BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dakwah adalah kewajiban setiap muslim (H.A. Mukti Ali, 1987: 71-97) yang harus dilakukan
secara berkesinambungan, yang bertujuan kahir mengubah perilaku manusia berdasarkan
pengetahuan dan sikap yang benar yakni untuk membawa manusia mengabdi kepada Allah
swt. secara total (Deddy Mulyana, 1999: 54). Sebagai suatu aktivitas, dakwah berupaya
mengubah suatu situasi tertentu kepada situasi yang lebih baik menurut ajaran Islam.
Dengan kata lain dakwah, berarti menyampaikan konsepsi Islam kepada manusia mengenai
pandangan dan tujuan hidup di dunia ini (Endang Saifuddin Anshari, 1969: 85).
Tampaknya, dakwah yang dimaksudkan tersebut merupakan aktualisasi iman (teologis) yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman secara sistematis, untuk
memberikan sugesti cara berpikir dan bertindak dalam kerangka individu dan sosial sesuai
ajaran Islam (Bisry Hasanuddin, Ed., 1991: 233). Jadi, dakwah hendaknya ditujukan untuk
memberikan dasar filosofis bagi eksistensi masyarakat baru, memberikan arah perubahan
menuju tatanan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah swt. dan meletakkan Islam
sebagai etos kerja yang dengan sendirinya menempatkan agama sebagai penggerak
perubahan sosial (Amrullah Ahmad, 1985: 286).
Dakwah adalah usaha secara sadar yang dilaksanakan oleh individu/kelompok. Dakwah
perlu dikelola secara profesional agar berhasil secara efektif dan efisien. Pengelolaan
kegiatan dakwah memerlukan administrasi dan manajemen dakwah yang baik sehingga
terjadi perubahan perilaku audience yang menjadi sasaran dakwah (Mulia, MA, APU, 2000:
43).Dengan demikian, dakwah adalah suatu proses yang kompleks. Proses dakwah terjadi
karena adanya interaksi antara sejumlah unsur, dimana unsur-unsur yang dimaksud
meliputi;dai (komunikator) atau penyampai dakwah, penerima/pendengar, lingkungan dan
sarana/media dakwah.
Unsur-unsur tersebut merupakan sebuah sistem yang saling mempengaruhi antara satu
dengan yang lainnya dalam suatu aktivitas dakwah. Keberhasilan dakwah sangat ditentukan
oleh peran dari semua unsur tersebut. Salah satu unsur yang sangat penting di dalam proses
berlansungnya dakwah yang dikenal pula dengan istilah strategi dakwah.
2. Tujuan
3. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Kata strategi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani” strato” yang artinya pasukan dan
“agenis” yang artinya pemimpin. Jadi strategi berarti hal-hal yang berhubungan dengan
pasukan perang. Menurut kamus bahasa Indoesia, strategi berarti siasat perang, ilmu siasat.
Memang pada mulanya strategi berasal dari peristiwa peperangan (militer) yaitu suatu
siasat mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk kegiatan
organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya dan agama. Dewasa ini istilah
strategi sudah digunakan semua jenis organisasi dan ide- ide pokok yang terdapat dalam
pengertian semula tetap dipertahankan, hanya aplikasiya disesuaikan jenis organisasi yang
menerapkannya. Strategi merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai hal guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi yang dirumuskan haruslah strategi yang
betul-betul menawarkan alternatif pemecahan, tidak hanya dataran konseptual, melainkan
juga dalam dataran operasional. Strategi pada hakekatnya adalah suatu perencanaan
(Planning) dan Manajemen untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan
tersebut strategi tidaklah berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah jalan
saja. Melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Sedangkan strategi secara terminologi menurut M. Aliyasir adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencari sasaran yang khusus. Menurut A. Arifin, Strategi adalah
keputusan kondisional tentang apa yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Dwi Sunar Prasetyono, stategi adalah suatu arah dan kebijakan atau
rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan utama lembaga atau perusahaan.
Perencanaan strategi harus dijalankan utuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jika tidak
dapat dilaksanakan, rencana strategis hanya merupakan rencana diatas kertas. Manager
harus selalu mengevaluasi kemajuan pelaksanaan rencana strategis. Pengendalian strategis
merupakan pengendalian terhadap pelaksanaan rencana strategis.
Sedangkan strategi dakwah itu sendiri adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Ada dua hal yang perlu diperhatikan
dalam hal ini, yaitu: Pertama, Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan
dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan. Dengan demikian, starategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum
sampai pada tindakan. Kedua, Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya,
arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu,
sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur
keberhasilannya.
Pentingnya strategi dakwah adalah untuk mencapai tujuan, sedangkan pentingnya suatu
tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Fokus perhatian dmemang penting
rhasil tidaknya kegiatan dakwah secara efektif banyak ditentukan oleh strategi dakwah itu
sendiri.
Dengan demikian strategi dakwah, baik secara makro maupun secara mikro mempunyai
fungsi ganda, yaitu :
Bahasan ini sifatnya sederhana saja, meskipun demikian diharapkan dapat menggugah
perhatian para ahli dakwah dan para calon pendakwah yang sedang atau akan bergerak
dalam kegiatan dakwah secara makro, untuk memperdalaminya. Jika kita sudah tau dan
memahami sifat-sifat mad'u, dan tahu pula efek apa yang kita kehendaki dari mereka,
memilih cara mana yang kita ambil untuk berdakwah sangatlah penting, karena ini ada
kitannya dengan media yang harus kita gunakan
b. Strategi rasional (al-manhaj al-„aqli) adalah dakwah dengan beberapa metode yang
memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berpikir,
merenungkan dan mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi atau
penampilan contoh dan bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi rasional.
Diantara metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan
dan pentas drama. Dahulu, Nabi SAW. memperaktikkan Islam sebagai perwujudan strategi
idriawi yang disaksiakan oleh para sahabat. Para sahabat dapat menyaksikan mukjizat Nabi
SAW, secara langsung, seperti terbelahnya rembulan, bahkan menyaksikan Malaikat Jibril
dalam bentuk manusia. Sekarang kita menggunakan Al-Qur‟an untuk memperkuat atau
menolak hasil penelitian ilmiah. Pakar tafsir menyebutnya dengan Tafsir Ilmi. Adnan Oktar,
penulis produktif dari Turki yang memakai nama pena Harun Yahya, menggunakan starategi
ini dalam menyampaikan dakwahnya. M. Quraish Shihab, pakar tafsir kenamaan dari
Indonesia, juga sering menguraikan hasil penemuan ilmiah saat menjelaskan ayat-ayat Al-
Qur‟an. Penentuan strategi dakwah juga bisa berdasar surat al-Baqarah ayat 129 dan 151,
Ali Imran ayat 164, dan Jumu‟ah ayat 2. Ketiga ayat ini memiliki pesan yang sama yaitu
tentang tugas para Rasul sekaligus bisa dipahami sebagai strategi dakwah.
Menurut Miftah Faridh (2001: 48) strategi dakwah yang sesuai dengan perkembangan
zaman adalah sebagai berikut:
c. Strategi yang imperatif dalam dakwah. Dakwah Islam berorientasi pada upaya amar
ma`ruf dan nahi munkar. Dakwah tidak dipahami secara sempit sebagai kegiatan yang
identik dengan pengajian umum atau memberikan ceramah di atas podium, lebih dari itu
esensi dakwah adalah segala bentuk kegiatan yang mengandung
unsur amar ma`ruf dan nahi munkar. (Pimay, 205 : 52)
Selanjutnya, strategi dakwah Islam sebaiknya dirancang untuk lebih memberikan tekanan
pada usaha-usaha pemberdayaan umat, baik pemberdayaan ekonomi, politik, budaya,
maupun pendidikan. Karena itu, strategi yang perlu dirumuskan dalam berdakwah perlu
memperhatikan asas-asas sebagai berikut.
a. Asas filosofis, asas ini erat hubungannya dengan perumusan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai dalam proses atau aktivitas dakwah.
e. Asas efektif dan efisien, hal ini merupakan penerapan prinsip ekonomi dalam dakwah,
yaitu pengeluaran sedikit untuk mendapatkan penghasilan yang semaksimal mungkin.
Setidak-tidaknya seimbang antara tenaga, pikiran, waktu dan biaya dengan pencapaian
hasilnya (Syukir, 1983: 32-33).
Karena itu, dakwah masa depan perlu mengagendakan beberapa hal antara lain:
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan dakwah tertentu. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini, yaitu:
Pertama, Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan
demikian, starategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada
tindakan. Kedua, Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua
keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum
menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur
keberhasilannya.
2. Saran
Strategi dakwah Islam sebaiknya dirancang untuk lebih memberikan tekanan pada usaha-
usaha pemberdayaan umat, baik pemberdayaan ekonomi, politik, budaya, maupun
pendidikan. Berkaitan dengan perubahan masyarakat di era globalisasi, maka perlu
dikembangkan strategi dakwah Islam dengan meletakkan paradigma tauhid dalam dakwah,
menciptakan perubahan masyarakat berimplikasi pada perubahan paradigmatik
pemahaman agama, serta strategi yang imperatif dalam dakwah
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Ali Aziz, “Ilmu Dakwah” Ed. Rev. Cet.2; (Jakarta : Kencana 2009)