Disusun Oleh:
Abstrak
Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih menjadi hal yang masih perlu mendapat
perhatian serius karena prevalensi karies mencapai 60-80% dari populasi, dan
menempati urutan ke-6 sebagai penyakit terbanyak. Pelayanan kesehatan gigi dan
mulut khususnya ditujukan kepada kelompok rawan masalah kesehatan gigi yaitu
anak pra sekolah dan anak sekolah dasar. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut pengunjung posyandu di Desa
Sekaran. Pengabdian masyarakat ini dilakukan atas bantuan paramedis Posyandu di
Desa Sekaran, Kec. Gunungpati, Kota Semarang. Pelaksanaan kegiatan berupa
pelatihan dengan metode ceramah, tanya jawab dan simulasi. Sasarannya adalah 30
pendampingan paramedis Posyandu. Dari hasil pelatihan diharapkan kader dapat
menyebarluaskan pengetahuan dan pengalamannya kepada masyarakat luas,
sehingga kader Posyandu memilki peran yang penting dalam upaya promotif dan
preventif di bidang kesehatan.
PENDAHULUAN
Pendidikan kesehatan gigi adalah proses belajar mengajar pada individu atau
kelompok masyarakat tentang nilai–nilai kesehatan sehingga mereka mampu
mengatasi masalah kesehatan (Herijulianti, Indriani, dan Artini, 2001).
Pendidikan kesehatan gigi merupakan suatu penerapan atau aplikasi konsep
pendidikan dan konsep sehat. Konsep sehat sendiri merupakan konsep seorang dalam
keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosialnya serta bebas dari penyakit, cacat,
dan kelemahannya. Seperti halnya pendidikan kesehatan, konsep pendidikan
kesehatan gigi pun merupakan penerapan dari konsep pendidikan dan konsep sehat.
Bertitik tolak dari kedua konsep tersebut, maka pendidikan kesehatan gigi adalah
suatu proses belajar yang ditujukan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
Tujuan pendidikan kesehatan gigi untuk meningkatkan peran aktif masyarakat
dalam upaya menunjang kesehatan gigi dan mulut, meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan gigi dan mulut,
menjalin kerjasama dengan masyarakat maupun instansi terkait dalam melakukan
penyuluhan secara langsung kepada individu maupun masyarakat, merubah pola
tingkah laku seseorang untuk hidup sehat khususnya yang berkaitan dengan kesehatan
gigi dan mulut.
Tujuan pendidikan kesehatan gigi menurut Herijulianti, Indriani, dan Artini,
(2001) adalah sebagai berikut :
a. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi.
b. Mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi.
c. Menjabarkan akibat yang akan timbul dari kelainan menjaga kebersihan gigi
dan mulut.
d. Menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah.
e. Menjalin kerjasama antara RT, RW, kelurahan dalam memberikan penyuluhan
langsung kepada masyarakat, bila diperlukan dapat saja dilakukan tanpa
melalui puskesmas.
PEMBAHASAN
A. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah seluruh kader Posyandu di Desa Sekaran,
Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang yang terdiri dari 7 posyandu, masing-
masing posyandu terdiri dari dua atau tiga kader, dengan jumlah kader
seluruhnya sebanyak 19 Orang.
B. Tujuan Kegiatan
Tujuan umum pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan gigi dan mulut balita pengunjung posyandu di Kecamatan
Marga, Kabupaten Tabanan tahun 2021. Sedangkan tujuan khususnya terdiri
dari :
a. Meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada kader
posyandu Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tahun 2021,
b. Meningkatkan keterampilan tentang cara menyikat gigi pada kader
posyandu Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tahun 2021,
c. Meningkatkan keterampilan cara mendeteksi dini gigi berlubang pada
kader posyandu Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tahun 2021
2. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pembelajaran/penyuluhan yang
menghadapkan sasaran pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode
ini yaitu untuk memecahkan permasalahan, menjawab pertanyaan dan
membuat keputusan. Misalnya saat penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
sedang berlangsung, penyuluh menjelaskan tentang karies gigi, lalu ada
sasaran yang bertanya mengenai cara pencegahan dan perawatan karies
gigi, maka penyuluh akan memberikan jawaban yang benar dan tepat
untuk pertanyaan tersebut agar sasaran dapat mengetahui solusi atas
permasalahan tersebut dan dapat memecahkan permasalahan tersebut.
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah penyajian pembelajaran/penyuluhan dengan
memeragakan dan menunjukkan kepada para sasaran tentang suatu proses
untuk memperjelas atau memperlihatkan sesuatu. Demonstrasi merupakan
metode penyuluhan yang efektif karena sasaran dapat mengetahui dan
mempraktekan secara langsung dari penerapan materi dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya saat penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sedang
berlangsung, penyuluh menjelaskan tentang cara membersihkan gigi dan
mulut (cra menyikat gigi dengan baik dan benar), sasaran dapat melakukan
praktek secara langsung dengan dibimbing oleh penyuluh pada saat itu,
dan sasaran juga dapat mempraktekkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diberikan beberapa saran, yakni
sebagai berikut:
1. Bagi Petugas Kesehatan
a. Petugas kesehatan lebih banyak menjelaskan kepada masyarakat siapa-
siapa saja yang beresiko menderita penyakit gigi dan mulut serta
bagaimana cara mendeteksi dini
b. Lebih memprioritaskan kujungan masyarakat khususnya pada kategori
pendidikan rendah, berjenis kelamin wanita, dan dalam kategori umur
dewasa, mengenai penyakit gilut, dan hubungan antara pemanfaatan
pelayanan kesehatan dengan penyakit gilut. Pemanfaatan pelayanan
kesehatan bukan hanya sekedar datang ketempat pelayanan kesehatan
untuk berobat saja (kuratif), tetapi masyarakat bisa mendapatkan
informasi untuk meningkatkan derajat kesehatannya (promotif) dan
untuk pencegahan terjadinya suatu penyakit (preventif) khususnya
penyakit gilut.
c. Petugas kesehatan diharapkan memikirkan bagaimana cara
meningkatkan keinginan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan serta mengkaji penyebab pemanfaatan pelayanan kesehatan
masyarakat itu rendah.
d. Untuk tenaga kesehatan agar lebih memperhatikan tingkat kebesihan
gigi dan mulut masyararakat khususnya pada kategori pendidikan
rendah, berjenis kelamin wanita, dan dalam kategori umur dewasa,
dengan cara lebih meningkatkan lagi kegiatan usaha kesehatan gigi dan
mulut masyarakat dengan cara pemeriksaan untuk deteksi dini penyakit
gilut pada masyarakat.
e. Petugas kesehatan diharapkan mengkaji penyebab kebersihan gigi dan
mulut masyarakat rendah, serta memikirkan metode seperti apa yang
baik untuk meingkatkan kebersihan gigi dan mulut masyarakat.
f. Untuk lebih meningkatkan kegiatan yang dapat menambah
pengetahuan masyarakat tentang penyakit gilut agar masyarakat bisa
memahami bahwa menjaga kesehatan itu penting bagi kehidupan
masyarakat. Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya pada
kategori pendidikan rendah, berjenis kelamin wanita, dan dalam
kategori umur dewasa, mengenai penyakit gilut, kebisaan menyikat
gigi yang baik dan benar dengan melakukan penyuluhan. Adapun
materi penyuluhan yang disampaikan adalah mengenai penyakit gilut,
gejala, penyebab, dan penanggulangannya.
g. Menjelaskan kepada masyarakat melalui penyuluhan khususnya pada
kategori pendidikan rendah, berjenis kelamin wanita, dan dalam
kategori umur dewasa dengan cara membagikan brosur dan leaflet.
h. Diharapkan dapat mengembangkan metode seperti apa yang baik untuk
meningkatkan kebisaan menyikat gigi yang baik dan benar sehingga
masyarakat lebih bisa menjaga kebersihan gigi dan mulutnya karena
kebiasaan menyikat gigi yang benar. Petugas kesehatan juga harus
memikirkan penyebab kebiasaan menyikat gigi masyarakat banyak
yang salah.
i. Diharapkan petugas kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
program untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
memikirkan anggaran yang akan diusulkan untuk kegiatan peningkatan
kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
2. Bagi Peneliti Lain
a. Peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
penyakit gilut, faktor resiko dan hubungannya antara faktor resiko dengan
penyakit gilut dengan teknik penelitian, variabel dan responden yang lain
dan bisa dikhususkan berdasarkan analisa stratafikasi peneliti serta bisa
mengkaji hubungan kovariat lebih mendalam lagi.
b. Mengkaji lebih dalam lagi apa penyebab pemanfaatan pelayanan kesehatan
masyarakat lebih rendah.
c. Lebih memperhatikan tingkat kebersihan gigi dan mulut pasien atau
responden dan memberi sedikit pengetahuan yang sangat sederhana untuk
menjaga kebersihan gigi dan mulut sehingga terhindar dari resiko
terjadinya penyakit gilut
d. Agar lebih banyak memperhatikan pengetahuan responden terhadap
kesehatan gigi dan mulut khususnya tentang penyakit gilut. Peneliti lebih
memperhatikan bagaimana pandangan masyarakat terhadap penyakit gilut
agar pengetahuan masyarakat lebih bisa dilihat.
e. Agar dapat melihat bagaimana kebiasaan menyikat gigi masyarakat,
peneliti bisa meyampaikan informasi kepada responden bagaimana cara
menyikat gigi yang ideal itu seperti apa, baik itu dilihat dari pemilihan
sikat gigi dan pasta gigi, waktu yang baik menyikat gigi dan teknik yang
benar dalam melakukan kegiatan menyikat gigi agar resiko terjadinya
penyakit gilut bisa diminimalkan dan bisa mencapai derjat kesehatan yang
baik
f. Peneliti selajutnya diharapkan untuk mengkaji responden yang mana yang
lebih beresiko terjadinya penyakit gilut.
g. Diharapkan juga memikirkan bagaimana cara meningkatkan tingkat
pengetahuan responden.
DAFTAR PUSTAKA
Aswar, S., 2003, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka
Ofset, Yogyakarta
Depkes RI., 1996, Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah, Direktorat Kesehatan
Gigi, Jakarta
Depkes RI., 1999, Tatacara Kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan gigi dan Mulut di
Puskesmas, Direktorat Jendral Direktorat Kesehatan Gigi, Jakarta
Depkes RI., 2000, Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
Puskesmas,Direktorat Kesehatan Gigi, Jakarta
Herijulianti E. Indriani TS., Arttini S., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC,
Jakarta Kementrian Kesehatan R.I.2013, Pokok-Pokok Riset Kesehatan Dasaraa-
Riskesdas 2013 Provinsi Bali, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
KesehatanRahina, Y., 2003, Prevalensi karies anak-anak Prasekolah di TK
Saraswati Denpasar, Jurnal Kesehatan Gibi Mahasaraswati,I Denpasar
Suwelo, I. S., 1992, Karies Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai Faktor Etologi, Jakarta:
EGC. Syah, M. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yekti Mumpuni dan Erlita Pratiwi. 2013, 45 Masalah dan Solusi Penyakit Gigi dan
Mulut, Yogyakarta: Rapha Publising
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1849/3/BAB%20II.pdf
http://tanjabbarkab.go.id/site/model-interaksi-sosial-dalam-pembelajaran-2/