Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU

AKIBAT HOSPITALISASI ANAK (USIA 0- 12 TAHUN)


DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG

Dhika Setiyawan
010212A006
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
Progran Studi Ilmu Keperawatan
e-mail : dhik4_nurs3@yahoo.co.id

Abstrak

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Dian dan Wiwin (2013) serta
Vivin (2013) didapatkan data kecemasan orang tua tertinggi pada kategori sedang yaitu
83,3% dan mayoritas adalah perempuan. Perasaan cemas dapat muncul dikarenakan salah
satunya perawatan yang kurang menyenangkan dari petugas kesehatan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat
kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa.
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Data diperoleh melalui
pengisian kuesioner. Populasinya adalah jumlah rata-rata perbulan ibu yang menunggui
anaknya di ruang kelas II dan III ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa sebanyak 120
ibu. Sampel penelitian adalah 55 ibu yang menunggui anaknya di ruang rawat inap anak
kelas II dan III RSUD Ambarawa, diambil dengan teknik purposive sampling. Data
dianalisa menggunakan rumus Kendalls tau.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa ibu yang tidak mengalami cemas
sebesar 16,4%, yang mengalami cemas ringan sebesar 41,8%, yang mengalami cemas
sedang sebesar 34,5%, dan yang mengalami cemas berat 7,3%. Sedangkan perawat yang
kurang caring sebesar 7,3%, cukup caring sebesar 43,6%, dan caring sudah baik sebesar
49,1%. Hasil korelasi Kendalls tau menunjukkan nilai p-value=0,000 dan koefisien
korelasi -0,547. Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara perilaku caring perawat
dengan tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap anak RSUD
Ambarawa.
Diharapkan perawat meningkatkan perilaku caring kepada klien maupun
keluarga dengan cara lebih mendalami ilmu tentang caring maupun mengikuti pelatihan
dan workshop tentang caring.

Kata kunci : Caring, kecemasan, hospitalisasi


Kepustakaan : 25 (2005-2013)

PENDAHULUAN
Hospitalisasi merupakan suatu Menurut Wong (2009), berbagai
proses karena suatu alasan darurat atau perasaan cemas yang muncul pada orang
berencana yang mengharuskan anak tua ketika anaknya dirawat dirumah
untuk tinggal di rumah sakit menjalani sakit yaitu: marah, takut, sedih, dan rasa
terapi atau perawatan sampai bersalah. Perasaan tersebut dapat
pemulangan kembali ke rumah. Selama muncul terutama pada mereka yang baru
proses hospitalisasi anak, cemas tidak pertama kali mengalami perawatan anak
hanya dialami oleh anak yang dirawat dirumah sakit, orang tua yang kurang
namun juga orang tua anak, sehingga mendapatkan dukungan emosi dan sosial
asuhan keperawatan tidak hanya serta ekonomi dari keluarga, dan
berfokus pada anak melainkan juga pada perawatan yang kurang menyenangkan
orang tua anak (Wong, 2009). dari petugas kesehatan, akan
menyebabkan rasa cemas pada orang tua – 41 = kecemasan berat; 41 – 56 =
tersebut. kecemasan berat sekali.
Berdasarkan hasil penelitian Menurut Wong (2009),
Febriana dan Madya (2012), diperoleh kecemasan pada orang tua yang
data bahwa ibu yang menunggui anak di menunggui anaknya di rumah sakit akan
Rumah Sakit paling banyak mengalami menyebabkan orang tua menerapkan
cemas ringan (73,3 %). Berdasarkan pola terlalu melindungi dan perhatian
hasil penelitian Siswanto, Dian dan yang memanjakan, sehingga hal tersebut
Wiwin (2013), didapatkan data bahwa dapat mengganggu dalam proses
frekuensi responden berdasarkan tingkat pemberihan asuhan keperawatan pada
kecemasan pada orang tua tertinggi pada anak. Adapun faktor-faktor yang
tingkat kecemasan kategori sedang, mempengaruhi reaksi orang tua terhadap
yaitu sebanyak 83.3% atau 35 orang dari penyakit anak diantaranya keseriusan
42 total responden dan frekuensi ancaman terhadap anak, pengalaman
terendah adalah orang tua dengan sebelumnya dengan sakit atau
tingkat kecemasan kategori berat, hospitalisasi, prosedur medis yang
sebanyak 4.8% atau 2 orang dari 42 terlibat dalam diagnosis dan pengobatan,
orang responden, dan sebanyak 11.9% sistem pendukung yang ada, kekuatan
atau 5 orang responden memiliki tingkat ego pribadi, kemampuan koping
kecemasan kategori ringan. Menurut sebelumnya, stress tambahan pada
Vivin (2013), mayoritas responden sistem keluarga, keyakinan budaya dan
adalah perempuan yaitu sebanyak 17 agama, serta pola komunikasi antar
responden (56,7%). Banyaknya anggota keluarga.
responden perempuan dibandingkan Dalam mengurangi tingkat
dengan responden laki-laki lebih kecemasan orang tua selama proses
disebabkan responden perempuan perawatan pada anak, dapat diberikan
merupakan anggota keluarga pasien asuhan keperawatan dengan konsep
yang berada di rumah atau tidak bekerja, caring. Caring merupakan bagian
sehingga waktu yang miliki lebih terpenting dalam keperawatan yang
banyak sedangkan responden laki-laki menyangkut hubungan antara perawat
lebih sedikit disebabkan responden dengan klien dalam memberikan
sedang bekerja dan tidak dapat menjaga dukungan psikologi serta emosional
pasien kepada klien dan keluarga, baik secara
Menurut Dadang (2011), untuk verbal maupun nonverbal dalam proses
mengetahui sejauh mana derajat pelayanan keperawatan sehingga dapat
kecemasan seseorang menggunakan alat meningkatkan rasa aman dan
ukur (instrumen) yang dikenal dengan keselamatan klien.
nama Hamilton Rating Scale for Anxiety Menurut Watson (2005), ada 10
(HRS-A), Alat ukur ini terdiri dari 14 (sepuluh) carative factor yang berasal
kelompok gejala dimana untuk masing dari perspektif humanistik yang
kelompok gejala diberikan penilaian dikombinasi dengan dasar ilmu
antara 0-4 yang artinya: 0 bila tidak ada pengetahuan ilmiah yang menjadi fokus
gejala; 1 bila ada gejala ringan; 2 bila utama dalam praktek keperawatan.
ada gejala sedang; 3 bila ada gejala Sepuluh faktor karatif tersebut meliputi
berat; dan 4 bila ada gejala berat sekali. nilai-nilai kemanusiaan; kepercayaan-
Kemudian dari masing-masing nilai harapan; kepekaan terhadap diri sendiri
angka (score) dari ke 14 kelompok dan orang lain; hubungan saling percaya
gejala tersebut dijumlahkan dan dari dan saling membantu; ungkapan
hasil penjumlahan tersebut dapat perasaan positif dan negatif; metode
diketahui derajat kecemasan seseorang, penyelesaian masalah sistematis;
yaitu: Kurang dari 14 = tidak ada pengajaran dan pembelajaran melalui
kecemasan; 14 – 20 = kecemasan hubungan interpersonal; dukungan
ringan; 21 – 27 = kecemasan sedang; 28 perlindungan mental, fisik, sosial
budaya dan lingkungan spiritual; mengenai prosedur tindakan
kebutuhan manusia; dan kekuatan pengambilan darah, 1 perawat lebih
ekstensial-phenomenological. memilih duduk di meja perawat dan
Berdasarkan hasil penelitian Ade memerintahkan mahasiswa praktikan
(2012), diperoleh data bahwa sebagian untuk melakukan tindakan keperawatan,
besar responden yaitu sebanyak 106 1 orang perawat ramah dan senyum saat
orang (98.1 %) responden menilai menerima pasien baru serta memberikan
perilaku caring perawat terhadap pasien penjelasan dengan ramah.
di ruang rawat inap umum RSMM Hasil wawancara kepada 6 ibu
Bogor cukup tinggi. Sedangkan yang menunggui anaknya di ruang rawat
berdasarkan hasil penelitian Abdul, inap anak (Bangsal Anggrek) RSUD
Ariyanti dan Elly (2013), menunjukkan Ambarawa diperoleh data 5 ibu
bahwa 81,3% responden mempunyai mengatakan semua perawat sudah baik,
persepsi bahwa perawat mempunyai sudah mau berkomunikasi dengan baik,
perilaku caring yang baik dan sudah memberikan informasi disetiap
menunjukkan kepuasan terhadap tindakan, sudah membina hubungan
pelayanan keperawatan. saling percaya, dan sudah memberikan
Pada ruang perawatan anak rasa nyaman dan aman bagi klien dan
perilaku caring sangat diperlukan karena ibu yang menunggui. Namun menurut 1
tingkat ketergantungan yang tinggi dan ibu, masih ada 1 perawat yang judes saat
kecemasan yang meningkat. Adanya melakukan tindakan keperawatan
perilaku caring yang cukup dari perawat kepada anaknya.
juga akan meminimalkan kejadian Dari hasil wawancara serta
kecemasan pada orang tua, artinya observasi berdasarkan alat ukur
dalam memberikan perilaku caring, kecemasan Hamilton Rating Scale for
perawat hendaknya mengerti akan Anxiety (HRS-A) kepada 6 ibu tersebut
perasaan dan kebutuhan pasien tanpa diperoleh data bahwa 1 ibu mengatakan
membatasi gerakan atau lingkup tidak cemas dan memang tidak nampak
kesehatan pasien. cemas karena anaknya mampu
Timbulnya kecemasan biasanya beradaptasi dengan lingkungan Rumah
didahului oleh faktor-faktor tertentu. Sakit; 1 ibu mengalami kecemasan
Demikian pula kecemasan yang dialami ringan yang ditandai dengan
oleh orang tua terkait hospitalisasi anak mengungkapkan cemas dan terlihat
di RSUD Ambarawa dipengaruhi oleh sedikit tremor dan mengatakan merasa
faktor usia, jenis kelamin, tingkat kasihan saat anaknya di suntik; 2 ibu
pendidikan, status ekonomi, tingkat mengalami kecemasan sedang yang
pengetahuan, lama rawat inap, dan juga ditandai dengan banyak bicara mengenai
oleh perilaku caring perawat (Wong, kondisi anaknya, nampak gelisah dan
2009). meremas tangan; serta 2 ibu mengalami
Hasil pengamatan kepada 4 kecemasan berat yang ditandai dengan
(empat) perawat yang bertugas pada nampak gelisah, berkeringat,
tanggal 17 Desember 2013 di ruang mengerutkan dahi bahkan sampai
rawat inap anak (Bangsal Anggrek) menangis saat di wawancarai karena
RSUD Ambarawa mengenai perilaku merasa tidak tega dengan kondisi
caring perawat, masih ada perawat yang anaknya dan berharap anaknya segera
terlihat kurang caring karena belum sembuh.
memenuhi beberapa indikator caring. Berdasarkan hasil studi
Indikator caring yang belum dilakukan pendahuluan yang telah dilakukan dan
oleh beberapa perawat tersebut didukung oleh data hasil-hasil penelitian
diantaranya 2 orang perawat kurang yang sudah pernah dilakukan oleh
ramah dan kurang senyum saat menemui penelitian sebelumnya, maka peneliti
klien dan ibu klien serta kurang tertarik untuk melakukan penelitian
memberikan informasi yang jelas tentang “Hubungan Perilaku Caring
Perawat dengan Tingkat Kecemasan Ibu anak RSUD Ambarawa Kabupaten
Akibat Hospitalisasi Anak di Ruang Semarang.
Rawat Inap Anak RSUD Ambarawa
tahun 2014”. Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi
Perilaku Caring Perawat Di Ruang
METODE Rawat Inap Anak RSUD Ambarawa
Desain penelitian yang digunakan Kabupaten Semarang
pada penelitian ini adalah deskriptif
korelasi dengan menggunakan cross Perilaku Persentase
Frekuensi
sectional (studi potong lintang), dimana Caring (%)
dalam penelitian ini peneliti mencuplik
sebuah sampel dari populasi dalam satu Kurang 4 7,3
waktu. Kemudian peneliti mengamati Cukup 24 43,6
variabel bebas (perilaku caring perawat)
dan variabel terikat (tingkat kecemasan Baik 27 49,1
ibu) pada tiap individu dari sampel
dalam satu waktu. Setelah itu, peneliti Jumlah 55 100,0
melakukan analisis korelasi dari
kelompok-kelompok hasil observasi
(pengukuran) (Nasir, Muhith dan BerdasarkanTabel 5.1, dapat
Ideputri, 2011). Populasi dalam diketahui bahwa dari 55 responden ibu
penelitian ini adalah semua ibu yang yang anaknya dirawat di ruang rawat
menunggui anaknya yang dirawat di inap anak RSUD Ambarawa Kabupaten
ruang rawat inap anak kelas II dan III Semarang, lebih banyak ibu menyatakan
(Bangsal Anggrek) RSUD Ambarawa perilaku caring perawat dalam kategori
tahun 2014 dengan jumlah rata-rata baik, yaitu sejumlah 27 orang (49,1%).
perbulan adalah 120 orang. Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 55 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi
orang ibu, dengan penghitungan Tingkat Kercemasan Ibu Di Ruang
menggunakan rumus Slovin dimana Rawat Inap Anak RSUD Ambarawa
rumus ini digunakan untuk menghitung Kabupaten Semarang
jumlah sampel dengan populasi kurang
dari 10.000 (Putra, 2012). Teknik Tingkat Persentase
Frekuensi
pengambilan sampel pada penelitian ini Kecemasan (%)
adalah purposive sampling dimana
pengambilan sampel ini didasarkan pada Tidak Cemas 9 16,4
pertimbangan peneliti yang sudah
mengetahui karakteristik populasi yang Cemas Ringan 23 41,8
akan diteliti (Putra, 2009).
Untuk mengetahui hubungan Cemas Sedang 19 34,5
antara kedua variabel digunakan metode Cemas Berat 4 7,3
uji korelasi kendall tau, dengan nilai r
untuk menyatakan hubungan lebih kecil
atau sama dengan 0,05. Jumlah 55 100,0

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan Tabel 5.2, dapat
HASIL diketahui bahwa dari 55 responden ibu
Analisis univariat dalam yang anaknya dirawat di ruang rawat
penelitian ini digunakan untuk inap anak RSUD Ambarawa Kabupaten
mengetahui gambaran perilaku caring Semarang, lebih banyak ibu yang
prawat dan tingkat kecemasan ibu akibat mengalami cemas ringan, yaitu sejumlah
hospitalisasi anak di ruang rawat inap 23 orang (41,8%).
Analisis bivariat pada penelitian antara perilaku caring perawat dengan
ini digunakan untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu akibat
hubungan perilaku caring perawat hospitalisasi anak di ruang rawat inap
dengan tingkat kecemasan ibu akibat anak RSUD Ambarawa. Nilai korelasi
hospitalisasi anak di ruang rawat inap bertanda negatif memiliki arti bahwa
anak RSUD Ambarawa Kabupaten hubungan ini memiliki arah negatif,
Semarang. Untuk menguji hubungan ini yaitu jika perilaku caring perawat
digunakan uji Kendall Tau, dimana semakin baik maka tingkat kecemasan
hasil-hasilnya disajikan berikut ini. ibu semakin berkurang, dan korelasi ini
merupakan korelasi yang sedang, karena
Tabel 5. 3. Hubungan Perilaku Caring nilainya terletak antara 0,40-0,60
Perawat dengan Tingkat Kecemasan
Ibu Akibat Hospitalisasi Anak Di PEMBAHASAN
Ruang Rawat Inap Anak RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang A. Perilaku Caring Perawat
Hasil penelitian di ruang rawat
Tingkat Kecemasan inap anak RSUD Ambarawa Kabupaten
Perilaku Total Semarang untuk variabel perilaku
Tdk Cemas Cemas Cemas
Caring
Cemas Ringan Sedang Berat
caring perawat yang dipersepsikan ibu
Perawat menunjukkan bahwa proporsi perawat
F % F % f % F % f % yang dinilai sudah memiliki perilaku
caring yang baik yaitu sebanyak 49,1%.
Kurang 0 0,0 1 25,0 1 25,0 2 50,0 4 100 Dari hasil pengisian kuesioner,
Cukup 2 8,3 5 20,8 15 62,5 2 8,3 24 100
didapatkan data bahwa dari 55
responden, ada 24 responden yang
Baik 7 25,9 1 63,0 3 11,1 0 ,0 27 100 menjawab perawat selalu menerapkan
7 faktor karatif 4 (hubungan saling
percaya) yaitu pada pernyataan nomor
Jumlah 9 16,4 2 41,8 19 34,5 4 7,3 55 100 25.
3 Menurut Watson (1979) dalam
Nasir dan Muhith (2011), untuk
 = -0,547 p-value = 0,000
mendapat hubungan saling percaya
Berdasarkan Tabel 5.3, dapat dengan pasien, seorang perawat harus
diketahui bahwa perilaku caring perawat mempunyai kemampuan berkomunikasi
dengan kategori kurang didapati tingkat terapeutik yang baik. Perawat harus bisa
kecemasan ibu yang lebih dominan membedakan komunikasi dan
adalah tingkat kecemasan berat yaitu komunikasi terapeutik. Pertolongan dan
sebanyak 2 orang (50%). Untuk perilaku hubungan saling percaya tidak sekedar
caring perawat dengan kategori cukup menyatakan ikut prihatin atau kasihan,
didapati tingkat kecemasan ibu yang tetapi ditunjukkan dengan pertolongan
lebih dominan adalah tingkat kecemasan dan saling percaya. Kata kunci saling
sedang yaitu sebanyak 15 orang percaya adalah komunikasi, karena
(62,5%). Sedangan perilaku caring komunikasi akan meningkatkan
perawat dengan kategori baik didapati keharmonisan, empati dan kehangatan
tingat kecemasan ibu yang dominan (Sulisno, 2009).
adalah tingkat kecemasan ringan yaitu Dari hasil pengisian kuesioner,
sebanyak 17 orang (63%). didapatkan data bahwa dari 55
Berdasarkan uji Kendall Tau responden, ada 24 responden yang
didapat nilai korelasi  sebesar -0,547 menjawab perawat selalu menerapkan
dengan p-value 0,000. Oleh karena p- faktor karatif 6 (penggunaan metode
value = 0,000 < α (0,05), disimpulkan ilmiah) yaitu pada pernyataan nomor 17.
bahwa ada hubungan yang signifikan Menurut Watson (1979) dalam Nasir
dan Muhith (2011), penggunaan metode
ilmiah yaitu penggunaan problem menumbuhkan harapan yang realistis
solving dalam mengambil keputusan. kepada pasien. Hal ini penting baik
Diperoleh melalui riset yang dalam pengobatan maupun perawatan.
berkesinambungan, pemberian arti Kepercayaan bahwa yang diperbuat
terhadap ilmu, dan peningkatan akan menumbuhkan hasil. Seringkali
pengetahuan. Penggunaan metode optimisme, terutama optimisme pasien,
ilmiah, problem solving dan menjadi faktor kunci proses
pengambilan keputusan yang rasional penyembuhan (Sulisno, 2009).
dalam memberikan asuhan, perawat dan Hasil penelitian ini sejalan dengan
bidan menggunakan proses asuhan hasil penelitian Ade (2012), dimana
keperawatan/kebidanan dan penerapan sebagian besar responden yaitu
hasil-hasil riset (Sulisno, 2009). sebanyak 106 orang (98.1 %) responden
Hasil pengisian kuesioner menilai perilaku caring perawat
ditemukan juga data bahwa dari 55 terhadap pasien di ruang rawat inap
responden, ada 9 responden yang umum RSMM Bogor cukup tinggi.
menjawab perawat tidak pernah Penelitian ini juga sejalan dengan hasil
menerapkan faktor karatif 1 (sistem nilai penelitian Abdul, Ariyanti dan Elly
humanistik-altruistik) yaitu pada (2013), dimana 81,3% responden
pernyataan nomor 29. Menurut Watson mempunyai persepsi bahwa perawat
(1979) dalam Nasir dan Muhith (2011), mempunyai perilaku caring yang baik
humanistik-altruistik dibangun dari dan menunjukkan kepuasan terhadap
pengalaman, belajar, dan upaya-upaya pelayanan keperawatan.
mengembangkan sikap humanis yang
tumbuh dari panggilan jiwa dan B. Tingkat Kecemasan Ibu
kesadaran diri untuk menolong dan Hasil penelitian di ruang rawat
memberikan bantuan pada sesama. inap anak RSUD Ambarawa Kabupaten
Caring ditunjukkan dengan sikap Semarang menunjukkan bahwa 23
humanistik dan altruistik. Sikap ini responden (41,8%) mengalami tingkat
dibangun dari pengalaman, belajar dan kecemasan ringan. Hal ini sejalan
upaya-upaya mengembangkan sikap dengan hasil penelitian Febriana dan
humanistik dan mengutamakan orang Madya (2012), tentang hubungan
lain (Sulisno, 2009). kecemasan ibu dengan kecemasan anak
Peneliti juga menemukan data saat hospitalisasi anak menunjukkan
dari hasil pengisian kuesioner oleh bahwa ibu yang menunggui anak di
responden bahwa dari 55 responden, ada Rumah Sakit paling banyak mengalami
9 responden yang menjawab perawat cemas ringan (73,3 %)
tidak pernah menerapkan faktor karatif 2 Stuart dan Sundeen (2007)
(kepercayaan-harapan) yaitu pada menjelaskan bahwa cemas ringan
pernyataan nomor 24. Menurut Watson dapat disebabkan oleh ketegangan
(1979) dalam Nasir dan Muhith (2011), dalam kehidupan sehari-hari. Hal
Perawat menggunakan kekuatan sugestif tersebut menyebabkan seseorang
secara positif untuk memberikan menjadi waspada dan meningkatkan
dukungan pada pasien untuk yakin akan lahan persepsinya. Cemas dapat menjadi
mendapat kesembuhan. Hal ini harus motivasi untuk belajar dan
diawali dari keyakinan dalam diri menghasilkan kreativitas. Selain itu,
perawat sendiri, bahwa dengan berdasarkan hasil pengisian kuesioner
sentuhannya pasien akan dapat juga didapatkan bahwa responden yang
kesembuhan. Pengalaman dalam memiliki kecemasan ringan rata – rata
pelayanan memberikan kekuatan bahwa merasakan sesuatu akan baik – baik saja
peran perawat merupakan variabel dan sesuatu yang buruk tidak akan
penting dalam pemberi kepuasan dan terjadi.
kesembuhan. Caring ditunjukkan Dari hasil penelitian juga
dengan kepercayaan kepada pasien dan didapatkan data bahwa 19 responden
(34,5%) mengalami tingkat kecemasan statistik diperoleh nilai p = 0,000 kurang
sedang. Stuart dan Sundeen (2007), dari α (0,05) dan nilai koefisien korelasi
menjelaskan bahwa saat mengalami = -0,547 maka dapat disimpulkan ada
cemas sedang, seseorang akan hubungan yang signifikan antara
lebih memusatkan pada hal-hal perilaku caring perawat dengan tingkat
penting. Mereka mengesampingkan kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak
yang lain, sehingga perhatian pada hal di ruang rawat inap anak RSUD
yang selektif dan mampu melakukan Ambarawa Kabupaten Semarang tahun
sesuatu dengan lebih terarah. 2014.
Cemas sedang merupakan Menurut Potter dan Perry (2009)
perasaan yang mengganggu bahwa ada caring merupakan tindakan yang
sesuatu yang benar-benar berbeda, diarahkan untuk membimbing,
individu menjadi gugup atau agitasi. mendukung individu lain atau kelompok
Gejala yang dapat muncul yaitu gelisah, dengan nyata atau antisipasi kebutuhan
sering berkemih, sakit kepala, untuk meningkatkan kondisi kehidupan
pola tidur berubah, mudah marah seseorang. Tuiuan dari caring adalah
dan kewaspadaan meningkat (Videbeck, memberikan rasa aman dan nyaman
2012). untuk menurunkan kecemasan. Perawat
Hasil Penelitian didapatkan juga hendaknya menyediakan waktu untuk
data 4 responden (7,3%) masih mendengarkan (listening) keluhan
mengalami tingkat kecemasan berat. pasien. mmberikan dorongan dengan
Menurut Videbeck (2012), kecemasan sikap yang ramah, bersahabat tapi tegas,
berat dialami ketika individu yakin jangan menunjukkan perasaan jengkel
bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada atas tingkah lakunya, tetapi sebaiknya
ancaman; ia memperlihatkan respon mencoba untuk mengerti perasaan
takut dan distres.Gejala yang dapat pasien.
muncul yaitu kontak mata buruk, Adanya perilaku caring yang
pengeluaran keringat meningkat, nada cukup dari perawat akan meminimalkan
suara tinggi, mondar-mandir, gemetar, kejadian kecemasan pada orang tua,
meremas tangan, sulit berpikir, artinya dalam memberikan perilaku
egosentris, agitasi, takut, bingung dan caring, perawat hendaknya mengerti
menarik diri. akan perasaan dan kebutuhan pasien
tanpa membatasi gerakan atau lingkup
C. Hubungan Perilaku Caring kesehatan pasien (Wong, 2009).
Perawat dengan Tingkat Pada ruang perawatan anak
Kecemasan Ibu Akibat perilaku caring sangat diperlukan karena
Hospitalisasi Anak tingkat ketergantungan yang tinggi dan
Berdasarkan Tabel 5.3, dapat kecemasan yang meningkat. Menurut
diketahui bahwa perilaku caring perawat Wong (2009), aspek caring dapat
dengan kategori kurang didapati tingkat berujud konsep tentang asuhan
kecemasan ibu yang lebih dominan atraumatik dan pengembangan
adalah tingkat kecemasan berat yaitu hubungan terapeutik dengan klien.
sebanyak 2 orang (50%). Untuk perilaku Orang tua merasa bahwa caring
caring perawat dengan kategori cukup merupakan tanda asuhan keperawatan
didapati tingkat kecemasan ibu yang yang berkualitas yang sering dipusatkan
lebih dominan adalah tingkat kecemasan pada kebutuhan non-teknis anak dan
sedang yaitu sebanyak 15 orang keluarga.
(62,5%). Sedangan perilaku caring Di rumah sakit, caring diartikan
perawat dengan kategori baik didapati sebagai suatu moral imperative yang
tingat kecemasan ibu yang dominan artinya bentuk moral, sehingga dalam
adalah tingkat kecemasan ringan yaitu menjalankan perannya perawat harus
sebanyak 17 orang (63%). Hasil uji terdiri dari orang-orang yang bermoral
baik dan memiliki kepedulian terhadap
kesehatan pasien, yang mempertahankan D. Keterbatasan Penelitian
martabat dan menghargai pasien sebagai Dalam penelitian ini, peneliti
seorang manusia. Sikap caring diberikan hanya meneliti hubungan antara perilaku
melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat caring perawat dengan tingkat
baik. Caring yang baik oleh perawat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak.
dapat menolong klien untuk Sementara itu masih banyak faktor-
meningkatkan perubahan positif dalam faktor yang mempengaruhi tingkat
aspek fisik, psikologis, spiritual, dan kecemasan seseorang yang tidak dapat
sosial. Tetapi sebaliknya jika caring peneliti kendalikan, diantaranya situasi
dirasakan kurang, maka hal ini rumah sakit yang tidak mendukung,
cenderung menjadi faktor penyebab adanya tekanan baik secara ekonomi
kecemasan orang tua terkait hospitalisasi maupun sosial, konflik antar personal,
anak (Dwidiyanti, 2007). jenis penyakit anak, serta karakter dari
Berdasarkan Tabel 5.3, ditemukan masing-masing perawat.
data bahwa pada perilaku caring
perawat kategori cukup masih SIMPULAN DAN SARAN
ditemukan ibu yang mengalami tingkat
kecemasan berat sebanyan 2 orang ( SIMPULAN
8,3%) dan pada perilaku caring kategori Perilaku caring perawat di ruang
baik masih ditemukan juga ibu dengan rawat inap anak RSUD Ambarawa
tingkat kecemasan sedang sebanyak 3 sudah baik yaitu 49,1% menurut
orang (11,1%). Hal ini kemungkinan persepsi para ibu yang menunggui
dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain anaknya di ruang rawat inap anak.
yang mempengaruhi kecemasan selain Tingkat kecemasan yang paling
perilaku caring perawat. Menurut banyak di alami oleh ibu yang
Boothby, Thorn, Jensen dan Kennington menunggui anaknya di ruang rawat inap
(1998) dalam Martz (2007), faktor yang anak RSUD Ambarawa yaitu tingkat
mempengaruhi kecemasan dan koping kecemasan ringan sebanyak 23 orang
seseorang yaitu faktor internal (umur, (41,8%).
jenis kelamin, dan etnis) serta faktor Ada hubungan yang signifikan
eksternal (tingkat keparahan penyakit, antara perilaku caring perawat dengan
kemampuan mengontrol nyeri, dan tingkat kecemasan ibu akibat
penilaian terhadap suatu kondisi). hospitalisasi anak di ruang rawat inap
Menurut hasil analisa peneliti, RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
hospitalisasi dapat menimbulkan tahun 2014 yang dibuktikan dengan nilai
kecemasan baik kepada anak maupun p-value = 0,000 kurang dari α (0,05) dan
orang tua yang menunggui anaknya di nilai koefisien korelasi = -0,547 dimana
rumah sakit. Tingkat dan bentuk dengan adanya perilaku caring yang
kecemasan y a n g d i a l a m i o l e h baik, maka didapatkan tingkat
m a s i n g - m a s i n g o r a n g t u a akan kecemasan ibu dengan kategori ringan.
berbeda-beda. Perawat yang perhatian
d a n c a r e kepada orang tua dapat SARAN
menurunkan tingkat kecemasan Hasil penelitian ini bisa
tersebut. Orang ;tua akan merasa dijadikan acuan untuk lebih
dibimbing, dibantu, dan diberikan solusi meningkatkan kualitas pelayanan
atas masalah yang dihadapi. Dukungan rumah sakit baik kepada pasien
berupa bimbingan umpan balik, sendiri maupun kepada keluarga
pemecahan masalah, sumber dan pasien.
validator, memberi dukungan, Kepada perawat diharapkan dapat
memberikan penghargaan dan mempertahankan serta meningkatkan
memberikan perhatian. perilaku caring kepada klien maupun
keluarganya, bisa dengan cara lebih
mendalami tentang caring maupun
mengikuti pelatihan-pelatihan atau Morrison. P. (2005). Caring &
workshop tentang caring. Communicating. Jakarta :EGC.
Hendaknya hasil penelitian ini Nasir, A & Abdul M. (2011). Dasar-
bisa dijadikan acuan atau masukan Dasar Keperawatan Jiwa
untuk penelitian selanjutnya yang Pengantar dan Teori. Jakarta:
berkaitan dengan perilaku caring Salemba Medika.
perawat dan tingkat kecemasan anak Perry, P. (2009). Fundamental
maupun orang tua dalam menghadapi keperawatan. Jakarta :Salemba
hospitalisasi di rumah sakit. Medika.
Mengembangkan penelitian mengenai Putra, S. R. (2012). Panduan Riset
perilaku caring perawat dengan tingkat Keperawatan dan Penulisan
kecemasan dengan mempertimbangkan Ilmiah. Yogyakarta: D-Medika.
dan membahas faktor-faktor lain yang Riwidikdo, H. (2008). Statistik
mempengaruhi. Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Cendekia Press Yogyakarta.
DAFTA PUSTAKA Sari, F. S. & Madya S. (2012).
Abdul, Ariyanti Saleh & Elly L. Sjattar. Hubungan Kecemasan Ibu
(2013). Hubungan perilaku caring dengan Kecemasan Anak Saat
perawat dengan tingkat kepuasan Hospitalisasi Anak.
pasien rawat inap di RSUD Kota http://ejournal-
Baubau. s1.undip.ac.id/index.php/jnursing.
Aprilistyawati, A. (2013). Keperawatan Saryono. (2011). Kumpulan Instrumen
Psikiatri dan Kesehatan Jiwa. Penelitian Kesehatan. Bantul:
Yogyakarta: Imperium. Nuha Medika
Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitin Siswanto, D. S. & Wiwin L. (2013).
Sutau Pendekatan Praktek. Hubungan Kualitas Komunikasi
Jakarta: PT Rineka Cipta. Terapeutik Perawat dengan
Dwidiyanti, M. (2007). “Caring” Kunci Tingkat Kecemasan Orang Tua
Sukses Perawat/Ners Anak yang Dirawat di RSUD
Mengamalkan Ilmu. Semarang: Sumbawa Tahun 2013.
Penerbit Hasani. Stuart & Sundeen (2007). Buku saku
Hawari, D. (2011). Managemen Stress, keperawatan jiwa. Edisi 5.
Cemas dan Depresi. Edisi 2. Jakarta: EGC
Jakarta: FKUI. Sulisno, M. (2009). Dasar-Dasar Etika
Hastono, S.P. (2007). Basic Data Dalam Praktik Keperawatan dan
Analysis for Health Research Kebidanan. Semarang: Penerbit
Training: Analisis Data Hasani.
Kesehatan. Jakarta : FKMUI Videbeck, S. L. (2012). Buku Ajar
Ikawati, V. C. (2013). Hubungan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Komunikasi Terapeutik Perawat Watson, J. (2005). Nursing The
dengan Tingkat Kecemasan Philosophy and Science of Caring
Keluarga pada Pasien yang Revised Edition. Colorado:
Dirawat Diunit Perawatan Kritis Library of Congress Cataloging-
(ICU) di RSUD Dr. Moewardi in-Publication Data.
Surakarta. Watson, J. (2009). Assesing and
Kusumawati, F. & Yudi H. (2011). Buku Measuring Caring in Nursing and
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Health Sciences Second Edition.
Salemba Medika. Canada: Springer Publishing
Martz, E. & Hanoch, L. (2007). Coping Company.
with Chronic Illnes and Wong, D. L. (2009). Buku Ajar
Disability: Theoretical, Keperawatan Pediatrrik Volume
Empirical, and Clinical Aspect. 1. Jakarta : EGC.
New York: Springer.
Wong, D. L. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrrik Volume
2. Jakarta : EGC.
Yuliawati, A. L. (2012). Gambaran
Perilaku Caring Perawat
Terhadap Pasien di Ruang Rawat
Inap Umum RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor.

Anda mungkin juga menyukai