STRATEGI DA’WAH
Al-Bayanuni membagi strategi dakwah dalam tiga bentuk,
yaitu:
1. Strategi Sentimentil (al-manhaj al-„athifi).
Strategi sentimentil (al-manhaj al-„athifi) adalah dakwah yang
memfokuskan aspek hati dan menggerakkan perasaan dan batin mitra
dakwah. Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil
dengan kelembutan, atau memberikan pelayanan yang memuaskan
merupakan beberapa metode yang dikembangkan dari strategi ini.
1
Muhammad Abu al-Fath al-Bayanuni, al-Madkhal ila „Ilm al-Dakwah, (Beirut: Muassasah
al-Risalah, 1993), h. 46 & 195.
1
RETORIKA DA’WAH
Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dalam bukunya, Retorika Islam
menyebutkan prinsip-prinsip retorika Islam sebagai berikut:
1. Dakwah Islam adalah kewajiban setiap Muslim.
2. Dakwah Rabbaniyah ke Jalan Allah.
3. Mengajak manusia dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik.
4. Cara hikmah artinya berbicara kepada seseorang sesuai dengan
5. bahasanya,ramah memperhatikan tingkatan pekerjaan dan
kedudukan, serta gerakan bertahap.
2
Dr. Yusuf Qardhawi, Retorika Islam, Jakarta: Khalifah, 2004.
2
2. Logos adalah bukti logis atau penggunaan argumen dan bukti,
rasionalisasi dan wacana yang di gunakan dalam sebuah pesan.
3. Pathos adalah bukti emosional atau emosi, yang dimunculkan dari
para pendengar.3
METODE DA’WAH
Metode dakwah menurut Al-Qur’an dibagi menjadi tiga macam
yaitu:
1. Metode Hikmah
2. Metode al-Mau‟idzah al-Hasanah
3. Metode Mujadalah
STRETEGI KOMUNIKASI
Menurut Anwar Arifin dalam bukunya Ilmu Komunikasi, ada 4
faktor penting dalam strategi komunikasi:
1. Mengenal Khalayak
Merupakan langkah pertama bagi komunikator agar komunikasi
yang dilakukan berjalan dengan efektif.
2. Menyusun Pesan
Merupakan langkah kedua setelah mengenal khlayak dan situasi,
maka langkah selanjutnya adalah menyusun pesan yang mampu menarik
perhatian para khalayak. Pesan dapat terbentuk dengan menentukan tema
atau materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari komponen
pesan adalah mampu membangkitkan perhatian khalayak. Perhatian
merupakan pengamatan yang terpusat. Awal dari suatu efektivitas dalam
3
Aristotle, On Rethoric: A Theory of Civil Discourse, George A. Kennedy (ed. And trans.),
Oxford University, New York, 1991
3
komunikasi adalah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan –
pesan yang disampaikan.
3. Menetapkan Metode
Dalam dunia komunikasi, metode penyampaian dapat dilihatdari 2
aspek: (1) menurut cara pelaksanaannya, yaitu semata – mata melihat
omunikasi dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi
pesannya. (2) menurut bentuk isi yaitu melihat komunikasi dari segi
pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung.4
POLA KOMUNIKASI
Menurut Widjaja, pola komunikasi dibagi menjadi 4 model,
yaitu :
1. Pola Komunikasi Roda
Pola komunikasi roda menjelaskan pola komunikasi satu orang
kepada orang banyak, yaitu (A) berkomunikasi kepada (B), (C), (D), dan (E).
Seseorang, biasanya pemimpin menjadi fokus perhatian. Ia dapat
berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota
kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya.
4
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi Suatu Pengantar Ringkas, (Bandung: Armico1984), hlm.
59.
4
Pola komunikasi ini hampir sama dengan pola komunikasi rantai, namun
terakhir (E) berkomunikasi kembali pada orang pertama (A). Setiap orang
hanya bisa berkomunikasi dengan dua orang, disamping kiri dan kanannya.
Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada pemimpin.
5
H. A. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 102-
103
5
sekunder ini senakin lama semakin efektif dan efisien karna didukung oleh
teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditupang pula oleh
teknologi tenologi yang bukan tenologi komunikasi.
6
PERSEPSI
Gifford menyebutkan bahwa persepsi manusia dipengaruhi oleh
beberapa hal sebagai berikut :
1. Personal Effect
Dalam hal ini disebutkan bahwa karakteristik dari individu akan
dihubungkan dengan perbedaan persepsi terhadap lingkungan. Hal
tersebut, sudah jelas akan melibatkan beberapa faktor antara lain
kemampuan perseptual dan pengalaman atau pengenalan terhadap kondisi
lingkungan. Kemampuan perseptual masingmasing individu akan berbeda-
beda dan melibatkan banyak hal yang berpengaruh sebagai latar belakang
persepsi yang keluar.
2. Cultural Effect
Giffrod memandang bahwa konteks kebudayaan yang dimaksud
berhubungan dengan tempat asal atau tempat tinggal seseorang. Budaya
yang dibawa dari tempat asal dan tinggal seseorang akan membentuk cara
yang berbeda bagi setiap orang tersebut dalam “melihat dunia”. Selain itu,
Gifford menyebutkan bahwa faktor pendidikan juga dapat mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap lingkungan dalam konteks kebudayaan.
3. Physical Effect
Kondisi alamiah dari suatu lingkungan akan mempengaruhi persepsi
seseorang yang mengamati, mengenal dan berada dalam lingkungan
tersebut. Lingkungan dengan atribut dan elemen pembentuknya yang
menghasilkan karakter atau tipikal tertentu akan menciptakan identitas
bagi lingkungan tersebut. Misalnya ruang kelas secara otomatis akan
dikenal bila dalam ruang tersebut terdapat meja yang diatur berderet, dan
terdapat podium atau mimbar dan papan tulis di bagian depannya.
7
Menurut Sobur, dalam proses persepsi terdapat tiga komponen
utama, yaitu:
1. Seleksi
Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan
dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi
Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi,
kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada
kemampuan sseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang
diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi
sederhana.
3. Reaksi
Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam tingkah
laku sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi,
iterpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.6
RESPON
Menurut Steven M. Chaferespon dibedakan menjadi tiga bagian
:
1. Kognitif : yang dimaksud dengan respon kognitif adalah respon
yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi
seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya
perubahan terhadap yang dipahami oleh khalayak.
6
Alex Sobur, Psikologi Umum, Pustaka Setia
8
2. Afektif : yang dimaksud dengan respon afektif adalah respon yang
berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap
sesuatu.
3. Konatif (Psikomotorik) : yang dimaksud dengan psikomotorik
adalah respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang
meliputi tindakan atau kebiasaan.7
MANAJEMEN DA’WAH
Secara umum, manajemen dakwah memiliki empat fungsi,
yaitu:
1. Planning (Perencanaan)
Segala aktivitas diharuskan adanya planning (perencanaan). Rencana
adalah suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dari
perencanaan ini akan mengungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan
kegiatan-kegiatan yang diperlukan guna mencapai tujuan. Dalam kaitannya
dengan pengelolaan dakwah, bila perencanaan dilaksanakan dengan
matang, maka kegiatan dakwah yang dilaksanakan akan berjalan secara
terarah, teratur.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian
rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan
3. Actuating (Penggerakan)
Penggerakan adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada
para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan
ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
7
Jalaludin Rakhmat, Psikologi komunikasi, hal 118
9
4. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan (Controlling) adalah suatu proses pengamatan terhadap
pelaksanaan seluruh kegiatan dalam organisasi untuk menjamin agar semua
kegiatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
HAMBATAN KOMUNIKASI
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan
komunikasi yaitu
1. Hambatan personal
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta
komunikasi, baik komunikator maupun komunikan/komunikate. Hambatan
personal dalam komunikasi meliputi sikap, emosi, stereotyping, prasangka,
bias, dan lain-lain.
3. Hambatan fisik
Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas
komunikasi. Hambatan fisik komunikasi mencakup panggilan telepon, jarak
antar individu, dan radio. Hambatan fisik ini pada umumnya dapat diatasi.
10
4. Hambatan lingkungan
Tidak semua hambatan komunikasi disebabkan oleh manusia sebagai
peserta komunikasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut
mempengaruhi proses komunikasi yang efektif. Pesan yang disampaikan
oleh komunikator dapat mengalami rintangan yang dipicu oleh faktor
lingkungan yaitu latar belakang fisik atau situasi dimana komunikasi
terjadi. Hambatan lingkungan ini mencakup tingkat aktifitas, tingkat
kenyamanan, gangguan, serta waktu.
ANLISIS FRAMING
Analisis framing model Robert N Entman
1. Define problems atau mendefinisikan masalah-masalah yaitu
menentukan apa yang agen lakukan terhadap harga dan
keuntungan, umumnya diukur dalam bentuk nilai-nilai budaya.
2. Diagnose causes atau mendiagnosa penyebab yaitu mengidentifikasi
kuatnya menciptakan masalah.
3. Make moral judgements atau membuat penilaian moral yaitu
mengevaluasi agen-agen kausal dan efek yang ditimbulkan.
4. Suggest remedies atau saran aitu menawarkan dan menilai
perlakuan bagi berbagai masalah dan memprediksi efek-efek yang
sama.8
8
Alex Sobur. 2009. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing”, Bandung: Remaja Rosdakarya
11
Struktur makro merupaka makna global/umum dari suatu teks yang dapat
diamati dengan melihat topic atau tema yang dikedepankan dalam suatu
berita.
2. Super Struktur
Super Struktur merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan
kerangka suatu teks, bagaimana
bagian-bagian teks tersusun kedalam berita secara utuh.
3. Struktur Mikro
Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil
dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan
gambar.9
ANALISIS NARATIF
Peran cerita dalam sebuah narasi dirumuskan Vladimir Propp
dalam tujuh dramatis personae yaitu sebagai pemeran cerita
dalam naratif. Ketujuh peran ini adalah:
1. Villain (bertarung dengan hero)
2. Hero (mencari sesuatu dan bertarung dengan villain)
3. Donor (mendukung hero dengan agen atau kekuatan magis)
4. Penolong (membantu hero menyelesaikan tugas yang sulit)
5. Putri (tokoh yang dicari), Bapak dari putri (memberikan tugas yang sulit)
6. Dispatcher (mengirim hero pada misinya)
7. False hero (mengklaim sebagai hero tapi akhirnya terungkap
kepalsuanya)10
9
Eriyanto. 2009. Analisis Wacanaa: Pengantar Analisis Teks Media”, Yogyakarta: LkiS.
10
Eriyanto. (2013). Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks
Berita Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
12
ANALISIS SEMIOTIKA
Teori Semiotika Roland Barthez
Teori Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya Barthes
mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu denotasi
dan konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa Latin connotare, “menjadi
makna” dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang terpisah/bebeda
dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan
simbol-simbol, historis dan yang berhubungan dengan emosional.
Roland Barthes, semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya
Mythologies (1972) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek
kehidupan keseharian orang Prancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil
ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk membawakan dunia
tentang “apa-yang terjadi-tanpa-mengatakan“ dan menunjukan konotasi
dunia tersebut dan secara lebih luas basis idiologinya.
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang
menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat
kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified,
tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda
kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki
makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka
makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
13