Dhika Setiyawan
010212A006
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
Progran Studi Ilmu Keperawatan
e-mail : dhik4_nurs3@yahoo.co.id
Abstrak
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Dian dan Wiwin (2013) serta
Vivin (2013) didapatkan data kecemasan orang tua tertinggi pada kategori sedang yaitu
83,3% dan mayoritas adalah perempuan. Perasaan cemas dapat muncul dikarenakan salah
satunya perawatan yang kurang menyenangkan dari petugas kesehatan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat
kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa.
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Data diperoleh melalui
pengisian kuesioner. Populasinya adalah jumlah rata-rata perbulan ibu yang menunggui
anaknya di ruang kelas II dan III ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa sebanyak 120
ibu. Sampel penelitian adalah 55 ibu yang menunggui anaknya di ruang rawat inap anak
kelas II dan III RSUD Ambarawa, diambil dengan teknik purposive sampling. Data
dianalisa menggunakan rumus Kendalls tau.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa ibu yang tidak mengalami cemas
sebesar 16,4%, yang mengalami cemas ringan sebesar 41,8%, yang mengalami cemas
sedang sebesar 34,5%, dan yang mengalami cemas berat 7,3%. Sedangkan perawat yang
kurang caring sebesar 7,3%, cukup caring sebesar 43,6%, dan caring sudah baik sebesar
49,1%. Hasil korelasi Kendalls tau menunjukkan nilai p-value=0,000 dan koefisien
korelasi -0,547. Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara perilaku caring perawat
dengan tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap anak RSUD
Ambarawa.
Diharapkan perawat meningkatkan perilaku caring kepada klien maupun
keluarga dengan cara lebih mendalami ilmu tentang caring maupun mengikuti pelatihan
dan workshop tentang caring.
PENDAHULUAN
Hospitalisasi merupakan suatu Menurut Wong (2009), berbagai
proses karena suatu alasan darurat atau perasaan cemas yang muncul pada orang
berencana yang mengharuskan anak tua ketika anaknya dirawat dirumah
untuk tinggal di rumah sakit menjalani sakit yaitu: marah, takut, sedih, dan rasa
terapi atau perawatan sampai bersalah. Perasaan tersebut dapat
pemulangan kembali ke rumah. Selama muncul terutama pada mereka yang baru
proses hospitalisasi anak, cemas tidak pertama kali mengalami perawatan anak
hanya dialami oleh anak yang dirawat dirumah sakit, orang tua yang kurang
namun juga orang tua anak, sehingga mendapatkan dukungan emosi dan sosial
asuhan keperawatan tidak hanya serta ekonomi dari keluarga, dan
berfokus pada anak melainkan juga pada perawatan yang kurang menyenangkan
orang tua anak (Wong, 2009). dari petugas kesehatan, akan
menyebabkan rasa cemas pada orang tua – 41 = kecemasan berat; 41 – 56 =
tersebut. kecemasan berat sekali.
Berdasarkan hasil penelitian Menurut Wong (2009),
Febriana dan Madya (2012), diperoleh kecemasan pada orang tua yang
data bahwa ibu yang menunggui anak di menunggui anaknya di rumah sakit akan
Rumah Sakit paling banyak mengalami menyebabkan orang tua menerapkan
cemas ringan (73,3 %). Berdasarkan pola terlalu melindungi dan perhatian
hasil penelitian Siswanto, Dian dan yang memanjakan, sehingga hal tersebut
Wiwin (2013), didapatkan data bahwa dapat mengganggu dalam proses
frekuensi responden berdasarkan tingkat pemberihan asuhan keperawatan pada
kecemasan pada orang tua tertinggi pada anak. Adapun faktor-faktor yang
tingkat kecemasan kategori sedang, mempengaruhi reaksi orang tua terhadap
yaitu sebanyak 83.3% atau 35 orang dari penyakit anak diantaranya keseriusan
42 total responden dan frekuensi ancaman terhadap anak, pengalaman
terendah adalah orang tua dengan sebelumnya dengan sakit atau
tingkat kecemasan kategori berat, hospitalisasi, prosedur medis yang
sebanyak 4.8% atau 2 orang dari 42 terlibat dalam diagnosis dan pengobatan,
orang responden, dan sebanyak 11.9% sistem pendukung yang ada, kekuatan
atau 5 orang responden memiliki tingkat ego pribadi, kemampuan koping
kecemasan kategori ringan. Menurut sebelumnya, stress tambahan pada
Vivin (2013), mayoritas responden sistem keluarga, keyakinan budaya dan
adalah perempuan yaitu sebanyak 17 agama, serta pola komunikasi antar
responden (56,7%). Banyaknya anggota keluarga.
responden perempuan dibandingkan Dalam mengurangi tingkat
dengan responden laki-laki lebih kecemasan orang tua selama proses
disebabkan responden perempuan perawatan pada anak, dapat diberikan
merupakan anggota keluarga pasien asuhan keperawatan dengan konsep
yang berada di rumah atau tidak bekerja, caring. Caring merupakan bagian
sehingga waktu yang miliki lebih terpenting dalam keperawatan yang
banyak sedangkan responden laki-laki menyangkut hubungan antara perawat
lebih sedikit disebabkan responden dengan klien dalam memberikan
sedang bekerja dan tidak dapat menjaga dukungan psikologi serta emosional
pasien kepada klien dan keluarga, baik secara
Menurut Dadang (2011), untuk verbal maupun nonverbal dalam proses
mengetahui sejauh mana derajat pelayanan keperawatan sehingga dapat
kecemasan seseorang menggunakan alat meningkatkan rasa aman dan
ukur (instrumen) yang dikenal dengan keselamatan klien.
nama Hamilton Rating Scale for Anxiety Menurut Watson (2005), ada 10
(HRS-A), Alat ukur ini terdiri dari 14 (sepuluh) carative factor yang berasal
kelompok gejala dimana untuk masing dari perspektif humanistik yang
kelompok gejala diberikan penilaian dikombinasi dengan dasar ilmu
antara 0-4 yang artinya: 0 bila tidak ada pengetahuan ilmiah yang menjadi fokus
gejala; 1 bila ada gejala ringan; 2 bila utama dalam praktek keperawatan.
ada gejala sedang; 3 bila ada gejala Sepuluh faktor karatif tersebut meliputi
berat; dan 4 bila ada gejala berat sekali. nilai-nilai kemanusiaan; kepercayaan-
Kemudian dari masing-masing nilai harapan; kepekaan terhadap diri sendiri
angka (score) dari ke 14 kelompok dan orang lain; hubungan saling percaya
gejala tersebut dijumlahkan dan dari dan saling membantu; ungkapan
hasil penjumlahan tersebut dapat perasaan positif dan negatif; metode
diketahui derajat kecemasan seseorang, penyelesaian masalah sistematis;
yaitu: Kurang dari 14 = tidak ada pengajaran dan pembelajaran melalui
kecemasan; 14 – 20 = kecemasan hubungan interpersonal; dukungan
ringan; 21 – 27 = kecemasan sedang; 28 perlindungan mental, fisik, sosial
budaya dan lingkungan spiritual; mengenai prosedur tindakan
kebutuhan manusia; dan kekuatan pengambilan darah, 1 perawat lebih
ekstensial-phenomenological. memilih duduk di meja perawat dan
Berdasarkan hasil penelitian Ade memerintahkan mahasiswa praktikan
(2012), diperoleh data bahwa sebagian untuk melakukan tindakan keperawatan,
besar responden yaitu sebanyak 106 1 orang perawat ramah dan senyum saat
orang (98.1 %) responden menilai menerima pasien baru serta memberikan
perilaku caring perawat terhadap pasien penjelasan dengan ramah.
di ruang rawat inap umum RSMM Hasil wawancara kepada 6 ibu
Bogor cukup tinggi. Sedangkan yang menunggui anaknya di ruang rawat
berdasarkan hasil penelitian Abdul, inap anak (Bangsal Anggrek) RSUD
Ariyanti dan Elly (2013), menunjukkan Ambarawa diperoleh data 5 ibu
bahwa 81,3% responden mempunyai mengatakan semua perawat sudah baik,
persepsi bahwa perawat mempunyai sudah mau berkomunikasi dengan baik,
perilaku caring yang baik dan sudah memberikan informasi disetiap
menunjukkan kepuasan terhadap tindakan, sudah membina hubungan
pelayanan keperawatan. saling percaya, dan sudah memberikan
Pada ruang perawatan anak rasa nyaman dan aman bagi klien dan
perilaku caring sangat diperlukan karena ibu yang menunggui. Namun menurut 1
tingkat ketergantungan yang tinggi dan ibu, masih ada 1 perawat yang judes saat
kecemasan yang meningkat. Adanya melakukan tindakan keperawatan
perilaku caring yang cukup dari perawat kepada anaknya.
juga akan meminimalkan kejadian Dari hasil wawancara serta
kecemasan pada orang tua, artinya observasi berdasarkan alat ukur
dalam memberikan perilaku caring, kecemasan Hamilton Rating Scale for
perawat hendaknya mengerti akan Anxiety (HRS-A) kepada 6 ibu tersebut
perasaan dan kebutuhan pasien tanpa diperoleh data bahwa 1 ibu mengatakan
membatasi gerakan atau lingkup tidak cemas dan memang tidak nampak
kesehatan pasien. cemas karena anaknya mampu
Timbulnya kecemasan biasanya beradaptasi dengan lingkungan Rumah
didahului oleh faktor-faktor tertentu. Sakit; 1 ibu mengalami kecemasan
Demikian pula kecemasan yang dialami ringan yang ditandai dengan
oleh orang tua terkait hospitalisasi anak mengungkapkan cemas dan terlihat
di RSUD Ambarawa dipengaruhi oleh sedikit tremor dan mengatakan merasa
faktor usia, jenis kelamin, tingkat kasihan saat anaknya di suntik; 2 ibu
pendidikan, status ekonomi, tingkat mengalami kecemasan sedang yang
pengetahuan, lama rawat inap, dan juga ditandai dengan banyak bicara mengenai
oleh perilaku caring perawat (Wong, kondisi anaknya, nampak gelisah dan
2009). meremas tangan; serta 2 ibu mengalami
Hasil pengamatan kepada 4 kecemasan berat yang ditandai dengan
(empat) perawat yang bertugas pada nampak gelisah, berkeringat,
tanggal 17 Desember 2013 di ruang mengerutkan dahi bahkan sampai
rawat inap anak (Bangsal Anggrek) menangis saat di wawancarai karena
RSUD Ambarawa mengenai perilaku merasa tidak tega dengan kondisi
caring perawat, masih ada perawat yang anaknya dan berharap anaknya segera
terlihat kurang caring karena belum sembuh.
memenuhi beberapa indikator caring. Berdasarkan hasil studi
Indikator caring yang belum dilakukan pendahuluan yang telah dilakukan dan
oleh beberapa perawat tersebut didukung oleh data hasil-hasil penelitian
diantaranya 2 orang perawat kurang yang sudah pernah dilakukan oleh
ramah dan kurang senyum saat menemui penelitian sebelumnya, maka peneliti
klien dan ibu klien serta kurang tertarik untuk melakukan penelitian
memberikan informasi yang jelas tentang “Hubungan Perilaku Caring
Perawat dengan Tingkat Kecemasan Ibu anak RSUD Ambarawa Kabupaten
Akibat Hospitalisasi Anak di Ruang Semarang.
Rawat Inap Anak RSUD Ambarawa
tahun 2014”. Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi
Perilaku Caring Perawat Di Ruang
METODE Rawat Inap Anak RSUD Ambarawa
Desain penelitian yang digunakan Kabupaten Semarang
pada penelitian ini adalah deskriptif
korelasi dengan menggunakan cross Perilaku Persentase
Frekuensi
sectional (studi potong lintang), dimana Caring (%)
dalam penelitian ini peneliti mencuplik
sebuah sampel dari populasi dalam satu Kurang 4 7,3
waktu. Kemudian peneliti mengamati Cukup 24 43,6
variabel bebas (perilaku caring perawat)
dan variabel terikat (tingkat kecemasan Baik 27 49,1
ibu) pada tiap individu dari sampel
dalam satu waktu. Setelah itu, peneliti Jumlah 55 100,0
melakukan analisis korelasi dari
kelompok-kelompok hasil observasi
(pengukuran) (Nasir, Muhith dan BerdasarkanTabel 5.1, dapat
Ideputri, 2011). Populasi dalam diketahui bahwa dari 55 responden ibu
penelitian ini adalah semua ibu yang yang anaknya dirawat di ruang rawat
menunggui anaknya yang dirawat di inap anak RSUD Ambarawa Kabupaten
ruang rawat inap anak kelas II dan III Semarang, lebih banyak ibu menyatakan
(Bangsal Anggrek) RSUD Ambarawa perilaku caring perawat dalam kategori
tahun 2014 dengan jumlah rata-rata baik, yaitu sejumlah 27 orang (49,1%).
perbulan adalah 120 orang. Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 55 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi
orang ibu, dengan penghitungan Tingkat Kercemasan Ibu Di Ruang
menggunakan rumus Slovin dimana Rawat Inap Anak RSUD Ambarawa
rumus ini digunakan untuk menghitung Kabupaten Semarang
jumlah sampel dengan populasi kurang
dari 10.000 (Putra, 2012). Teknik Tingkat Persentase
Frekuensi
pengambilan sampel pada penelitian ini Kecemasan (%)
adalah purposive sampling dimana
pengambilan sampel ini didasarkan pada Tidak Cemas 9 16,4
pertimbangan peneliti yang sudah
mengetahui karakteristik populasi yang Cemas Ringan 23 41,8
akan diteliti (Putra, 2009).
Untuk mengetahui hubungan Cemas Sedang 19 34,5
antara kedua variabel digunakan metode Cemas Berat 4 7,3
uji korelasi kendall tau, dengan nilai r
untuk menyatakan hubungan lebih kecil
atau sama dengan 0,05. Jumlah 55 100,0