Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI INFORMASI ISLAM

(Definisi dan Ruang Lingkup Strategi Informasi Islam


atau Strategi Dakwah Islam beserta dengan Definisi Strategi Komunikasi
Islam)

Oleh:
Islahwati Isra dan Nurjannah
Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
IAI Muhammadiyah Sinjai

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui definisi dan ruang lingkup dari
strategi informasi islam atau strategi dakwah islam beserta dengan definisi
strategi komunikasi islam. Agar tujuan dakwah dapat tercapai, maka dakwah
harus dilakukan secara teratur dan terarah. Pelaksanaan dakwah yang lebih
teratur dan terarah diperlukan sebuah proses. Dalam tahapan sebuah proses
terdapat beberapa istilah seperti pendekatan, strategi, metode, teknik dan
taktik. strategi dakwah Islam sebaiknya dirancang untuk lebih memberikan
tekanan pada usaha-usaha pemberdayaan umat, baik pemberdayaan ekonomi,
politik, budaya, maupun pendidikan. Dengan demikian, maka strategi
komunikasi dakwah berarti perencanaan yang efektif dan sistematis dari
komunikator (da’i) untuk merubah perilaku komunikan (masyarakat) sesuai
dengan ajaran Islam.

A. Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk yang sempurna yang terdiri dari unsur jasmani
dan rohani. Oleh karena itu manusia memerlukan kebutuhan baik yang
berhubungan dengan jasmani maupun rohani. Kedua kebutuhan ini tidak bisa
dipisahkan karena mempunyai hubungan sehingga apabila kebutuhan tersebut
tidak terpenuhi akan timbul masalah di dalam hidupnya. Salah satu kebutuhan
tersebut adalah kebutuhan akan agama sehingga manusia disebut makhluk
yang beragama. Agama di wahyukan Tuhan diyakini sebagai jalan keselamatan
dan mengajarkan kepentingan akhirat, serta kehidupan yang normatif di dunia

1
ini. Terkadang hadir masa dimana manusia merasa tidak tenang, merasa tidak
puas terhadap agama yang dianutnya sehingga timbul konflik, pertentangan
batin, kekecewaan, dan kegelisahan yang biasanya menyebabkan orang
tersebut mudah putus asa.1
Deddy Mulyana, dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
menjabarkan bahwa komunikasilah yang memungkinkan individu membangun
suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk
menafsirkan situasi apa pun yang dihadapi. Komunikasi pula yang
memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk
mengatasi situasi-situasi problamatik yang ia masuki.2 Untuk itu dituntut tidak
hanya memahami prosesnya, tapi juga mampu menerapkan pengetahuan secara
kreatif. Menurut Onong Uchyana dalam bukunya Dinamika Komunikasi,
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dalam makna yang distimulasikan
serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator, pendeknya
komunikasi efektif adalah makna bersama.3
Tujuan dakwah pada masyarakat pedesaan merupakan suatu upaya
pembinaan keagamaan masyarakat agar masyarakat tersebut paham terhadap
ajarannya serta mampu mengamalkan butir-butir ajaran Islam dalam kehidupan
secara komprehensif dengan landasan keimanan yang benar dan kuat. Agar
tujuan dakwah dapat tercapai, maka dakwah harus dilakukan secara teratur dan
terarah. Pelaksanaan dakwah yang lebih teratur dan terarah diperlukan sebuah
proses. Dalam tahapan sebuah proses terdapat beberapa istilah seperti
pendekatan, strategi, motode, teknik dan taktik.
Pendekatan adalah sudut pandang terhadap suatu masalah, pendekatan
merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
umum. Strategi adalah rencana strategi untuk mencapai sesuatu. Metode adalah
cara untuk mencapai sesuatu. Teknik adalah cara yang lebih khusus dalam

1
Almaidah, “Strategi Komunikasi Islam Dalam Meningkatkan Pemahaman (Islam) Oleh Para
Mualaf Di Desa Se’pon Kecamatan Lamasi Kabupaten Luwu”, (Institutagama Islam Negeri
(IAIN) Palopo 2016), h. 1.
2
Deddy Mulyana, “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, (Cet. IX; Bandung: PT. Rosdakarya,
2007).
3
Onong Uchjana Effendy, “Dinamika Komunikasi”, (Cet. VI; Bandung: PT. RosdaKarya, 2004).

2
penerapan suatu metode sedangkan taktik adalah cara seseorang dalam
melaksanakan suatu teknik atau metode.
Oleh karenanya, sebelum dakwah dilakukan dan saat dakwah dilakukan
para juru dakwah (da’i) atau organisasi dakwah terlebih dahulu harus
mengetahui dan memahami realitas sosial medan dakwah yang akan dihadapi.
Baru setelah itu merencanakan aksi dakwah yang akan dilaksanakan dengan
cara merancang strategi dakwah yang tepat yakni merencanakan kegiatan-
kegiatan dakwah yang sesuai dengan kondisi medan dakwah.4
B. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif dengan
jenis library reseach atau penelitian kepustakaan. Studi kepustakaan adalah
penelitian yang menggunakan berbagai jenis materi dalam mengumpulkan
data dan informasi yang peniliti kumpulkan melalui hasil bacaan melalui
dokumen, ensiklopedia, kamus, jurnal, majalah, buku, dan lain sebagainya
yang berasal dari diperpustkaan.
Studi kepustakaan mengumpulkan berbagai referensi literatur atau hasil
penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan dan memiliki relevansi pada
tema atau pembahasan sebagai landasan yang dilakukan peneliti untuk
mendapatkan dasar untuk memperkaya kekhasanahan penulis pada landasan
teori yang digunakan. Sedangkan dalam mencari sumber bacaan yang dijadikan
acuan peneliti juga harus selektif dalam memilih karena tidak semua dapat
dijadikan sebagai referensi penelitian. Maka dalam mendapatkan bahan bacaan
dari literatur lainya harus memerlukan ketekunan, keuletan, kejelian dan
kerajinan untuk mengumpulkan data tersebut baik referensi sumber data yang
bersifat primer maupun yang sekunder.
Sedangkan ahli lain menuturkan bahwa studi kepustakaan berkaitan erat
dengan budaya, norma dan nilai pada situasi sosial yang diteliti. Oleh kareana
itu menjadi penting dalam penelitian kepustakaan untuk memerhatikan
berbagai sumber data visual yang akan dijadikanladasan teori dalam penelitian,

4
Bustanol Arifin, “Strategi Komunikasi Dakwah Da’i Hidayatullah dalam Membina Masyarakat
Pedesaan”, (Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi 2(2) (2018) 159-178), h. 161.

3
karena penggunaan referensi yang tidak memenuhi unsur relefansi yang akan
diteliti berakibat pada ketidakvalidan terhadap hasil penelitian yang dilakukan
peneliti.
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Strategi informasi islam atau komunikasi islam dan
strategi dakwah?
2. Apa definsi dari Strategi Komunikasi Dakwah?
3. Apa saja ruang lingkup dari strategi dakwah Islam atau komunikasi Dakwah
tersebut?
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Definisi dari Strategi informasi islam atau komunikasi
islam dan strategi dakwah.
2. Untuk mengetahui Definsi dari Strategi Komunikasi Dakwah.
3. Untuk mengetahui Ruang lingkup dari strategi dakwah Islam atau
komunikasi Dakwah.
E. Pembahasan
1. Definisi dari Strategi Informasi Islam atau Komunikasi Islam dan
Strategi Dakwah
Kata “strategi“ berasal dari bahasa yunani, yaitu “strategos” (stratos
“militer” dan ag “memimpin”), yang berarti “generalship” atau suatu yang
dikerjakan para jendral perang, dalam membuat rencana untuk
memenangkan perang. Strategi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Clausewits (Gray, Collin, 2007) strategi merupakan teknik penyusunan
cara-cara bertempur yang paling baik dan yang paling memungkinkan
untuk memenangkan pertarungan.Tujuannya adalah untuk mencapai
kepentingan yang mungkin dihasilkan dari perang tersebut.
b. Michael Porter dalam artikelnya yang berjudul Competitive Strategy in
Harvard Business Review (1996) menyatakan strategi adalah
sekumpulan tindakan atau aktifitas yang berbeda untuk mengantarkan
nilai unik.

4
c. Thompson dan Strikcland (2001) menegaskan strategi terdiri atas
aktivitas-aktivitas yang penuh daya saing serta pendekatan-pendekatan
bisnis untuk mencapai kinerja yang memuaskan (sesuai target) dalam
bukunya Rachmat (2014: d) Effendi (1993: 300) mengartikan strategi
sebagai perencanaan (managemen) untuk mencapai suatu tujuan dalam
bukunya Aziz (2009: 349).
d. Chandler (1962: 13) strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu
organisasi, serta pendayagunaan alokasi semua sumber daya yang
penting untuk mencapai tujuan tersebut dalam bukunya Rangkuti
(1997:4).
Strategi bisa diartikan sebagai rencana menyeluruh dalam mencapai
suatu target meskipun tidak ada jaminan akan keberhasilannya dan setiap
kegiatan yang mendukung proes tercapainya tujuan-tujuannya dapat
dilihat dengan jelas. Mahyudin Abd. Halim menuliskan komunikasi
Islam ialah proses penyampaian atau pengoperan hakikat kebenaran
agama Islam kepada khalayak yang dilaksanakan secara terus menerus
dengan berpedoman kepada Al-quran dan al-Sunnah baik secara langsung
atau tidak, melalui perantaraan media umum atau khusus, yang bertujuan
untuk membentuk pandangan umum yang benar berdasarkan hakikat
kebenaran agama dan memberi kesan kepada kehidupan seseorang dalam
aspek aqidah, ibadah dan muamalah.5
Istilah Strategi mula-mula dipakai di kalangan militer dan diartikan
sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat
kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi ke dalam polisi perang
yang dipandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan.
Penetapan strategi tersebut harus didahului oleh analisis kekuatan musuh
yang meliputi jumlah personal, kekuatan senjata, kondisi lapangan, posisi
musuh, dan sebagainya. Dalam perwujudannya, strategi tersebut akan
dikembangkan dan dijabarkan lebih lanjut menjadi tindakan- tindakan nyata
5
Mila Wahyuni, “Strategi Komunikasi Islam Dalam Pembinaan Agamapada Suku Anak Dalam
Bukit Duo Belas Kecamatan Pauh kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi”, (Al-Balagh, Vol. 1,
No. 1, 2016: 149-173), h. 153.

5
dalam medan pertempuran. Istilah strategi dewasa ini banyak dipakai oleh
bidang-bidang ilmu lainnya, termasuk juga dalam dunia pendidikan.Secara
umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan
dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.6
Mahyuddin Abd. Halim (1985: 43) menuliskan bahwa komunikasi
Islam ialah proses penyampaian atau pengoperan hakikat kebenaran agama
Islam kepada khalayak yang dilaksanakan secara terus menerus dengan
berpedoman kepada Alquran dan al-Sunnah baik secara langsung atau tidak
melalui perantara media umum atau khusus, yang bertujuan untuk
membentuk pandangan umum yang benar berdasarkan hakikat kebenaran
agama dan memberi kesan kepada kehidupan seseorang dalam aspek
akidah, ibadah, dan muamalah.
Melalui analisis sementara ahli perbandingan agama besar yang ada
di dunia, kita mengenal pembagian agama dakwah dan agama nondakwah.
Adapun yang menjadi tolak ukur dalam menentukan kategori itu ditentukan
berdasarkan ada tidaknya tuntutan penyebaran dalam doktrinnya.7
Strategi komunikasi Islam adalah cara-cara tertentu yang dilakukan
untuk suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang yang menyampaikan
pesan dalam pembinaan agama yang sesuai dengan Q. S. An-Naḥl: 125.

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.

6
Mohammad Asrori, “Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran”,
(MADRASAH, Vol. 5, No. 2, Januari-Juni 2013), h. 164-165.
7
Mila Wahyuni, “Strategi Komunikasi Islam Dalam Pembinaan Agamapada Suku Anak Dalam
Bukit Duo Belas Kecamatan Pauh kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi”, (Al-Balagh, Vol. 1,
No. 1, 2016: 149-173), h. 155.

6
Dari ayat tersebut, terlukiskan bahwa ada tiga prinsip yang menjadi
dasar dakwah;
a. Hikmah, yaitu dakwah dengan memperhatikan stuasi dan kondisi sasaran
dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga di
dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya mereka tidak lagi
merasa terpaksa atau keberatan.
b. Mauidhah Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasehat-
nasehat atau menyampaikan ajaran Islam dengan kasih sayang, sehingga
nasehat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati
mereka.
c. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran membantah
dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan
dan tidak pula dengan menjelek-jelekkannya.8
Dalam pengertian keagamaan, dakwah memasukkan aktifitas tabligh
(penyiaran), tatbiq (penerapan/pengamalan) dan tandhim (pengelolaan).
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar(infinitif) dari
kata kerja da’a, yad’u, da’watan, di mana kata dakwah ini sekarang sudah
umum dipakai oleh pemakai Bahasa Indonesia, sehingga menambah
perbendaharaan bahasa Indonesia.
Kata da'wah (‫ )ةوعد‬secara harfiyah bisa diterjemahkan menjadi:
“seruan, ajakan, panggilan, undangan, pembelaan, permohonan (do'a).
Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah,
antara lain:
a. Menurut Ya'qub (1973: 9), dakwah adalah mengajak umat manusia
dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan
RasulNya.
b. Menurut Anshari (1993: 11) dakwah adalah semua aktifitas manusia
muslim di dalam usaha merubah situasi dari yang buruk pada situasi yang
sesuai dengan ketentuan Allah SWT dengan disertai kesadaran dan
8
Mila Wahyuni, “Strategi Komunikasi Islam Dalam Pembinaan Agamapada Suku Anak Dalam
Bukit Duo Belas Kecamatan Pauh kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi”, (Al-Balagh, Vol. 1,
No. 1, 2016: 149-173), h. 156.

7
tanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan terhadap
Allah SWT.
Keaneka ragaman pendapat para ahli seperti tersebut di atas meskipun
terdapat kesamaan ataupun perbedaan-perbedaan namun bila dikaji dan
disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu usaha atau proses yang
diselenggarakan dengan sadar dan terencana; usaha yang dilakukan adalah
mengajak umat manusia ke jalan Allah, memperbaiki situasi yang lebih baik
(dakwah bersifat pembinaan dan pengembangan); usaha tersebut dilakukan
dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni hidup bahagia sejahtera di
dunia ataupun di akhirat.
Berkaitan dengan strategi dakwah Islam, maka diperlukan pengenalan
yang tepat dan akurat terhadap realitas hidup manusia yang secara aktual
berlangsung dalam kehidupan dan mungkin realitas hidup antara satu
masyarakat dengan masyarakat lain berbeda. Di sini, juru dakwah dituntut
memahami situasi dan kondisi masyarakat yang terus mengalami perubahan,
baik secarakultural maupun sosial-keagamaan.
Strategi dakwah semacam ini telah diperkenalkan dan dikembangkan
oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam menghadapi situasi dan kondisi
masyarakat Arab saat itu. Strategidakwah Rasulullah yang dimaksud antara
lain menggalang kekuatan di kalangan keluarga dekat dan tokoh kunci yang
sangat berpengaruh di masyarakat dengan jangkauan pemikiran yang sangat
luas, melakukan hijrah ke Madinah untuk fath alMakkah dengan damai
tanpa kekerasan, dan lain sebagainya.
Kemudian, jika dikaitkan dengan era globalisasi saat ini, maka juru
dakwah harus memahami perubahan transisional dari transaksi pada
kekuatan magis dan ritual ke arah ketergantungan pada sains dan
kepercayaan serta transisi dari suatu masyarakat yang tertutup, sakral dan
tunggal ke arah keterbukaan, plural dan sekuler. Jadi, suatu strategi tidak
bersifat universal. la sangat tergantung pada realitas hidup yang sedang
dihadapi. Karena itu, strategi harus bersifat terbuka terhadap segala
kemungkinan perubahan masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.

8
Berkaitan dengan perubahan masyarakat yang berlangsung di era
globalisasi, maka perlu dikembangkan strategi dakwah Islam sebagai
berikut. Pertama, meletakkan paradigma tauhid dalam dakwah. Pada
dasarnya dakwah merupakan usaha penyampaian risalah tauhid yang
memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal (egaliter, keadilan
dan kemerdekaan). Dakwah berusaha mengembangkan fitrah dan kehanifan
manusia agar mampu memahami hakekat hidup yang berasal dari Allah dan
akan kembali kepada-Nya. Dengan mengembangkan potensi atau fitrah dan
kedhaifan manusia, maka dakwah tidak lain merupakan suatu proses
memanusiakan manusia dalam proses transformasi sosio-kultural yang
membentuk ekosistem kehidupan. Karena itu, tauhid merupakan kekuatan
paradigmatis dalam teologi dakwah yang akan memperkuat strategi dakwah.
Kedua, perubahan masyarakat berimplikasi pada perubahan
paradigmatik pemahaman agama. Dakwah sebagai gerakan transformasi
sosial sering dihadapkan pada kendala-kendala kemapanan keberagamaan
seolah-olah sudah merupakan standar keagamaan yang final sebagaimana
agama Allah. Pemahaman agama yang terialu eksoteris dalam memahami
gejala-gejala kehidupan dapat menghambat pemecahan masalah sosial yang
dihadapi oleh para juru dakwah itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan
pemikiran inovatif yang dapat mengubah kemapanan pemahaman agama
dari pemahaman yang tertutup menuju pemahaman keagamaan yang
terbuka.
Ketiga, strategi yang imperatif dalam dakwah. Dakwah Islam
berorientasi pada upaya amar ma'rufdan nahi munkar. Dalam hal ini,
dakwah tidak dipahami secara sempit sebagai kegiatan yang identik dengan
pengajian umum atau memberikan ceramah di atas podium, lebih dari itu
esensi dakwah sebetulnya adalah segala bentuk kegiatan yang mengandung
unsur amar ma'ruf dan nahi munkar.

9
Dalam QS. Ali Imran/3: 110, Allah berfirman:

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik (Q.S. Ali Imran/3: 110).
Selanjutnya, strategi dakwah Islam sebaiknya dirancang untuk lebih
memberikan tekanan pada usaha-usaha pemberdayaan umat, baik
pemberdayaan ekonomi, politik, budaya, maupun pendidikan.
2. Definisi Strategi Komunikasi Dakwah
Sebelum menguraikan strategi komunikasi dakwah secara keseluruhan,
maka perlu penulis memberikan pengertian satu persatu dari definisi ketiga
kata tersebut.
Pertama adalah definisi strategi yang menurut Ruslan (2000: 31)
merupakan suatu perencanaan (planning)dan manajemen untuk mencapai
suatu tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Pengertian tersebut
dapat juga dikatakan bahwastrategi merupakan model perencanaan yang
secara eksplisit dikembangkan oleh para manajer dengan
mengidentifikasikan arah tujuan, kemudian mengemabangkan rencana
tesebut secara sistematis dan terukur untuk mencapai tujuan.
Sedangkan definisi kedua yakni komunikasi. Menurut Mulyana (2002:
62) komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka. Di samping itu, menurut West dan Turner (2007:5),
komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan
simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam

10
lingkungan mereka. Maka dapat dipahami bahwa komunikasi adalah sebuah
proses penyampaian pesan dari satu individu ke individu lainnya untuk
dapat mengubah perilaku.
Maka dapat disimpulkan, bahwa strategi komunikasi adalah paduan
perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi tersebut harus
mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus
dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach)bisa berbeda
sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi. Jadi dengan demikian
strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang akan
dipergunakan guna melancarkan komunikasi dengan memperhatikan
keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
Tujuan strategi komunikasi Pace, Peterson, dan Burnet dalam Ruslan
(2000: 31) antara lain: to secure understanding, yaitu untuk memastikan
bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi; to establish
acceptance, bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik; to
motive action, penggiatan untuk memotivasinya; the goals which the
communicator sought to achieve, bagaimana mencapai tujuan yang hendak
dicapai pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut.
Definisi terakhir atau yang ketiga, yaitu dakwah. Istilah dakwah secara
etimologis menurut Anshari (1995: 17) mempunyai arti seruan, ajakan atau
panggilan. Sedangkan secara terminologis, kata dakwah berarti
menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar
menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam.
Sedangkan menurut Oemar dalam Bisri dakwah adalah mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia akhirat.9

9
Restiawan Pernama, “Strategi Komunikasi Dakwah Band Wali dalam Lagu Cari Berkah”,
(Jurnal Komunikasi Islam | ISBN 2088-6314 | Volume 03, Nomor 01, Juni 2013), h. 124.

11
Sebagai suatu istilah, dakwah merupakan konsep khas Islam yang
memiliki pengertian menyeru kepada hal yang positif, yaitu positif menurut
nilai dan norma Islam. Sedangkan pemahaman secara opera–sional, dakwah
adalah suatu usaha mengubah sikap dan tingkah laku orang dengan jalan
menyampaikan informasi tentang ajaran Islam, dan menciptakan kondisi
serta situasi yang diharapkan dapat memengaruhi sasaran dakwah, sehingga
terjadi perubahan ke arah sikap dan tingkah laku positif menurut norma-
norma agama (Muhsin 2008: 146).10
Dengan demikian, maka strategi komunikasi dakwah berarti
perencanaan yang efektif dan sistematis dari komunikator (da’i) untuk
merubah perilaku komunikan (masyarakat) sesuai dengan ajaran Islam.
Menurut Dermawan (2005:144), dalam hubungannya dengan dakwah Islam,
strategi dakwah berarti kepiawaian seorang da’i dalam menangani sesuatu,
terkait metode dan pendekatan yang digunakan untuk meraih sesuatu, serta
memiliki watak dasar identifikatif, dan bukan apologistik. Untuk itu, dalam
proses menjalankan strategi dakwah, tentu kepekaan membaca situasi,
karakter komunikan (pendengar) oleh da’i akan memiliki dampak cukup
signifikan. Tentunya selain adanya usaha secara spiritual seperti mendoakan
komunikan agar selalu mendapatkan rahmat Allah.11
3. Ruang Lingkup Strategi Dakwah Islam atau Komunikasi Dakwah
Komunikasi dakwah berperan sebagai kerangka berpikir (paradigma)
bagi para pelaku dakwah untuk memberikan arah yang lebih jelas dan fokus
pada suatu sasaran objek yang terdapat dalam komunikasi dakwah.
Oleh karenanya, dalam komunikasi dakwah tidak terlepas dari bahasan
mengenai komponen-komponennya, baik komponen inti maupun
komponen penunjang. Komponen inti dimaksud meliputi: dai, mad’u,
pesan, dan metode. Sementara komponen penunjang meliputi: organisasi,

10
Habib Muhsin, “Menggagas Model Komunikasi Dakwah “Bil Hal” di Pedesaan”, (Jurnal Ilmu
Sosial Alternatif vol. IX no. 2, 2008), h. 146
11
Restiawan Pernama, “Strategi Komunikasi Dakwah Band Wali dalam Lagu Cari Berkah”,
(Jurnal Komunikasi Islam | ISBN 2088-6314 | Volume 03, Nomor 01, Juni 2013), h. 125.

12
ekonomi, sosial, budaya, kebijakan pemerintah, atau dukungan dari
kelompok masyarakat.
Komponen inti pertama, yakni Dai, komunikator dakwah. Mengacu
pada teori komunikasi, seorang dai adalah komponen komunikator, sebagai
subjek yang menyampaikan pesan dakwah. Setiap pesan dakwah yang
disampaikan tentunya memiliki harapan akan diterima mad’u dengan
pemahaman yang baik dan benar, bahkan akan dapat menyentuh relung
hati terdalam mad’u. Sehingga akan memiliki kesan kuat dan kemauan
untuk memperbaiki diri sebagaimana isi pesan dakwah.
Kedua, komponen mad’u, sebagai penerima pesan (komunikan). Mad’u
atau subyek yang akan menjadi sasaran dakwah merupakan unsur
utama bagi seorang da’i dalam mempertimbangkan materi dan metode
dalam berdakwah. Kondisi sosial, kultur, dan psikologis mad’u
merupakan hal pertama yang dipikirikan da’i untuk menentukan materi
apa yang akan disampaikan.
Komponen ketiga, pesan dakwah (materi yang disampaikan). Kegiatan
dakwah hakekatnya ingin menyampaikan makna pengetahuan dari tiga
aspek, yakni akidah, ibadah, dan muamalah. Akidah terkait dengan
penanaman keyakinan akan keimanan kepada Allah swt dan rasul-Nya.
Ibadah, menjabarkan segala perilaku keagamaan yang akan menuntut umat
untuk mengenal Allah Jalla Jalaluhu. Sementara muamalah terkait
dengan hubungan dan interaksi antar manusia, misal pernikahan, jual
beli, dan hubungan sosial lainnya.
Keempat, komponen metode komunikasi dakwah. Metode merupakan
cara untuk tersampaikannya pesan dakwah. Mengenai metode komunikasi,
Metode bil hikmah, mauidzah hasanah, dan al jidal allati hiya ahsan.
Metode bil hikmah, yakni metode yang menawarkan hakikat filosofis
yang tinggi akan makna yang dari segala yang ada. Metode mauidzah
hasanah, yakni metode komunikasi dakwah dengan cara memberikan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan praktis; selanjutnya metode al jidal
allati hiya ahsan, yakni metode komunikasi dakwah dengan cara

13
kegiatan diskusi, berdebat, untuk tujuan kajian analisis secara mendalam
terhadap suatu persoalan.12
Dalam hubungannya dengan dakwah Islam, strategi komunikasi
dakwah merupakan kepiawaian seorang da’i dalam menangani sesuatu,
terkait metode dan pendekatan yang digunakan untuk meraih sesuatu, serta
memiliki watak dasar identifikatif, dan bukan apologistik. Untuk itu, dalam
proses menjalankan strategi komunikasi dakwah, tentu kepekaan membaca
situasi, karakter komunikan (pendengar) oleh da’i akan memiliki dampak
cukup signifikan. Elemen yang harus diperhatikan didalam merumuskan
strategi komunikasi adalah pengenalan khalayak, pesan, metode, media, dan
komunikator.13
F. Kesimpulan
1. Berkaitan dengan strategi dakwah Islam, maka diperlukan pengenalan yang
tepat dan akurat terhadap realitas hidup manusia yang secara aktual
berlangsung dalam kehidupan dan mungkin realitas hidup antara satu
masyarakat dengan masyarakat lain berbeda.
2. Komunikasi dakwah berarti perencanaan yang efektif dan sistematis dari
komunikator (da’i) untuk merubah perilaku komunikan (masyarakat) sesuai
dengan ajaran Islam. Menurut Dermawan (2005:144), dalam hubungannya
dengan dakwah Islam, strategi dakwah berarti kepiawaian seorang da’i
dalam menangani sesuatu, terkait metode dan pendekatan yang digunakan
untuk meraih sesuatu, serta memiliki watak dasar identifikatif, dan bukan
apologistik.

12
Yuliyatun Tajuddin, “Walisongo dalam Strategi Komunikasi Dakwah”, (ADDIN, Vol. 8, No. 2,
Agustus 2014), h. 375-377.
13
Bustanol Arifin, “Strategi Komunikasi Dakwah Da’i Hidayatullah dalam Membina Masyarakat
Pedesaan”, (Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi 2(2) (2018) 159-178), h. 165.

14
DAFTAR PUSTAKA

Almaidah, “Strategi Komunikasi Islam Dalam Meningkatkan Pemahaman (Islam)


Oleh Para Mualaf Di Desa Se’pon Kecamatan Lamasi Kabupaten Luwu”,
(Institutagama Islam Negeri (IAIN) Palopo 2016.

Arifin, Bustanol. “Strategi Komunikasi Dakwah Da’i Hidayatullah dalam


Membina Masyarakat Pedesaan”, Communicatus: Jurnal Ilmu
Komunikasi 2 (2) (2018) 159-178.

Asrori, Mohammad. “Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup Strategi


Pembelajaran”, MADRASAH, Vol. 5, No. 2, Januari-Juni 2013.

Effendy, Onong Uchjana. “Dinamika Komunikasi”, Cet. VI; Bandung: PT.


RosdaKarya, 2004.

Muhsin, Habib. “Menggagas Model Komunikasi Dakwah “Bil Hal” di


Pedesaan”, Jurnal Ilmu Sosial Alternatif vol. IX no. 2, 2008.

Mulyana, Deddy. “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, Cet. IX; Bandung: PT.
Rosdakarya, 2007.

Pernama, Restiawan. “Strategi Komunikasi Dakwah Band Wali dalam Lagu Cari
Berkah”, Jurnal Komunikasi Islam | ISBN 2088-6314 | Volume 03, Nomor
01, Juni 2013.

Tajuddin, Yuliyatun. “Walisongo dalam Strategi Komunikasi Dakwah”, ADDIN,


Vol. 8, No. 2, Agustus 2014.

Wahyuni, Mila.“Strategi Komunikasi Islam Dalam Pembinaan Agamapada Suku


Anak Dalam Bukit Duo Belas Kecamatan Pauh kabupaten Sarolangun
Provinsi Jambi”, Al-Balagh, Vol. 1, No. 1, 2016: 149-173.

15

Anda mungkin juga menyukai