KAJIAN PUSTAKA
Kata ‘’strategi’’ berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘’strategas’’ (statos: militer
dan Ag: memimpin) yang berarti generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh
panglima perang dalam membuat suatu rencana untuk memenangkan perang.
Konsep ini relevan pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana
panglima perang dibutuhkan untuk memimpin suatu kegiatan perang.
Sedangkan menurut istilah Strategi merupakan bagian penting dalam
perkembangan perusahaan yang berioentasi pada masa depan perusahaan.
Terdapat beberapa macam pengertian strategi dari para ahli
diuraikan sebagai berikut :
Menurut Marrus dalam Umar (2001:31) .strategi didefinisikan sebagai suatu
proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi didefinisikan secara
khusus sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan
terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.(Rosdiana, Haris, Suwena,
Ekonomi, & Ganesha, 2019). Definsi lain menurut Sondang Siagian, strategi
adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya tenaga yang tersedia
sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan.
Sementara menurut Gerry Johnson dan Kevan Scholes (dalam buku “Exploring
Corporate Strategy”) mendefinisikan bahwa strategi sebagai arah dan cakupan
jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi
sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan
pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan
(stakeholder)’’(Rosdiana et al., 2019).
Sedangkan menuru stoner. Freeman, dan Gilbert sebagaimana dikutip oleh
Tjiptono (1997:3) bahwa konsep strategi dapat didenfisikan berdasarkan dua
perspektif yang berbeda, yaitu
(1) Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do).
(2) Dari perspektif apa yang diorganisasi akhirnya lakukan (eventually does).
ين َكفَ ُروا َز ْحفًا فَال تُ َولُّو ُه ُم َ ين آ َمنُوا إِ َذا لَقِيتُ ُم الَّ ِذَ يَا أَ ُّي َها الَّ ِذ
ال أَ ْوG
ٍ Gَ) َو َمنْ يُ َولِّ ِه ْم يَ ْو َمئِ ٍذ ُدبُ َرهُ إِال ُمتَ َح ِّرفًا لِقِت١٥( األ ْدبَا َر
أْ َواهُ َج َهنَّ ُمGGب ِم َن هَّللا ِ َو َم َ ا َء بِ َغGGَ ْد بGGَ ٍة فَقGGَُمتَ َحيِّ ًزا إِلَى فِئ
ٍ GGض
)١٦( صي ُر ِ ْس ا ْل َمَ َوبِئ
Artinya :
15. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-
orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik
membelakangi mereka (mundur).
16. Dan barang siapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat)
perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka
sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah.
Tempatnya ialah neraka Jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali.
Pada ayat diatas terdapat makna “berbelok untuk (siasat perang)’’ yang
dapat ditafsirkan sebagai perintah untuk melakukan rencana atau strategi
perang. Dalam ayat tersebut ditegaskan pula bahwa besarnya jumlah musuh
(dalam konteks ini adalah pesaing bisnis) tidak bisa menjadi alasan untuk
mundur dari medan perang (dalam konteks persaingan bisnis dan melarikan
diri. Islam melarang para peengikutnya untuk mundur dari medan perang
kecuali untuk tujuan mengatur strategi baru, memperbarui kekuatan,
menyiapkan peralatan tempur atau untuk bergabung pada barisan Muslimin
yang lainya, untuk kemudian menyerang kembali musuh.
Begitu pula pada peristiwa penaklukan Kota Mekkah, riwayat juga
menyebutkan bahwa peritiwa fathu Mekkah dapat berjalan dengan baik dan
dengan tanpa perang adalah karena telah dirancang dengan persiapan dan
strategi yang matang sejak bebrapa tahun sebelumnya. Perencanaan, strategi
dan manuver Rasulullah dalam melemahkan kekuatan musyrikin Quraisy
antara lain adlah :
1. Menghilangkan gangguan, menaklukan dan melemahkanmusuh-musuh
islam dan kaum musyirikin di sekitar Madinah
2. Menaklukan dan melemahkan musuh-musuh dari dalam yaitu Yahudi
dan munafikin dengan menghancurkan Bani Quraizhah.
3. Menutup jalur perdagangan quraisy dengan menghadang rombongan
dagang dari Mekkah ke Syam atau sebaliknya.
4. Mengirim utusan untuk mendakwahi para raja dalm rangka membina
hubungan baik atau minimal netral dan tidak memihak kepada quraisy.
Demikian juga stratgei yang Rasulullah lakukan dalam bermuamalah,
Jusmaliani (2008:6) mengatakan bahwa dalam berdagang Nabi Muhammad
Saw tidak hanya terfokus di kota Mekkah saja, melainkan beliau melakukan
perdagangan internasional dengan membawa barang daganganya ke
Palestina, Syiria, Libanon, dan Yordania. Begitu pula dalam melayani
pelanggan, segala permaslaahn dengan pelanggan selalu dapat diselesaikan
dengan adil dan damai tanpa ada kekhawatiran akan terjadi unsur-unsur
penipuan dan kecurangan didalamnya.
Berdasarkan dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa ‘’strategi menurut
Steinner dan Minner adalah penempatan misi, penetapan sasaran organisasi,
dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal dalam perumusan kebijakan
tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara
tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.Strategi
adalah sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan
(goal) dan menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan
tantangan yang dihadapi dalam lingkungan organisasinya’’(Kereh et al., 2018).
Dalam islam Strategi tidak bertentangan dengan norma dan ajaran islam,
bahkan perencanaan strategi dalam segala hal merupakan sesuatu yang
sangat dianjurkan dalam islam agar hal yang direncanakan dapat dicapai
dengan baik.
2.2 Konsep Pemasaran
A. Definsi Pemasaran
Apabila terdengar kata pemasaran seringkali dikaitkan oleh banyak
pihak dengan penjualan 9sales), sales promotion girl, iklan promosi, atau
produk, Bahkan seringkali orang menyamakan profesi marketer dengan sales.
Namun sebenarnya pemasaran tidaklah sesempit yang diidentikan banyak
orang. Pemasaran lebih merupakan ‘’suatu seni menjual produk’’, sehingga
secara umum, pemasaran cenderung didefinisikan sebagai proses distribusi
barang atau jasa yang dihasilkan suatu perusahaan atau koorporat kepada
konsumen.
b.Produk Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk
mendapat perhatian, untuk dimiliki, digunakan, ataupun dikonsumsi dalam
rangka memenuhi kebutuhan atau keinginan.
g. Pemasar dan CalonPembeli Pemasar adalah orang yang mencari satu atau
lebih konsumen yang akan terlibat dalam pertukaran nilai. Calon pembeli
adalah orang yang mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran
nilai.
2) Targeting, yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan
dimasuki. Dalam targeting ini segmen-segmen yang perlu dievaluasi adalah:
a. Ukuran dan pertumbuhan segmen, perusahaan perlu mengevaluasi data
mengenai tingkat permintaan pasar, tingkat pertumbuhan pasar, serta tingkat
keuntungan yang diharapkan dari setiap segmen.
1) Tempat (Place),
2) Produk (Product),
salah satu komponen strategi pemasaran yang penting adalah produk. Dimana
produk ini merupakan sesuatuyang dapat ditawarkan kepasar untuk
mendapatkan untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat
memenuhi keinginan dan kebutuhan (Kasmir, 2014: 51). Menurut Assauri
produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan untuk digunakan oleh
konsumen guna memenuhi kebutuhannya dan memberikan kepuasan (Assauri,
2013: 5). Produk juga dapat didefinisikan apa saja yang dapat memenuhi
keinginan atau kebutuhan dalam hal penggunaan,konsumsi, atau akuisisi
(Boyd, 2010: 264).
Islam sangat bersikap idealis dan bersifat baku, dimana ditetapkan kriteria dari
suatu produk yang dihasilkan, yaitu harus memenuhi kriteria halal dan baik.
Firman Allah swt:
)٠٠١
ْتىُك ن ْ ِإWُ ُْْ َِّ ن َ َُ ُدب َْعت ُيا َّ ِيإ مέّللέ ََُّ َت ْمعِو اَُ ُس ْكشا َ اً ِّب َيط االل َحέّللέ ُُم َكق َ َشز اَّمِم اُُلُ َكف
telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya
kepada-Nya saja menyembah” (Qs.An-Nahl: 114). Dalam hal ini dilarangnya
memproduksi candu, minuman keras, anjing, babi, dan sejenisnya (An-
Nabhani, 2014: 30). Karena pada prinsipnya, dalam pandangan Islam jenis
produk ini tidak termasuk dalam kategori barang ekonomi. Meskipun dari
produk tersebut ada manfaatnya dan mengandung nilai ekonomi. Namun, Islam
menegaskan bahwa barang- barang tersebut tidak memiliki nilai ekonomi dan
tidak dianggap memiliki manfaat (An-Nabhani, 2014: 30).
2)
3) Harga (Price),
Dalam pandangan agama Islam, adapun fungsi dari adanya harga adalah untuk
mengatur distribusi dari barang dan jasa. Hal ini karena manusia pada
dasarnya ingin memenuhi seluruh kebutuhannya secara sempurna. Karena itu,
dia berusaha untuk meraih sejumlah barang dan jasa yang bisa memenuhi
seluruh kebutuhan (An-Nabhani, 2014: 24- 25). Selanjutnya, harga juga
berfungsi untuk mewujudkan keseimbangan (balance) antara tingkat produksi
dan juga konsumsi (An-Nabhani, 2014: 26). Sabda Nabi saw yang artinya:
“Anas Ibnu Malik berkata: pada zaman Rasulullah saw pernah terjadi kenaikan
harga barang-barang di Madinah. Maka orang-orang berkata: Wahai
Rasulullah, harga barang- barang melonjak tinggi, tentukanlah harga bagi kami.
Lalu Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya
Allahlah penentu harga, Dialah yang menahan, melepas, dan pemberi rizki.
Dan aku berharap menemui Allah dan berharap tiada seorangpun yang
menuntutku karena kasus penganiayaan terhadap darah maupun harta benda.”
(H.R. Abu Daud) (Abu Daud, t.th: 286). Alasan lain mengapa Rasulullah saw
menolak menetapkan harga adalah pada waktu itu, di Madinah, tak ada
kelompok yang secara khusus hanya menjadi pedagang. Para penjual dan
pedagang merupakan orang yang sama, satu sama lain (Min Jins Wahid). Tak
seorang pun bisa dipaksa untuk menjual sesuatu. Karena penjualnya tak bisa
diidentifikasi secara khusus. Kepada siapa penetapan itu akan dipaksa? (Riva’i,
2012: 114). Kemudian penentuan harga dalam konsep ekonomi Islam, cara
pengendalian harga di tentukan oleh penyebabnya. Intervensi pasar menjadi
sangat penting dalam menjamin pengadaan barang kebutuhan pokok. Dalam
keadaan kekurangan barang kebutuhan pokok, pemerintah dapat membuat
aturan supaya pedagang yang menahan barangnya untuk dijual dipasar
(Hakim, 2012:174).
kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani
(Kasmir, el.,: 49). Penentuan pasar sasaran merupakan proses pengevaluasian
dan pemilihan setiap segmen yang akan dilayani oleh perusahaan. Perusahaan
dapat saja menetapkan satu, sedikit atau beberapa segmen pasar. Sehingga
pada bagian perencanaan ini terdiri atas keterangan yang jelas dari setiap
sasaran, ukuran dan tingkat pertumbuhannya, uraian mengenai pemakai akhir,
pedoman strategi penentuan posisi, dan informasi lain yang berguna dalam
perencanaan dan implementasi. Jika sasaran yang ditetap kanada dua atau
lebih, manajemen harus menunjukkan prioritas alokasi sumberdaya (Cravens:
93). Adapun kegiatan menetapkan pasar sasaran meliputi (Kasmir, el.,: 49): 1).
Evaluasi Segmen Pasar; 2). Memilih Segmen. Selanjutnya, adapun tujuan dari
penentuan pasar sasaran adalah dapat berupa tujuan keuangan, posisi pasar,
atau pencapaian kepuasan konsumen (Cravens: 93).
Penentuan Posisi Pasar Strategi ini terdiri dari komponen produk dan jasa
pendukung, distribusi,
H.
2.4 Konsep Pemasaran Syari’ah
A.Definsi Pemasaran Syari’ah
Kajian tentang pemasaran pun juga dari pembahasan ekonomi islam. Menurut
Herman Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula mendefinisikan pemasaran
perspektif ekonomi islam atau dapat disebut pemasaran syariah (syariah
marketing) sebagai sebuah disiplin bisnis srtategis yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada
stakeholders-nya yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan
prinsip- prinsip mu’amalah (bisnis) dalam islam. Sedangkan menurut Arif
(2010:20) mendefinisikan pemasaran syariah adalah penerapan suatu disiplin
bisnis strategis yang sesuai dengan nilai dan prinsip syariah dan dijalankan
berdasarkan konsep keislaman yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Sementara menurut Sari (2012:203) bahwa marketing syariah tidak hanya
sebatas etika bermaketing saja, marketing syariah tidak hanya bersifat spiritual
saja, marketing syariah adalah marketing yang universal diterima semua pihak
karena Islam dengan syariahnya adalah rahmatan lil alamin.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran
syariah adalah bentuk muamalah yang dibenarkan dalam islam, sepanjang
dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal yang dilarang oleh
ketentuan syariah. Sehingga, pada dasarnya peraturan-peraturan yang
dijelaskan oleh prinsip bermuamalah secara islami adalah untuk menciptakan
kemaslahatan dan menciptakan kelangsungan hidup manusia yang berakhlak
dan bermartabat.
Adapun beberapa nilai etika pemasaran Islam yang merujuk pada sifat Rasulullah dan
prinsip etika dalam Al-Qur’an, diantaranya sebagai berikut:
1) Jujur (Shiddiq)
Shidiq Artinya memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan,
serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada satu ucapan pun yang
saling bertentangan dengan perbuatan. Jujur merupakan sarana mutlak untuk
mencapai kebaikan tatanan masyarakat. Seorang pemasar sekalipun tidak
boleh melakukan kebohongan atau terlalu melebih-lebihkan atas produk yang
dijual hanya demi mengejar target penjualan. Dalam kerja dan usaha, kejujuran
ditampilkan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan waktu, janji, pelayanan,
pelaporan, mengakui kelemahan serta kelebihan produk untuk kemudian
dilakukan perbaikan terhadapnya. Memelihara kejujuran akan mendorong
seorang pemasar untuk berlaku adil. Keadilan diartikan dengan memberikan
hak kepada seseorang yang berhak menerimanya tanpa kurang dan menerima
hak tanpa lebih. Tidak seorangpun boleh mengambil alih hak orang lain secara
tidak sah atau batil.
2) Cerdas dan Bijaksana (Fathanah)
Sifat fathanah berarti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam
segala hal yang menjadi tugas dan kewajibannya. Fathanah menekankan
kecerdasan tidak hanya keilmuan dunia tetapi juga akhirat (ajaran agama).
Kecerdasan tersebut haruslah dipergunakan dengan bijaksana, tidak untuk
memanipulasi orang lain tetapi sebaliknya dapat membawa kebaikan bagi
orang lain. Seorang pemasar harus paham tentang seluruh produk yang
ditawarkan juga harus dapat menjaga amanah yang diberikan atas pembelian
produk tersebut. Selain itu, pemasar dituntut berlaku adil, baik dalam pelayanan
maupun penawaran harga produk kepada nasabah tanpa membedakan
agama, ras, dan status sosial.
3) Dapat Dipercaya (Amanah).
Amanah memiliki makna tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas
dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan
prima dan ihsan (berupaya menghasilkan yang terbaik) dalam segala hal.
4) Argumentatif dan Komunikatif (Tabligh).
Tabligh bermakna menyampaikan, mengajak sekaligus memberikan contoh
kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam.
Seorang pemasar harus memposisikan dirinya tidak hanya sebagai
representasi dari perusahaan namun turut pula sebagai juru dakwah dalam
pengembangan ekonomi syariah. Masih banyak masyarakat yang belum
mengerti tentang ekonomi syariah, dan itulah yang menjadi tugas bagi seorang
pemasar untuk menjelaskan dengan baik dan benar, sekaligus menjual produk
syariah yang akan ditawarkan.
5) Konsisten (Istiqomah)
Konsisten yakni bersungguh-sungguh memelihara, mempercayai,
mengamalkan tuntunan-tuntunan-Nya, baik yang menyangkut prinsip ajaran
maupun rinciannya, baik secara pribadi maupun penyampaiannya kepada
masyarakat tanpa menghiraukan gangguan dan kecaman orang lain.
Dalam melakukan pemasaran terdapat etika bisnis yang ada. Seperti etika
bisnis pemasaran islami. Terdapat ada beberapa hal yang harus diperhatikan
sebagai etika dalam pemasaran menurut Islam, yaitu :
1. Memiliki kepribadian yang baik dan spiritual (takwa) sehingga dalam
melakukan pemasaran tidak semata-mata untuk kepentingan sendiri melainkan
juga untuk menolong sesama. Pemasaran dilakukan dalam rangka untuk
melakukan kebajikan dan ketakwaan kepada Allah dan bukan sebaliknya.
2. Berlaku adil dalam berbisnis („adl). Sikap adil akan mendekatkan pelakunya
pada nilai ketakwaan.
3. Berkpribadian baik dan simpatik serta menghargai hak dan milik ornag lain
secara benar. Sikap simpatik dan menghargai hak orang lain akan membuat
orang lain bahagia dan senang. Islam melarang seseorang mengambil hak
orang lain secara batil, tidak baik dan tidak simpatik.
4. Melayani nasabah dengan rendah hati (Khidmah). Rendah hati dan perilaku
lemah lembut sangat daianjurkan dalam islam.
5. Selalu menepati janji dan tidak curang dalam pemasaran termasuk dalam
penentuan kuantitas barang dan jasa.
6. Jujur dan terpercaya (amanah), tidak menukar barang yang baik dengan
yang buruk. Ketiika seorang tenaga pemasran mengiklankan barangnya tidak
boleh dilebih-lebihkan atau mengiklankan barang bagus padahal kenyataannya
tidak demikian.
7. Tidak suka berburuk sangka dan tidak suka menjelek-jelekkan barang
dagangan atau milik orang lain.
8. Tidak melakukan suap (Risywah). Melakukan suap menyuap dilarang dalam
islam.
9. Segala bentuk aktivitas ekonomi, termasuk aktivitas pemasaran. Harus
memberikan manfaat kepada banyak pihak, tidak hanya untuk individu atau
kelompok tertentu saja.
10. Saling bekerja sama dengan tujuan untuk dapat saling memberikan manfaat
menuju kesejahteraan bersama.
Menurut (Zainal, 2012) berpendapat bahwa akhir dari orientasi pemasaran syari’ah
adalah tidak hanya untuk meraup keuntungan duniawi saja, melainkan diharapkan
mendatangkan manfaat dan keuntungan yang bersifat multiprofit. Untuk itu pelaku
etika bisnis dalam pemasaran syari’ah harus memiliki Sembilan akhlak sebagai
pondasi etika dalam berbisnis. Sembilan akhlak tersebut antara lain:
(1) ber-taqwa atau memiliki kepribadian spiritual;
(2) berkepribadian baik dan simpatik (shiddiq);
(3) berlaku adil;
(4) melayani pelanggan dengan rendah hati (khitmah);
(5) selalu menepati janji dan menghindari kecurangan (tahfif);
(6) jujur dan terpercaya;
(7) tidak su’udon;
(8) tidak ghibah;
(9) tidak melakukan suap (riswah).
Dari beberapa penjelasan tentang ciri-ciri gambaran pelaku etika bisnis yang
sesuai dengan hukum Islam diatas, bahwa etika yang diajarkan oleh Islam dalam
cakupan universal termasuk bisnis, akan berdampak positif dan nyata jika dipegang
teguh oleh para pelaku bisnis dan aktifitas ekonomi apapun. Selain itu, mempengaruhi
hal positif lainnya dalam hubungan relasional jangka panjang dan lebih unggul dari
kompetitor lainnya.
Empat Sifat Rasulullah Saw sebagai Kunci Sukses dalam Pemasaran Syari’ah :
artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”.
Dari ayat diatas dapat dijelaskan menyampaikan segala macam kebenaran dan
kejujuran merupakan salah satu sifat Nabi yang dimuliakan oleh Akkah Swt.
Benar/jujur dapat diaplikasikan pada diri sendiri dan juga orang lain, karena
sifat ini akan melahirkan sebuah keyakinan dan keberanian untuk menghadapi
hal-hal yang mungkin tidak bisa diduga. Selain itu, sifat ini juga menjadikan sifat
dari seorang pelaku bisnis dapat dipercaya dalam menjalankan aktifitas
ekonomi oleh konsumen.
Menurut (Zainal V. R., 2016), kejujuran harus dibangun oleh seorang produsen
atau pelaku bisnis sebagai modal keuntungan jangka pendek dan atau jangka
panjang. Contoh dari pada sifat ini dalam menjalankan aktifitas ekonomi antara
lain:
(1) larangan tidak menepati janji yang telah disepakati;
(2) larangan menutupi cacat atau barang yang dijual;
(3) larangan membeli barang dari orang sebelum masuk pasar, dalam arti
menghadang barang diperjalanan sebekum masuk ke pasar, karena pembeli
berpotensi menuntut dengan harga yang lebih murah dari pasaran; dan
(4) larangan mengurangi timbangan.
Artinya : laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual
beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang”.
Dalam sifat fathanah, Islam menjelaskannya kedalam dua aspek yang penting
dan berbeda, antara lain:
(1) fathanah dalam aspek manajemen dan administrasi;
(2) fathanah dalam menangkap orientasi pembeli (Zainal V. R., 2016).
Pertama, contoh daripada aspek fathanah dalam manejemen dan administrasi
adalah seperti pembukuan usaha yang rapi dan jelas, hal ini dimaksudkan
untuk menjaga sifat shiddiq. Kedua, dalam aspek orientasi pembeli yaitu
sebagai pelaku bisnis harus mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen
agar bisa menyaingi perkembangan pasar yang ada. Selain itu, penampilan
dari produk, pelayanan, persuasi, dan mengutamakan kepuasan pelanggan
juga merupakan bagian dari apek orientasi pembeli.
2.5 Konsep Minat
A. Definsi Minat
Sementara Menurut Kotler dan Keller (dalam Suradi et al., 2017), arti minat beli
konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai
keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman
dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan
suatu produk. Swastha dan Irawan (dalam Suradi et al., 2012), mengemukakan
faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan
perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli
barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan
biasanya menghilangkan minat.(Kereh et al., 2018)
Sedangkan menurut Kotler, Bowen, dan Makens (1999) terdapat dua faktor
yang mempengaruhi minat beli seseorang dalam proses pengambilan
keputusan pembelian, yaitu situasi tidak terduga (unexpected situation) dan
sikap terhadap orang lain (respect to others). Untuk memahami proses motivasi
yang mendasari dan mengarahkan perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian perlu dipahami beberapa konsep antara lain;
1) Teori ekonomi mikro, Menurut teori ini keputusan membeli merupakan hasil
perhitungan ekonomis rasional yang sadar. Teori ini didasarkan pada asumsi
yaitu:
a.) Bahwa konsumen selalu mencoba untuk memaksimumkan kepuasaanya
dalam batas- batas kemampuan finansialnya.
c.) Bahwa ia mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber
untuk memuaskan kebutuhannya.
d.) Bahwa ia selalu bertindak
rasional.
Dalam Teori Psikologis, Ada beberapa teori yang termasuk dalam teori
psikologis yang secara garis besar dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu, teori
belajar dan teori psikoanalitis. Teori psikologis ini mendasarkan pada
penerapan teori psikologis yang berpendapat bahwa pada umumnya manusia
selalu didorong untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Teori Psikoanalitis, Teori
Psikoanalitis didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia dipengaruhi
oleh adanya keinginan yang terpaksa dan adanya motif yang tersembunyi.
Perilaku manusia ini merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek dalam
struktur kepribadian manusia yaitu, id (das es), ego (das ich) dan super ego
(das veber ich). Teori Antropologis, Menurut teori ini bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh kultur yang terdiri dari masyarakat sekitar, kelas sosial yang
berlaku serta keluarga. Dalam jurnal sains pemasaran oleh Yoestini dan Eva
(2007) dimensi-dimensi yang membentuk minat beli dikemukakan oleh Spiro &
McGee, MacKay & Häubl sebagai berikut:
1) Pencarian informasi lanjut: diwujudkan
dengan upaya konsumen untuk mendapatkan informasi secara lebih lengkap
tentang produk. 2) Kemauan untuk memahami produk:
sikap positif yang ditunjukkan oleh konsumen apabila diperkenalkan dengan
suatu produk baru. 3) Keinginan untuk mencoba
produk: keinginan dari konsumen yang timbul untuk mencoba produk tersebut.
Product - Rabbaniyyah
Minat Beli
Strategi Pemasaran Konsumen
Berbasis Syari’ah
Price - Akhlaqqiyyah (Y)
Promotion - AI-Insaniyyah
Place – Al-waqi’yyah
Djakfar, M., Bisnis, E., & Perspektif, D. (2020). [jurnal at- tasyri’iy ] vol 3, no.1,
2020. 3(1), 44–54.
Ekonomi, F., Pembangunan, P. E., Asahan, U., Jend, J., Yani, A., & Sumatera,
K. (2019). KONSEP PEMASARAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM Hilmiatus Sahla Gambar 1 Konsep Pemasaran. 5, 57–61.
Harga, P., Produk, D. A. N. K., Manajemen, F., & Surabaya, U. C. (2017).
TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA PERUSAHAAN A-36.
2(April).
Jm, P. T., & Utama, M. (2018). PENERAPAN PROMOSI DAN STRATEGI
PEMASARAN TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA. 1(2), 64–82.
Kereh, F., Tumbel, A. L., Loindong, S. S. R., Manajemen, J., Sam, U., &
Manado, R. (2018). ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM
MENINGKATKAN PENJUALAN MOTOR YAMAHA MIO PADA PT .
HASJRAT ABADI OUTLET YAMAHA SAM RATULANGI ANALYSIS OF
MARKETING STRATEGY TO INCREASING SALES OF MOTOR
YAMAHA MIO. 6(2), 968–977.
Mubarok, N. (2017). Strategi pemasaran islami dalam meningkatkan penjualan
pada butik calista. 3(1), 73–92.
Rosdiana, R., Haris, I. A., Suwena, K. R., Ekonomi, J. P., & Ganesha, U. P.
(2019). Pengaruh kepercayaan konsumen terhadap minat beli produk
pakaian secara online. 11(1).
Yusup, A. (n.d.). PERAN ETIKA BISNIS DAN KUNCI SUKSES DALAM
PEMASARAN SYARI ’ AH.