Anda di halaman 1dari 6

EnviroScienteae 7 (2011) 6-11 ISSN 1978-8096

KARAKTERISTIK FISIK-KIMIA KUALITAS AIR


PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BAHAN GALIAN GOLONGAN C
DI KECAMATAN LANDASAN ULIN KOTA BANJARBARU

Dini Sofarini

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan


Universitas Lambung Mangkurat

Keywords : water quality, excavation C, water biota

Abstract

Area of land miners in the area of Landasan Ulin district Banjarbaru town is diverse,
while the excavation area C in the area of 25 hectares study. Results of the study of water
quality, temperature, TDS, turbidity, salinity, pH and DO indicates that the value is still
within normal limits on the allowed based on Water Quality Standards in government
regulation No.82 of 2001 regarding management of water quality and Water Pollution
Control. Value of normal water quality parameters showed that material excavated materials
category C in Landasan Ulin district banjarbaru town is not harmful for biotic of water living
in it.

Pendahuluan yang pada akhirnya akan menimbulkan


lubang-lubang bekas galian dimana pada
Kota Banjarbaru merupakan salah satu musim hujan berubah menjadi danau-danau
dari kabupaten/kota yang ada di Provinsi buatan.
Kalimantan Selatan yang terletak pada 2,37 Aktivitas penambangan tersebut sangat
– 3,67 Lintang Selatan dan 114,66 – 114,92 terasa dampaknya bagi ekosistem sekitar
Bujur Timur, serta mempunyai luas 328,83 lokasi penambangan, salah satunya adalah
Km2 atau 0,88% dari luas Provinsi ekosistem perairan (danau-danau buatan).
Kalimantan Selatan yang meliputi wilayah Perubahan kualitas air sudah pasti akan
3 kecamatan, yaitu Kecamatan Landasan terjadi akibat perubahan bentang alam, yang
Ulin, Kecamatan Banjarbaru dan berarti akan berpengaruh terhadap
Kecamatan Cempaka. kehidupan makhluk hidup didalamnya.
Aktivitas penambangan bahan galian Parameter kualitas air yang cukup penting
golongan C banyak dilakukan di seperti pH, suhu dan DO akan mengalami
Kecamatan Landasan Ulin. Bahan galian fluktuasi yang berdampak pada
golongan C dari aktivitas penambangan ini perkembangan biota air. Berdasarkan hal
adalah berupa pasirbatu (sirtu) dan tanah tersebut perlu kiranya dilakukan penelitian
uruk yang banyak dibutuhkan sebagai mengenai karakteristik fisik-kimia kualitas
material bahan pembangunan di Kota air pada lahan bekas tambang bahan galian
Banjarmasin, Banjarbaru dan kota lainnya golongan C di Kecamatan Landasan Ulin.
di Kalimantan Selatan.
Kecamatan Landasan Ulin dengan luas Perumusan Masalah
178,20 Km2 dan kepadatan penduduk
Kegiatan ini tentu saja menimbulkan
267 per Km2 memiliki bentang alam
permasalahan yang cukup serius bagi
(morfologi) yang relatif datar dengan
lingkungan sekitar lahan bekas tambang
kelerengan 0 – 2%. Dengan kondisi bentang
tersebut karena:
alam demikian maka sulit dilakukan
penambangan dengan sistem back and fill,
Dini Sofarin./EnviroScienteae 7 (2011) 6-11 7

1. Sebagian besar lahan bekas tambang Analisis data menggunakan metode


tersebut ditinggalkan begitu saja oleh deskriptif analitik, yakni menganalisis
penambang dalam keadaan rusak dan secara deskriptif keberadaan lahan bekas
berlubang yang dalam musim hujan tambang galian golongan C di Kecamatan
berubah menjadi danau-danau buatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru dilihat dari
yang rawan erosi dan tanah longsor aspek perikanan (lingkungan perairan).
tanpa adanya usaha untuk melakukan Objek penelitian ini adalah luasan lahan
reklamasi. bekas tambang bahan galian golongan C.
2. Kualitas air danau-danau buatan tersebut Data yang tekumpul melalui hasil observasi
akan mengalami fluktuasi yang kemudian diklarifikasi sesuai masalah dan
berpengaruh terhadap kehidupan biota tujuan penelitian untuk selanjutnya disusun,
air di dalamnya. diolah dan dianalisis secara kualitatif
3. Belum diketahui pemanfaatan kawasan dengan analisis statistik yang sesuai dengan
tersebut dimasa yang akan datang, serta data yang ada. Dengan demikian,
kontribusinya bagi pemerintah daerah diharapkan mampu untuk memberikan
setempat. kemudahan dalam analisis pemanfaatan
lahan bekas tambang bahan galian golongan
Tujuan dan Manfaat Penelitian C tersebut. Adapun pengumpulan dan
pengolahannya melalui metode:
Tujuan dari kegiatan penelitian ini
1. Metode Survei
adalah untuk melakukan kajian terhadap
2. Wawancara secara Purposive
kualitas air pada lahan bekas tambang
Sampling
bahan galian golongan C di Kecamatan
3. Metode ini menyangkut survei
Landasan Ulin Kota Banjarbaru Kalimantan
instansional dan survei lapangan
Selatan.
(observasi)
Sedangkan manfaat penelitian ini
4. Studi Literatur (Desk Study)
adalah untuk memberikan gambaran
5. Dokumentasi
mengenai pengaruh kualitas air di lahan
bekas tambang bahan galian golongan C
Hasil dan Pembahasan
terhadap biota perairan yang hidup di
dalamnya. Pengukuran kualitas air permukaan di
lokasi studi dilakukan pengukuran yaitu
Metode Penelitian pada saat air berada pada lokasi lahan bekas
galian C. Hasil pengukuran kualitas air
Metode pengambilan contoh
permukaan dapat dilihat pada Tabel 1.
dilakukan dengan mengukur suhu air, TDS,
Semua lokasi amatan telah berair, karena
kekeruhan, salinitas, pH dan DO dilakukan
curah hujan yang turun relatif banyak pada
dengan menggunakan alat Water Checker
daerah ini.
tipe U pada 3 (tiga) lokasi (stasiun) yang
berbeda, yaitu Stasiun 1 pada lokasi yang
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kualitas Air
rendah (KA-1), Stasiun 2 pada lokasi yang
(Fisik, Kimia dan Biologi)
banyak menampung air perencanaan (KA- Stasiun Pengukuran
2) dan Stasiun 3 pada kawasan lokasi Variabel Satuan
KA1 KA2 KA3
Tambak Masyarakat (KA-3). Suhu C0
27,4 27,6 28,4
Sedangkan pengambilan contoh ikan TDS Mg/l 0,08 0,07 1,4
dilakukan dengan menggunakan alat Kekeruhan NTU 80,3 18,0 47,8
penangkap ikan yang biasanya digunakan Salinitas ‰ 0,00 0,00 0,00
oleh penduduk setempat. Alat yang dapat pH - 5,06 5,10 5,04
digunakan adalah jala tebar, bubu dan DO Mg/l 7,56 7,44 6,22
jaring insang dengan berbagai ukuran. Sumber : data primer
8 Dini Sofarin./EnviroScienteae 7 (2011) 6-11

Pada umumnya sifat fisik perairan Dari hasil pengukuran suhu air di
masih tergolong baik, karena semua lapangan menunjukkan kondisi yang stabil baik
variabel terukur masih memenuhi BMA pada pengukuran pada saat air dalam keadaan
yang dipersyaratkan untuk kegiatan normal. Hasil pengukuran dibandingkan dengan
suhu peruntukan air sebagai bahan baku
perikanan. Pada lokasi sekitar studi terdapat
perikanan masih dalam syarat yang dianjurkan.
jenis perairan umum, berupa tambak.
Terdapat 2 buah tambak yang diolah dari TDS (Jumlah Zat Padat Terlarut)
bebas lahan galian C ini dengan
pemeliharaan tradisional terhadap ikan nila. TDS biasanya terdiri dari zat organik,
garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS
bertambah maka kesadahan akan naik pula.
Suhu Air
Selanjutnya efek TDS terhadap kesehatan
Suhu air diartikan sebagai kondisi tergantung pada spesies kimia penyebab
tubuh yang menunjukkan pengalihan panas masalah itu. Pengukuran TDS pada lokasi
ke, atau dari, badan lain. Suhu biasanya perencanaan sama dengan parameter suhu
diukur dengan menggunakan termometer pengukuran dilakukan dengan menggunakan
alat water checkers tipe u pada 3 (tiga) lokasi
atau termistor dan ditunjukkan pada skala
(stasiun) berbeda. Hasil pengukuran TDS air
relatif seperti skala Celcius (0C). Proses- oada Stasiun 1 adalah 0,08 mg/l, pada Stasiun 2
proses fisik, biologis dan kimiawi dalam TDS yang terukur sebesar 0,07 mg/l dan pada
lingkungan perairan dipengaruhi oleh suhu. Stasiun 3 jumlah TDS sebesar 1,4 mg/l.
Sebagai contoh peningkatan suhu air Hasil pengukuran TDS pada saat survei
menurunkan kelarutan oksigen dalam air menunjukkan bahwa tingkat kesadahan di
sementara peningkatan oksigen merupakan perairan lokasi pengukuran masih aman untuk
kebutuhan ikan. Suhu yang lebih tinggi aktifitas perikanan bila merujuk pada Kriteria
meningkatkan kelarutan banyak senyawa Mutu Air berdasarkan kelas (Peraturan
kimia dan bisa mempengaruhi efek polutan Pemerintah No. 82 Th. 2001 tentang
pada kehidupan perairan. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air) untuk peruntukan perikanan
Variasi suhu merupakan bagian dari
yaitu 50 mg/l.
enzim musim alami. Badan air alami bisa
menunjukkan variasi musiman dan harian, Kekeruhan (Turbidity)
sebagaimana stratifikasi vertikal dalam hal
suhu. Organisme perairan mempunyai Kekeruhan menunjukkan tingkat
batasan suhu atas dan bawah untuk kejernihan aliran air atau kekeruhan aliran air
yang diakibatkan oleh unsur-unsur muatan
pertumbuhan optimal, masa bertelur,
sedimen, baik yang bersifat mineral atau
pengeraman telur dan migrasi. Batasan- organik. Kekeruhan dapat dianggap sebagai
batasan ini bervariasi dari spesies ke spesies indikator kemampuan air dalam meloloskan
lainnya. Perubahan dalam rezim suhu bisa cahaya tersebut kemudian disebarkan atau
mengubah distribusi dan komposisi spesies diserap oleh air tersebut. Semakin kecil atau
pada komunitas perairan. rendah tingkat kekeruhan suatu perairan,
Pengukuran untuk suhu air dilakukan semakin dalam cahaya dapat masuk ke dalam
dengan menggunakan alat water checkers badan air dan semakin besar kesempatan bagi
tipe U pada 3 (tiga) lokasi (stasiun) vegetasi aquatis untuk melakukan proses
berbeda, yaitu Stasiun 1 pada lokasi yang fotosintesis maka semakin besar persediaan
oksigen yang ada dalam air.
rendah (KA-1), Stasiun 2 pada lokasi yang
Kekeruhan yang tinggi mengurangi
banyak menampung air perencanaan (KA- fotosintesis ganggang dan vegetasi air yang
2) dan Stasiun 3 pada kawasan lokasi akarnya terendam, pertumbuhan tumbuhan
tambak masyarakat (KA-3). Hasil yang berkurang ini pada gilirannya akan
pengukuran suhu saat air pada Stasiun 1, menekan produktivitas ikan. Kekeruhan dapat
suhu yang terukur adalah 27,60C, pada mempengaruhi komunitas biologis air. Acuan
Stasiun 2 suhu airnya sebesar 27,6oC dan kualitas air menyarankan bahwa limbah
pada Stasiun 3 suhu airnya sebesar 26,4oC. (buangan) yang dihasilkan aktivitas manusia
Dini Sofarin./EnviroScienteae 7 (2011) 6-11 9

seharusnya tidak merubah tingkat kekeruhan larutan. Nilai pH menunjukkan kekuatan air
asalnya. pelarut, dengan demikian menyatakan rekasi
Tingkat kekeruhan (turbiditas) pada kimia yang mungkin pada batuan dan tanah.
lokasi studi diukur kondisi air berbeda, yaitu Pengukuran pH biasanya dimanfaatkan
pada saat air berada pada lahan bebas galian C. untuk menentukan indeks pencemaran dengan
Pengukuran dilakukan pada 3 (tiga) lokasi melihat tingkat keasaman atau kebasaan air.
(stasiun) yang berbeda, dengan menggunakkan Sebagai suatu perbandingan konsentrasi ion
alat water checker tipe U. Tingkat kekeruhan hidrogen, pH diukur pada skala dari 0 sampai
yang terdeteksi Stasiun 1 pada saat air sungai 14. Nilai 7 menyatakan kondisi netral, nilai
pasang sebesar 80,3 NTU, pada Stasiun 2 kurang dari 7 menyatakan kondisi asam, dan
tingkat kekeruhan yang terukur sebesar 118 nilai yang lebih besar dari 7 menyatakan
NTU dan pada Stasiun 3 tingkat kekeruhan 47,8 kondisi alkali dalam larutan. Air tawar
NTU. alamiberada pada batasan dari 4 sampai 9
Mengacu pada kriteria mutu air sebagaimana dikontrol oleh sistem karbonat-
berdasarkan kelas (Peraturan Pemerintah No. 82 karbonat. Air permukaan pada umumnya
Thn. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan cenderung menjadi alkali, sedangkan air dalam
Pengendalian Pencemaran Air) untuk tanah lebih asam.
penggunaan sebagai bahan baku air pertanian Pengukuran untuk pH air dilakukan pada
dan perikanan kondisi kekeruhan demikian saat air di lokasi penelitian rendah
masih dalam ambang batas normal. menggunakan alat water checker tipe u pada 3
(tiga) lokasi (stasiun) berbeda. Hasil
Salinitas (Kadar Garam) pengukuran pH pada Stasiun 1 yang terukur
adalah 5,06; pada Stasiun 2 pH airnya sebesar
Air tawar biasanya tidak berasa asin, air
5,10; dan pada Stasiun 3 pH airnya sebesar
yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran
5,04.
berbagai zat yang terlatut didalamnya. Kadar
Dari hasil pengukuran ketiga stasiun
garam dalam air buasanya menunjukkan
pengamatan dapat dilihat bahwa dilihat bahwa
kandungan garam yang terlatur bersama air.
kondisi perairan pada saat pengukuran dalam
Tergantung pada lokasi dan sumber airnya
keadaan masam. Mengacu pada Kriteria Mutu
kadar garam memiliki variasi dari 0 – 40 ppm,
Air Berdasarkan Kelas (Peraturan Ppemerintah
bahkan untuk tempat-tempat tertentu kadar
No. 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
garam bisa lebih dari 40 ppm.
Air dan Pengendalian Pencemaran Air) kondisi
Pengukuran salinitas air pada lokasi studi
demikian masih dalam batas toleransi untuk
dilakukan pada 3 (tiga) lokasi (stasiun) berbeda,
penggunaan dalam pertanian dan perikanan.
dengan menggunakan alat water checker tipe u.
Hasil pengukuran salinitas air permukaan pada
Dissolved Oxygen (DO)
lokasi studi pada saat air di lokasi/lahan bekas
galian C tidak menunjukkan perbedaan. Pada Kandungan gas oksigen terurai dalam air
stasiun 1, 2 dan 3 salinitas air tidak terdeteksi. mempunyai peran menentukan untuk
Dari hasil pengukuran diatas dapat dilihat kelangsungan hidup organisme aquatis dan
bahwa pada lokasi sebagai sumber masuknya untuk berlangsungnya proses kimia reaksi
air ke lokasi studi pada saat pengukuran masih kimia yang terjadi didalam badan perairan.
dalam keadaan tawar. Hal demikian Konsentrasi kandungan unsur oksigen didalam
menimbulkan kemungkinan bahwa salinitas air air ditentukan oleh besarnya suhu perairan,
dalam lokasi studi berasal dari air hujan. tekanan dan aktivitas biologi yang berlangsung
Kondisi salinitas yang demikian apabila di dalam air. Dari perspektif biologi, kandungan
akan digunakan dalam kegiatan perikanan dan gas oksigen di dalam air merupakan salah satu
pertanian harus mendapat penekanan pada unsur karakteristik kualitas air terpenting dalam
sistem pengelolaan air khususnya pada saat lingkungan kehidupan akuatis. Dengan kata
kondisi dimana intrusi air meningkat. lain, keberadaan dan besar atau kecilnya
muatan oksigen di dalam air dapat dijadikan
pH indikator ada atau tidak adanya “pencemaran”
di suatu perairan. Konsentrasi oksigen di dalam
Derajat Keasaman (pH) menandakan
air mewakili status kualitas air pada tempat dan
keseimbangan antara asam dan baasa dalam air
waktu tertentu (saat pengambilan sampel air).
dan ukuran konsentrasi ion hidrogen dalam
10 Dini Sofarin./EnviroScienteae 7 (2011) 6-11

Hasil dari pengukuran muatan oksigen Tabel 2. Jenis Ikan Tawar dalam Wilayah Studi
terlarut (DO) di tiga stasiun pengamatan pada Nama Nama
No Nama Ilmiah
perairan kawasan studi menunjukkan bahwa Indonesia Lokal
keadaan biologi perairan kawasan perencanaan 1 Anabas Betok Papuyu
masih dalam keadaan tidak tercemar. Kondisi testudineus
demikian masih dalam batas toleransi untuk 2 Channa striata Gabus Haruan
penggunaan dalam pertanian dan perikanan bila 3 Osteochillus Nilem Puyau
mengacu pada Kriteria Mutu Air Berdasarkan hasselti
Kelas menurut Peraturan Pemerintah No. 82 4 Trichopterus Sepat Rawa Sepat
Th. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan sp
Pengendalian Pencemaran air (4 mg/l. Hasil 5 Tricogaster Sepat Siam Sepat
pengukuran DO pada Stasiun 1 yang terukur pectoralis Siam
7,56 mg/l, pada Stasiun 2 DO airnya sebesar
7,44 mg/l dan pada Stasiun 3 DO airnya sebesar
6,22 mg/l. Kesimpulan
Dari dua kali ulangan pengukuran DO
Luas lahan tambang yang
pada semua stasiun pengamatan air permukaan,
nilai DO tidak menunjukkan perbedaan yang ditinggalkan oleh penambang di daerah
signifikan dan masih berada pada kisaran yang Landasan Ulin Kota Banjarbaru beragam,
dipersyaratkan dan kadar DO juga berada pada adapun luas lahan galian C di daeerah studi
kadar maksimum yang diinginkan. Menurut sebesar 25 Ha. Hasil kajian terhadap
informasi dari masyarakat setempat pada saat- kualitas air yaitu, suhu, TDS, Kekeruhan,
saat tertentu pada perairan ini akan terjadi Salinitas, pH dan DO menunjukkan bahwa
penurunan kualitas air. Hal ini terjadi karena nilainya masih berada dalam batas normal
intrusi air pada proses pembusukan tanaman air yang diperbolehkan berdasarkan Baku
yang mati pada saat musim kemarau dan tiba- Mutu Air dalam Peraturan Pemerintah No.
tiba terendam oleh air beberapa lama, akibatnya 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
proses dekomposisi tidak dapat berlangsung
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
dengan baik. Sebagai dampak dari proses alam
ini adalah terjadinya pembusukan air yang Nilai parameter kualitas air yang
mengakibatkan air menjadi asam (pH air turun) normal tersebut menunjukkan bahwa lahan
dan kadar DO juga menjadi rendah serta kadar bekas tambang bahan galian Golongan C di
BOD menjadi tinggi. Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru
Ekosistem perairan di wilayah studi tidak membahayakan bagi biota air yang
merupakan perairan air tawar berupa genangan hidup di dalamnya.
air, proporsi kanopi tumbuhan tingkat tinggi
lebih 0 – 25%. Umumnya substrat dasar
perairan berupa lumpur berpasir dengan warna Daftar Pustaka
air bening sampai kuning.
Agus M (1998) Kualitas Air sebagai
Komunitas Ikan (Nekton)
Pendekatan dalam Pengelolaan
Nekton merupakan organisme yang Perairan dan Perikanan. Fakultas
bergerak bebas dalam badan air yang biasanya Perikanan Universitas Lambung
terdiri atas jenis-jenis ikan. Hasil identifikasi Mangkurat. Banjarbaru.
jenis ikan yang terdapat di lokasi studi dapat Alabaster JS and R. Lloyd. (1980) Water
dilihat pada Tabel 2. Dari data pada tabel
tersebut terlihat bahwa sedikitnya ada 5 (lima)
Quality. Criteria for Freshwater
jenis ikan air tawar dari kelompok “ikan putih” Fish. Butter the London.
yang merupakan ikan spesifik sungai dan Alaerts G, dan Santika SS (1984) Metode
kelompok “ikan hitam” yang merupakan ikan Penelitian Air. Penerbit Usaha
khas rawa. Kedua kelompok ikan ini Nasional. Surabaya.
merupakan jenis ikan endemik.
Dini Sofarin./EnviroScienteae 7 (2011) 6-11 11

Boyd CE and F. Lichkoppler (1986) Water Syafi’I M (2002) Karakteristik Kualitas Air
Quality Management in Pond Fish dalam Saluran Sepanjang Jl. A. Yani
Culture. Departemen Fishery and Km 1 – Km 17 Banjarmasin
Applied Aquaculture Experiment Kalimantan Selatan. [Skripsi]
Station. Auburn University, Fakultas Perikanan Universitas
Alabama. Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Chairuddin Gt (1993) Kualitas Air [Indonesia]
Kumpulan Materi Khusus Analisis Wahyono M.M. (1993) Kelimpahan
Perairan. Fakultas Perikanan Makrozoobenthos di Perairan Muara
Universitas Lambung Mangkurat. Kanal Jakarta. Jurnal Penelitian
Banjarbaru. Perikanan Laut. Nomor 72/1993.
Cholik F et al (1986) Manajemen Kualitas Balai Penelitian Perikanan Laut.
Air pada Kolam Budidaya Ikan. Badan Penelitian Perikanan Laut.
Direktorat Jenderal Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan,
bekerjasama dengan International Jakarta: 44 – 106
Development Research Centre. Wetzel dan Fardiaz (1992) Polusi Air dan
Iriadenta E (2000) Diktat Mata Kuliah Udara. Kanising. Bogor.
Manajemen Sumberdaya Perairan.
Fakultas Perikanan Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Koesobiono (1982) Dasar-dasar Ekologi.
Bagian Ekologi Perairan Sekolah
Pascasarjana Jurusan Pengelolaan
Sumberdaya Alam. Institut Pertanian
Bogor.
Neely M et al (1979) Water Quality
Sourcebook. A Guide to Water
Quality Parameter. Inland Water
Directorate. Ottawa, Canada: 27 –
62.
Mijani R (1996) Teknik Pengelolaan dan
Pengawetan Sampel Air. Pelatihan
Dasar-dasar Analisa Kualitas Air.
Fakultas Perikanan Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Muhammad (1993) Dasar-dasar Analisis
Fisika Kualitas Perairan. Kumpulan
Materi Kursus Dasar Analisis
Kualitas Air. Laboratorium Kualitas
Air Fakultas Perikanan Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Suhaili A (1986) Pemeliharaan Ikan
dalam Keramba. Penerbit Gramedia.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai