Anda di halaman 1dari 16

FOTOGRAFI

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata


Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses
melukis/menulis dengan menggunakan mediacahaya. Sebagai istilah umum,
fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari
suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut
pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini
adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

Kamera Nama ini didapat dari camera obscura, bahasa Latin untuk
"ruang gelap", mekanisme awal untuk memproyeksikan tampilan di mana suatu
ruangan berfungsi seperti cara kerja kamera fotografis yang modern, kecuali
tidak ada cara pada waktu itu untuk mencatat tampilan gambarnya selain secara
manual mengikuti jejaknya. Dalam dunia fotografi, kamera merupakan suatu
peranti untuk membentuk dan merekam suatu bayangan potret pada lembaran
film.

1. Jenis – Jenis Kamera


1.1 Kamera Saku (Pocket)
Kamera saku merupakan jenis kamera mayoritas (hampir 90%) yang ada
ditangan konsumen. Sesuai namanya, kamera ini berukuran kecil dan
memang benar-benar bisa masuk ke saku di baju anda.

Kamera saku “biasanya” bisa menghasilkan foto yang bagus, “kadang-


kadang” luar biasa. Kamera saku juga mampu merekam video, fitur
tambahan yang sangat berguna dan disukai konsumen. Namun mohon
perhatikan kata-kata yang dicetak tebal diatas. Biasanya bagus dan kadang-
kadang luar biasa merupakan alasan kenapa penggemar fotografi sejati (dan
fotografer pro) memandang kamera saku sebelah mata – sebatas sebagai
batu loncatan atau sebagai back up.

Ada beberapa faktor yang membuat kamera saku terbatas:


 Shutter lag, didefinisikan sebagai waktu jeda antara saat anda
memencet tombol shutter dan kamera mulai merekam. Merupakan
alasan terbesar kenapa kamera saku sangat terbatas. Jeda waktu ini
mungkin hanya setengah detik, namun dalam setengah detik inilah
akan ada kejadian penting-keren-lucu-spektakuler yang justru tidak
terekam menjadi foto.
 Payah dalam kondisi minim cahaya, kamera saku memiliki sensor
(chip kecil peka cahaya berbentuk segi empat yang menggantikan
fungsi film) yang sangat kecil. Secara umum, makin kecil sensor
sebuah kamera makin jelek kualitas foto-nya. Sensor yang kecil
berarti hanya sedikit cahaya yang terekam, kualitas warna yang pas-
pasan dan lemah ketika berhadapan dengan kondisi remang-remang.
Apa saja konsekuensinya? pertama adalah foto cenderung mudah
blur (tidak tajam) dan kedua foto cenderung memiliki banyak noise
(bintik-bintik diseluruh area foto).
 Zoom terbatas, memiliki kamera saku berarti anda sudah terikat
hidup mati dengan lensa bawaan. Kita tidak bisa mengganti lensa
sesuai kebutuhan. Kamera saku dari pabriknya diset untuk memiliki
lensa yang bisa digunakan untuk kebutuhan umum dan bisa
melakukan perbesaran 3 sampai 4 kali. Namun jangan berharap
untuk dapat menangkap objek sejauh belasan meter.

Kelebihan :
 Small is beautiful, dengan ukuran yang kecil kita mudah
membawanya kemanapun kita pergi sehingga makin banyak hal
yang bisa kita abadikan
 Harga terjangkau, kamera saku adalah jenis kamera yang paling
bersahabat dengan dompet sehingga anda akan disayang istri/ suami
karena pandai berhemat
 Lebih banyak orang tidak ingin tampak seperti wartawan foto.
Semakin besar kamera tentengan anda, makin tampang anda mirip
wartawan foto.
1.2 Kamera Super-Zoom
Kamera super zoom memiliki ukuran fisik lebih besar dibanding kamera
saku, dan sesuai namanya memiliki kemampuan zoom optik sampai sejauh
15 kali atau bahkan sampai 20 kali. Kenapa kamera ini ada? Karena banyak
sekali kejadian penting terjadi dalam kejauhan; di panggung, di mimbar, di
pernikahan, di lapangan olahraga.

Kamera super zoom disamping memiliki kelebihan dalam kemampuannya


melihat dari kejauhan, juga memiliki satu lagi kelebihan utama dibanding
kamera saku: lubang intip kecil yang pas untuk mata anda (eyepiece
viewfinder). Lubang intip ini sangat berguna jika anda memotret ditangah
teriknya siang hari (kamera saku hanya memiliki layar LCD dibelakang yang
sama sekali tidak berguna jika anda berada di area terang benderang). Satu
lagi, kamera super zoom juga biasanya memiliki layar LCD yang bisa ditekuk
– tekuk sehingga membantu anda memotret dari sudut yang tidak biasa.

Kekurangannya secara teknis kamera ini masih memiliki sensor yang


relatif kecil sehingga kemampuannya dalam kondisi minim cahaya masih
terbatas. Untuk memotret outdoor masih sangat oke hasilnya, namun begitu
anda bawa masuk ke ruangan anda akan mulai kepayahan mendapatkan
foto yang tajam dan bagus.

Secara ukuran, kamera super zoom juga lumayan tanggung. Tidak akan
pernah muat di kantong sehingga kita harus membawanya di pundak.

1.3 Kamera SLR / D-SLR


SLR adalah kependekan dari Single Lens Reflex, sebuah istilah yang
memang lumayan kompleks dijelaskan. Tapi pada prinsipnya adalah jenis
kamera dimana kita mengintip obyek foto melalui lensa (jargon fotografinya:
through the lens). Kamera besar berwarna hitam ini dipastikan tidak akan
muat disaku anda dan harganya lumayan mahal.
Namun dari segi kualitas, kamera inilah penghasil foto-foto keren
dimajalah atau iklam raksasa di jalan. Begitu dihidupkan anda bisa langsung
memotret, tidak ada lagi shutter lag, mampu merekam 3 foto dalam 1 detik,
memberi kepuasan kontrol manual untuk hampir semua parameter
pemotretan, dan bisa dipakai memotret ribuan foto tanpa kehabisan batere.
Kamera inilah yang membuat banyak orang tergila-gila dengan dunia
fotografi, memiliki bunyi khas saat kita memencet shutter (karena kamera
saku dan super zoom biasanya diiringi bunyi palsu), dan terasa kokoh dan
tangguh saat dipegang. Selain itu, anda bisa mengubah lensa sesuai
kebutuhan.

1.4 Kamera lainnya


Kamera TLR (Twin Lens Reflect)
Kelemahan kamera poket diperbaiki oleh kamera TLR. Jendela bidik
diberikan lensa yang identik dengan lensa di bawahnya. Namun tetap ada
kesalahan paralaks yang ditimbulkan sebab sudut dan posisi kedua lensa
tidak sama.
Kamera Polaroid
Kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang langsung memberikan
gambar positif sehingga pemotret tidak perlu melakukan proses cuci
cetak film.

2. Mengenal D-SLR (Digital – Single Lens Reflect)


2.1 Komponen dasar D-SLR

1. Lensa
Nah inilah lebihnya DSLR, zoom dan fokus bisa kita atur secara manual (dapat
juga otomatis). Kita juga bisa mengubah jenis-jenis lensa sesuai kebutuhan kita,
misalnya : Clasic Lense, Fish eye Lense, Super Wide angel lense dan
sebagainya. Tapi ingat setiap DSLR dan lensa memilik perbedaan mount, jadi
kalau kita ingin membeli lensa pastikan size mount kamera dan lensanya sama,
dan ingat juga biarpun ukuran mount sudah sama belum tentu juga cocok, maka
itu perlu teliti sebelum membeli.
2. Grip
Grip adalah bagian menonjol dibagian kanan kamera yang berfungsi sebagai
pegangan kamera supaya kita bisa memegangnya dengan kuat.
3. Shutter & Dial
Tombol shutter berguna untuk mengambil bidikan sedangkan tombol dial
berfungsi untuk mengatur kecepatan rana (shutter speed) dan aperature
(diafragma)
4. Tembol Lensa
Fungsinya untuk memisahkan kamera dari lensa dan menahan beban lensa
saat menyatu dengan kamera DSLR.
5. Shut Mode Button
Atau yang biasa disebut tombol modus pemotretan, berguna untuk mengatur
mode-mode pemotretan yang kita inginkan.
6. Built in Flash Light
Merupakan lampu flash internal, tetapi hanya bisa menghadap ke satu arah.

7. LCD Display
Layar yang berfungsi untuk menampilkan hasil foto, display kamera, serta
pengaturan lainnya
8. Eyepiece viewfinder
Lubang intip mata untuk menangkap gambar
9. Tombol
Berbagai macam untuk berbagai pengaturan.
2.2 Lensa
Lensa Standar. Lensa ini disebut juga lensa normal dan berukuran 50 mm

Lensa Makro. Lensa untuk memotret benda yang sangat kecil.

Lensa Tele. Karakteristik dari lensa ini adalah mendekatkan objek tetapi
mempersempit sudut pandang. Lensa ini biasanya digunakan oleh fotografer
olahraga dan fotografer binatang liar untuk mengambil objek foto yang jaraknya
jauh.

Lensa Sudut Lebar (Wide Angle) Lensa ini kebalikan dari lensa tele yaitu lensa
yang mempunyai focal length pendek. Karakter lensa ini adalah membuat subjek
lebih kecil daripada ukuran sebenarnya dan dapat digunakan untuk menangkap
subjek yang luas dalam ruang sempit.
Lensa Fish Eye. Lensa wide angle khusus dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan
16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan
melengkung.

Lensa Zoom. Lensa zoom memiliki kemampuan untuk mengubah focal length
dari wide angle ke standar dan dari standar ke zoom sehingga sangat fleksibel
untuk digunakan karena memiliki rentang focal length yang cukup lebar. Lensa
jenis ini di kenal juga sebagai lensa sapu jagad, akan tetapi lensa ini rawan
getar, maka dari itu lensa zoom yang memiliki Image Stabilization sangat
dianjurkan. (Gabungan Lensa standar , wide , dan tele)

Lensa Prime atau Fixed Lens Lensa yang hanya memiliki satu rentang fokal
sehingga tidak bisa menggunakan zoom. Untuk yang baru belajar fotografi, lensa
prime lensa yan baik untuk belajar karena Anda dipaksa untuk bergerak dan
mengambil sudut pandang yang lebih baik
Teleconverter Lens. Melipat gandakan kekuatan lensa

2.3 Diafragma (Aperture) atau Bukaan Lensa


Aperture adalah bukaan pada lensa untuk mengatur volume cahaya yang
masuk menuju sensor gambar digital. Eksposure dari sebuah gambar ditentukan
oleh kombinasi kecepatan rana (Shutter Speed) dan bukaan Aperture. Bukaan
Aperture yang besar akan memberikan cahaya lebih banyak melewati lensa.
Aperture diukur dalam f-stop dan setiap stop melambangkan jumlah cahaya yang
diterima. Aperture jika dikombinasikan dengan Focal Length akan menentukan
ketajaman dari gambar yang dihasilkan (Depth of Field).

Diafragma (Aperture) sebuah lensa


F-stop
Fotografer melakukan penyesuaian bukaan Aperture dengan mengatur f-
stop. f-stop merupakan rasio dari focal length lensa terhadap diameter bukaan
Aperture.
Sebagai contoh, lensa dengan focal length 50mm dan diameter bukaan Aperture
12.5mm akan menghasilkan nilai f-stop f4 (50 ÷ 12.5 = 4). Jadi semakin besar
nilai numerik f-stop, bukaan Aperture semakin kecil. Contoh jika di set f2 maka
bukaan Aperture adalah besar dan jika di set f22 maka bukaan Aperture adalah
kecil.
Aperture Lensa dalam f-stop

Ketajaman Gambar (Depth of Field, DoF)


DoF adalah bidang gambar yang fokus dari latar depan (foreground) dan
latar belakang (background) yang ditentukan oleh kombinasi kombinasi bukaan
Aperture dan Focal Length lensa. Aperture yang kecil akan menghasilkan DoF
yang lebih besar. Misal jika Aperture di set f2 maka akan menghasilkan ruang
tajam yang kecil, artinya fokus yang ditangkap kamera hanya tertuju pada objek
itu sendiri sementara foreground dan background nya akan blur. Jika Aperture di
set f22 maka akan menghasilkan ruang tajam yang besar, artinya fokus akan
didapat pada foreground, background dan objek itu sendiri.

F 2 (Background blur) F22 (background jelas)


Kesimpulannya, ketajaman gambar (DoF) bergantung kepada:
• Aperture, semakin kecil Aperture semakin besar DoF.
• Focal Length, semakin panjang Focal Length semakin kecil DoF.
• Jarak pemotretan, semakin dekat jarak pemotretan semakin kecil DoF.
2.4 Shutter (Rana)
Shutter adalah suatu mekanisme untuk mengontrol durasi cahaya yang
masuk ke kamera menuju sensor gambar digital yang diaktifkan ketika menekan
tombol untuk memotret. Ketika kamera dalam keadaan diam, maka shutter akan
menutupi semua bagian sensor dan posisi cermin pantul (reflexing mirror) ke
arah bawah sehingga mata dapat melihat objek yang akan di foto. Ketika tombol
untuk memotret ditekan, maka posisi cermin pantul menutup keatas dan
bersamaan dengan itu Shutter akan membuka dan membiarkan cahaya masuk
menuju sensor.

Kamera pada saat diam Saat tombol untuk memotret ditekan

Lamanya durasi cahaya yang masuk disebut dengan Shutter Speed,


satuannya dalam rentang detik dan 1/sekian detik. Biasanya diset dalam interval
“1 stop“, sama halnya dengan aperture, setiap penambahan 1 stop berarti jumlah
cahaya yang masuk menjadi 2 kalinya dan sebaliknya setiap pengurangan 1 stop
berarti jumlah cahaya yang masuk menjadi ½ kalinya. Range intervalnya adalah
sebagai berikut:
…1/1000, 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30, 1/15, 1/8, 1/4, 1/2 ,1, 2, 4, 8, 15, 30….
Semakin ke kiri berarti semakin cepat kecepatan shutternya dan semakin
sedikit cahaya yang bisa masuk, sebaliknya semakin ke kanan, berarti semakin
lambat kecepatan shutternya dan semakin banyak cahaya yang masuk.

Slow Shutter Speed


Teknik ini menggunakan Shutter Speed yang rendah (angka yang besar), biasa
digunakan untuk kondisi pencahayaan yang kurang. Shutter nya dibiarkan
terbuka lebih lama agar cahaya yang masuk semakin banyak untuk
menghasilkan objek yang diinginkan. Pada Slow Shutter Speed disarankan untuk
menggunakan tripod untuk mencegah kamera goyang pada saat pengambilan
gambar yang akan menghasilkan gambar yang blur atau berbayang.
High Shutter Speed
Pada teknik ini Shutter Speed berkecepatan tinggi (angka yang kecil), teknik ini
berguna untuk menagkap suatu momen dengan cepat, biasanya digunkan untuk
fotografi olahraga, satwa, dll.

2.5 Sensor Gambar Digital (Digital Image Sensor)


Ketika cahaya yang dipantulkan dari objek melewati lensa dan Aperture, gambar
dari objek tersebut akan ditangkap oleh sensor gambar digital. Sensor tersebut
merupakan suatu chip di dalam kamera yang terdiri dari jutaan elemen individu
yang mempunyai kemampuan untuk menangkap cahaya.

Tipe Umum Sensor Gambar Digital


1. CCD (Charge-Couple Device)
Sensor CCD awalnya dikembangkan untuk kamera video. Sensor CCD
merekam gambar pixel demi pixel dan baris demi baris. Informasi tegangan dari
setiap elemen dalam baris diteruskan sebelum turun ke baris berikutnya, hanya
satu baris yang aktif pada suatu waktu. CCD tidak mengubah informasi tegangan
menjadi data digital dengan sendirinya, perlu tambahan sirkuit di kamera untuk
mendigitalkan informasi tegangan sebelum mentransfer data ke perangkat
penyimpanan.

Prinsip kerja CCD:


Dalam digital imaging, ketika gelombang cahaya yang masuk kamera
difokuskan pada sensor yang mengubah cahaya menjadi muatan listrik, gambar
terbentuk. Bagaimana proses ini memisahkan warna? Cahaya yang memasuki
kamera adalah cahaya putih normal yang mengandung semua panjang
gelombang, dalam mekanisme nya panjang gelombang ini akan dipisahkan oleh
filter berdasarkan RGB dasar (merah-hijau-biru). Informasi ini dibaca baris demi
baris dan piksel demi piksel, oleh karena itu, waktu proses yang diperlukan
adalah sedikit lebih lama, tapi sangat akurat.
Sensor CCD dan Sensor CMOS
2. CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor)
Sensor CMOS mampu merekam seluruh gambar yang disediakan oleh
elemen sensitif cahaya secara paralel (dasarnya semua sekaligus),
mengakibatkan tingkat transfer data yang lebih tinggi ke perangkat penyimpanan.
Sirkuit tambahan ditambahkan untuk setiap elemen individu untuk mengkonversi
informasi tegangan ke data digital. Sebuah mikrolensa kecil berwarna dipasang
pada setiap elemen untuk meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan
warna cahaya.

Prinsip kerja CMOS:


Sebuah sensor CMOS, tidak mengubah gelombang cahaya menjadi
muatan listrik pada sebuah chip yang berbeda, tetapi mengubah foton menjadi
elektron dengan mengolah data pada saat itu juga (dan bukan pada chip lain).
Dengan menggunakan amplifier, sensor ini lebih cepat dari CCD. Namun, fakta
bahwa tidak semua converter dan amplifier bekerja di efisiensi yang berbeda,
dapat menyebabkan noise.
Sementara CMOS kebanyakan menggunakan sistem RGB filtrasi yang
sama, ada juga teknologi revolusioner baru yang disebut Foveon (Sigma mulai
menggunakannya, tetapi di produsen lebih masa depan akan memperkenalkan
model berbasis pada teknologi ini), yang menggunakan sifat-sifat silikon itu
sendiri untuk menyaring warna spektrum cahaya.

Perbedaan Sensor CCD dan CMOS


Sensor CCD
Sensor CCD lebih banyak digunakan di kamera yang fokus pada gambar yang
high-quality dengan pixel yang besar dan sensitivitas cahaya yang baik.
Plus :
- Telah diproduksi masal dalam jangka waktu yang lama sehingga teknologinya
lebih matang.
- Kualitasnya lebih tinggi dan lebih banyak pixelnya
- Low noise
- Desain sensor nya sederhana (lebih murah)
- Sensitivitas cahaya yang baik (termasuk dynamic range)
- Tiap piksel punya kinerja yang sama (uniform)
Minus :
- Desain sistem keseluruhan (CCD plus ADC) lebih rumit
- Boros daya, lebih kurang 100 kali lebih besar dibandingkan sensor CMOS
- Kecepatan proses keseluruhan lebih lambat dibanding CMOS
- Sensitif terhadap smearing atau blooming (kebocoran pixel) saat menangkap
cahaya terang

Sensor CMOS
Sensor CMOS lebih ke kualitas dibawahnya, resolusi dan sensitivitas cahaya
yang lebih rendah. Akan tetapi pada saat ini sensor CMOS telah berkembang
hampir menyamai kemampuan sensor CCD.
Plus :
- Praktis, keping sensor sudah termasuk rangkaian ADC (camera on a chip)
- Hemat daya berkat integrasi sistem
- Kecepatan proses responsif (berkat parralel readout structure)
- Tiap piksel punya transistor sendiri sehingga terhindar dari masalah smearing
atau blooming
- CMOS dapat dipabrikasi dengan cara produksi mikroprosesor yang umum
sehingga lebih murah dibandingkan sensor CCD
Minus :
- Lebih besar kemungkinan untuk noise
- Sensitivitas terhadap cahaya lebih rendah karena setiap piksel terdapat
beberapa transistor yang saling berdekatan.
- Pixel yang mampu mengeluarkan tegangan sendiri kurang baik dalam hal
keseragaman kinerja (uniformity).

2.6 Lain-lain
Memory Card
Setelah sensor gambar digital merekam suatu objek, kamera akan
melakukan serangkaian proses untuk mengoptimalkan gambar yang didasarkan
pada pengaturan kamera yang dilakukan oleh fotografer sebelum mengambil
gambar, seperti pengaturan ISO, Aperture, Shutter, dll. Setelah pemrosesan
gambar, kamera digital akan menyimpan informasi nya dalam bentuk file, jenis
file digital dibuat bervariasi tergantung pada produsen kamera. Setelah file siap
untuk penyimpanan, kamera akan mentransfer file dari prosesor ke memory card.
Ada beberapa jenis memory card yang digunakan, tetapi proses penerimaan
informasi gambar di masing-masing memory card tetap sama.

Flash Eksternal
Dalam situasi tertentu agar foto lebih tajam dan lebih jelas terutama pada
saat situasi kurang cahaya dibutuhkan cahaya tambahan yang berasal dari flash
eksternal. Kebanyakan kamera DSLRmemiliki flash bawaan yang built-in dengan
posisi yang tetap dan cahayanya mengarah pada satu arah saja. Flash built-in ini
memiliki kekurangan dalam pengontrolan eksposur flash sehingga kamera
dengan flash built-in ini tidak bisa dikembangkan untuk keperluan fotografi
profesional.

Penggunaan flash eksternal akan memberikan sentuhan yang profesional


dalam pengontrolan eksposur flash. Hal ini memungkinkan untuk pengoptimalan
dalam pengaturan flash (intensitas flash yang rendah akan menerangi objek foto
terhadap background yang terang sehingga objek fototidak muncul dalam siluet)
dan pencegahan overexposure pada objek dalam jarak dekat.

Built-In Flash Eksternal Flash

ISO
Dahulu dikenal dengan nama ASA, saat masa kamera film. Merupakan
kepekaan film terhadap cahaya. ASA dipakai untuk melambangkan kualitas film
(kepekaan cahaya) yang digunakan. Misalnya ASA 100 atau ASA 200. ASA 200
lebih tinggi kualitasnya dibanding ASA 100. Kelemahannya adalah ASA
tergantung pada jenis Film yang digunakan. Jika ingin merubah ASA, harus
merubah film.
ISO merupakan fasilitas terbaik yang berhasil diciptakan. Saat ini ISO
menggantikan ASA. Pada era digital, kepekaan cahaya tidak ditangkap oleh film,
namun oleh sensor.
ISO yang tersedia : 100. 200, 400, 800, 1600, 3200, 6400, 12800.
Pada kamera digital, ISO dapat diatur sesuai kebutuhan pencahayaan.
Kamera digital yang memiliki fitur ISO yaitu D-SLR dan Super Zoom. Untuk
kamera Pocket ISO tidak dapat diatur.
Perlu diperhatikan bahwa ISO tinggi (> 400) besar kemungkinan terjadi Noise.

Anda mungkin juga menyukai