PENDAHULUAN
Atrofi papil merupakan kelainan nervus optikus yang sering ditemukan pada kelainan
lintasan visual. Atrofi papil merupakan keadaan morfologi terakhir dari berbagai penyakit
yang menyebabkan degenerasi akson pada jalur retinogenikulata. Pada defisini lain
menyebutkan bahwa atrofi papil adalah kematian serabut saraf optik yang tampak sebagai
papil yang berwarna pucat akibat menghilangnya pembuluh darah kapiler serta akson dan
selubung myelin saraf. Di mana, atrofi papil ini merupakan stadium akhir dari suatu proses
pada serabut saraf optikus, baik yang ada di retina, papil itu sendiri maupun yang berada di
belakang papil. Gejala atrofi papil meliputi perubahan papil dan penurunan fungsi visual.
penglihatan perifer, dan buta warna, di mana gejala atrofi optik sangat ringan dengan
gangguan visus dan lapang pandang yang sangat ringan (hidden visual loss) sampai
1,2,3,4
hilangnya visus dan lapang pandangan secara total. Menurut Tielsch dkk, prevalensi
kebutaan disebabkan atrofi nervus optikus di AmerikaSerikat adalah 0,8% . Menurut Munoz
dkk, prevalensi gangguan penglihatan dan kebutaan yang timbul akibat atrofi nervus optikus
Atrofi nervus optikus bukanlah suatu penyakit melainkan tanda dari berbagai proses
penyakit. Dengan demikian, morbiditas dan mortalitas pada atrofi optik tergantung pada
etiologi. Berdasarkan ras, atrofi nervus optikus lebih menonjol pada orang kulit hitam (0,3%)
dibandingkan dengan kulit putih (0,05%). Tidak ada kecenderungan jenis kelamin tertentu
terhadap angka kejadian atrofi nervus optikus. Sedangkan dari segi umur, atrofi papil saraf
terlihat dalam setiap kelompok usia. Pada kasus atrofi papil saraf jika sudah terjadi kerusakan
pada nervus optikus berupa kehilangan penglihatan, maka hal tersebut tidak dapat diperbaiki,
namun penyakit yang mendasari dapat dilakukan tindakan untuk mencegah kerusakan (jika
belum terjadi kerusakan) dan sangat penting untuk melindungi mata satunya, sehingga
sangatlah penting bagi penderita dengan atrofi papil saraf untuk rutin kontrol ke dokter
spesialis mata untuk memeriksakan mata mereka kalau-kalau terjadi perubahan dalam
penglihatan.
manifestasi klinik, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari atrofi papil
nervus optikus.
1.3 Tujuan
Makalah ini ditulis dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada
TINJAUAN PUSTAKA
2.I.1. Anatomi
nervus optikus, retina merupakan bagian dari otak meskipun secara fisik terletak di perifer
dari sistem saraf pusat (SSP). Komponen yang paling utama dari retina adalah sel-sel reseptor
sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan. Lapisan terdalam
(neuron pertama) retina mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan dua
lapisan yang lebih superfisial mengandung neuron bipolar (lapisan neuron kedua) serta sel-sel
ganglion (lapisan neuron ketiga). Sekitar satu juta akson dari sel-sel ganglion ini berjalan
pada lapisan serat retina ke papila atau kaput nervus optikus. Pada bagian tengah kaput
nervus optikus tersebut keluar cabang-cabang dari arteri centralis retina yang merupakan
tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu
berkas membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus optikus kanan dan kiri
bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal
dari masing-masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut temporal
mata yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus
genikulatum lateral dan kolikulus superior. Kiasma optikum terletak di tengah anterior dari
sirkulus Willisi. Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras
visual sedangkan serabut 2 saraf yang berakhir di kolikulus superior menghantarkan impuls
penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic radiation) atau traktus
primer tersebut mendapat vaskularisasi dari a. kalkarina yang merupakan cabang dari a.
serebri posterior. Serabut yang berasal dari bagian medial korpus genikulatum lateral
membawa impuls lapang pandang bawah sedangkan serabut yang berasal dari lateral
Pada refleks pupil, setelah serabut saraf berlanjut ke arah kolikulus superior, saraf
akan berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron interkalasi yang berhubungan dengan
menjadi bersifat konsensual. Saraf eferen motorik berasal dari nukleus Eidinger-Westphal dan
menyertai nervus okulomotorius (N.III) ke dalam rongga orbita untuk mengkonstriksikan otot
Saraf Optikus
Saraf optikus terutama tersusun atas akson sel-sel ganglion retina. Akson-akson
tersebut bertemu di papil saraf optikus yang berdiameter sekitar 1,5 mm, menembus sclera
pada lamina kribrosa, dan kemudian membentuk berkas-berkas serabut saraf bermyelin yang
dipisahkan oleh sekat jaringan ikat. Setiap saraf optikus dilapisi oleh selaput yang identik
dengan meningen. 3
1. Bagian intraokular yang terbagi menjadi kepala saraf optikus ( papil saraf optikus /
optic disc), bagian pre-laminar yang berada di depan lamina kribrosa, bagian laminar
yang berada di dalam lamina kribrosa, dan bagian post-laminar yang berada di
Sifat optik dari akson normal dari disk optik mirip dengan kabel serat optik. Cahaya
datang yang berasal dari optalmoskop mengalami refleksi internal total melalui serat aksonal
dan dipantulkan kembali oleh kapiler pada permukaan disk, sehingga menimbulkan warna
kuning-merah muda karakteristik disk optik sehat (terlihat pada gambar di bawah). Akson
yang tidak memiliki properti optik baik, menyebabkan penampilan pucat disk atrofi itu.
Menurut teori lain, hilangnya kapiler dalam menyebabkan atrofi optik disk pucat muncul.
Permulaan saraf optikus di retina inilah yang disebut sebagai papil saraf optikus
(opticdisc). Karena ketiadaan fotoreseptor di papil saraf optikus, maka bagian retina ini tidak
dapat berespon terhadap stimulus cahaya. Karenanya bagian ini disebut juga sebagai blind
spot, dan memiliki diameter sekitar 1,5 mm. 7 Papil saraf optikus merupakan tanda
oftalmoskopik penting pada pemeriksaan funduskopi. Yang perlu diperhatikan dari papil
saraf optikus adalah warna, batas, cup-disc ratio dan lingkaran neuroretinal. Papil yang
normal akan berwarna merah musa kekuningan, dengan batas yang jelas, non-elevated, dan
2.2.1 Definisi
Atrofi papil saraf optikus didefinisikan sebagai kerusakan saraf optikus yang
menyebabkan degenerasi atau destruksi saraf optikus. Secara klinis keadaan ini dikenal
sebagai pucatnya papil akibat menghilangnya pembuluh darah kapiler serta akson dan
selubung myelin saraf seperti yang terlihat pada pemeriksaan funduskopi. 9,10
Atrofi optik bisa sangat ringan dengan gangguan visus dan lapang pandang yang
sangat ringan (hidden visual loss) sampai hilangnya visus dan lapang pandangan secara total.
2.2.2 Epidemiologi
Amerika Serikat adalah 0,8%. Menurut Munoz dkk, prevalensi gangguan penglihatan dan
kebutaan yang timbul akibat atrofi nervus optikus masing-masing adalah 0,04% dan 0,12%.
Atrofi nervus optikus bukanlah suatu penyakit melainkan tanda dari berbagai proses
penyakit. Dengan demikian, morbiditas dan mortalitas pada atrofi optik tergantung pada
etiologi. Berdasarkan ras, atrofi nervus optikus lebih menonjol pada orang kulit hitam (0,3%)
dibandingkan dengan kulit putih (0,05%). Tidak ada kecenderungan jenis kelamin tertentu
terhadap angka kejadian atrofi nervus optikus. Sedangkan dari segi umur, atrofi optik terlihat
berkurang. Gambaran ini dijumpai pada tahap lanjut dari neuritis retrobulbaris.
Lamina cribrosa terlihat pada atrofi primer. Atrofi primer dijumpai pada kasus lesi
nervus optikus atau khiasma optikum (misalnya pada tumor hipofisis). Secara
ditemukan sedikit proliferasi sel-sel glia astrosit dan bertambahnya jaringan kolagen.
Atrofi optik primer terjadi tanpa diawali pembengkakan kepala saraf optik. Itu
retrolaminar bagian dari saraf optik sampai badan genikulata lateral. Lesi anterior
Kestenbaum)
3. Melemahkan pembuluh darah peripapiler dan menipiskan lapisan serabut saraf
retina.
4. Atropi nya bisa difuse atau terlokalisasi tergantung dari tingkatan lesi nya
5. Pucat pada bagian temporal mengindikasikan atrofi serabut dari sekumpulan
1. Neuritis optik
2. Penekanan oleh tumor dan aneurisma
3. Neuropati optik herediter
4. Toksik dan neuropati optik nutrisi
5. Trauma
Atrofi sekunder, warna papil juga pucat tetapi batasnya tidak tegas. Terjadi akibat
peradangan akut atau lesi vaskuler saraf optic yang terletak dekat dengan bola mata
serta menimbulkan reaksi aktif sel glia dan mesenkim dekat papil. Degenerasi yang
terjadi terisi oleh proliferasi astrosit, jaringan ikat atrofi dan ditemukan pembuluh
darah yang menghilang. Atrofi sekunder merupakan akibat lanjut dari papilitis dan
papiledema. Atrofi sekunder juga terjadi akibat lanjut dari papiledema misalnya pada
Atrofi optik sekunder didahului dengan pembengkakan yang lama dari kepala
nervus optik.
dan papilitis.
2.
Kalsifikasi berdasarkan etiologi 9,13,14
Vaskular, contohnya Oklusi Arteri Retina, Oklusi Vena Retina, Neuropati Optikus
Iskemik,
Degeneratif, contohnya Neurodegeneratif
Sekunder karena penyakit degeneratif pada retina, contohnya Papiledema, Neuritis
optikus
Herediter, contohnya Leber’ Hereditary Optic Neuropathy, Dominant Optic Atrophy
Kompresi
Toksik atau drug-induced, contohnya tembakau, alcohol, toksisitas obat
Metabolik
Traumatik
Glaukomatosa
Hilangnya ketajaman penglihatan lapangan pandang dan buta warna adalah gejala
disfungsi penglihatan pada atrofi papil. Kepucatan papil saraf optikus dan hilangnya reaksi
pupil biasanya setara dengan penurunan penglihatan kecuali pada lesi kompresi. Lesi
lapang pandang perifer yang luas jauh sebelum terjadi perubahan fundus yang cukup parah
atau bulan. Sulit untuk menilai prognosis hanya berdasarkan temuan-temuan funduskopik.
waktu dua bulan untuk meluas dari kiasma ke sel ganglion retina.Pengobatan dan hasil akhir
distribusi yang sama. Melemahnya pembuluh darah retina ditambah kepucatan papil saraf
optikus yang segmental atau difus, dengan atau tanpa cupping “glaukomatosa” saraf optikus,
dapat merupakan tanda akan timbulnya neuropati optikus iskemia. Eksudat peripapilar
adalah tanda utama papilitis dan kadang-kadang papiledema. Gliosis dan atrofi peripapilar,
lipatan korioretina , dan keriputnya limiting membrane interna juga mungkin merupakan
2.2.5 Patofisiologi
proliferasi astrosit dan jaringan glial. Akson saraf optik ditutupi oleh oligodendrosit, jika
sekali akson ini rusak maka tidak akan dapat beregenerasi (Skuta,2010 ; Gandhi Rashmin,
merupakan tanda patologis dari consecutive optic atrophy dan postneuritic optic
atrophy.
2. Degenerasi serabut saraf dan gliosis dalam keadaan normal,di mana astrosit
serabut saraf (columnar gliosis).Keadaan ini terjadi pada atropi papil primer.
3. Degenerasi serabut saraf yang berhubungan dengan gliosis yang tidak berfungsi.Hal
ini terjadi akibat berkurangnya aliran darah.Perubahan patologi ini disebut sebagai
cavernous optic atrophy dan merupakan ciri dari glaukoma dan ischaemic optic
atrophy.
2.2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk menentukan ada tidaknya riwayat kondisi yang sama
dalam keluarga. Selain itu pada anamnesis juga ditanyakan riwayat penggunaan obat-
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengkonfirmasi adanya keracunan
melalui analisis darah dan urin. Pemeriksaan darah juga digunakan untuk uji DNA
digunakan untuk mencari tumor,struktur yang mungkin menekan saraf optikus, atau
plak yang khas untuk multipel sklerosis yang seringkali berkaitan dengan
sehingga dapat mendeteksi kelainan pada mata secara klinis tidak terpengaruh
Fluorescein angiography
digunakan untuk melihat gambaran detail pembuluh darah di retina
2.2.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan neuritis optikus dengan kortikosteroid hingga saat ini masih
kontroversial. Sedangkan penatalaksanaan atrofi papil saraf optikus karena penyebab yang
2.2.10. Pencegahan
Atrofi papil saraf optikus dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan mata teratur,
terutama bagi mereka yang mengalami penurunan penglihatan. Deteksi awal adanya
inflamasi atau masalah lain akan memperkecil kemungkinan terjadinya atrofi karena
intervensi yang dapat segera diambil. Sedangkan pada mereka yang secara genetik beresiko
vitamin E, coenzyme Q10, atau anti oksidan lainnya, serta menghindari konsumsi tembakau
dan alkohol. Menghindari paparan terhadap zat beracun dan mencegah malnutrisi juga dapat
2.2.11. Prognosis
Banyak pasien dengan neuritis optikus pada akhirnya akan mengalami multipel
setelah satu episode neuritis optikus, bahkan tanpa pengobatan. Sedangkan kemungkinan
perbaikan penglihatan pada Leber’s hereditary aptic neuropathy sangat kecil. Pada neuropati
optikus toksik atau nutrisional, jika penyebabnya dapat diketahui dan ditangani secara dini,
3.1 Kesimpulan
Atrofi papil merupakan akibat degenerasi serat dari saraf optikus dan jalur
penglihatan sensoris. Keadaan ini dapat merupakan kelainan bawaan atau di dapat.
Jika di dapat, maka penyebabnya adalah gangguan vaskuler, sekunder karena penyakit
degeneratif pada retina, karena penekanan pada saraf optikus atau karena penyakit
metabolik. Gejala yang muncul berupa penurunan fungsi penglihatan , dan ditandai
dengan pucatnya papil saraf optikus dan hilangnya reaksi pupil. Penatalaksanaan yang
dapat diberikan tergantung pada penyakit yang mendasari. Degenerasi dan atrofi papil
saraf optik merupakan keadaan yang irreversibel, dan kemungkinan perbaikan fungsi
3.2 Saran
Atrofi papil saraf optikus dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan mata
DAFTAR PUSTAKA
1. Ulfa, Maria. 2010. Text Book Reading Neuroopthalmology. (Online) 2012. Avaiable
from: http://www.scribd.com/doc/81574379/36139360-Neurooftalmology-FullVersion
http://www.scribd.com/doc/75954006/Definisi-Anatomi-Dan-FisiologiEpidemiologi
3. Medscape. 2011. Optic Atrophy. (Online) 2012. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/atrofi%20papil/1217760overview.htm#showall
4. Rubens, Ivanlibrian. 2011. Atrofi Papil Optic. (Online) 2012. Avaiable from:
http://www.scribd.com/doc/50281382/Referat-mata-edited
6. Mardjono Mahar & Sidharta Priguna. Neurologi klinis dasar. Edisi V. jakarta : dian
28 Des 2012]
8. Guyton AC, Hall JE. Neurofisiologi Penglihatan Sentral. Dalam : Buku Ajar Fisiologi
9.OpticAtrophyhttp://www.healthatoz.com/healthatoz/Atoz/common/standard/transform.jsp?
requestURI=/healthatoz/Atoz/ency/optic_atrophy.jsp
Eye.Dalam:http://www.tedmontgomery.com/the_eye/optcnrve.html
13. OpticAtrophy.Dalam:http:/www.spedex.com/resource/documents/veb/optic_atrophy.h
tml
14.Vascular Disorders.
Dalam:http://www.merck.com/mrkshared/mmg/sec15/ch127/ch127f.jsp
personal.umd.umich.edu/~jcthomas/JCTHOMAS/1997%20Case%20Studies/D
%20Berro.html
17. Nakamura M, Ito S, Chang-Hua Piao, dan Terasaki H, dan Miyake Y.Retinal and
Optic Disc Atrophy Associated With a CACNA1F Mutation in aJapanese Family. Arch
Cilandak
18. Votruba M, Thiselton D, dan Bhattacharya SS .Optic disc morphology of patients with
19. Delettre C, Jean-Michel Griffoin, Nadine Gigarel. Et al. Nuclear gene OPA1,encoding a
Dalam:www.emedicine.com/oph/topic167.html
21. Zafar A. Toxic/Nutritional Optic Neuropathy.
Dalam:www.emedicine.com/oph/topic750.htm
Ada dua macam atropi nervus optikus yaitu atrofi optik akuisita dan atropi optik
heredodegeneratif (kongenital).1
A. Definisi
Atropi optik adalah hilangnya akson nervus optikus dan digantikan oleh jaringan glia.1
B. Etiologi1
Oklusi vaskular
Proses degenerasi
Karena glaukoma
Karena toksin
Karena trauma
C. Klasifikasi1
Pada atropi optik ada istilah atropi primer yang ditandai pupil pucat dan batas tegas, atropi
sekunder yang ditandai papil pucat dengan batas kabur karena adanya bekas pembengkakan
papil dan atropi konsekutif yaitu atropi papil yang terjadi karena kelainan retina, misalnya
Gejala dan tanda atropi papil tentunya juga tergantung dari penyakit yang mendasari. Gejala
Penurunan visus
Bentuk kelainan pada lapangan pandang dapat berupa membesarnya bintik buta fisiologik ,
bisa terjadi ;
Skotoma Busur (arkuata) : dapat terlihat pada glaucoma, iskemia papil saraf optic, dan oklusi
Hemianopsia bitemporal : hilangnya setengah lapang pandang temporal kedua mata, khas
pada kelainan kiasma optic, meningitis basal, kelainan sphenoid dan trauma kiasma.
Hemianopsia binasal : defek lapang pandang setengah nasal akibat tekanan bagian temporal
kiasma optic kedua mata atau atrofi papil saraf optic sekunder akibat TIK meninggi.
Hemianopsia homonym : hilang lapang pandang pada sisi yang sama pada kedua mata, pada
lesi temporal
Hemianopsia altitudinal : hilang lapang pandang sebagian atas atau bawah, dapat terjadi pada
iskemik optic neuropati, kerusakan saraf optic, kiasma dan kelainan korteks .
Penemuan oftalmoskopis juga tergantung dari penyebabnya (papil pucat bisa dengan batas
tegas atau batas kabur, demikian juga bisa bersifat datar, cekung, atau menonjol)
Atropi optik bisa bersifat difus dan sektoral, bisa total atau parsial, bisa ringan atau berat.
Atropi optik difus yang khas adalah disebabkan oleh retinitis pigmentosa yang berupa atropi
optik primer berbatas tegas dan berwarna putih mengkilat seperti lilin.
Atropi sektoral polus superior atau inferior terjadi setelah neuropati optik iskemik anterior.
Atropi bentuk bow tie (dasi kupu) bilateral khas pada lesi khiasma optikum.
Atropi bentuk bow tie diskus kanan dan atropi diskus kiri khas lesi traktus optikus dan korpus
Atropi temporal bentuk baji adalah khas pada post neuritis retrobulbar, neuropati optik toksis
Perubahan vasa yang terjadi pada atropi optik adalah ditemukan vasa yang menjadi lebih
jelas, mengalami pengecilan dan mengalami sheating. Pada atropi optik yang masih
menyisakan fungsi penglihatan sehingga dapat dianalisis dengan pemeriksaan lapang
A. Definisi 1
Atropi optik ini merupakan sebagian penyebab dari gangguan visus sentral bilateral simetris
B. Klasifikasi 1,2
Atropi optik dominan mula-mula dilaporkan oleh Kjer, Pewarisannya dominan autosom
Gejala :
Penurunan penglihatan tidak kentara pada masa kanak-kanak, pada skrining hanya ditemukan
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan visus : gangguan visusnya sedang antara 20/30 sampai 20/70. Jarang sampai
20/200. (penyakit dominan memang biasanya lebih ringan daripada penyakit resesif).
normal.
Pemeriksaan slit lamp akan didapatkan Kepucatan temporal diskus optikus, ekskavasio
sektoral temporal dan penipisan berkas serabut saraf, sesekali terlihat cupping diskus yang
ringan
Pemeriksaan isikhara : diskromatopsia (buta warna)
Diagnosis :
Kelainan ini dapat berhubungan dengan tuli progresif atau kongenital atau dengan ataksia,
Atropi optik resesif kadang-kadang terjadi pada neonatus sehingga disebut atropi optik
kongenital. Mula timbulnya kebanyakan umur 3-4 tahun. Gangguan visusnya biasanya berat,
kadang-kadang dengan nistagmus. Diskus optikusnya pucat dan terjadi pengecilan pembuluh
darah. Atropi optik juga bisa merupakan bagian dari sindroma yang lebih luas. Dapat disertai
(insipidus juvenilis, diabetes melitus, atrofi optik, dan tuli) bisa juga menyertai. Diabetes
juvenilis disertai atropi optic yang kepucatan diskus optikusnya sebanding dengan beratnya
atropi optik.
Penyakit ini mula-mula ditemukan oleh Leber tahun 1871.Neuropati optik herediter Leber
adalah suatu penyakit yang jarang dan ditandai oleh serentetan neuropati optik subakut
Epidemiologi :
Etiologi :
Penyakit ini disebabkan kelainan genetik, mutasi yang mengenai suatu titik (point mutation)
pada DNA mitokondria (mtDNA) dengan lebih 90% keluarga yang terkena mengalami
mutasi titik pada posisi 1178, 14484, atau 3460 . mtDNA secara ekslusif diturunkan dari ibu
dan akibatnya sesuai dari pola umum pewarisan mitokondria (maternal) mutasinya diteruskan
melalui garis wanita, hal ini disebabkan karena spermatozoa tidak mengandung mitokondria
dan kalaupun ada mitokondria maka mitokondria ini akan mati saat pembuahan, penyakit ini
jarang bermanifestasi pada wanita karier, diprediksikan akan bermanifestasi pada keponakan
Gejala :
Penglihatan kabur
Skotoma sentral tampak pada satu mata, kemudian pada mata sebelahnya
Timbul sakit kepala dan tanda meningeal karena terjadi peradangan arakhnoid
Patofisiologi :
Pada fase akut akan terjadi edema diskus optikus dan retina peripapilar disertai pelebaran
Kedua nervus optikus akhirnya menjadi atrofi dan penglihatan biasanya antara 20/200 dan
hitung jari.
Penyakit ini mungkin disertai dengan penyakit mirip skeloris multipel, defek konduksi
Diagnosis :
Ditegakkan dengan pemeriksaan titik mutasi mtDNA, berdasarkan penemuan satu dari tiga
Diagnosis Banding :
Myoclonic epilepsy and ragged red fibers (MERRF)
Wolfram
Beberapa penyakit neurodegeneratif dengan awitan antara masa kanak-kanan sampai dewasa
muda bermanifestasi sebagai gangguan neurologik progresif dan atrofi optik dengan
PENUTUP
Atropi papil nervus optikus adalah degenerasi saraf optic yang tampak sebagai papil
berwarna pucat akibat hilangnya akson nervus optikus dan digantikan oleh jaringan glia.
Atrofi papil bukan merupakan penyakit akan tetapi merupakan tanda akan kondisi yang
berpotensi serius, keadaan ini merupakan proses akhir dari suatu proses yang terjadi di retina,
kerusakan yang sangat luas dari nervus optikus akan menimbulkan atrofi papil dan dapat
menimbulkan mata menjadi buta, untuk itu diperlukan penegakan diagnosis yang cermat dan
tepat sehingga dapat segera tertangani. Gejala awal berupa keluhan mata kabur disertai
pandangan gelap yang disertai dengan sakit kepala, lemas dan mual. Penegakan diagnosis
atrofi papil memerlukan pemeriksaan mata yang lengkap seperti ; pemeriksaan visus, tes
lapang pandang, penglihatan warna, reflex pupil, pemeriksaan retina dan diskus optikus
yang menyebabkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Dr. Sari Neurooftamologi. Cetakan I. Pustaka Cendikia Press. Yogyakarta, 2006
Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. Edisi ketiga. Widya Medika: Jakarta. 2000
Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2006.
G. Lang. Ophthalmology A pocket textbook atlas. 2 nd edition. Thieme Stuttgart. New York.
2006