Anda di halaman 1dari 42

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Strategi


A. Definsi Strategi

Kata ‘’strategi’’ berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘’strategas’’ (statos: militer
dan Ag: memimpin) yang berarti generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh
panglima perang dalam membuat suatu rencana untuk memenangkan perang.
Konsep ini relevan pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana
panglima perang dibutuhkan untuk memimpin suatu kegiatan perang.
Sedangkan menurut istilah Strategi merupakan bagian penting dalam
perkembangan perusahaan yang berioentasi pada masa depan perusahaan.
Terdapat beberapa macam pengertian strategi dari para ahli
diuraikan sebagai berikut :
Menurut Marrus dalam Umar (2001:31) .strategi didefinisikan sebagai suatu
proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi didefinisikan secara
khusus sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan
terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.(Rosdiana, Haris, Suwena,
Ekonomi, & Ganesha, 2019). Definsi lain menurut Sondang Siagian, strategi
adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya tenaga yang tersedia
sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan.

Sementara menurut Gerry Johnson dan Kevan Scholes (dalam buku “Exploring
Corporate Strategy”) mendefinisikan bahwa strategi sebagai arah dan cakupan
jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi
sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan
pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan
(stakeholder)’’(Rosdiana et al., 2019).
Sedangkan menuru stoner. Freeman, dan Gilbert sebagaimana dikutip oleh
Tjiptono (1997:3) bahwa konsep strategi dapat didenfisikan berdasarkan dua
perspektif yang berbeda, yaitu
(1) Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do).
(2) Dari perspektif apa yang diorganisasi akhirnya lakukan (eventually does).

Tjiptono (1997:3) menambahkan bahwa berdasarkan perspektif yang pertama,


bahwa strategi dapat didenfisikan sebagai pedoman untuk menentukan dan
mencapai tujuan organisasi dam mengimplementasikan misinya. Dalam hal ini
manajer yang berperan aktif dalam meluruskan strategi organisasi. Sedangkan
perspektif kedua, strategi didenfisikan sebagai pola tanggapan atau respon
organisasi terhadap lingkunganya sepanjang waktu. Dalam hal ini setiap
perusahaan pasti memiliki strategi meskipun strategi tersebut tidak pernah
dirumuskan secara eksplisit. Hal ini diterapkan bagi para manajer yang bersifat
reaktif yaitu hanya menanggapi dan mnyesuaikan diri pada lingkungan.

Dalam konteks islam konsep strategi berkaitan erat dengan perristiwa


yang pernah dialami Rasulullah. Riwayat menyebutkan bahwa dalam banyak
hal Rasulullah melakukan strategi yang dirancang dengan matang dalam
mencapai sebuah tujuan, diantaranya adalah (1) peristiwa perang/jihad; (2)
peristiwa ftahu mekkah; (3) strategi bermuamalah Rasulullsh. Pada peristiwa
perang badar, Alah mewajibkan agar kaum muslimin agar tidak mundur dan
segera mengatur strategi baru dalam berperang.
Adapun konsep strategi yang Allah serukan kepada kaum muslimin pada
Perang Badr terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Anfal ayat 15-16 :

‫ين َكفَ ُروا َز ْحفًا فَال تُ َولُّو ُه ُم‬ َ ‫ين آ َمنُوا إِ َذا لَقِيتُ ُم الَّ ِذ‬َ ‫يَا أَ ُّي َها الَّ ِذ‬
‫ال أَ ْو‬G
ٍ Gَ‫) َو َمنْ يُ َولِّ ِه ْم يَ ْو َمئِ ٍذ ُدبُ َرهُ إِال ُمتَ َح ِّرفًا لِقِت‬١٥( ‫األ ْدبَا َر‬
‫أْ َواهُ َج َهنَّ ُم‬GG‫ب ِم َن هَّللا ِ َو َم‬ َ ‫ا َء بِ َغ‬GGَ‫ ْد ب‬GGَ‫ ٍة فَق‬GGَ‫ُمتَ َحيِّ ًزا إِلَى فِئ‬
ٍ GG‫ض‬
)١٦( ‫صي ُر‬ ِ ‫ْس ا ْل َم‬َ ‫َوبِئ‬
Artinya :
15. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-
orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik
membelakangi mereka (mundur).
16. Dan barang siapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat)
perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka
sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah.
Tempatnya ialah neraka Jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali.

Pada ayat diatas terdapat makna “berbelok untuk (siasat perang)’’ yang
dapat ditafsirkan sebagai perintah untuk melakukan rencana atau strategi
perang. Dalam ayat tersebut ditegaskan pula bahwa besarnya jumlah musuh
(dalam konteks ini adalah pesaing bisnis) tidak bisa menjadi alasan untuk
mundur dari medan perang (dalam konteks persaingan bisnis dan melarikan
diri. Islam melarang para peengikutnya untuk mundur dari medan perang
kecuali untuk tujuan mengatur strategi baru, memperbarui kekuatan,
menyiapkan peralatan tempur atau untuk bergabung pada barisan Muslimin
yang lainya, untuk kemudian menyerang kembali musuh.
Begitu pula pada peristiwa penaklukan Kota Mekkah, riwayat juga
menyebutkan bahwa peritiwa fathu Mekkah dapat berjalan dengan baik dan
dengan tanpa perang adalah karena telah dirancang dengan persiapan dan
strategi yang matang sejak bebrapa tahun sebelumnya. Perencanaan, strategi
dan manuver Rasulullah dalam melemahkan kekuatan musyrikin Quraisy
antara lain adlah :
1. Menghilangkan gangguan, menaklukan dan melemahkanmusuh-musuh
islam dan kaum musyirikin di sekitar Madinah
2. Menaklukan dan melemahkan musuh-musuh dari dalam yaitu Yahudi
dan munafikin dengan menghancurkan Bani Quraizhah.
3. Menutup jalur perdagangan quraisy dengan menghadang rombongan
dagang dari Mekkah ke Syam atau sebaliknya.
4. Mengirim utusan untuk mendakwahi para raja dalm rangka membina
hubungan baik atau minimal netral dan tidak memihak kepada quraisy.
Demikian juga stratgei yang Rasulullah lakukan dalam bermuamalah,
Jusmaliani (2008:6) mengatakan bahwa dalam berdagang Nabi Muhammad
Saw tidak hanya terfokus di kota Mekkah saja, melainkan beliau melakukan
perdagangan internasional dengan membawa barang daganganya ke
Palestina, Syiria, Libanon, dan Yordania. Begitu pula dalam melayani
pelanggan, segala permaslaahn dengan pelanggan selalu dapat diselesaikan
dengan adil dan damai tanpa ada kekhawatiran akan terjadi unsur-unsur
penipuan dan kecurangan didalamnya.
Berdasarkan dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa ‘’strategi menurut
Steinner dan Minner adalah penempatan misi, penetapan sasaran organisasi,
dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal dalam perumusan kebijakan
tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara
tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.Strategi
adalah sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan
(goal) dan menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan
tantangan yang dihadapi dalam lingkungan organisasinya’’(Kereh et al., 2018).
Dalam islam Strategi tidak bertentangan dengan norma dan ajaran islam,
bahkan perencanaan strategi dalam segala hal merupakan sesuatu yang
sangat dianjurkan dalam islam agar hal yang direncanakan dapat dicapai
dengan baik.
2.2 Konsep Pemasaran
A. Definsi Pemasaran
Apabila terdengar kata pemasaran seringkali dikaitkan oleh banyak
pihak dengan penjualan 9sales), sales promotion girl, iklan promosi, atau
produk, Bahkan seringkali orang menyamakan profesi marketer dengan sales.
Namun sebenarnya pemasaran tidaklah sesempit yang diidentikan banyak
orang. Pemasaran lebih merupakan ‘’suatu seni menjual produk’’, sehingga
secara umum, pemasaran cenderung didefinisikan sebagai proses distribusi
barang atau jasa yang dihasilkan suatu perusahaan atau koorporat kepada
konsumen.

Terdapat beberapa macam pengertian pemasaran menurut para ahli


didenfisikan sebagai berikut :
Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat (American Merketing
Association) Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan usaha perdagangan
yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.Bisnis
tidak dapat di pisahkan dari aktivitas pemasaran. Sebab pemasaran merupakan
aktivitas perencana, pelaksanaan dan pengawasan atas program-program
yang di rancang untuk menghasilkan transaksi pada target pasar, guna
memenuhi kebutuhan perorangan atau kelompok berdasarkan asas saling
menguntungkan, melalui pemanfaatan produk, harga, promosi dan distribusi.

Definsi pemasaran Menurut Kotler (2004:7), Pemasaran adalah suatu proses


sosial dan manajerial yang didalam individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihaklain.
Adapun definsi Menurut Carl Mc Daniel dan Roger Gotes (2001:4), ”Pemasaran
adalah proses merencanakan dan melaksanakan konsep, memberi harga,
melakukan promosi, dan mendistribusikan ide, barang atau jasa untuk
menciptakan pertukaran yang memenuhi tujuan individu dan organisasi.

Dari berbagai pengertian pemasaran di atas dapat disimpulkan bahwa


pemasaran adalah sebuah proses sosial ekonomi yang bertumpu pada
pemenuhan kebutuhan individu dan kelompok dengan menciptakan pertukaran
sehingga memberikan kepuasan individu atau kelompok yang maksimal.
Pemasaran ini bersandar pada konsep – konsep inti yaitu kebutuhan (needs),
keinginan (wants), dan permintaan (demands), produk (barang, jasa dan
gagasan), nilai, biaya dan kepuasan, pertukaran dan transaksi, hubungan dan
jaringan, pasar serta pemasar dan prospek calon pembeli.(Jm & Utama, 2018).

Menurut Philip Kotler (2001:4) menurunkan beberapa konsep inti pemasaran,


antara lain:
a. Kebutuhan, Keinginan, danPermintaan Kebutuhan - Konsep paling pokok
yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan adalah
suatu keadaan perasaan yang membutuhkan pemenuhan terhadap sesuatu
seperti makanan, pakaian, perumahan, harga diri, rasa aman dan kasih
sayang. Kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar tetapi
sudah ada dan terlekat dalam tubuh dan kondisimanusia.
Keinginan - Konsep pokok kedua dalam pemasaran adalah keinginan
manusia, Keinginan yaitu kehendak yang kuat akan pemuasan yang spesifik
terhadap kebutuhan – kebutuhan tersebut . Permintaan - Manusia memiliki
kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas, namun sumber dayanya terbatas.
Karena itu dengan keterbatasan sumber daya yang ada, mereka memilih
produk-produk yang menghasilkan kepuasan maksima

b.Produk Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk
mendapat perhatian, untuk dimiliki, digunakan, ataupun dikonsumsi dalam
rangka memenuhi kebutuhan atau keinginan.

c. Utilitas, Nilai dan Kepuasan Tafsiran konsumen mengenai kapasitas


keseluruhan suatu produk untuk memuaskan kebutuhan disebut utilitas,

d. Pertukaran Pemasaran terjadi apabila orang memutuskan untuk memenuhi


kebutuhan dan keinginannya melalui pertukaran. Pertukaran adalah kegiatan
untuk memperoleh barang/jasa yang diinginkan dari pihak lain dengan
memberikan sesuatu sebagai gantinya.

e. Transaksi danHubungan Transaksi mengandaikan adanya nilai-nilai yang


dipertukarkan diantara dua pihak. Transaksi melibatkan sedikitnya dua barang
atau jasa yang bernilai, syarat-syarat yang disepakati, waktu kesepakatan dan
tempat kesepakatan.

f. Pasar Konsep transaksi mengarah pada konsep pasar. Pasar adalah


himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk.

g. Pemasar dan CalonPembeli Pemasar adalah orang yang mencari satu atau
lebih konsumen yang akan terlibat dalam pertukaran nilai. Calon pembeli
adalah orang yang mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran
nilai.

h. Organisasi Konsep pemasaran juga menyatakan bahwa kunci untuk meraih


tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif dari pada para pesaing dalam
memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan
kebutuhan pasarsasaran.(Amrin, 2017)

Sedangkan pemasaran dalam sudut pandang fiqh islam disebut dengan


wakalah atau perwakilan. Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan,
pendelegasian, atau pemberian mandat. Dalam hal ini Allah SWT
mengingatkan agar senantiasa menghindari perbuatan zalim dalam berbvisnis
termasuk dalam proses penciptaan, penawaran, dan proses perubahan nilai
dalam pemasaran.

Sebagaimana firman Allah SWT : (Q.S Shaad : 24)

ِ َ‫اج ِه ۖ َو إِ َّن َك ثِ ي ًر ا ِم َن ْال ُخ لَ ط‬


‫اء‬ ِ ‫نِ َع‬ ‫ك إِ لَ ٰى‬ َ ِ‫ال نَ ْع َج ت‬
ِ ‫ك بِ ُس َؤ‬ َ ‫ال لَ قَ ْد‬
َ ‫ظ لَ َم‬ َ َ‫ق‬
‫ات‬
ِ ‫ص الِ َح‬ َّ ‫آم نُ وا َو َع ِم لُ وا ال‬ َ ‫ين‬ َ ‫الَّ ِذ‬ ‫ض إِ اَّل‬
ٍ ‫ض ه ُْم َع لَ ٰى بَ ْع‬ ُ ‫لَ يَ ْب ِغ ي بَ ْع‬
ِ ‫فَ تَ نَّ اهُ فَ ا ْس تَ ْغ فَ َر َر بَّ هُ َو َخ َّر َر‬
‫اك ًع ا‬ ‫ود أَ نَّ َم ا‬
ُ ‫او‬ ُ ‫َو قَ لِ ي ٌل َم ا هُ ْم ۗ َو ظَ َّن َد‬
َ َ‫َو أَ ن‬
‫اب‬
Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan
meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan
sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian
mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini".
Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun
kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat

Berdasarkan dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa


pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perluy dilakukan
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perushaan dengan memenuhi
kebutuhan barang dan jasa kepada pelanggan dalam rangka memberikan
kepuasan yang optimal kepada pelanggan. Demikian pula dalam islam,
aktivitas pemasaran (bermuamalah) tidak diharamkan selama hal tersebut tidak
bertentangan dengan norma dan ajaran islam .
B. Fungsi Pemasaran
Aktifitas sebuah bisnis tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemasaran. Sebab
pemasaran merupakan aktivitas perencana, pelaksana pengawasan atas
program-program yang di rancang untuk menghasilkan transaksi melalui target-
target yang sudah menjadi program sebuah perusahaan, dengan tujuan
menguasai semua segmen yang ada dalam sebuah pasar, guna memenuhi
kebetuhan perorangan atau kelompok berdasarkan asas saling
menguntungkan, melalui pemanfaatan produk, harga, promosi dan
distribusi.Dengan adanya pemasaran konsumen tidak perlu lagi memenuhi
kebutuhan pribadi secara sendiri-sendiri dengan melakukan pertukaran antara
konsumen dengan pelaku pemasaran sehingga akan ada banyak waktu
konsumen untuk kegiatan yang dikuasai atau disukai .

C. Integrasi Konsep Pemasaran


Menurut suyanto (2007:13) dalam melaksanakan kegiatan pemasaranya,
perusahaan dapat memilih enam konsep pemasaran, yaitu konsep produksi,
konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konbsep
kemasyarakatan, dan konsep pemasaran strategis.

1. Konsep produksi, menyatakan bahwa konsumen menyukai produk


tersedia dibanyak tempat dan selaras dengan kemampuanya. Konsep
produksi memutuskan perhatian pada usaha-usaha untuk mencapai efisiensi
produksi yang tinggi dan diistribusi yang luas
2. Konsep produk, menyatakan bahwa konsumen
menyukai produk yang berkualitas dan prestasi paling baik. Konsep produk
memusatkan perhatian pada usaha untuk menghasilkan produk yang unggul
dan terus-menerus menyempurnakanya.
3. Konsep penjualan, menyatakan bahwa
konsumen membeli produk jika perusahaan melakukan promosi dan
penjualan yang menonjol. Strategi digunakan oleh perusahaan yang
bergerak dalam bidang asuransi, alat-alat olahraga, makanan suplemen dan
sebagainya (barang yang kurang dipikirkan pembeli).
4. Konsep
pemasaran, menyatakan bahwa kunci meraih tujuan perusahaan adalah
memutuskan kebutuhan dan kenginan konsumen
5. Konsep pemasaran masyarakat, menyatakan bahwa tugas organisasi
adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dan
mempertahankan serta mempertinggi kesejahteraan rakyat.
6. Konsep pemasaran strategi, adalah konsep pemasaran yang mengubah
fokus pemasaran dari pelanggan atau produk ke pelanggan dalam konteks
lingkungan eksterna yang lebih luas. Konteks pelanggan eksternal yang lebih
luas, menyangkut persaingan, kebijakan pemerintah, serta kekuatan-
kekuatan makro.

Dengan demikian, konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk


mencapai tujuan perusahaan yang ditetapkan adalah dengan upayya
perusahaan untuk menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam
menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada
pasar sasaran yang dipilih.

2.3 Konsep Strategi Pemasaran


A. Definsi strategi pemasran

Setiap fungsi manajemen memberikan jontribusi tertentu pada saat


penyusunan strategi pada level yang berbeda. Pemasaran merupakan fungsi
yang memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal
perusahan hanya memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan eksternal.
Oleh karena itu, pemasaran memainkan peranan penting dalam
pengembangan strategi. Dalam peranan strategisnya, pemasaran
mencangkup setiap usaha untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan
dengan lingkunganya dalam rangka mencari pemecahan atas masalah
penentuan dua pertimbanagn pokok. Pertama, bisnis apa yang digeluti oleh
pembisnis pada saat ini dan jenis bisnis apa yang dapat dimasuki dimasa
mendatang. Kedua, bagaimana bisnis yang telah dipilih tersebut dapat
dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar
perspektif produk, harga, promosi dan distribusi (bauran pemasaran).
Sedangkan secara umum strategi pemasaran adalah proses perencanaan
secara menyeluruh baik itu untuk individu maupun kelompok, dimana strategi
pemasaran ini dilakukan guna mencapai sasaran ataupun tujuan dari
pemasaran itu sendiri. Terdapat
beberapa macam pengertian strategi pemasaran dari para ahli yang diuraikan
sebagai berikut :
Menurut Chandra (2002:93), strategi pemasaran merupakan rencana yang
menjabarkan ekspektasi perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau
program pemasaran terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar
sasaran tertentu. Program pemasaran meliputi tindakan-tindakan pemasaran
yang dapat mempengaruhi permintaan terhadap produk, diantaranya dalam hal
mengubah harga, memodifikasi kampanye iklan, merancang promosi khusus,
menentukan pilihan saluran distribusi, dan sebagainya.
Sementara Menurut Amstrong dan Kotler strategi pemasaran adalah
pernyataan pokok tentang dampak yang diharapkan akan dicapai dalam hal
permintaan pada target pasar yang ditentukan.
Adapun pula definsi lain menurut Alfred
Chandler (19620 Strategi pemasaran adalah penetapan sasaran dan tujuan
jangka panjang sebuah perusahaan dan arah tindakan serta alokasi sumber
daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi


pemasaran adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu dibidang
pemaaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan
untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu sasaran. Dengan kata lain
strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan
aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari
waktu ke waktu, pada masing-maing tingkatan dan acuan serta alokasinya,
terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan
keadaan persaingan yang selalu berubah. (Dedi Irawan, 2019)

B. Unsur Strategi Pemasaran

1) Segmentasi pasar, yaitu tindakan mengidentifikasi dan membentuk


kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing konsumen
dibedakan menurut karakteristik kebutuhan produk dan bauran pemasaran
tersendiri.

2) Targeting, yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan
dimasuki. Dalam targeting ini segmen-segmen yang perlu dievaluasi adalah:
a. Ukuran dan pertumbuhan segmen, perusahaan perlu mengevaluasi data
mengenai tingkat permintaan pasar, tingkat pertumbuhan pasar, serta tingkat
keuntungan yang diharapkan dari setiap segmen.

b. Daya tarik segmen, setelah mengetahui ukuran dan pertumbuhan segmen,


perusahaan perlu mempertimbangkan faktor- faktor yang mempengaruhi daya
tarik jangka panjang setiap segmen.

c. Sasaran dan sumber daya perusahaan, apabila setiap segmen memiliki


ukuran dan pertumbuhan segmen tepat, maka perusahaan perlu menentukan
sasaran dan sumber daya perusahaan. Suatu segmen yang besar dan menarik
mungkin tidak akan berarti apa- apa apabila perusahaan tidak memiliki sumber
daya yang tepat untuk bersaing disegmen ini.

3) Positioning adalah menetapkan posisi pasar, tujuannya adalah untuk


membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di
pasar ke dalam benak konsumen. Strategi penentuan posisi pasar terdiri dari:
dasar atribut (harga murah atau harga mahal), menurut kelas pengguna,
menurut kelas produk.
C. Unsur – Unsur bauran pemasaran
Konsep bauran pemasaran (marketing mix) yang dikembangak oleh McCanthy
tahun 1981, yang dikenal dengan 4p yaitu product, price, promotion, dan place,
telah diakui manfaat dan efektifitasnya oleh para peneliti pemasaarn. Namun
karena marketing mix tersebut dikembangkan atas dasar studi pada industri
manufaktur, maka terdapat kelemahan jika diaplikasikan pada industri jasa.
Keterbatasan 4P INI mendorong para peneliti yaitu Kent (1986), Brookes
(1991), Wind (1986), Boos dan Bitner (1981), dan Christopher (1991) untuk
mengembangkan agar dapat diaplikasikan secara general, sehingga
ditambahkan elemen people, process, dan phsycal evidence (Arief, 2007:88).
Sesuai pada pembahasan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan bauran
pemasaran (Marketing Mix) merupakan salah satu kombinasi dari beberapa
variabel yang digunakan sebagai sarana oleh perusahaan untuk memenuhi
atau melayani kebutuhan dan keinginan konsumen. Adapun komponen-
komponen pokok yang ada pada bauran pemasaran tersebut yaitu:

1) Tempat (Place),

dalam kombinasi strategi pemasaran yang mencakup empat komponen


pemasaraan salah satunya adalah unsur tempat atau dalam beberapa buku
banyak disebutkan banyak disebutkan sebagai salah satu aspek distribusi.
Dalam bukunya Hurriyati menjelaskan untuk produk industri place diartikan
sebagai saluaran distribusi, sedangkan untuk produksi jasa place diartikan
sebagai tempat pelayanan jasa (Hurriyati, 2015: 55). Beberapa perantara
seperti pedagang besar dan pengecer yang membeli dan menjual kembali
barang dagangannya disebut pedagang perantara (Rismiati, 2013: 243).
Perantara tersebut dalam istilah ekonomi disebut dengan distribusi. Sehingga
dalam pembagiannya, terdapat beberapa saluran distribusi, antara lain: 1).
Saluran Distribusi untuk Barang Konsumsi; 2). Saluran Distribusi untuk Barang
Produksi; 3). Manajemen Saluran Produksi; 4). Lokasi yang Strategis.

2) Produk (Product),

salah satu komponen strategi pemasaran yang penting adalah produk. Dimana
produk ini merupakan sesuatuyang dapat ditawarkan kepasar untuk
mendapatkan untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat
memenuhi keinginan dan kebutuhan (Kasmir, 2014: 51). Menurut Assauri
produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan untuk digunakan oleh
konsumen guna memenuhi kebutuhannya dan memberikan kepuasan (Assauri,
2013: 5). Produk juga dapat didefinisikan apa saja yang dapat memenuhi
keinginan atau kebutuhan dalam hal penggunaan,konsumsi, atau akuisisi
(Boyd, 2010: 264).

Islam sangat bersikap idealis dan bersifat baku, dimana ditetapkan kriteria dari
suatu produk yang dihasilkan, yaitu harus memenuhi kriteria halal dan baik.
Firman Allah swt:

)٠٠١

‫ ْتىُك ن ْ ِإ‬Wُ ُْْ ‫َِّ ن َ َُ ُدب َْعت ُيا َّ ِيإ م‬έّ‫لل‬έ َ‫َُّ َت ْمعِو اَُ ُس ْكشا َ اً ِّب َيط االل َح‬έّ‫لل‬έ ُ‫ُم َكق َ َشز اَّمِم اُُلُ َكف‬

Artinya:“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang

telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya
kepada-Nya saja menyembah” (Qs.An-Nahl: 114). Dalam hal ini dilarangnya
memproduksi candu, minuman keras, anjing, babi, dan sejenisnya (An-
Nabhani, 2014: 30). Karena pada prinsipnya, dalam pandangan Islam jenis
produk ini tidak termasuk dalam kategori barang ekonomi. Meskipun dari
produk tersebut ada manfaatnya dan mengandung nilai ekonomi. Namun, Islam
menegaskan bahwa barang- barang tersebut tidak memiliki nilai ekonomi dan
tidak dianggap memiliki manfaat (An-Nabhani, 2014: 30).
2)

3) Harga (Price),

dalam bauran pemasaran (marketing mix) harga merupakan faktor penting


dalam menentukan ranah pemasaran yang dialokasikan oleh sebuah
perusahaan. Sementara menurut bayu swastha, harga dapat didefinisikan
sebagai sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya (Rismiati: 215). Menurut Tjiptono, Secara sederhana istilah
harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (Satuan Moneter) dan/ atau aspek
lain (Non Satuan Moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu
yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk (Tjiptono, dkk., 2012: 465).
Menurut Chandra dalam Tjiptono dikatakan bahwa harga merupakan
pernyataan nilai dari suatu produk (a statement of value) (Tjiptono, dkk., 2012:
179). Sedangkan menurut Wijaya, harga adalah apa yang dibayar seseorang
untuk apa yang diperolehnya dan nilainya dinyatakan dalam mata uang
(Tjiptono, dkk., 2012: 79). William J. Stanton mengemukakan bahwa harga
adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi
sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya (Marius, 2015: 21).
Sedangkan menurut Kotler harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas
suatu produk atau jasa, atau jumlah yang ditukarkan produk atau jasa tersebut
(Kotler: 439). Sehubungan dari pada itu, Stanton mengungkapkan bahwa harga
adalah sejumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang
dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan
pelayanan yang menyertainya (Stanton: 308). Adapun dari pengertian harga
menurut dari beberapa ahli maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa harga adalah
nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah barang atau jasa
yang diukur dengan sejumlah uang. Sehingga demi mendapatkan sebuah
barang atau jasa yang diinginkannya seorang konsumen harus rela membayar
dengan sejumlah uang. Dalam ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu: 1). Strategi Harga. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam
menentukan harga produk. Dalam menentukan strategi harga atas suatu
produk, harus dipertimbangkan produksi produk di pasar persaingan, dan juga
siklus kehidupan produk tersebut (Rismiati: 222). 2). Strategi Penetapan Harga.
Perlu dianalisis situasi penetapan harga dengan mempertimbangkan
permintaan, biaya, persaaingan, dan kekuatan-kekuatan hukum dan etis.
Analisis ini menunjukkan fleksibilitas penetapan atau pengubahan harga.
Berdasarkan hal ini dan tujuan harga, strategi penetapan harga dipilih.
Akhirnya, ditetapkanlah harga dan kebijakan tertentu untuk
mengimplementasikan strategi tersebut (Cravens, 2010: 57). 3). Metode-
Metode Penetapan Harga. Metode penetapan harga yang didasarkan pada
biaya yang paling sederhana adalah Cost Plus Pricing Method, Mark-Up Pricing
Method (Hurriyati, 2015: 58). 4). Tujuan Penetapan Harga. Sehubungan
dengan adanya penetapan harga suatu produk yang dibuat oleh sebuah
perusahaan, penetapan harga dimaksud untuk berbagai tujuan yang hendak
dicapai. Secara umum, tujuan penentuan harga adalah sebagai berikut
(Kasmir, 2014: 198): 1). Untuk Bertahan Hidup; 2). Untuk Memaksimalkan
Laba; 3). Untuk Memperbesar Market Share; 4). Mutu Produk; 5). Karena
Pesaing. Disisi lain, David W. Cravens menyatakan bahwa tujuan penetapan
harga berbeda-beda menurut faktor-faktor situasi yang ada dan preferensi
manajemen. Berikut ini adalah beberapa contoh tujuan penetapan harga
(Cravens: 57): 1). Mendapatkan posisi pasa; 2). Mencapai kinerja keuangan; 3).
Penentuan posisi produk; 4). Merangsang permintaan; 5). Mempengaruhi
persaingan.

Dalam pandangan agama Islam, adapun fungsi dari adanya harga adalah untuk
mengatur distribusi dari barang dan jasa. Hal ini karena manusia pada
dasarnya ingin memenuhi seluruh kebutuhannya secara sempurna. Karena itu,
dia berusaha untuk meraih sejumlah barang dan jasa yang bisa memenuhi
seluruh kebutuhan (An-Nabhani, 2014: 24- 25). Selanjutnya, harga juga
berfungsi untuk mewujudkan keseimbangan (balance) antara tingkat produksi
dan juga konsumsi (An-Nabhani, 2014: 26). Sabda Nabi saw yang artinya:
“Anas Ibnu Malik berkata: pada zaman Rasulullah saw pernah terjadi kenaikan
harga barang-barang di Madinah. Maka orang-orang berkata: Wahai
Rasulullah, harga barang- barang melonjak tinggi, tentukanlah harga bagi kami.
Lalu Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya
Allahlah penentu harga, Dialah yang menahan, melepas, dan pemberi rizki.
Dan aku berharap menemui Allah dan berharap tiada seorangpun yang
menuntutku karena kasus penganiayaan terhadap darah maupun harta benda.”
(H.R. Abu Daud) (Abu Daud, t.th: 286). Alasan lain mengapa Rasulullah saw
menolak menetapkan harga adalah pada waktu itu, di Madinah, tak ada
kelompok yang secara khusus hanya menjadi pedagang. Para penjual dan
pedagang merupakan orang yang sama, satu sama lain (Min Jins Wahid). Tak
seorang pun bisa dipaksa untuk menjual sesuatu. Karena penjualnya tak bisa
diidentifikasi secara khusus. Kepada siapa penetapan itu akan dipaksa? (Riva’i,
2012: 114). Kemudian penentuan harga dalam konsep ekonomi Islam, cara
pengendalian harga di tentukan oleh penyebabnya. Intervensi pasar menjadi
sangat penting dalam menjamin pengadaan barang kebutuhan pokok. Dalam
keadaan kekurangan barang kebutuhan pokok, pemerintah dapat membuat
aturan supaya pedagang yang menahan barangnya untuk dijual dipasar
(Hakim, 2012:174).

4) Promosi (Promotion), promosi merupakan kegiatan marketing mix terakhir.


Promosi merupakan arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau suatu organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam pemasaran (Swasta, el., 2014: 241).
Sedangkan menurut Kotler promosi adalah salah satu bidang marketing yang
bertujuan untuk meningkatkan omset penjualan, dengan jalan mempengaruhi
konsumen baik secara langsung ataupun tidak langsung (Kotler, 2010: 375)
William J. Stanton (1991), mengatakan bahwa promosi adalah unsur dalam
bauran pemasaran perusahaan yang didaya gunakan untuk memberitahukan,
membujuk, dan mengingatkan, tentang produk perusahaan (Sunyoto, 2013:
159). Menurut Swasta dan Irawan, Promosi pada hakikatnya adalah suatu
bentuk komunikasi pemasaran yang bertujuan mendorong permintaan, yang
dimaksud komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi dan atau mengingatkan pasar sasaran
atas perusahaan dan pada produknya agar bersedia menerima, membeli, dan
loyal pada produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan
(Swastha, el., 2014: 349). Menurut Husaen Promosi adalah pengkomunikasian
informasi kepada orang-orang tentang produk yang akan ditawarkan sehingga
konsumen tertarik untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan (Swastha,
el., 2014: 359). Tujuan utama promosi adalah modifikasi tingkah laku
konsumen, menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta
mengingatkan konsumen sasaran tentang perusahaan dan produk atau jasa
yang dijualnya (Swastha, el., 2014: 353). Semakin gencar kegiatan promosi
yang dilakukan perusahaan, maka semakin besar peluang produsen tersbut
dikenal oleh konsumen. Keadaan ini akan mendorong konsumen melakukan
pembelian dikarenakan mereka telah mengetahui betul manfaat dari produk
tersebut (Kotler, 2010: 23). Dua cara promosi yang paling banyak digunakan
adalah penjualan pribadi (personal selling) yang dilakukan oleh individu tenaga
penjual, bukan lewat surat atau lainnya dan periklanan (Stanton

Rasulullah Saw sangat banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis


(Riva’i: 189).

E. Segmentasi Pasar Segmentasi pasar adalah proses menempatkan


konsumen dalam sub

kelompok di pasar produk, sehingga para pembeli memiliki tanggapan yang


hampir sama dengan strategi pemasaran dalam penentuan posisi perusahaan.
Tanggapan yang hampir sama menunjukkan jumlah dan frekuensi pembelian
loyalitas terhadap merek tertentu dan pengukuran tanggapan pembeli lainnya
(Cravens, 2010: 159). Sedangkan menurut Fandy Tjiptono, segmentasi pasar
dapat diartikan

sebagai proses mengelompokkan pasar keseluruhan yang heterogen menjadi


kelompok-kelompok atau segmen-segmen yang memiliki kesamaan dalam hal
kebutuhan, keinginan, perilakudan dan/atau respon terhadap program
pemasaran spesifik. Segmentasi pasar merupakan konsep pokok yang
mendasari strategi pemasaran perusahaan dan pengalokasian sumberdaya
yang harus dilakukan dalam rangka mengimplementasikan program pemasaran
(Tjiptono: 211). Berdasarkan definisinya, anggota segmentasi pasar harus
memiliki sifat

umum yang akan mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Dalam


mengidentifikasi berbagai segmen, para peneliti mencari sejumlah pengaruh
berbeda pada perilaku konsumen. Empat yang paling penting adalah variabel
geografis, demogrfis, psikografis, dan variabel perilaku. Oleh karenanya,
segmentasi merupakan proses identifikasi yang bertujuan untuk mendapatkan
pembeli dalam keseluruhan pasar (Cravens: 159). berikut ini adalah variabel
utama untuk melakukan segmentasi pasar konsumen menurut Philip Kotler,
antara lain (Kasmir, el., 2011: 47): 1). Segmentasi Berdasarkan geografis; 2).
Segmen berdasarkan demografis; 3). Segmentasi berdasarkan psikografis; 4).
Segmentasi berdasarkan perilaku. Terjadinya peluang pada saat segmentasi
adalah pada saat perbedaan fungsi permintaan (tanggapan) pembeli yang
memungkinkan pengumpulan permintaan menjadi segmen-segmen, dimana
setiap segmen memiliki fungsi permintaan yang jelas (Cravens: 159). Sehingga,
adapun tujuan dari adanya segmentasi pasar adalah untuk

membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang


memiliki kebutuhan, karakteristik, atau prilaku yang berbeda yang mungkin
membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda (Kotler, el.,: 285).

F. Penentuan pasar sasaran adalah mengevaluasi keaktifan setiap segmen,

kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani
(Kasmir, el.,: 49). Penentuan pasar sasaran merupakan proses pengevaluasian
dan pemilihan setiap segmen yang akan dilayani oleh perusahaan. Perusahaan
dapat saja menetapkan satu, sedikit atau beberapa segmen pasar. Sehingga
pada bagian perencanaan ini terdiri atas keterangan yang jelas dari setiap
sasaran, ukuran dan tingkat pertumbuhannya, uraian mengenai pemakai akhir,
pedoman strategi penentuan posisi, dan informasi lain yang berguna dalam
perencanaan dan implementasi. Jika sasaran yang ditetap kanada dua atau
lebih, manajemen harus menunjukkan prioritas alokasi sumberdaya (Cravens:
93). Adapun kegiatan menetapkan pasar sasaran meliputi (Kasmir, el.,: 49): 1).
Evaluasi Segmen Pasar; 2). Memilih Segmen. Selanjutnya, adapun tujuan dari
penentuan pasar sasaran adalah dapat berupa tujuan keuangan, posisi pasar,
atau pencapaian kepuasan konsumen (Cravens: 93).

Penentuan Posisi Pasar Strategi ini terdiri dari komponen produk dan jasa
pendukung, distribusi,

harga dan promosi. Pilihan manajemen tentang bagaimana mempengaruhi


pembeli sasaran dalam menempatkan produk dimata dan benak konsumen,
akan membantu perancangan strategi penentuan posisi pasar. Sehingga dapat
diambil sebuah pernyataan bahwa penentuan posisi menunjukkan bagaimana
calon konsumen dan konsumen sasaran menilai perusahaan atau merek.
Strategi produk, distribusi, harga dan promosi, akan dijelaskan pada bagian
perencanaan ini. Tindakan yang akan dilakukan, tanggung jawab, waktu
pelaksanaan dan informasi pelaksanaan lainnya termasuk pada bagian
perencanaan ini juga (Cravens: 93).

H.
2.4 Konsep Pemasaran Syari’ah
A.Definsi Pemasaran Syari’ah

Ekonomi islam merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari metode


untuk memahami dan memecahkan masalah ekonomi yang didasarkan atas
ajaran agama islam. Ekonomi Islam mempelajari perilaku individu yang dituntun
oleh ajaran Islam, mulai dari penetuan tujuan hidup, cara memandang dan
menganalisis masalah ekonomi, ekonomi konvensional lebih menekankan pada
analisis terhadap masalah ekonomi dan alternatif solusinya. Dengan kata lain,
ekonomi islam berbeda dengan ekonomi konvensional tidak hanya dalam
aspek cara penyelesaian masalah, namun juga dalam aspek cara memandang
dan analisis terhadap masalah ekonomi. Ekonomi islam melingkupi tentang
perilaku ekonomi manusia yang sadar dan berusaha untuk mencapai
mashlahah atau falah, yang disebut homoislamicus’’(Ekonomi et al., 2019).

Kajian tentang pemasaran pun juga dari pembahasan ekonomi islam. Menurut
Herman Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula mendefinisikan pemasaran
perspektif ekonomi islam atau dapat disebut pemasaran syariah (syariah
marketing) sebagai sebuah disiplin bisnis srtategis yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada
stakeholders-nya yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan
prinsip- prinsip mu’amalah (bisnis) dalam islam. Sedangkan menurut Arif
(2010:20) mendefinisikan pemasaran syariah adalah penerapan suatu disiplin
bisnis strategis yang sesuai dengan nilai dan prinsip syariah dan dijalankan
berdasarkan konsep keislaman yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Sementara menurut Sari (2012:203) bahwa marketing syariah tidak hanya
sebatas etika bermaketing saja, marketing syariah tidak hanya bersifat spiritual
saja, marketing syariah adalah marketing yang universal diterima semua pihak
karena Islam dengan syariahnya adalah rahmatan lil alamin.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran
syariah adalah bentuk muamalah yang dibenarkan dalam islam, sepanjang
dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal yang dilarang oleh
ketentuan syariah. Sehingga, pada dasarnya peraturan-peraturan yang
dijelaskan oleh prinsip bermuamalah secara islami adalah untuk menciptakan
kemaslahatan dan menciptakan kelangsungan hidup manusia yang berakhlak
dan bermartabat.

Adapula anyak orang berpendapat bahwa pasar syariah adalah pasar


emosional (emotional market), sedangan pasar konvensional adalah pasar
yang rasional (rational market). Pemahaman ketertarikan orang untuk berbisnis
pada pasar syariah karena alasan-alasan keagamaan (dalam hal ini agama
islam) yang lebih bersifat emosional, bukan karena ingin mendapatkan
keuntungan finansial yang bersifat rasional. Sebaliknya, pada pasar
konvensional atau non syariah, orang ingin mendapatkan keuntungan finansial
yang sebesar-besarnya, tanpa terlalu peduli apakah bisnis yang digelutinya
tersebut mungkin menyimpang atau bertentangan dengan ajaran agama
(Islam).(Hermawan Kertajaya, 2019)

Praktik bisnis dan pemasaran sebenarnya bergeser dan mengalami


transformasi dari level intelektual (rasional) ke emosional dan akhirnya ke
spiritual. Pada akhirnya konsumen akan mempertimbangkan kesesuaian
produk dan jasa terhadap nilai-nilai spiritual yang diyakininya. Evolusi konsep
pemasaran sangatlah aplikatif, pemasaran berevolusi karena semakin majunya
sebuah insdustri.(Tammamudin, 2019).

Konsep pemasaran syariah menekankan bahwa perlunya menerapkan


manajemen profesional, artinya dengan melakukan kegiatan tersebut maka
semua produk atau jasa yang dihasilkan pasti dapat memiliki positioning
tersendiri. Kompetitor bukanlah merupakan suatu penghalang yang harus
ditakuti atau dimusuhi. Kompetitor dapat dijadikan sebagai sumber motivasi
untuk dapat memperbaiki. kinerja pemasaran. Pesaing dapat mendorong pihak
perusahaan dalam hal ini adalah pemasar untuk dapatbekerja lebih kreatif
dalam memasarkan produk
Hal inilah yang dapat membedakan antara pemasaran bisnis perusahaan
konvensional dengan pemasaran bisnis yang menerapkan prinsip syariah yang
memberikan kepuasan kepada konsumen dan stakeholders tidak saja pada
tataran kepuasan duniawi, akan tetapi juga mengarah pada kepuasan ukhrawi,
karena terdapat ridha Allah SWT yang dituju. Dari hal tersebut dapat diketahui
bahwa tujuan pemasaran bisnis dengan prinsip syariah adalah dengan
penerapan prinsip-prinsip etika atau berlandaskan kepada entitas nilai-nilai
Islam sebagai penciptaan kepuasan duniawi dan ukhrawi bagi para
stakeholders perusahaan. (Ahmad Miftah, 2019).

B. Karakterstik Pemasaran Syari’ah


Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula menyampaikan bahwa ada 4
(empat) karakteristik pemasaran syari'ah, yaitu ketuhanan (rabbaniyyah), Etis
(akhlaqiyyah), realistis (al-waqi'iyyah) dan humanistis (insaniyyah) yaitu sebagai
berikut :

1. Ketuhanan (rabbaniyah) Salah satu khas pemasaran syariah adalah


sifatnya yang religus. Jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa
hukum-hukum syariat yang bersifat ketuhanan merupakan hukum yang
paling adil, sehingga akan mematuhinya dalam setiap aktivitas
pemasaran yang dilakukan. Dalam setiap langkah aktivitas yang
dilakukan harus selalu menginduk kepada syariat islam. Seorang syariah
marketer meskipun ia tidak dapat mampu melihat Allah, ia akan selalu
merasa bahwa Allah senantiasa mengawasinya. Sebab syariah marketer
akan selalu merasa bahwa setiap perbuatan yang dilakukan akan
dihisab, sebagaimanaFirman Allah dalam Q.S. Al - Zalzalah ayat 7-8,
artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan) nya. (7) Dan Barang Siapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
balasannya pula. (8)”
2. Etis (akhlaqiyyah) Keistimewaan lain dari syariah marketer adalah
menegdepankan masalah akhlak dalam seluruh aspek kegiatannya.
Pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang sangat
mengedepankan nilai-nilai moral dan etika tanpa peduli dari agama
apapun, karena hal ini bersifat universal.
3. Realistis (al-waqi'iyyah) Pemasaran syariah bukanlah konsep eksklusif,
fanatis, anti modernitas, dan kaku, melaikan konsep pemasaran yang
fleksibel. syariah marketer bukanlah berarti para pemasar itu harus
berpenampilan ala bangsa arab dan mengharamkan dasi. Namun
syariah marketer harus lah tetap berpenampilan bersih, rapi, dan
bersahaja apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakan
4. Humanistis (insaniyyah) Keistimewaan yang lain adalah sifatnya yang
humanistis universal. Pengertian humanistis adalah bahwa syariah
diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat
kemanusiannya terjaga dan terpelihara, serta sifat – sifat kehewanannya
dapat terkekang dengan panduaan syariah. Syariah islam adalah syariah
humanistis, diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa
memperdulikan ras, warna kulit, kebangsaan, dan status, sehingga
pemasaran syariah bersifat universal.(Hermawan Kertaja, 2019).
Pemasar juga harus memiliki etika (akhlak) yang menjadi prinsip-prinsip
syariah dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran, yaitu taqwa,
shiddiq, al-adl, khidmah, amanah, menepati janji dan tidak curang, tidak
suka berburuk sangka, tidak suka menjelek-jelekan dan tidak melakukan
sogok.

B. Etika pemasaran syari’ah


Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang
baik dari yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia
berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh seorang
individu.8 Etika adalah bagian dari filsafat yang membahas secara rasional dan kritis
tentang nilai, norma atau moralitas’’(Djakfar, Bisnis, & Perspektif, 2020).
Etika sering juga disebut sebagai ihsan (berasal dari kata Arab hasan, yang berarti
baik). Definisi ihsan dinyatakan oleh nabi dalam hadist berikut: “ihsan adalah engkau
beribadat kepada Tuhanmu seolah- olah engkau melihat-Nya sendiri, kalaupun engkau
tidak melihat-Nya, maka ia melihatmu.”. Dengan demikian, melalui ihsan seseorang
akan selalu merasa bahwa dirinya dilihat oleh Allah SWT. Karena Allah SWT
mengetahui sekecil apapun perbuatan yang dilakukan seseorang, walaupun dikerjakan
di tempat tersembunyi Jika kata “etika” tidak berdiri sendiri, melainkan dibatasi dengan
penambahan kosakata “Islam” lalu menjadi “etika Islam”, maka dengan sendirinya
konotasinya akan megacu pada etika dan norma-norma serta ajaran Islam. Dalam hal
ini tidak berbeda dari akhlak berbisnis yang dikembangkan dalam Islam (Baidan dan
Aziz, 2016).

Adapun beberapa nilai etika pemasaran Islam yang merujuk pada sifat Rasulullah dan
prinsip etika dalam Al-Qur’an, diantaranya sebagai berikut:

1) Jujur (Shiddiq)
Shidiq Artinya memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan,
serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada satu ucapan pun yang
saling bertentangan dengan perbuatan. Jujur merupakan sarana mutlak untuk
mencapai kebaikan tatanan masyarakat. Seorang pemasar sekalipun tidak
boleh melakukan kebohongan atau terlalu melebih-lebihkan atas produk yang
dijual hanya demi mengejar target penjualan. Dalam kerja dan usaha, kejujuran
ditampilkan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan waktu, janji, pelayanan,
pelaporan, mengakui kelemahan serta kelebihan produk untuk kemudian
dilakukan perbaikan terhadapnya. Memelihara kejujuran akan mendorong
seorang pemasar untuk berlaku adil. Keadilan diartikan dengan memberikan
hak kepada seseorang yang berhak menerimanya tanpa kurang dan menerima
hak tanpa lebih. Tidak seorangpun boleh mengambil alih hak orang lain secara
tidak sah atau batil.
2) Cerdas dan Bijaksana (Fathanah)
Sifat fathanah berarti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam
segala hal yang menjadi tugas dan kewajibannya. Fathanah menekankan
kecerdasan tidak hanya keilmuan dunia tetapi juga akhirat (ajaran agama).
Kecerdasan tersebut haruslah dipergunakan dengan bijaksana, tidak untuk
memanipulasi orang lain tetapi sebaliknya dapat membawa kebaikan bagi
orang lain. Seorang pemasar harus paham tentang seluruh produk yang
ditawarkan juga harus dapat menjaga amanah yang diberikan atas pembelian
produk tersebut. Selain itu, pemasar dituntut berlaku adil, baik dalam pelayanan
maupun penawaran harga produk kepada nasabah tanpa membedakan
agama, ras, dan status sosial.
3) Dapat Dipercaya (Amanah).
Amanah memiliki makna tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas
dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan
prima dan ihsan (berupaya menghasilkan yang terbaik) dalam segala hal.
4) Argumentatif dan Komunikatif (Tabligh).
Tabligh bermakna menyampaikan, mengajak sekaligus memberikan contoh
kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam.
Seorang pemasar harus memposisikan dirinya tidak hanya sebagai
representasi dari perusahaan namun turut pula sebagai juru dakwah dalam
pengembangan ekonomi syariah. Masih banyak masyarakat yang belum
mengerti tentang ekonomi syariah, dan itulah yang menjadi tugas bagi seorang
pemasar untuk menjelaskan dengan baik dan benar, sekaligus menjual produk
syariah yang akan ditawarkan.
5) Konsisten (Istiqomah)
Konsisten yakni bersungguh-sungguh memelihara, mempercayai,
mengamalkan tuntunan-tuntunan-Nya, baik yang menyangkut prinsip ajaran
maupun rinciannya, baik secara pribadi maupun penyampaiannya kepada
masyarakat tanpa menghiraukan gangguan dan kecaman orang lain.
Dalam melakukan pemasaran terdapat etika bisnis yang ada. Seperti etika
bisnis pemasaran islami. Terdapat ada beberapa hal yang harus diperhatikan
sebagai etika dalam pemasaran menurut Islam, yaitu :
1. Memiliki kepribadian yang baik dan spiritual (takwa) sehingga dalam
melakukan pemasaran tidak semata-mata untuk kepentingan sendiri melainkan
juga untuk menolong sesama. Pemasaran dilakukan dalam rangka untuk
melakukan kebajikan dan ketakwaan kepada Allah dan bukan sebaliknya.
2. Berlaku adil dalam berbisnis („adl). Sikap adil akan mendekatkan pelakunya
pada nilai ketakwaan.
3. Berkpribadian baik dan simpatik serta menghargai hak dan milik ornag lain
secara benar. Sikap simpatik dan menghargai hak orang lain akan membuat
orang lain bahagia dan senang. Islam melarang seseorang mengambil hak
orang lain secara batil, tidak baik dan tidak simpatik.
4. Melayani nasabah dengan rendah hati (Khidmah). Rendah hati dan perilaku
lemah lembut sangat daianjurkan dalam islam.
5. Selalu menepati janji dan tidak curang dalam pemasaran termasuk dalam
penentuan kuantitas barang dan jasa.
6. Jujur dan terpercaya (amanah), tidak menukar barang yang baik dengan
yang buruk. Ketiika seorang tenaga pemasran mengiklankan barangnya tidak
boleh dilebih-lebihkan atau mengiklankan barang bagus padahal kenyataannya
tidak demikian.
7. Tidak suka berburuk sangka dan tidak suka menjelek-jelekkan barang
dagangan atau milik orang lain.
8. Tidak melakukan suap (Risywah). Melakukan suap menyuap dilarang dalam
islam.
9. Segala bentuk aktivitas ekonomi, termasuk aktivitas pemasaran. Harus
memberikan manfaat kepada banyak pihak, tidak hanya untuk individu atau
kelompok tertentu saja.
10. Saling bekerja sama dengan tujuan untuk dapat saling memberikan manfaat
menuju kesejahteraan bersama.

Menurut (Zainal, 2012) berpendapat bahwa akhir dari orientasi pemasaran syari’ah
adalah tidak hanya untuk meraup keuntungan duniawi saja, melainkan diharapkan
mendatangkan manfaat dan keuntungan yang bersifat multiprofit. Untuk itu pelaku
etika bisnis dalam pemasaran syari’ah harus memiliki Sembilan akhlak sebagai
pondasi etika dalam berbisnis. Sembilan akhlak tersebut antara lain:
(1) ber-taqwa atau memiliki kepribadian spiritual;
(2) berkepribadian baik dan simpatik (shiddiq);
(3) berlaku adil;
(4) melayani pelanggan dengan rendah hati (khitmah);
(5) selalu menepati janji dan menghindari kecurangan (tahfif);
(6) jujur dan terpercaya;
(7) tidak su’udon;
(8) tidak ghibah;
(9) tidak melakukan suap (riswah).

Dari beberapa penjelasan tentang ciri-ciri gambaran pelaku etika bisnis yang
sesuai dengan hukum Islam diatas, bahwa etika yang diajarkan oleh Islam dalam
cakupan universal termasuk bisnis, akan berdampak positif dan nyata jika dipegang
teguh oleh para pelaku bisnis dan aktifitas ekonomi apapun. Selain itu, mempengaruhi
hal positif lainnya dalam hubungan relasional jangka panjang dan lebih unggul dari
kompetitor lainnya.

C.Tujuan pemasaran syari’ah


Tujuan dan fungsi pemasaran islami (syariah) Menurut Hermawan Kertajaya
dan Muhammad Syakir Sula adalah memberikan dua tujuan utama dari
Marketing Syariah atau Pemasaran Syariah, yaitu:
1. Me-marketing-kan Syariah dimana perusahaan yang pengelolaannya
berlandaskan syariah Islam dituntut untuk bisa bekerja dan bersikap profesional
dalam dunia bisnis. Juga dibutuhkan suatu program pemasaran yang
komprehensif mengenai nilai dan value dari produk- produk syariah agar dapat
diterima dengan baik, sehingga tingkat pemahaman masyarakat yang masih
memandang rendah terhadap perbedaaan yang ditawarkan oleh perusahaan
yang berbasiskan islami.

2. Me-marketing-kan dengan mensyariahkan marketing, adalah sebuah teknik


pemasaran tidak akan serta merta menjalankan bisnisnya demi keuntungan
pribadi saja tetapi juga karena usaha untuk menciptakan dan menawarkan
bahkan dapat merubah suatu nilai kepada para penguasa utamanya (Allah Swt,
konsumen, karyawan, pemegang saham). Sehingga usaha tersebut dapat
menjaga keseimbangan laju bisnisnya dan menjadi bisnis yang berkelanjutan
yang sessuai dengan konsep Islami atau Syariah.(Ekonomi et al., 2019).

D. KUNCI SUKSE PEMASARAN SYARI’AH


Persepsi yang kerap kali ditemukan oleh masyarakat bahwa pasar
konvensional selalu lebih menguntungkan secara finansial dari pada pasar
syari’ah atau pasar Islami yang disebabkan adanya bunga dan kelipatan
keuntungan lainnya (Zainal, Djaelani, Basalamah, Yusran, & Veithzal, 2018).
Khususnya, pada era perkembangan Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0,
tidak mudah merubah pola piker masyarakat untuk berpindah dari pemasaran
konvensional ke pemasaran syari’ah.Pemasaran syari’ah merupakan
pemasaran yang bersifat nilai-nilai keislaman. Dalam arti lain, cara yang
digunakan didalam pemasaran syari’ah mengedepankan prinsip-prinsip
keadilan dan kejujuran, serta tidak nboleh bertentangan daripada prinsip-prinsip
islam. Seperti halnya yang diajarkan oleh Rasulullah Saw bahwa kegiatan
perdagangan harus berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, dan sikap
amanah, namun tetap memperoleh keuntungan (Zainal, Djaelani, Basalamah,
Yusran, & Veithzal, 2018). Berkaca dari sejarah, pemasaran
syari’ah tidak bisa lepas dari sosok Rasulullah Saw yang telah
memperkenalkan dan mengajarkan kepada kita tentang berdagang dan
merupakan tokoh yang membawa perubahan besar bagi umat manusia. Seperti
penjelasan dari (Zainal, Djaelani, Basalamah, Yusran, & Veithzal, 2018) yang
dikutip dari salahsatu penulis barat yaitu Michael H. Hart pada tahun 1978 yang
kemudian direvisi tahun 1992 dengan judul The 100: A Ranking of the Most
Influential Persons in History bahwa salahsatu took paling berpengaruh didunia
ini adalah Nabi Muhammad Saw. Adapun gambar empat
sifat Rasulullah Saw dalam kehidupan umunya, dan khususnya dalam
pemasaran syari’ah yang menjadi modal penting dalam memenangkan
persaingan di era pemasaran modern yang dijelaskan oleh (Zainal, Djaelani,
Basalamah, Yusran, & Veithzal, 2018) sebagai berikut:

Empat Sifat Rasulullah Saw sebagai Kunci Sukses dalam Pemasaran Syari’ah :

1. Jujur (Shiddiq) Shidiq


Shidiq Artinya memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan,
serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada satu ucapan pun yang
saling bertentangan dengan perbuatan. Jujur merupakan sarana mutlak
untuk mencapai kebaikan tatanan masyarakat. Seorang pemasar sekalipun
tidak boleh melakukan kebohongan atau terlalu melebih-lebihkan atas
produk yang dijual hanya demi mengejar target penjualan. Dalam kerja dan
usaha, kejujuran ditampilkan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan
waktu, janji, pelayanan, pelaporan, mengakui kelemahan serta kelebihan
produk untuk kemudian dilakukan perbaikan terhadapnya. Memelihara
kejujuran akan mendorong seorang pemasar untuk berlaku adil. Keadilan
diartikan dengan memberikan hak kepada seseorang yang berhak
menerimanya tanpa kurang dan menerima hak tanpa lebih. Tidak
seorangpun boleh mengambil alih hak orang lain secara tidak sah atau batil.
Penekanan kata Shiddiq tertera didalam Q.S. An-Nahl: 69

artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”.

Dari ayat diatas dapat dijelaskan menyampaikan segala macam kebenaran dan
kejujuran merupakan salah satu sifat Nabi yang dimuliakan oleh Akkah Swt.
Benar/jujur dapat diaplikasikan pada diri sendiri dan juga orang lain, karena
sifat ini akan melahirkan sebuah keyakinan dan keberanian untuk menghadapi
hal-hal yang mungkin tidak bisa diduga. Selain itu, sifat ini juga menjadikan sifat
dari seorang pelaku bisnis dapat dipercaya dalam menjalankan aktifitas
ekonomi oleh konsumen.

Menurut (Zainal V. R., 2016), kejujuran harus dibangun oleh seorang produsen
atau pelaku bisnis sebagai modal keuntungan jangka pendek dan atau jangka
panjang. Contoh dari pada sifat ini dalam menjalankan aktifitas ekonomi antara
lain:
(1) larangan tidak menepati janji yang telah disepakati;
(2) larangan menutupi cacat atau barang yang dijual;
(3) larangan membeli barang dari orang sebelum masuk pasar, dalam arti
menghadang barang diperjalanan sebekum masuk ke pasar, karena pembeli
berpotensi menuntut dengan harga yang lebih murah dari pasaran; dan
(4) larangan mengurangi timbangan.

2. Dapat Dipercaya (Amanah).


Amanah memiliki makna tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas
dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran,
pelayanan prima dan ihsan (berupaya menghasilkan yang terbaik) dalam
segala hal. Pada hakikatnya, amanah merupakan kata lain daripada jujur.
Akan tetapi, amanah disini lebih kepada pola piker dan perasaan bahwa
segala sesuatu yang dimilikinya adalah hanya titipan dan milik Allah Swt,
karena seorang pelaku aktifitas ekonomi yang sesuai menurut Islam jika
berbisnis akan merasa dirinya dilihat dan diawasi oleh Allah Swt (Ibrahim,
Muhammad, & Musani, 2008). Sifat amanah mendorong seseorang untuk
lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri, lingkungannya dan
masyarakat sekitarnya, karena sifat ini akan berpengaruh terhadap kualitas
hubungan seseorang dalam bermuamalah. Seperti halnya
HR. Ahmad dan Abu Dawud yang dikutip dari (Mubarok, 2017).

Artinya : “Tunaikanlah amanat terhadap orang yang mengamanatimu dan


janganlah berkhianat terhadap orang yang Sifat amanah memiliki beberapa
unsur yang kuar, salah satunya adalah unsur dalam menepati janji
Sebagai pelaku aktifitas ekonomi diharusnya untuk memiliki unsur ketepatan
dalam memberikan janji, karena akan berdampak pada kepuasan pelanggan,
kepercayaan pelanggan, dan memperkuat hubungan jangka panjang. Selain
itu, sebagai Muslim tidak diperkenankan untuk melakukan tidakan suap,
memberikan komisi dan hadiah yang diharamkan, memakan riba, dan
melakukan tindakan ke-dzalim-an untuk memenuhi sifat amanah tersebut.
3. Argumentatif dan Komunikatif (Tabligh).
tabligh yang berarti menyampaikan. Akan tetapi dalam konteks ini, tabligh
berarti komunikatif dalam menyampaikan informasi, objektif, dan ikhlas
(Zainal V. R., 2016). Sifat ini merupakan gambaran personality dari seorang
pelaku aktifits ekonomi (marketer), karena sifat ini melahirkan hal positif
yang banyak disukai oleh pembeli, bayangkan jika menjadi seorang yang
tidak komunikatif dalam menjalankan aktifitas ekonomi, pasti pembeli tidak
akan datang. Islam mengajarkan sifat tabligh (komunikatif) kepada umat
manusia tentu dengan ukuran yang tepat. Maksudnya adalah dengan
standar yang tepat dan bisa diterima oleh masyarakat, seperti halnya
mengajarkan untuk memberikn informasi yang berbobot dan akurat (tidak
ditambah atau dikurangi), pengucapan dengan tutur kata yang baik dan
sopan atau bisa disebut dengan bilhiqmah wa qoulan syadiidan
(menggunakan bahasa yang tidak menggurui dan atau merasa paling
benar). Didalam al-qur’an disebutkan dalan surat An-Nisa: 9

Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.

‘4. Cerdas dan Bijaksana (Fathanah)


Sifat fathanah yaitu cerdas/cakap, namun yangdimaksud disini adalah bijak
dalam mengambil keputusan, khususnya dalam praktik bisnis atau pemasaran.
Selain itu, bijak disini juga bearti tidak pernah putus asa dan kecewa, bahkan
harus positif dalam menjalani proses aktifitas pemasaran’’(Yusup, n.d.)

Seorang pelaku bisnis yang sesuai dengan prinsip Islam seharusnya


menganggap untung dan rugi dalam suatu aktifitas ekonomi menjadi hal yang
lumrah. Jika rugi, jangan pernah menyesali terlalu dalam, dan jika untung,
jangan berfoya-foya dan selalu bersyukur atas apa yang didapatkan. Namun,
jika keempat sifat Rasulullah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apalagi
dalam berbisnis, niscaya akan lebih banyak mendapat keuntungan, dan bahkan
akan berlimpah. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S. An-Nur: 37

Artinya : laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual
beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang”.
Dalam sifat fathanah, Islam menjelaskannya kedalam dua aspek yang penting
dan berbeda, antara lain:
(1) fathanah dalam aspek manajemen dan administrasi;
(2) fathanah dalam menangkap orientasi pembeli (Zainal V. R., 2016).
Pertama, contoh daripada aspek fathanah dalam manejemen dan administrasi
adalah seperti pembukuan usaha yang rapi dan jelas, hal ini dimaksudkan
untuk menjaga sifat shiddiq. Kedua, dalam aspek orientasi pembeli yaitu
sebagai pelaku bisnis harus mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen
agar bisa menyaingi perkembangan pasar yang ada. Selain itu, penampilan
dari produk, pelayanan, persuasi, dan mengutamakan kepuasan pelanggan
juga merupakan bagian dari apek orientasi pembeli.
2.5 Konsep Minat
A. Definsi Minat

Schiffman dan Kanuk (2004:25), menjelaskan bahwa pengaruh


eksternal,kesadaran akan kebutuhan, pengenalan produk dan evaluasi
alternatif adalah hal yang dapat menimbulkan minat beli konsumen. Pengaruh
eksternal ini terdiri dari usaha pemasaran dan faktor sosial budaya.
Menurut Simamora (2002:131) minat adalah sesuatu yang pribadi dan
berhubungan dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan
mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah
laku untuk mendekati atau mendapatkan objek tersebut. Sedangkan Menurut
Kotler, Bowen dan Makens (1999:156), minat beli timbul setelah adanya proses
evaluasi alternatif dan di dalam proses evaluasi, seseorang akan membuat
suatu rangkaian pilihan mengenai produk yang hendak dibeli atas dasar merek
maupun minat.

Sementara Menurut Kotler dan Keller (dalam Suradi et al., 2017), arti minat beli
konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai
keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman
dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan
suatu produk. Swastha dan Irawan (dalam Suradi et al., 2012), mengemukakan
faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan
perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli
barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan
biasanya menghilangkan minat.(Kereh et al., 2018)

Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa minat beli


sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau
mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan
tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.(Harga et al., 2017)
B. Tumbuhnya minat membeli seseorang
Menurut Semuel & Wijaya (2007), mengemukan bahwa tumbuhnya minat beli
seseorang diakibatkan oleh unsur-unsur yang terdiri dari tiga tahapan :

1. Rangsangan merupakan suatu syarat yang ditunjukan untuk mendorong


terjadinya sesuatu tindakan atau menyebabkan seseorang untuk
melakukan suatu tindakan.
2. Kesadaran merupakan sesuatu yang dapat memasuki pikiran
seseorang dan biasanya dipengaruhi oleh produk dan jasa itu sendiri.
3. Pencarian informasi yaitu informasi intern yang bersumber dari data
pribadi konsumen itu sendiri dalam memilih suatu produk ataupun jasa
yang dapat memberikan kepuasan kepada dirinya. Informasi ekstrnal
yang diperoleh dari luar konsumen misalnya melalui iklan ataupun
sumber sosial (teman, keluarga, dan, kolega), hal ini dapat memastikan
sifat yang khas dari pemilihan yang ada, yaitu konsumen
membandingkan beberapa produk sejenis yang mampu memuaskannya.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli :


Menurut Swastha dan Irawan (2001) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila
seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal
itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya menghilangkan
minat. Super dan Crites (Lidyawatie, 1998) menjelaskan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi minat, yaitu:

a) Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan


seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan yang
ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu
senggangnya, dan lain-lain.

b) Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial


ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya
daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.
c) Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang
menggunakan waktu senggangnya.

d) Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda dengan


minat pria, misalnya dalam pola belanja.

e) Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan


orangtua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas benda
dan seseorang.

Sedangkan menurut Kotler, Bowen, dan Makens (1999) terdapat dua faktor
yang mempengaruhi minat beli seseorang dalam proses pengambilan
keputusan pembelian, yaitu situasi tidak terduga (unexpected situation) dan
sikap terhadap orang lain (respect to others). Untuk memahami proses motivasi
yang mendasari dan mengarahkan perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian perlu dipahami beberapa konsep antara lain;
1) Teori ekonomi mikro, Menurut teori ini keputusan membeli merupakan hasil
perhitungan ekonomis rasional yang sadar. Teori ini didasarkan pada asumsi
yaitu:
a.) Bahwa konsumen selalu mencoba untuk memaksimumkan kepuasaanya
dalam batas- batas kemampuan finansialnya.
c.) Bahwa ia mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber
untuk memuaskan kebutuhannya.
d.) Bahwa ia selalu bertindak
rasional.

Dalam Teori Psikologis, Ada beberapa teori yang termasuk dalam teori
psikologis yang secara garis besar dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu, teori
belajar dan teori psikoanalitis. Teori psikologis ini mendasarkan pada
penerapan teori psikologis yang berpendapat bahwa pada umumnya manusia
selalu didorong untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Teori Psikoanalitis, Teori
Psikoanalitis didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia dipengaruhi
oleh adanya keinginan yang terpaksa dan adanya motif yang tersembunyi.
Perilaku manusia ini merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek dalam
struktur kepribadian manusia yaitu, id (das es), ego (das ich) dan super ego
(das veber ich). Teori Antropologis, Menurut teori ini bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh kultur yang terdiri dari masyarakat sekitar, kelas sosial yang
berlaku serta keluarga. Dalam jurnal sains pemasaran oleh Yoestini dan Eva
(2007) dimensi-dimensi yang membentuk minat beli dikemukakan oleh Spiro &
McGee, MacKay & Häubl sebagai berikut:
1) Pencarian informasi lanjut: diwujudkan
dengan upaya konsumen untuk mendapatkan informasi secara lebih lengkap
tentang produk. 2) Kemauan untuk memahami produk:
sikap positif yang ditunjukkan oleh konsumen apabila diperkenalkan dengan
suatu produk baru. 3) Keinginan untuk mencoba
produk: keinginan dari konsumen yang timbul untuk mencoba produk tersebut.

4) Kunjungan ke outlet: konsumen melakukan sebuah kunjungan ke outlet


untuk melakukan pencarian informasi’’(Rosdiana et al., 2019).
B. Kerangka Teoritik
Menurut Marrus dalam Umar (2001:31) .strategi didefinisikan sebagai suatu
proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi didefinisikan secara
khusus sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan
terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.(Rosdiana et al., 2019)
Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat (American Merketing
Association) Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan usaha perdagangan
yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.Bisnis
tidak dapat di pisahkan dari aktivitas pemasaran.
pemasaran adalah sebuah proses sosial ekonomi yang
bertumpu pada pemenuhan kebutuhan individu dan kelompok dengan
menciptakan pertukaran sehingga memberikan kepuasan individu atau
kelompok yang maksimal. Pemasaran ini bersandar pada konsep – konsep inti
yaitu kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands), produk
(barang, jasa dan gagasan), nilai, biaya dan kepuasan, pertukaran dan
transaksi, hubungan dan jaringan, pasar serta pemasar dan prospek calon
pembeli.(Jm & Utama, 2018) Menurut Chandra (2002:93), strategi pemasaran
merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi perusahaan akan dampak
dari berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap permintaan produk
atau lini produknya di pasar sasaran tertentu. Program pemasaran meliputi
tindakan-tindakan pemasaran yang dapat mempengaruhi permintaan terhadap
produk, diantaranya dalam hal mengubah harga, memodifikasi kampanye iklan,
merancang promosi khusus, menentukan pilihan saluran distribusi, dan
sebagainya. Menurut Herman Kertajaya dan Muhammad
Syakir Sula mendefinisikan pemasaran perspektif ekonomi islam atau dapat
disebut pemasaran syariah (syariah marketing) sebagai sebuah disiplin bisnis
srtategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan
values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya yang dalam keseluruhan
prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip- prinsip mu’amalah (bisnis) dalam
islam. Jadi pemasaran dalam perspektif syariah adalah penerapan suatu
disiplin bisnis strategis yang sesuai dengan nilai dan prinsip syariah dan
dijalankan berdasarkan konsep keislaman yang telah diajarkan Nabi
Muhammad SAW. Menurut Simamora
(2002:131) minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap,
individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau
dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku Sementara Menurut
Kotler dan Keller (dalam Suradi et al., 2017), arti minat beli konsumen adalah
sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam
membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih,
menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk.
Swastha dan Irawan (dalam Suradi et al., 2012), mengemukakan faktor-faktor
yang mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi,
bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa
maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya
menghilangkan minat.(Kereh et al., 2018)
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah yang penting, kerangka pemikiran
yang baik akan menjelaskan secara teoritis peraturan antara variabel
independen dan dependen.
Kerangka pikir penelitian menggambarkan hubungan dari variabel
independen, dalam hal ini adalah strategi pemasaran berbasis
syari’ah (X) terhadap variabel independent yaitu minat beli
konsumen (Y)
Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat disusun kerangka
pemikiran sebagai berikut:

Product - Rabbaniyyah

Minat Beli
Strategi Pemasaran Konsumen
Berbasis Syari’ah
Price - Akhlaqqiyyah (Y)
Promotion - AI-Insaniyyah

Place – Al-waqi’yyah

Dari kerangka berpikir di atas, peneliti dapat menggambarkan


bagaimana Strategi Pemasaran baik dalam strategi secara
konvensional maupun islami dapat meningkatkan minat beli
masyarakat (konsumen).
Oleh karena itu penerapan Strategi Pemasaran dalam
meningkatkan minat beli konsumennya sangatlah diperlukan, dimana

dalam konsep strategi pemasaran konvensional hal-hal yang harus


diperhatikan adalah kualitas dan keunggulan produknya, mempunyai
target pasar yang jelas, dan cara mempromosikan produk tersebut
agar dapat dikenal dan diterima oleh masyarakat luas.
Begitupun juga dengan strategi pemasaran ekonomi islam, ada
terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan minat beli
konsumennya yaitu, penerapan etika pemasaran ekonomi islam,
karakteristik pemasaran ekonomi islam, prinsip pemasaran ekonomi
islam, serta melihat dari cara atau sifat-sifat Rasullullah SAW dalam
menjalankan usahanya, akan tetapi pada penelitian kali ini peneliti
hanya melihat dari etika pemasaran ekonomi islam saja.
DAFTAR PUSTAKA

Djakfar, M., Bisnis, E., & Perspektif, D. (2020). [jurnal at- tasyri’iy ] vol 3, no.1,
2020. 3(1), 44–54.
Ekonomi, F., Pembangunan, P. E., Asahan, U., Jend, J., Yani, A., & Sumatera,
K. (2019). KONSEP PEMASARAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM Hilmiatus Sahla Gambar 1 Konsep Pemasaran. 5, 57–61.
Harga, P., Produk, D. A. N. K., Manajemen, F., & Surabaya, U. C. (2017).
TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA PERUSAHAAN A-36.
2(April).
Jm, P. T., & Utama, M. (2018). PENERAPAN PROMOSI DAN STRATEGI
PEMASARAN TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA. 1(2), 64–82.
Kereh, F., Tumbel, A. L., Loindong, S. S. R., Manajemen, J., Sam, U., &
Manado, R. (2018). ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM
MENINGKATKAN PENJUALAN MOTOR YAMAHA MIO PADA PT .
HASJRAT ABADI OUTLET YAMAHA SAM RATULANGI ANALYSIS OF
MARKETING STRATEGY TO INCREASING SALES OF MOTOR
YAMAHA MIO. 6(2), 968–977.
Mubarok, N. (2017). Strategi pemasaran islami dalam meningkatkan penjualan
pada butik calista. 3(1), 73–92.
Rosdiana, R., Haris, I. A., Suwena, K. R., Ekonomi, J. P., & Ganesha, U. P.
(2019). Pengaruh kepercayaan konsumen terhadap minat beli produk
pakaian secara online. 11(1).
Yusup, A. (n.d.). PERAN ETIKA BISNIS DAN KUNCI SUKSES DALAM
PEMASARAN SYARI ’ AH.

Anda mungkin juga menyukai