factors that affect the supply of paddy rice
is harvested..

Key words : demand, supply, rice, central java

A. PENDAHULUAN hektar, meningkat 3,14 persen di-


Beras merupakan komoditas banding produktivitas tahun sebelum-
pangan yang strategis di Indonesia. Hal nya. Demikian pula luas panen dan
ini dikarenakan secara sosial beras produksi padi pada tahun 2008 juga
merupakan makanan pokok sebagian mengalami peningkatan, yaitu masing-
besar bangsa Indonesia dan sering masing meningkat sebesar 2,80 persen
dipergunakan dalam upacara adat, dan 6,03 persen dari tahun sebelumnya.
keagamaan dan perkawinan. Secara Konstribusi rata – rata per tahun daerah
ekonomi banyak orang yang meng- ini sebesar 13, 4 persen terhadap luas
gantungkan hidupnya pada tanaman panen padi atau sebesar 15,1 persen
padi, penghasil beras, baik melalui terhadap jumlah produksi padi di
aktivitas usahatani, pemasaran, maupun Indonesia (BPS, 2009).
pengolahan. Secara politis komoditas ini Adanya perkembangan secara
memegang posisi sentral dalam terus menerus di bidang ilmu
kebijaksanaan pangan nasional karena pengetahuan dan teknologi pangan,
perannya yang sangat besar sebagai memungkinkan terjadinya peningkatan
bahan makanan pokok penduduk produksi beras, baik kuantitas maupun
Indonesia. kualitasnya. Kenaikan produksi beras
Jawa Tengah merupakan tanpa dibarengi dengan perbaikan
lumbung padi ketiga di Indonesia, pemasaran tidak akan menguntungkan
setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. bagi petani sebagai produsen utama
Pada tahun 2008, produkstivitas padi di beras. Kegiatan pemasaran beras
Jawa Tengah sekitar 55,06 kuintal per berkaitan erat dengan penawaran beras

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI JAWA TENGAH


Hari Winarto
31

oleh petani dan permintaan beras oleh individu dan selanjutnya pada jumlah
penduduk pada umumnya. pembeli komoditas di pasar.
Berkaitan dengan hal tersebut Fungsi permintaan pasar akan
penulis tertarik untuk menganalisis sebuah komoditas menunjukkan
permintaan dan penawaran beras di hubungan antara jumlah komoditas
Jawa Tengah dengan tujuan untuk : (1) yang diminta dengan semua faktor yang
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tersebut,
menentukan permintaan beras di Jawa yang secara umum ditulis sebagai
Tengah, baik dengan metode analisis berikut :
Ordinary Least Square maupun Two Qx
d
f (harga komoditas X, harga
Stages Least Square, (2) komoditas substitusi,
Mengidentifikasi faktor–faktor yang pendapatan konsumen,
menentukan penawaran beras di Jawa selera, preferensi dan lain
Tengah, baik dengan metode analisis – lain)
Ordinary Least Square maupun Two Dengan perkataan lain, permintaan
Stages Least Square. Lebih lanjut hasil pasar barang X (QXd) merupakan fungsi
analisis ini diharapkan bermanfaat dari harga komoditas X, harga
sebagai bahan informasi bagi komoditas substitusi, pendapatan
pemegang kebijaksanaan pemerintah konsumen, selera, preferensi dan lain –
ataupun yang membutuhkannya. lain.
Dalam ilmu ekonomi permintaan Penawaran dalam pengertian
individual dapat diartikan sebagai sehari – hari diartikan sebagai jumlah
jumlah suatu komoditas yang bersedia komoditas yang ditawarkan (untuk di-
di beli individu selama periode waktu jual) kepada konsumen. Dalam
dan keadaan tertentu. Periode waktu pengertian ekonomi, penawaran
tersebut dapat satu tahun atau dua diartikan sebagai jumlah komoditas
tahun, dan keadaan yang harus yang ditawarkan atau yang tersedia
diperhatikan antara lain harga untuk dijual oleh produsen pada tingkat
komoditas tersebut, pendapatan harga, jumlah produksi, tempat dan
individu, harga komoditas subsitusi, waktu tertentu.
selera dan lain – lain. Dengan demikian Untuk membahas teori pe-
permintaan individual merupakan fungsi nawaran ini, para ahli ekonomi selalu
dari harga komoditas itu, pendapatan melihat dari sudut produsen, karena
individu, harga komoditas substitusi, pada hakekatnya seorang produsen
selera dan preferensi (Dominick memproduksi komoditasnya dengan
Salvatore, 1985). tujuan memaksimumkan keuntungan.
Permintaan pasar merupakan Untuk mencapai tujuan tersebut
penjumlahan dari permintaan individual seorang produsen berusaha meng-
dan menunjukkan jumlah alternative dari alokasikan input yang dimilikinya
komoditas yang diminta per periode seefisien dan seefektif mungkin.
waktu pada berbagai harga alternative Fungsi penawaran individual
oleh semua individu di dalam pasar. merupakan fungsi dari faktor – faktor
Jadi, permintaan pasar untuk suatu umum maupun faktor – faktor khusus
komoditas tergantung pada semua yang mempengaruhi penawaran
faktor yang menentukan permintaan (Dominick Salvatore, 1985). Penawaran
pasar merupakan penjumlahan dari

MAJALAH ILMIAH EKONOMIKA VOLUME 13 NOMOR 1, PEBRUARI 2010 : 1 – 46


32

penawaran individual dan menunjukkan d. Pendapatan penduduk yang diambil


jumlah alternative dari komoditas yang dari PDRB per kapita (X2) dalam ribu
ditawarkan per periode waktu pada rupiah.
berbagai harga alternative oleh semua e. Jumlah penduduk (X3) dalam juta
individu di dalam pasar. Jadi, jiwa.
penawaran pasar untuk suatu f. Luas panen padi (X4) dalam ribu
komoditas tergantung pada semua hektar.
factor yang menentukan penawaran g. Harga beras tahun yang lalu (X5)
individu dan selanjutnya pada jumlah dalam rupiah per kilogram.
penjual komoditas di pasar. Model persamaan permintaan
Fungsi penawaran pasar akan dan penawaran beras di Jawa Tengah
sebuah komoditas menujukkan diformulasikan sebagai berikut :
hubungan antara jumlah komoditas Qd a0 a 1 Px a2 X 1 a3 X 2 a4 X 3
yang ditawarkan dengan semua faktor
yang mempengaruhi penawaran Qs b0 b 1 Px b2 X 4 b3 X 5
tersebut dan secara umum ditulis
sebagai berikut : Qd Qs
s
Qx f (harga komoditas X, harga Keterangan :
komoditas tersebut pada Qd = jumlah permintaan beras
tahun yang lalu, harga Qs = jumlah penawaran beras
input yang digunakan, Px = harga beras
teknologi yang digunakan, X1 = harga komoditas substitusi
keadaan alam atau iklim, ubikayu
dan lain – lain) X2 = pendapatan penduduk (produk
Dengan perkataan lain, penawaran domestic bruto per kapita)
pasar barang X (QXS) merupakan fungsi X3 = jumlah penduduk
dari harga komoditas X, harga X4 = luas panen padi
komoditas substitusi, pendapatan X5 = harga beras tahun sebelumnya
konsumen, selera, preferensi dan lain – Model persamaan permintaan
lain. dan penawaran beras di Jawa Tengah
dianalis dengan 2 cara, yaitu : Ordinary
B. METODA PENELITIAN Least Square maupun Two Stages
Data yang digunakan dalam Least Square.
penelitian ini adalah data sekunder Metode OLS dilakukan secara
runtut waktu (time series) dari tahun langsung dengan meregresikan variable
1999 s.d. 2008 yang bersumber dari independen dengan varibel dependen
berbagai buku statistik Jawa Tengah (regresor). Metode TSLS dilakukan dua
dalam Angka. Data tersebut meliputi : tahap. Tahap pertama meregresikan
a. Jumlah permintaan atau penawaran variable independent (regresor) yang
beras yang diambil dari jumlah berkorelasi dengan variable gangguan,
produksi padi tiap tahun (Qd/Qs), yaitu meregresikan variable endogen Px
dalam ribu ton. dengan variable eksogen
b. Harga beras (Px) dalam Rupiah per (predetermined) X1, X2, X3, X4, dan X5,
kilogram. yang secara matematis diformulasikan :
c. Harga komoditas substitusi ubikayu
(X1) dalam Rupiah per kg.

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI JAWA TENGAH


Hari Winarto
33

Px c0 c1 X 1 c2 X 2 c3 X 3 c4 X 4 c5 X 5 e (-2.898)ns (-1.108)ns
atau :
(6.161)*
t ( 0 .025 ; 7 ) 2 . 841
Px Px calc e
F hitung = 23,505
dim ana : 2
R 0 ,934
Px calc c0 c1 X 1 c2 X 2 c3 X 3 c4 X 4 c5 X 5
Pengujian secara kesuluruhan
Tahap kedua meregresikan dengan taraf signifikansi α = 5 %
regresor (depedent variable) Qd/Qs terhadap persamaan regresi Qd
terhadap independent variabelnya, menunjukkan hasil yang signifikan di
setelah nilai variable Px diganti dengan mana F hitung = 5.590 > F (0,05 : 4;7) =
Px – calc. Dengan demikian, analisis 4.12 dan nilai koefisien determinasi R2 =
TSLS tahap II model permintaan dan 0,817. Hal ini berarti bahwa 81,,7 %
penawaran beras di Jawa Tengah variasi Qd secara simultan dipengaruhi
sebagai berikut : oleh variasi Px, X1, X2, dan X3,
Qd a0 a 1 Px calc a2 X 1 a3 X 2 a4 X 3 sedangkan sisanya 18,3 % dipengaruhi
Qs b0 b1 Px calc b2 X 4 b3 X 5 oleh factor lain yang tidak dimasukkan
dalam model.
Setelah diperoleh persamaan
Namun demikian apabila dilihat
regresi sesuai dengan model di atas,
secara parsial (uji-t) terhadap pesamaan
pengujian dilakukan secara keseluruhan
regresi Qd, ternyata seluruh variael non
(over all test) dengan uji – F pada taraf
signifikan. Hal tersebut diindikasikan
signifikansi α = 0,05.
bahwa antar variable independent ter-
jadi multikolinearitas. Dengan demikian,
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis OLS model permintaan beras
Pada analisis OLS model
kurang tepat digunakan untuk menduga
permintaan (Qd) dan penawaran (Qs)
model permintaan beras di Jawa
beras diperoleh hasil sebagai berikut :
Tengah, sehingga perlu dilihat analisis
TSLSnya.
Qd 10 . 371 , 075 0 ,165 Px 0 , 426 X 1 92 , 675 X 2
Pengujian secara keseluruhan
167 ,585 X 3 pada taraf signigikansi α = 5 % pada
(0,196) (0,519) persamaan regresi Qs menunjukkan
(98,225) hasil yang signifikan di mana F hitung =
(76,167) 23,505 > F (0,05 : 3;8) = 4,07 dan nilai
(-0,843)ns (0,821)ns koefisien determinasi R2 = 0,934. Hal ini
(0,943)ns berarti bahwa 9,34 % variasi Qs secara
(-0,079)ns simultan dipengaruhi oleh variasi Px, X4,
t ( 0 .025 ; 7 ) 2 . 841 dan X5, sedangkan sisanya 6,66 %
F hitung = 5,590 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
2 dimasukan dalam model.
R 0 . 817
Pengujian secara parsial (uji-t)
terhadap koefisien regresi menunjukkan
Qs 6869 . 748 2 . 248 Px 0 . 664 X 4 6 . 004 X 5
bahwa koefisien Px dan X5 siginifikan,
sedangkan X4 non signifikan. Dengan
(0.776) (0.600) demikian analisis OLS model
(0.975)

MAJALAH ILMIAH EKONOMIKA VOLUME 13 NOMOR 1, PEBRUARI 2010 : 1 – 46


34

penawaran beras Qs hanya dipengaruhi t ( 0 .025 ; 7 ) 2 . 841


oleh variable Px dan X5.
Pada analisis TSLS tahap I, yaitu Qs 1 . 279 , 757 0 , 008 Px calc 2 ,322 X
1 4
regresi variable endogen harga beras Px
terhadap variable – variable eksogen X1, 0 ,141 X 5
X2, X3, X4 dan X5, diperoleh hasil (0,059) (0,513) (0,725)
sebagai berikut : (0,143)ns
Px 21 . 711 ,836 0 , 997 X 1 464 ,869 X 2
(4,529)** (1,946)ns
472 ,140 X 3 4 , 226 X 0 ,. 095 X 5
F hitung = 23,5399
4
R2 = 0,93
(0,817) (198,925) t ( 0 .025 ; 8 ) 2 . 752
(221,295) (3,022) (0.225)
(1,22)ns (2,337)ns (-
2,134)ns
(-1,398)ns (-421)ns Pengujian secara keseluruhan
2 dengan taraf signifikansi α = 5 %
t ( 0 .025 ; 6 ) 2 . 969 ; R 0 . 99 , Fhit 79 ,12
terhadap persamaan regresi Qd yang
dianalisis dengan TSLS menunjukkan
Pengujian secara keseluruhan hasil yang signifikan di mana F hitung =
dengan taraf signifikansi α = 5 % 50,7685 > F (0,05 : 4;7) = 4,12 dan nilai
terhadap persamaan regresi harga koefisien determinasi R2 = 0,98 Hal ini
beras (Px) menunjukkan hasil yang berarti bahwa 98 % variasi Qd secara
signifikan di mana F hitung = 79.12 > F simultan dipengaruhi oleh variasi P xcalc,
(0,05 : 5;6) = 4,39 dan nilai koefisien X1, X2, dan X3, sehingga permintaan
determinasi R2 = 0,99. Hal ini berarti beras di Jawa Tengah dipengaruhi oleh
bahwa 99 % variasi Px secara simultan harga beras, harga ubi kayu, pen-
dipengaruhi oleh variasi X1, X2, X3, X4 dapatan per kapita dangkan sisanya 2
dan X5, sedangkan sisanya 1 % % dipengaruhi faktor lain yang tidak
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.
dimasukkan dalam model. Selanjutnya apabila dilihat secara
Dengan demikian, maka per- parsial (uji-t) ternyata seluruh koefisien
samaan tersebut dapat untuk mencari regresi pada model permintaan beras
harga beras estimasi atau PXcalc. adalah signifikan. Ini berarti bahwa
Selanjutnya dengan mengganti nilai Px permintaan beras di Jawa Tengah
dengan Px-calc pada analisis TSLS dipengaruhi oleh harga beras, harga ubi
Tahap II, model permintaan (Qd) dan kayu, dan pendapatan per kapita.
penawaran beras (Qs) sebagai berikut : Pengujian secara keseluruhan
dengan taraf signifikansi α = 5 %
Qd 15 . 260 ,394 0 ,984 Px calc 1,356 X 1 terhadap persamaan regresi Qs yang
399 , 980 X 2
321 , 394 X 3 dianalisis dengan TSLS menunjukkan
(0,228) (0,324) hasil yang signifikan di mana F hitung =
(75,685) (50,774) 23,5399 > F (0,05 : 4;7) = 4,07 dan nilai
(-4,32)* (4,190)* koefisien determinasi R2 = 0,93. Hal ini
(4,849)** (-6,341)** berarti bahwa 93 % variasi Qd secara
simultan dipengaruhi oleh variasi P x-
F hitung = 50,7685 calc, X1, X2, dan X3, sedangkan sisanya
R2 = 0,98 3 % dipengaruhi oleh factor lain yang
tidak dimasukkan dalam model.

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI JAWA TENGAH


Hari Winarto
35

Selanjutnya apabila dilihat secara TSLS dan OLS ternyata sama


parsial (uji-t) ternyata hanya ada satu besarnya, yaitu R2 =0,934.
koefisien regresi pada model Selanjutnya apabila dilihat uji
penawaran beras yang signifikan, yaitu : parsial (uji-t α = 0,05) terhadap koefisien
luas panen padi (X.). Ini berarti bahwa regresi pada kedua metode tersebut
pnawaran beras beras di Jawa Tengah ternyata pada metode OLS dan TSLS
dipengaruhi oleh luas panen padi. terdapat satu koefisien regresi yang
Pada model permintaan beras signifikan, yaitu : pada metode OLS,
yang dianalisis dengan metoda OLS harga beras tahun lalu (X5) mempunyai
diperoleh F hitung = 5,590 dan pengaruh yang siginifikan terhadap
koefisien determinasi R
2
0 . 817 , penawaran beras (Qs) di Jawa Tengah,
sedangkan dengan metode TSLS sedangkan pada metoda TSLS, luas
diperoleh F hitung = 50,7685 dan panen padi (X4) mempunyai pengaruh
2 yang sangat signifikan terhadap
koefisien determinasi R = 0,98. Jika
kedua metode analisis tersebut penawaran beras di Jawa Tengah.
dibandingkan, ternyata bahwa nilai F Dengan melihat besarnya F
hitung pada metoda TSLS lebih besar hitung, nilai R2 dan t hitung pada kedua
dari F hitung pada metoda OLS yaitu metoda tersebut, dapat disimpulkan
50,7685 > 5,590, dan nilai koefisien bahwa metode TSLS menunjukkan hasil
determinasi R2 pada metode TSLS juga yang lebih baik bila dibandingkan
lebih besar dari metode OLS. Pada dengan metode OLS. Hal ini sesuai
metode TSLS nilai R2 = 0,98, dengan teori dimana metode analisis
sedangkan pada metoda OLS nilai R2 TSLS pada umumnya menghasilkan
nya = 0,848. Demikian pula apabila persamaan yang lebih baik disbanding-
dilihat pada uji-t untuk masing-masing kan dengan metode OLS (Gujarati, D.,
koefisien regresinya. Pada metode OLS, 1989). Namun demikian apabila terjadi
semua koefisien regresi secara parsial kebalikannya, beberapa kemungkinan
tidak signifikan, sedangkan pada penyebabnya menurut Lincolin Arsyad
metode TSLS semua koefiesn regresi (1993) antara lain : a). Adanya
adalah signifikan. Dengan melihat kesalahan spesifikasi antara variable
besarnya F hitung,nilai R2, dan uji-t, dependen dan variable independent
maka metode TSLS menunjukkan hasil yang disebabkan oleh penggunaan
yang lebih baik dibandingkan dengan bentuk hubungan fungsional yang salah
metode OLS. atau terabaikannya (omission) beberapa
Pada model penawaran beras variable yang penting, b). Adanya
yang dianalisis dengan metoda OLS mutikolinearitas di antara variable
diperoleh F hitung = 23,505 dan nilai independent sehingga koefisien regresi
koefisien determinasi R
2
0 ,934 , untuk masing – masing variable mejadi
sedangkan dengan metode TSLS bias dan tak dapat dipercaya, dan c).
diperoleh F hitung = 23,540 dan Sedikitnya data atau ukuran sample
koefisien determinasi R2 = 0,934. Jika yang digunakan dalam analisis regresi
kedua metode analisis tersebut untuk mengidentifikasi pergeseran –
dibandingkan, ternyata nilai F hitung pergeseran kurva permintaan dan
TSLS lebih besar dari F hitung OLS penawaran.
yaitu 23,540 > 23,505, dan nilai
koefisien determinasi R2 pada metode D. SIMPULAN DAN SARAN

MAJALAH ILMIAH EKONOMIKA VOLUME 13 NOMOR 1, PEBRUARI 2010 : 1 – 46


36

Dari hasil analisis dan nya, yaitu harga beras, luas panen
pembahasan pada model permintaan padi, dan harga beras tahun yang
dan penawaran beras di Jawa Tengah lalu. Pada metoda OLS, secara
dapat diambil kesimpulan sebagai parsial variable harga beras tahun
berikut : yang lalu berpengaruh nyata
1. Analisis OLS dan TSLS pada terhadap jumlah pernawaran beras
model permintaan beras di Jawa di Jawa Tengah, sedangkan pada
Tengah secara simultan di- metoda TSLS varibel luas panen
pengaruhi oleh variable regresor- padi sangat berpengaruh nyata
nya, yaitu harga beras, harga terhadap jumlah penwaran beras di
ubikayu, pendapatan per kapita, Jawa Tengah..
dan jumlah penduduk. Namun 3. Analisis TSLS pada model
secara partial, pada metode OLS permintaan dan penawaran beras
seluruh variable regresor tersebut di Jawa Tengah menunjukkan hasil
tidak berpengaruh nyata, yang lebih baik dari pada analisis
sedangkan pada metoda TSLS OLS.
seluruh variable regrosor ber- Untuk membuat model perminta-
pengaruh nyata terhadap jumlah an dan penawaran beras yang lebih
permintaan beras di Jawa Tengah. akurat kiranya diperlukan data runtut
2. Analisis OLS dan TSLS pada waktu yang lebih banyak, yaitu jangka
model penawaran beras di Jawa waktunya panjang dan variablenya
Tengah secara simultan di- semakin banyak.
pengaruhi oleh variable regresor-

DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Daerah Jawa Tengah dan Badan Pusat Statistik
Tengah dan Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, Semarang.
Jawa Tengah, 2000. Jawa Tengah Biro Pusat Statistik, 2009. Tabel Luas
dalam Angka 1999. Badan Panen- Produktivitas- Produksi
Perencanaan Daerah Jawa Tanaman Padi Seluruh Provinsi
Tengah dan Badan Pusat Statistik (On-Line).
Jawa Tengah, Semarang. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.ph
Badan Perencanaan Daerah Jawa p diakses 15 Desember 2009.
Tengah dan Badan Pusat Statistik Gujarati, D., 1989, Basic Econometrics,
Jawa Tengah, 2004. Jawa Tengah Mc. Graw-Hill International
dalam Angka 2003. Badan Editions, New York.
Perencanaan Daerah Jawa Lincoln Arsyad, 1993, Ekonomi
Tengah dan Badan Pusat Statistik Manajerial Ekonomi Mikro
Jawa Tengah, Semarang. Terapan Untuk Manajemen Bisnis,
Badan Perencanaan Daerah Jawa Edisi 3, BPFE. Yogyakarta.
Tengah dan Badan Pusat Statistik Soekartawi, 1987, Prinsip Dasar
Jawa Tengah, 2009. Jawa Tengah Ekonomi Pertanian Teori dan
dalam Angka 2008. Badan Aplikasinya, Rajawali Pers,
Perencanaan Daerah Jawa Jakarta.

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI JAWA TENGAH


Hari Winarto
37

Supranto, J., 1984, Ekonometrik, LPFE, Varian Hal R., 1984, Micro Economic
Universitas Indonesia, Jakarta. Analysis, W.W Norton & Company
Inc., New York.

MAJALAH ILMIAH EKONOMIKA VOLUME 13 NOMOR 1, PEBRUARI 2010 : 1 – 46


38

LAMPIRAN : DATA INDUK PERMINTAAN DAN PENAWARAN


BERAS DI JAWA TENGAH TAHUN 1999 S.D. 2008

TAHU PRODBER HARGA HARGA PDRBP PEND LUASPA HARBELA


N AS BE UB K DI LU
30,76
1999 5483,305 2.614 841 2,897 1 1.669 #NULL!
30,77
2000 5509,018 2.215 792 3,332 6 1.669 2.614
31,06
2001 5388,453 2.449 974 3,786 4 1.651 2.215
31,69
2002 5527,290 2.842 1.124 4,311 2 1.653 2.449
32,90
2003 5280,495 2.759 1.200 4,670 9 1.536 2.842
32,39
2004 5533,161 2.795 1.142 5,220 7 1.636 2.759
32,90
2005 5475,662 3.304 1.334 6,276 9 1.611 2.795
32,17
2006 5674,039 4.360 1.708 7,539 8 1.672 3.304
32,38
2007 5600,956 5.062 1.899 8,281 0 1.614 4.360
32,62
2008 5938,663 5.444 2.306 9,522 6 1.659 5.062

Keterangan :

PRODBERAS = JUMLAH PRODUKSI BERAS YANG DIMINTA ATAU


DITAWARKAN (ribu ton)
= QD = Q S
HARGABE = HARGA BERAS (Rpkg)
= Px
HARGAUB = HARGA UBI KAYU (Rp/kg)
= X1
PDBRPK = PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA
= PENDAPATAN PER KAPITA (juta rupiah)
= X2
PEND = JUMLAH PENDUDUK JAWA TENGAH (juta orang)
= X3

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI JAWA TENGAH


Hari Winarto

Anda mungkin juga menyukai