8417 27527 1 PB
8417 27527 1 PB
3 2018
ABSTRAK
Kecemasan adalah suatu sinyal yang memperingatkan adanya bahaya yang mengancam. Faktor yang mempengaruhi
kecemasan dibagi menjadi dua meliputi faktor internal (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman di
rawat) dan eksternal (kondisi medis/diagnosis penyakit, akses informasi, komunikasi terapeutik, lingkungan, fasilitas
kesehatan). Keluarga yang anggotanya masuk rumah sakit akan mengalami ketakutan dan kecemasan, hal ini
merupakan reaksi yang khas ketika anggota keluarganya masuk rumah sakit, tetapi emosi ini di ekspresikan dengan
cara yang berbeda-beda. Beberapa anggota keluarga akan bekerja sama dengan tenaga medis untuk memberikan yang
terbaik bagi anggota keluarga yang sedang di rawat.Tujuan dari penelitian ini mengetahui adanya pengaruh antara
faktor Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pengalaman dengan tingkat kecemasan. Waktu penelitian dilaksanakan
pada tanggal 15-28 Mei 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional study. Populasi yang digunakan adalah keluarga pasien yang dirawat di Unit Perawatan Kritis Rumah Sakit
Daerah Meuraxa Banda Aceh dengan sampel 40 keluarga pasien yang dirawat di Unit Perawatan Kritis. Penentuan
sampel menggunakan Purposive Sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan adalah Hamilton
Ranting Scale for Axiety (HAR-S), terdiri dari 14 kelompok gejala serta data demografi. Hasil penelitian tingkat
kecemasan didapatkan 2 orang (5,0%) mengalami kecemasan ringan, 10 orang (25,0%), mengalami kecemasan
sedang , 23 orang (57,5%), mengalami kecemasan berat,dan 5 orang (12,5%), mengalami kecemasan sangat berat.
Uji person produk moment dan uji Spearmen Rank Correlation Test menunjukkan ada pengaruh antara tingkat
kecemasan dengan umur nilai p=0,003, (P<α0,05), sedangkan pada Jenis kelamin nilai p=0,011(P<α0,05),
pendidikan nilai p=0,009 (P<α0,05), pengalaman nilai p=0,002 (P<α0,05), kesimpulan ada pengaruh antara faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga. Saran diharapkan bagi dapat memberikan informasi
sehingga pelayanan untuk keluarga berupa komunikasi, bimbingan dan konseling kepada keluarga, agar keluarga
dapat mengatasi kecemasan kearah yang adaptif sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan keluarga dan
meningkatkan pelayanan fasilitas yang diberikan kepada keluarga di ruang
ABSTRACT
Anxiety is a signal that warns if a dangerous thing threatens. Factors affecting the anxiety are divided into two:
internal factors (sex, age, education level, and in-patient experience) and external factors (medical condition/disease
diagnosis, information access, therapeutic communication, environment, health facilities).. Some family members
will cooperate with the medical members to provide the best care to the patients who are being treated. The purpose
of this study was to know the influence of age, sex, education, and experience factors to the anxiety level. The
research was conducted on May 15th – 28th, 2018. The research method used was descriptive correlative with cross
sectional study approach. The population were the family of patients hospitalized at the Critical Care Unit of
Meuraxa Regional General Hospital Banda Aceh. There were 40 respondents chosen as research sample who were
obtained by employing purposive sampling technique. The instrument used to measure the anxiety level is Hamilton
Branch Scale for Anxiety (HAR-S), consist of 14 symptoms and demographic data. The results showed 2 people (5.0
%) experienced mild anxiety, 10 people (25.0 %) experienced moderate anxiety, 23 people (57.5 %) experienced
severe anxiety, and 5 people (12.5 %) experienced panic-level anxiety. Based on the Pearson test of product moment
and the test of Spearmen Rank Correlation Test showed that there were the influence between the level of anxiety
and age with the p-value p=0,007 (P< α0,05), while at the sex p-value= 0.011 (P <α0,05), education with the p-
value=0,009 (P<α0,05), experience p-value=0.001 (P <α0,05). It can be concluded that there was the influence
between the factors affecting the family level of anxiety. It is suggested to provide the information in the form of
communication, guidance, and counseling to the family, so that the family can overcome the anxiety to the adaptive
way, besides it also can reduce the family level of anxiety and improve the service facilities provided to the family.
184
JIM FKep Volume III No. 3 2018
186
JIM FKep Volume III No. 3 2018
187
JIM FKep Volume III No. 3 2018
(42,2%). Penelitian ini juga didukung oleh NTB dengan nilai dengan nilai p 0,003 lebih
penelitian Simamora (2012) mengenai tingkat kecil dari α0,05 .
kecemasan keluarga di ruang HCU di RSU
Sumedang, yaitu dari 33 responden (51,5%) Penelitian ini juga didukung oleh penelitian
responden mengalami kecemasan sedang. Yuliana,E (2013) yang menunjukkan bahwa
nilai dengan nilai p 0,001 lebih kecil dari α
Dari hasil analisa jawaban responden 0,05 yang bearti terdapat pengaruh antara
didapatkan bahwa nilai tertinggi ada pada umur terhadap tingkat kecemasan keluarga
pertanyaan nomor 1 dan 2. Pertanyaan di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah
nomor 1 mengidentifikasi tentang: cemas, Sakit Immanuel Bandung. Hasil penelitian ini
firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, sesuai dengan teori Kaplan dan Sadock
mudah tersingung, dan pertanyaan nomor 2 (1997) yaitu gangguan kecemasan dapat
mengidentifikasi tentang: keteganggan terjadi pada semua usia, lebih sering pada
merasa tegang, gemetar, mudah terganggu, usia dewasa. Hasil penelitian menunjukan
dan lesu. Ini menunjukan bahwa rata-rata kesamaan dangan teori yang disampaikan
responden mengalami gejala kecemasan yang oleh Asmidi, (2008), dimana tingkat
ditanyakan pada pertanyaan 1 dan 2. perkembangan pada individu juga
mempengaruhi respon tubuh terhadap
Semua gejala tersebut merupakan respon kecemasan dimana semakin matang
psikologis dan fisiologis dari kecemasan yang perkembangan seseorang maka semakin baik
timbul akibat adanya stersor dan ancaman pula kemampuan untuk mengatasi
integritas biologis dan konsep diri (Ann permasalahannya.
Isac,1996 dikutip dalam Nurkholis 2008).
Respon psikologis merupakan respon, Sementara itu Menurut Long, (1996) dikutip
tingkahlaku atau sikap terhadap dalam Nursalam, (2001), menyatakan bahwa
rangsangan/masalah tertentu yang berkaitan semakin tua umur seorang maka penggunaan
dengan keadaan jiwa individu. Sedangkan koping akan lebih konstruktif. Semakin
respon fisiologis adalah suatu respon individu bertambah usia seseorang, semakin
secara fisik yang ditandai dengan insomia, meningkat pula kedewasaan tekhnis dan
ketakutan, gelisah, wajah tengang, dan psikologisnya yang menunjukan kematangan
kelemahan secara umum. jiwa dalam arti semakin bijaksana, berpikir
rasional,pengendalian emosi dan toleransi
Pengaruh Umur Terhadap Tingkat terhadap orang lain (Siagian, 1995 dikutip
Kecemasan Keluarga Pasien yang dirawat dalam Wibowo, 2001). Selain itu Stuart dan
di Unit Perawatan Kritis. Laraia (2006), menyatakan bahwa umur
Berdasarkan uji statistik pearson product berhubungan dengan pengalaman seseorang
moment nilai p yang diperoleh dari pada dalam menghadapi berbagai macam stressor,
tingkat kecemasan adalah 0,007 nilai ini lebih kemampuan memanfaatkan sumber dukungan
kecil dari 0,05 yang bearti ada pengaruh dan keterampilan koping. Hal ini dapat
umurterhadap tingkat kecemasan keluarga disimpulan bahwa semakin tua umur seorang
pasien yang dirawat di Unit Perawatan Kritis maka penggunaan koping akan lebih baik.
Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda
Aceh. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap
Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien yang
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dirawat di Unit Perawatan Kritis
Aan,(2015) yang menunjukkan bahwa Berdasarka uji statistik pearson product
terdapat pengaruh antara umur terhadap moment nilai p yang diperoleh dari pada
tingkat kecemasan keluarga pasien yang tingkat kecemasan adalah 0,011 nilai ini lebih
dirawat di ruang intensif care RSUD provinsi kecil dari α 0,05 yang berarti ada pengaruh
jenis kelamin terhadap tingkat kecemasan
188
JIM FKep Volume III No. 3 2018
keluarga pasien yang dirawat di Unit Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Perawatan Kritis Rumah Sakit Umum Daerah Adilah (2010) yang menunjukkan nilai p-
Meuraxa Banda Aceh. value 0,004 lebih kecil dari α0,05 bahwa ada
pengaruh pendidikan dengan tingkat
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian kecemasan keluarga pasien preoperasi di
Aan D,S (2015) yang menunjukkan bahwa ruang operasi RSUD Labuang Baji Makassar
terdapat pengaruh antara jenis kelamin dengan.
terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien
yang dirawat di ruang intensif care RSUD Penelitian ini juga didukung oleh penelitian
provinsi NTB dengan nilai dengan nilai p Taufik,(2015) yang menunjukan nilai p-value
0,05. 0,000 lebih kecil dari α 0,05 yang artinya
pendidikan juga berpengaruh dengan tingkat
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian kecemasan keluarga pasien di Rumah Sakit
Yuliana,E (2013) yang menunjukkan bahwa Umum dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
nilai dengan nilai p 0,008 lebih kecil dari α
0,05 yang bearti terdapat pengaruh antara penelitian ini juga didukung oleh penelitian
jenis kelamin terhadap tingkat kecemasan Aan, (2015) yang menunjukkan nilai p value
keluarga di Ruang High Care Unit (HCU) 0,024 lebih kecil dari α0,05 bahwa terdapat
Rumah Sakit Immanuel Bandung. Hasil pengaruh antara pendidikan terhadap tingkat
diatas sesuai dengan pendapat Sunaryo kecemasan keluarga pasien yang dirawat di
(2004) bahwa pada umumnya seorang laki- ruang intensif care RSUD provinsi NTB.
laki dewasa mempunyai mental yang kuat
terhadap sesuatu hal yang dianggap Status pendidikan yang rendah pada
mengancam bagi dirinya dibandingkan seseorang akan menyebabkan mereka lebih
perempuan. Selain itu menurut Myers (1983) mudah mengalami kecemasan dibandingkan
perempuan sering cemas akan dengan yang berpendidikan tinggi.
ketidakmampuannya dibandingkan dengan Pendidikan adalah usaha manusia untuk
laki-laki. Laki-laki lebih aktif, eksploratif, menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
sedangkan perempuan lebih sensitif. potensi rohani sesuai dengan nilai- nilai yang
Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki ada dalam masyarakat dan kebudayaan
lebih rileks dibandingkan perempuan (Power (Ihsan, 2003). Pendidikan merupakan salah
dikutip dalam Myers, 1983). Sehingga dapat satu faktor penting untuk mendapatkan dan
disimpulkan bahwa laki-laki lebih bisa mencerna informasi secara lebih mudah
menyelesaikan masalah dengan tenang (Videbeck, 2008). Tingkat pendidikan yang
sehingga kecemasan yang dialami mereka tinggi pada seseorang akan membentuk pola
juga lebih rendah. yang lebih adaptif terhadap kecemasan,
sedangkan merekan memiliki tingkat
Pengaruh Pendidikan terhadap tingkat pendidikan rendah cenderung mengalami
kecemasan keluarga pasien yang dirawat kecemasan karena kurang adaptif terhadap
di Unit Perawatan Kritis. hal- hal yang baru. Hal ini didukung dengan
Berdasarkan uji statistik Spearman Rank teori Gass dan Curiel (2011) serta Feist
Correlation nilai p yang diperoleh dari uji (2009) dimana tingkat pendidikan yang lebih
pada tingkat kecemasan adalah 0,009 nilai tinggi memiliki respon adaptasi yang lebih
ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada baik karena respon yang diberikan lebih
pengaruh pendidikan terhadap tingkat rasional dan memengaruhi kesadaran dan
kecemasan keluarga pasien yang dirawat di pemahaman terhadap stimulus.
Unit Perawatan Kritis Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa Banda Aceh. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2013),
pendidikan adalah salah satu usaha
mengembangkan kepribadian dan
189
JIM FKep Volume III No. 3 2018
190
JIM FKep Volume III No. 3 2018
Gass, S. C & Curiel, E.R(2011). Test anxiety Raharjo, (2015). Tingkat kecemasan keluarga
in relation to measure of cognitive pasien stroke yang dirawat diruang
and intellectual fungtioning. ICU RS. Panti Waluyo: surakarta,
Agustus 1, 2013. Dikutip dari STIKES retrieved from
http://acn.oxfordjournals.org/conte http://digilid.stikeskusumahusada.a
nt/early/ Consulting Psychology c,id Consulting Psychology
Journal Practice and Research Journal Practice and Research
6756-1123 3452-1165
191
JIM FKep Volume III No. 3 2018
192