Anda di halaman 1dari 11

Tingkat Stres Hospitalisasi pada Anak Berhubungan dengan Peran Perawat di Rumah Sakit Baptis Kedirii

Melindasari, Dewi Ika Sari H.P.

TINGKAT STRES HOSPITALISASI PADA ANAK BERHUBUNGAN DENGAN


PERAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

CORELATION LEVEL OF STRESS HOSPITALIZATION TO CHILDREN


WITH NURSE’S ROLES AT KEDIRI BAPTIS HOSPITAL

Melindasari
Dewi Ika Sari H.P
STIKES Rumah Sakit Baptis Kediri
(stikesbaptisjurnal@ymail.com)

ABSTRAK

Sakit dan dirawat di Rumah Sakit merupakan krisis utama yang berdampak stres
hospitalisasi pada anak. Tujuan penelitian menganalisis hubungan peran perawat (caring)
dengan stres hospitalisasi pada anak usia prasekolah. Desain penelitian cross sectional.
Populasinya anak usia prasekolah di Ruang Anak dengan sampel 31 anak. Sampling
menggunakan “pusposive sampling”. Variabel independen peran perawat (caring) dan
variabel dependen stres hospitalisasi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan
dianalisis menggunakan uji statistik “Spearman Rho” dengan α ≤ 0,05. Hasil penelitian
di temukan masih ada peran perawat (caring) yang rendah (12,9%) dan sisanya sedang
dan tinggi. Semua pasien anak mengalami stres hospitalisasi dengan tingkat stres
hospitalisasi dengan tingkat stres ringan (61,3%). Hasil analisis p=0,003 dengan korelasi
koefisien 0,518. Jadi ada hubungan sedang peran perawat (caring) dengan stres
hospitalisasi. Disimpulkan semakin tinggi peran perawat (caring) akan menurunkan stres
hospitalisasi pada pasien anak.

Kata Kunci : Caring, Stres, Hospitalisasi, Anak

ABSTRACT

Sick and hospitalized is a major crisis that affects the stres hospitalization to
children. The purpose of research was to analyze between nurses’ role (caring) and stres
hospitalization to children of preschool age. Design was cross-sectional study. Population
was preschool children in pediatric room with a sample of 31 children. Sampling used
was pusposive sampling. Independent variable was nurses’ role (caring) and dependent
variable was stres hospitalization. Research instruments used questionnaires and analyzed
using a statistical test "Spearman Rho" with α ≤ 0.05. With the results of nurses’ role
(caring) was remaining low (12.9%) and the rest was medium and high. All children
experienced the stres of hospitalization with hospitalization stres level was mild stres
(61.3%). Results of analysis with p = 0.003 correlation coefficient of 0.518. So there was
a moderate relationship between nurse's role (caring) and the stres of hospitalization. It is
concluded that the higher nurses’ role (caring), it will decrease children’s stres
hospitalization.
Keywords : Caring, Stres, Hhospitalization, children
Jurnal STIKES
Vol. 6 No. 2, Desember 2013

Pendahuluan Anak yang mengalami stres ringan 1


responden (2%), (Desita, 2011).
Berdasarkan data Medical Record Rumah
Hospitalisasi merupakan suatu Sakit Baptis Kediri, jumlah anak usia 3-6
proses yang karena suatu alasan yang tahun yang dirawat di Ruang Anak Rumah
berencana atau darurat, mengharuskan Sakit Baptis Kediri selama 3 bulan
anak untuk tinggal di rumah sakit, terakhir (bulan Agustus–Oktober 2012)
menjalani terapi dan perawatan sampai sebanyak 100 pasien. Rata-rata pasien
pemulangannya kembali ke rumah anak yang dirawat selama 1 bulan adalah
(Yulianti, 2004). Sakit dan di rawat di 33 anak. Hasil pra penelitian dengan
rumah sakit merupakan krisis utama yang melakukan observasi dan wawancara
tampak pada anak. Reaksi anak terhadap dengan orang tua anak yang sedang
hospitalisasi bersifat individual dan dirawat di ruang anak. Didapat hasil dari
tergantung pada tahapan usia 10 pasien anak, semuanya mengalami
perkembangan anak itu sendiri. Reaksi stres hospitalisasi. Hal tersebut di buktikan
anak terhadap hospitalisasi sering dari hasil observasi dan wawancara
mengakibatkan stres yang ditandai dengan terdapat perilaku anak menolak makan,
takut terhadap pengobatan, asing dengan sering bertanya, menangis perlahan, tidak
lingkungan baru, dan takut terhadap kooperatif kepada petugas kesehatan.
petugas kesehatan. Perawat perlu Hospitalisasi merupakan
maksimalkan perannya supaya asuhan pengalaman penuh stres baik bagi anak
keperawatan berlangsung dengan baik dan maupun keluarganya. Stresor utama yang
optimal (Citrawatik, 2009). Perawat di dialami dapat berupa perpisahan dengan
Rumah Sakit Baptis Kediri, sudah keluarga, kehilangan kendali, perlukaan
menjalankan peran perawat (caring), tetapi tubuh, dan rasa nyeri (Nursalam, 2005).
dalam pelaksanaannya perawat belum Masa prasekolah, anak mulai mengenal
maksimal. Hal ini tampak ketika cita-cita, belajar menggambar, menulis,
menjalankan tugasnya, perawat masih dan mengenal angka serta bentuk atau
berfokus pada tindakan atau prosedur yang warna benda. Pada tahap ini, orang tua
dilakukan. Saat anak hospitalisasi, anak perlu mulai mempersiapkan anak untuk
terlihat kurang kooperatif dengan tindakan masuk sekolah. Pada anak prasekolah
yang dilakukan oleh perawat. Sakit dan memerlukan kebebasan, tetapi di lain
dirawat di rumah sakit merupakan krisis pihak anak masih membutuhkan perasaan
utama yang tampak pada anak. Jika aman dan nyaman. Perawatan di rumah
seorang anak dirawat di rumah sakit, maka sakit seringkali dipersepsikan oleh anak
anak tersebut akan mudah mengalami prasekolah sebagai hukuman sehingga
krisis karena anak mengalami stres akibat anak merasa malu, bersalah dan takut
perubahan baik terhadap status (Yulianti, 2004). Apabila masalah tidak
kesehatannya maupun lingkungannya teratasi, maka hal ini akan menghambat
dalam kebiasaan sehari-hari dan anak proses perawatan anak dan kesembuhan
mempunyai sejumlah keterbatasan dalam anak itu sendiri. Oleh karena itu pemberi
mekanisme koping untuk mengatasi asuhan harus dapat memberikan
masalah maupun kejadian-kejadian yang kebebasan yang benar dan seimbang
bersifat menekan. Reaksi anak dalam sehingga dapat mengendalikan anak
mengatasi masalah maupun kejadian- tersebut (Azis, 2006).
kejadian yang bersifat menekan. Peran perawat yaitu salah
Berdasarkan hasil penelitian tahun satunya caring sangat penting dalam
2011 kejadian stres hospitalisasi pada hal tersebut. Caring mencerminkan apa
anak di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis yang berhubungan dengan individu,
Kediri didapatkan bahwa sebagian besar
hal ini menggambarkan hubungan yang
anak mengalami stres sedang sebanyak 24
responden (85%). Anak yang mengalami
luas, dari cinta orang tua sampai
stres berat sebanyak 5 responden (12%). hubungan pertemanan, dari kepedulian
Tingkat Stres Hospitalisasi pada Anak Berhubungan dengan Peran Perawat di Rumah Sakit Baptis Kedirii
Melindasari, Dewi Ika Sari H.P.

terhadap teman sekerja sampai pada tanggal 22 Pebruari sampai 21 Maret


kepedulian terhadap binatang 2013 di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis
peliharaan, untuk merawat dan Kediri. Analisnya menggunakan uji
melayani pasien. Caring sebagai statistik Spearman Rho dengan α ≤
0,05.
bentuk dasar dari praktik keperawatan
di mana perawat membantu pasien
pulih dari sakitnya, memberikan Hasil Penelitian
penjelasan tentang penyakitnya, dan
mengelola atau membangun lagi
hubungan. Caring membantu perawat Karakteristik Responden
mengenali intervensi yang baik, dan
kemudian menjadi perhatian dan
petunjuk untuk memberikan caring Karakteristik responden/pasien anak
nantinya (Asmadi, 2008). Peran pada penenlitian ini meliputi jenis
perawat sangat berpengaruh, sikap kelamin, karakteristik umur, dan
pengalaman riwayat dirawat di rumah
caring perawat mempengaruhi respon
sakit.
atau stres yang terjadi pada anak. Cara
mengatasi stres akibat hospitalisasi,
maka perawat sebaiknya Tabel 1 Karakteristik Jenis Kelamin
meminimalkan stresor dengan cara Pasien Anak di Ruang Anak
melakukan pendekatan pada anak, Rumah Sakit Baptis Kediri
menguasai komunikasi terapeutik pada Jenis Kelamin F %
anak, membantu anak beradaptasi Perempuan 14 45,2
dengan lingkungan sekitar anak agar Laki-laki 17 54,8
Jumlah 31 100
anak merasa aman nyaman selama di
Rumah Sakit, sehingga anak menjadi Dari hasil penelitian didapatkan hasil
kooperatif dengan tindakan perawatan lebih dari 50% responden berjenis kelamin
yang dilakukan. laki-laki (54,8%). Anak laki-laki
mempunyai sifat mudah marah dan
Metode Penelitian tersinggung.

Berdasarkan tujuan penelitian Tabel 2 Karakteristik Umur Pasien


desain penelitian yang digunakan adalah Anak di Ruang Anak
cross sectional. Populasi dalam penelitian Rumah Sakit Baptis Kediri
ini adalah pasien anak usia prasekolah di Usia F %
Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri. 3 - <4 tahun 12 38,7
Pada penelitian ini sampel yang diambil 4 - <5 tahun 4 12,9
adalah pasien anak usia prasekolah di 5-6 tahun 15 48,4
Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri Jumlah 31 100
yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah
pasien anak usia prasekolah di Ruang Dari hasil penelitian didapatkan
Anak Rumah Sakit Baptis Kediri 100 hasil Paling banyak responden berumur 5–
dalam 3 bulan terakhir. Besar sampel 6 tahun sebanyak (48,4%). Pada usia
penelitian ini yaitu 31 responden dengan tersebut interaksi sosial anak lebih luas
menggunakan purposive sampling Varibel dan perkembangan konsep diri telah
penenlitian ini peran perawat (caring) dan dimulai pada periode ini, dan dari hasil
stres hospitalisasi. Pengambilan data penelitian didapatkan mayoritas responden
menggunakan kuesioner stres hospitalisasi merupakan orang tua dari pasien (100%).
dan peran perawat (caring). Dilakukan Hal ini dapat membantu meminimalkan
Jurnal STIKES
Vol. 6 No. 2, Desember 2013

stres hospitalisasi yang terjadi pada anak Dari hasil penelitian didapatkan
selama perawatan di Rumah Sakit. hasil Lebih dari 50% peran perawat
(caring) adalah tinggi (51,6%), tetapi ada
peran perawat (caring) rendah (12,9%) hal
Tabel 3 Karakteristik Riwayat Rawat ini menunjukan masih belum semua
Inap pada Pasien Anak di perawat melakukan peran perawat dengan
Rumah Sakit Baptis Kediri baik, sehingga hal tersebut dapat
Pengalaman dirawat F % mempengaruhi mutu asuhan keperawatan
Pertama kali dirawat 8 25,8 yang diberikan pada pasien, khususnya
Kedua kali dirawat 18 58,1 pada pasien anak. Perawat masih
≥ 3 kali dirawat 5 16,1 berorientasi pada teknis keperawatan
Jumlah 31 100 namun dalam pendekatan atupun
hubungan antar manusia dengan pasien
Pengalaman yang kedua anak masih kurang.
menunjukan anak telah memiliki memori
terhadap stres hospitalisasi yang terdahulu
dan akan lebih memiliki koping yang baik Tabel 5 Stres Hospitalisasi pada
pada saat hospitalisasi pada saat ini. Anak Usia Prasekolah di
Ruang Anak Rumah Sakit
Baptis Kediri
Data Khusus Stres Hospitalisasi F %
Berat 7 22,6
Sedang 5 16,1
Hasil penelitian ini diuraikan Ringan 19 61,3
berdasarkan tujuan khusus penelitian Jumlah 31 100
meliputi peran perawat (caring), stres
hospitalisasi, dan analisis hubungan peran Dari hasil penelitian didapatkan
perawat (caring) dengan stres hasil bahwa semua pasien anak mengalami
hospitalisasi pada pasien anak. stres hospitalisasi dengan lebih dari 50%
anak mengalami stres hospitalisasi ringan
(61,3%). Terdapat 22,6 % pasien anak
Tabel 4 Peran Perawat (Caring) di yang mengalami stres berat, kondisi
Ruang Anak Rumah Sakit tersebut tentunya akan mengganggu proses
Baptis Kediri asuhan keperawatan yang diberikan, dan
Peran perawat F % tentunya berpengaruh dalam kecepatan
Rendah 4 12,9 kesembuhan bagi pasien.
Sedang 11 35,5
Tinggi 16 51,6
Jumlah 31 100

Tabel 6 Tabulasi Silang Hubungan Peran Perawat (Caring) dengan Stres


Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di Ruang Anak Rumah Sakit
Baptis Kediri
Peran Perawat Stres Hospitalisasi Total
(Caring) Berat Sedang Ringan
F % F % F % F %
Rendah 4 100 0 0 0 0 4 100
Sedang 3 27,3 1 9,1 7 63,6 11 100
Tinggi 0 0 4 25 12 75,0 16 100
Spearman Rho p = 0,003 Correlation coefficient 0,518

Hasil tabulasi silang antara varibel menunjukan bahwa peran perawat (caring)
peran perawat dengan stres hospitalisasi yang rendah berhubungan dengan stres
Tingkat Stres Hospitalisasi pada Anak Berhubungan dengan Peran Perawat di Rumah Sakit Baptis Kedirii
Melindasari, Dewi Ika Sari H.P.

hospitalisasi yang berat pada pasien anak, perawatan keluarga. terdapat sepuluh
sedangkan peran perawat (caring) yang faktor dalam unsur-unsur karatif yaitu
tinggi berhubungan dengan stres nilai–nilai humanistik–altruistik,
hospitalisasi yang ringan dan sedang. menanamkan semangat dan harapan,
Hasil uji statistic menggunakan menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan
Spearman Rho dengan α ≤ 0,05, orang lain, mengembangkan sikap tolong-
didapatkan P = 0,003 maka ada hubungan menolong, mendorong dan menerima
peran perawat (caring) dengan stres pengalaman ataupun perasaan baik atau
hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di buruk, mampu memecahkan masalah dan
Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri. mandiri dalam pengambilan keputusan,
Angka coefisien korelasi adalah 0.518 prinsip belajar-mengajar, mendorong,
berarti memiliki hubungan yang sedang. melindungi dan memperbaiki kondisi baik
Arah hubungannya antar variable positif fisik, mental, sosiokultural dan spiritual,
yang artinya bila peran perawat (caring) memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan
tinggi maka stres hospitalisasi ringan tanggap dalam menghadapi setiap
perubahan yang terjadi (Nolo, 2012).
Caring perawat dapat dipengaruhi oleh
Pembahasan berbagai faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi
pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi
Peran Perawat (Caring) dan sebagainya, yang berfungsi untuk
mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan
faktor eksternal meliputi lingkungan
Hasil penelitian tentang peran sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti
perawat (caring) secara umum sudah iklim, manusia, sosial, ekonomi,
cukup dan baik, namun masih ditemukan kebudayaan, dan sebagainya
12,9 % yang kurang, tentunya hal tersebut (Notoatmodjo, dalam Lestari, 2010). Peran
akan mempengaruhi mutu asuhan dapat diartikan sebagai seperangkat
keperawatan yang diberikan pada pasien perilaku yang diharapkan oleh individu
khususnya pasien anak. sesuai dengan status sosialnya. Jika
Caring dalam keperawatan (Griffin, seorang perawat, peran yang
dalam Morrison & Burnard, 2009) adalah dijalankannya harus sesuai dengan lingkup
suatu bentuk proses interpersonal esensial kewenangan perawat. Peran
yang mengharuskan perawat melakukan menggambarkan otoritas seseorang yang
aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah diatur dalam sebuah aturan yang jelas.
cara dengan menyampaikan ekspresi Tidak menutup kemungkinan ada dua atau
emosi tertentu kepada penerima (pasien). lebih profesi yang memiliki peran yang
Perawat mempunyai peran di dalam sama. Kesamaan peran bukan berarti sama
pemberian pelayanan keperawatan. dalam segala hal. Peran boleh sama, tetapi
Perawat hendaknya memperlihatkan ruang lingkup atau kewenangan masing-
bahwa dalam pemberian pelayanan masing profesi tentu berbeda. Tidak
keperawatan tidak mengenal pasien atau mungkin ada satu profesi kesehatan yang
kasus pribadi, yang berarti bahwa semua menyerobot kewenangan profesi kesehatan
pasien diperlakukan sama. Perawat juga lain. Oleh karena itu, diperlukan suatu
diharapkan memiliki kepedulian kepada standar dari masing-masing profesi
pasien, dimana kepedulian tersebut dapat kesehatan. Sebagai tenaga kesehatan,
ditunjukkan melalui tindakan yang segera perawat memiliki sebuah peran di dalam
dan tepat dalam menanggapi keluhan menjalankan tugasnya sesuai dengan hak
pasien. Caring dalam praktik keperawatan dan kewenangan yang ada. Peran perawat
dapat ditunjukkan dengan kehadiran, yang utama adalah sebagai pelaksana,
sentuhan, mendengarkan, memahami pengelola, pendidik, dan peneliti.
pasien. Caring dalam spiritual dan Peran perawat (caring) di Rumah
Sakit Baptis Kediri ditunjukkan dengan
Jurnal STIKES
Vol. 6 No. 2, Desember 2013

kehadiran perawat pada pasien dengan dan memiliki sikap ringan di dalam
cara perawat selalu datang saat pasien melakukan pekerjaannya.
membutuhkan bantuan, perawat tidak Berdasarkan hasil diketahui paling
menunda–nunda waktu untuk melayani banyak peran perawat (caring) adalah
kebutuhan pasien, sentuhan yaitu suatu tinggi hal ini dipengaruhi oleh faktor
bentuk komunikasi non-verbal, yang dapat internal dan eksternal, dimana secara
mempengaruhi kenyamanan dan internal berasal dari perawat itu sendiri
keamanan klien, meningkatkan harga diri, seperti misalnya ada motivasi, memiliki
dan memperbaiki orientasi tentang pengetahuan yang cukup baik, sehingga
kenyataan. Mendengarkan klien dimana perawat lebih memungkinkan
perawat mendengarkan setiap keluhan mengaplikasikannya secara langsung
pasien, memahami klien dengan cara kepada pasien. Selain itu, faktor yang
perawat berkomunikasi baik dengan menyebabkan caring tinggi adalah faktor
pasien, caring dalam spiritual ini eksternal perawat seperti lingkungan yang
ditunjukkan perawat dengan memberi kondusif saat bekerja, lingkungan yang
dorongan atau semangat dan perawatan nyaman dan sebagainya.
keluarga misalnya seperti perawat Berdasarkan hasil rekapitulasi
menghormati keputusan yang dibuat oleh didapatkan indikator kehadiran lebih
keluarga dan melibatkan keluarga dalam tinggi dan indikator sentuhan paling
melakukan tindakan keperawatan. Perawat sedikit. Responden menilai peran perawat
di ruang Anak Rumah Sakit Baptis kediri (caring) di Rumah Sakit Baptis Kediri
memiliki kiat caring hal ini dapat dilihat tinggi. Caring perawat tinggi, dapat di
dari perawat memiliki banyak kualitas, nilai dari kehadiran, sentuhan,
artinya Perawat di Ruang Anak Rumah mendengarkan, memahami klien, caring
Sakit Baptis Kediri adalah orang yang dalam spiritual dan perawatan keluarga
baik, tulus memiliki pengetahuan, sabar yang dilakukan oleh perawat. Dimana bila
dan tenang, memiliki rasa humor, jiwa semua indikator tersebut dapat
penolong, jujur, santai, asertif, penuh daya diaplikasikan dalam pelayanan perawatan
kasih sayang, penuh perhatian, memiliki sehari-hari maka caring perawat akan
pengalaman dan fleksibel, memiliki watak tinggi. Sentuhan oleh perawat pada pasien
yang menyenangkan, toleran, dan anak akan memberikan kedekatan
pengertian dalam memberikan pelayanan hubungan pada ank, kenyamanan, dan
kesehatan kepada pasien yang dirawat. bentuk perhatian perawatn kepada pasien
Lingkungan kerja perawat di Ruang Anak anak. Perawat perlu mengembangkan
Rumah Sakit Baptis Kediri perawat teknik sentuhan khususnya pada pasien
memiliki kiat caring sehingga anak, sehingga relasi perawat dan pasien
memperlakukan pasien sebagai individu anak dapat diciptakan dengan baik, yang
dan mencoba untuk mengidentifikasi akhirnya asuhan keperawatan dapat
kebutuhan dasar pasien. diberuikan secara optimal.
Perawat di ruang anak Rumah Sakit
Baptis Kediri baik dalam berhubungan
dengan orang lain, memiliki bersifat Stres Hospitalisasi pada Anak Usia
empati dan mudah untuk didekati, serta Prasekolah
mau mendengarkan orang lain. Pendekatan
yang bersifat peka, mudah bergaul dan
sopan, serta berkomunikasi dengan baik Hasil penelitian tentang stres
kepada orang lain. Perawat memiliki hospitalisasi pada anak usia prasekolah
caring mengedepankan kepentingan orang menunjukan bahwa semua pasien anak
lain dibandingkan kepentingan dirinya dan mengalami stres hospitalisasi, dengan
tidak memiliki ketergantungan pada orang tingkat stres sebagain besar ringan, dan
lain, caring senantiasa memiliki waktu ditemukan 22,6% pasien mengalami stres
untuk orang lain, caring konsisten, berat. Berdasarkan tabulasi silang dengan
memiliki sikap merendah dan profesional, jenis kelamin makan pada pasien anak
Tingkat Stres Hospitalisasi pada Anak Berhubungan dengan Peran Perawat di Rumah Sakit Baptis Kedirii
Melindasari, Dewi Ika Sari H.P.

laki-laki dari 17 anak di dapatkan 9 anak sebelumnya terhadap sakit, sistem


(52,9%) mengalami stres hospitalisasi pendukung yang tersedia, dan kemampuan
ringan, 3 anak (17,6%) mengalami stres koping yang dimilikinya (Yulianti, 2004).
hospitalisasi sedang, dan 5 anak (29,4%) Anak yang berjenis kelamin laki-laki
mengalami stres hospitalisasi berat. mempunyai tingkat stres hospitalisasi
Sedangkan jenis kelamin perempuan dari lebih tinggi dibandingkan dengan anak
14 anak didapatkan 10 anak (71,4%) perempuan, karena anak laki-laki
mengalami stres hospitalisasi ringan, 2 mempunyai sifat lebih tersinggung, mudah
anak (14,3%) mengalami stres marah dan agresif. Cara mengurangi stres
hospitalisasi sedang, dan 2 anak (14,3%) hospitalisasi: mengkaji rasa nyeri,
mengalami stres hospitalisasi berat. meminimalkan perasaan hilang kendali,
Berdasarkan umur setelah ditabulasi silang mencegah dan meminimalkan perlukaan
yaitu umur 3-<4 tahun didapatkan 12 anak tubuh.
yang mengalami stres hospitalisasi ringan Berdasarkan frekuensi stres
8 anak (66,7%), yang mengalami stres hospitalisasi pada anak usia prasekolah
hospitalisasi sedang 2 anak (16,7%), yang didapatkan bahwa lebih dari 50% anak
mengalami stres hospitalisasi berat ada 2 mengalami stres ringan yaitu 19 responden
anak (16,7%). Umur 4-<5 tahun tidak ada (61,3%). Berdasarkan hasil observasi stres
yang mengalami stres ringan, yang hospitalisasi pada anak di Ruang Anak
mengalami stres sedang 1 anak (33,3%), Rumah Sakit Baptis Kediri ditunjukkan
yang mengalami stres berat 2 anak dengan anak bereaksi terhadap sakit saat
(66,7%). Umur 5-6 tahun didapatkan 16 dirawat di rumah sakit seperti sering
anak, 11 anak (68,8%) mengalami stres menangis, memanggil orang tua,
hospitalisasi ringan, 2 anak (12,5%) terkadang menolak untuk di dekati oleh
mengalami stres hospitalisasi sedang dan perawat maupun dokter. Menurut
3 anak (18,8%) mengalami stres berat. karakteristik responden berdasarkan
Stres merupakan ketidakmampuan hubungan dengan pasien menunjukkan
mengatasi ancaman yang dihadapi oleh bahwa seluruh pasien ditunggu oleh orang
mental, fisik, emosional dan spiritual tua. Keberadaan dan kehadiran orang tua
manusia, yang pada suatu saat dapat dalam setiap perawatan anak selama di
mempengaruhi kesehatan fisik manusia Rumah Sakit akan membuat anak merasa
tersebut (Yulianti, 2004). Hospitalisasi aman dan nyaman, kecemasan pada anak
adalah kebutuhan klien untuk dirawat cenderung menurun atau bahkan hilang
karena adanya perubahan atau gangguan sehingga anak akan lebih kooperatif
fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap terhadap setiap tindakan keperawatan yang
lingkungan. Sakit dan dirawat di rumah dilakukan oleh perawat. Berdasarkan hasil
sakit merupakan krisis utama yang tampak penelitian, pengalaman dirawat juga
pada anak. Jika seorang anak dirawat di berpengaruh terhadap stres hospitalisasi
rumah sakit, maka anak tersebut akan pada anak usia prasekolah. Berdasar hasil
mudah mengalami krisis karena: (1) Anak tabulasi silang antara pengalaman dirawat
mengalami stres akibat perubahan baik di rumah sakit dengan stres hospitalisasi,
terhadap status kesehatannya maupun pada pengalaman kedua kali dirawat di
lingkungannya dalam kebiasaan sehari- Rumah Sakit anak cenderung mengalami
hari, dan (2) Anak mempunyai sejumlah stres hospitalisasi ringan. Pengalaman
keterbatasan dalam mekanisme koping dirawat di Rumah Sakit sebelumnya
untuk mengatasi masalah maupun membuat anak lebih mudah untuk
kejadian-kejadian yang bersifat menekan. beradaptasi dengan lingkungan Rumah
Reaksi anak dalam mengatasi masalah Sakit, terutama bila anak sudah pernah
maupun kejadian-kejadian yang bersifat dirawat di rumah sakit yang sama karena
menekan (Nursalam, 2005). Reaksi anak anak sudah mengenal lingkungan di
terhadap hospitalisasi bersifat individual, Rumah Sakit, dan mengenal beberapa
dan sangat bergantung pada tahapan usia perawat atau dokter yang ada di Rumah
perkembangan anak, pengalaman Sakit tersebut. Kecemasan anak akan
Jurnal STIKES
Vol. 6 No. 2, Desember 2013

berbeda pada saat pertama kali dirawat di terhadap penyakit dan hospitalisasi
Rumah Sakit karena anak masih asing tersebut berbeda menurut anak secara
dengan lingkungan baru maupun tenaga individu. Mungkin seorang anak
medis di Rumah Sakit. Pada masa anak menganggap hal itu sebagai hal yang biasa
usia prasekolah, stres akan meningkat tetapi mungkin yang lainnya menganggap
karena anak masih belum bisa hal tersebut sebagai suatu stresor.
mengungkapkan apa yang dirasakan dan Caring adalah cara yang memiliki
belum mampu mengembangkan makna dan memotivasi tindakan. Caring
kemampuan berbahasa dan anak masih juga didefinisikan sebagai tindakan yang
belajar mengembangkan emosi sehingga bertujuan memberikan asuhan fisik dan
banyak orang tua kesulitan mengetahui memperhatikan emosi sambil
kondisi anak dan menyebabkan stres meningkatkan rasa aman dan keselamatan
meningkat. Selain itu kemungkinan karena klien. Sikap caring diberikan melalui
adanya faktor lain, misalnya dari faktor kejujuran, kepercayaan, dan niat baik.
internal karena karakter anak, kondisi fisik Caring menolong klien meningkatkan
anak, dan dari faktor eksternal karena perubahan positif dalam aspek fisik,
kondisi lingkungan rumah sakit yang psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap
berbeda dengan di rumah. caring untuk klien dan bekerja bersama
dengan klien dari berbagai lingkungan
Hubungan Peran Perawat (Caring) merupakan esensi keperawatan. Pemberian
dengan Stres Hospitalisasi pada Anak asuhan keperawatan, perawat
Usia Prasekolah menggunakan keahlian, kata-kata yang
lemah lembut, sentuhan, memberikan
harapan, selalu berada disamping klien,
Hasil penelitian didapatkan bahwa dan bersikap caring sebagai media
dari 31 anak lebih dari 50% mengalami pemberi asuhan. (Mayyerof dalam
stres hospitalisasi ringan yaitu sebanyak Morrison dan Burnard, 2009).
19 anak (62,3%), 4 anak (12,9%) Perawat yang diinginkan pasien
mengalami stres ringan, dan sebanyak 8 adalah perawat yang memiliki sikap yang
anak (25,8%) mengalami stres berat. baik, murah senyum, sabar, mampu
Berdasarkan uji statistik Spearman’s Rho berbahasa yang mudah dipahami,
yang didasarkan taraf kemaknaan yang keinginan menolong yang ikhlas tanpa
ditetapkan (α ≤ 0,05) dan didapatkan p = imbalan, dan mampu menghargai pasien.
0,00 dimana p < α maka Ho ditolak dan Perawat diharapkan memiliki pengetahuan
H1 diterima jadi ada hubungan peran memadai tentang kondisi penyakit pasien
perawat (caring) dengan stres hospitalisasi sehingga perawat tersebut mampu
pada anak usia prasekolah di Ruang Anak mengatasi setiap keluhan yang dialami
Rumah Sakit Baptis Kediri. oleh pasien. Perawat juga diharapkan
Stres merupakan ketidakmampuan untuk selalu berada di samping pasien,
mengatasi ancaman yang dihadapi oleh siap setiap saat ketika pasien memerlukan,
mental, fisik, emosional dan spiritual cepat dan tanggap terhadap berbagai
maanusia, yang pada suatu saat dapat kebutuhan pasien dan turut merasakan apa
mempengaruhi kesehatan fisik manusia yang sedang dialami pasien (Meyers, Gray
tersebut (Yulianti, 2004). Stres merupakan dan Kitson, dalam Hendrawati, 2008).
istilah yang berasal dari bahasa latin Hospitalisasi dapat merupakan satu
“stimgere”yang berarti “keras” (stricus), penyebab stres bagi anak dan keluarganya.
yaitu sebagai keadaan atau kondisi dari Tetapi tingkat stresor terhadap penyakit
tubuh terhadap situasi yang menakutkan, dan hospitalisasi tersebut berbeda menurut
mengejutkan, membingungkan, anak secara individu. Mungkin seorang
membahayakan, dan merisaukan anak menganggap hal itu sebagai hal yang
seseorang. Hospitalisasi dapat merupakan biasa tetapi mungkin yang lainnya
satu penyebab stres bagi anak dan menganggap hal tersebut sebagai suatu
keluarganya. Tetapi tingkat stresor stresor. Sikap perawat dalam kepedulian
Tingkat Stres Hospitalisasi pada Anak Berhubungan dengan Peran Perawat di Rumah Sakit Baptis Kedirii
Melindasari, Dewi Ika Sari H.P.

dan perhatian pada anak, tanggap atau dan tinggi. Semua anak mengalami stres
selalu menolong saat klien membutuhkan, hospitalisasi dengan tingkat stres
melayani kebutuhan dasar anak, dapat hospitalisasi dengan tingkat stres ringan
meningkatkan keyakinan dan perasaan (61,3%). Hasil analisis p = 0,003 dengan
aman dan nyaman pada anak terhadap korelasi koefisien 0,518. Jadi ada
setiap tindakan keperawatan di Rumah hubungan sedang peran perawat (caring)
Sakit. Perawat perlu memaksimalkan dengan stres hospitalisasi. Disimpulkan
perannya supaya asuhan keperawatan peran perawat (caring) yang tinggi akan
dilaksanakan dengan baik dan optimal. Meminimalkan kejadian stres
Peran perawat dalam meminimalkan hospitalisasi pada pasien anak usia pra
stres akibat hospitalisasi pada anak dan sekolah.
bayi adalah sangat penting. Perawat perlu
memahami konsep stres hospitalisasi dan
prinsip dasar asuhan keperawatan melalui Saran
pendekatan proses keperawatan. Sakit dan
di rawat di rumah sakit merupakan krisis
utama yang tampak pada anak. Reaksi Pentingnya peran perawat (caring)
anak terhadap hospitalisasi bersifat dalam menurunkan stres hospitalisasi pada
individual dan tergantung pada tahapan anak sehingga Rumah Sakit perlu
usia perkembangan anak itu sendiri. meningkatkan kompetensi melalui
Reaksi anak terhadap hospitalisasi sering pelatihan secara berkala pada semua
mengakibatkan stres yang ditandai dengan perawat. Pengembahang teknik sentuhan,
takut terhadap pengobatan, asing dengan komunikasi terapuitik dan konsep
lingkungan baru, dan takut terhadap pelayanan prima perlu diberikan pada
petugas kesehatan. Dalam penelitian ini perawat melalui pelatihan, maupun
anak yang berjenis kelamin laki-laki seminar. Rumah sakit perlu membuat
cenderung mengalami stres hospitalisasi kebijakan dalam penerapan peran perawat
sedang, dan anak peerempuan mengalami (caring) pada pasien anak. Secara lebih
stres hospitalisasi berat. Bila peran khusus komite keperawatan di Rumah
perawat ringan anak akan mengalami stres Sakit harus mampu menjaga mutu peran
hospitalisasi berat, sebaliknya jika peran perawat (caring) melalui supervisi dan
perawat tinggi anak akan mengalami stres membuat protap yang di evaluasi secara
hospitalisasi rendah. Perawat dalam terus menerus yang dapat meningkatkan
melakukan pelayanan maupun tindakan peran perawat (caring) pada anak.
keperawatan harus meningkatkan caring
dimana caring dapat meminimalkan stres
yang terjadi pada anak yang mengalami Daftar Pustaka
hospitalisasi.
Hasil penelitian membuktikan bahwa
ada hubungan peran perawat (caring) Azis. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar
terhadap stres hospitalisasi pada anak usia Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
prasekolah di Ruang Anak Rumah Sakit Keperawatan. Jakarta : Salemba
Baptis Kediri. Hal ini terbukti jika peran Medika
perawat rendah maka stres hospitalisasi Asmadi, (2008). Konsep Dasar
berat, sebaliknya jika peran perawat tinggi, Keperawatan. Jakarta: EGC
stres hospitalisasi ringan. Citrawatik, (2009). Efektifitas Bermain
Aktif dan Bermain Pasif terhadap
Stres Hospitalisasi Anak Prasekolah
Kesimpulan di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis
Kediri, Jurnal STIKES Rumah Sakit
Baptis Kediri, Vol. 2, No. 1
Dari hasil penelitian peran perawat Desita, (2011). Kajian Stres Hospitalisasi
(caring) 12,9% rendah dan sisanya sedang Terhadap Pemenuhan Pola Tidur
Jurnal STIKES
Vol. 6 No. 2, Desember 2013

Anak Usia Prasekolah di Ruang Anak


Rumah Sakit Baptis Kediri, Vol. 4,
No.2
Hendrawati, (2008). Konsep Dasar
Keperawatan. Jakarta: EGC
Morrison dan Burnard. (2009). Caring &
Communicating: Hubungan
Interpersonal dalam Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nolo, Sukma. (2012). Konsep Dasar
Keperawatan. Jakarta : Prestasi
Pustaka
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak (untuk perawat dan
bidan). Jakarta : Salemba Medika
Yulianti, (2004). Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai