Bab 2
Bab 2
Disabilitas berasal dari bahasa inggris Disability yang artinya adalah keterbatasan
atau ketidakmampuan seseorang saat melakukan suatu aktivitas, bisa juga diartikan
orang dengan kemampuan yang berbeda, atau biasa dengan istilah cacat mental, cacat
fisik, atau keduanya. Menurut kamus (KBBI), disabilitas adalah suatu kekurangan yang
menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik dan kurang sempurna yang
menyebabkan keteerbatasan secara fisik. Din dalam undang-undang No. 4 Tahin 1997,
disabilitas adalah orang yang memiliki kelainan fisik dan mental yang menghalangi
fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
kesamaan hak.”1
1
Definisi ini juga dapat ditemukan dalam Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, Pasal1 ayat 7.
2
Nahar, MENEMUKENALI DAN MENSTIMULASI ANAK PENYANDANG DISABILITAS, Panduan Dasar Orang Tua,
Keluarga dan Pendamping, (Indonesia: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,2019),
9-51
Disabilitas fisik adalah kehilangan (keseluruhan atau sebagian) dari fungsi tubuh
menggunakan aktivitas penglihatan. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan pada
dalam aspek intelektual secara signifikan dimana usia mental anak terpaut jauh dari
usia kronologisnya (IQ < 70), memiliki dua atau lebih hambatan dalam keterampilan
bidang akademik, dll.), yang terjadi pada masa pertumbuhan anak sampai usia 18
tahun.
adalah anak-anak yang memiliki potensi kecerdasan seperti anak-anak lain di usianya
dengan IQ Normal, namun anak ini memiliki gangguan konsentrasi dan tidak bisa diam,
dan kadang disertai dengan perilaku bertindak tanpa dipikir (impulsif). Kondisi
kesulitan konsentrasi dan tidak bisa diamnya secara konsisten muncul di semua tempat
dan keadaan, misalnya: di rumah anak tidak bisa diam dan di sekolah pun demikian.
Disabilitas mental adalah sindrom yang ditandai dengan gangguan klinis yang
signifikan dalam aspek kognisi, kontrol emosi, atau perilaku dari inidividu yang
perkembangan yang mendasari fungsi mental. Ada banyak kondisi anak yang
mengalami gangguan mental dan salah satu disabilitas mental yang angka kejadiannya
penyandang disabilitas mental yang akan dibahas dalam buku ini adalah difokuskan
genetik yang terjadi pada kromosom 21, wajah anak mudah dikenali karena memiliki
kekhasan yang sama di seluruh dunia, dengan kelainan yang berdampak pada
mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas rungu-wicara dan
disabilitas netra-tuli. Yang dimaksud dengan “dalam jangka waktu lama” adalah jangka
terjadi karena adanya kondisi disabilitas yang dialami oleh seseorang lebih dari satu
disabilitas. Kondisi ini dapat terjadi pada saat kelahiran, salah satu disabilitas dibawa
sejak lahir dan lainnya merupakan proses dapatan, atau didapati setelah setelah
kelahiran.
Alkitab tidak berbicara secara khusus mengenai disabilitas. Percakapan tentang orang
buta, tuli, dan lumpuh disejajarkan dengan percakapan tentang kondisi tubuh yang
lemah atau mengganggu. Teks yang menjadi refrensi ketika berbicara tentang orang
manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat melihat atau
Ayat ini menegaskan, Allahlah yang menciptakan orang-orang yang tidak mampu
berbicara dan mendengar. Pada Konteks ini Allah memperlihatkan kedaulatan-Nya atas
tubuh manusia, yang merupakan bagian dari seluruh ciptaan-Nya. Namun sebaliknya,
Imamat 21:16-23 sering dipakai untuk mendiskriminasi kaum disabilitas. Teks ini
yang akan menghampiri altar dan hendak mempersembahkan korban bakaran. 3 Dapat
dilihat bahwa mereka yang hidup dizaman israel kuno tidak terlalu memberi perhatian
persembahan dan korban yang layak, dengan kata lain kaum disabilitas memiliki
kesembuhan dari Allah, karena masyarakat tidak memiliki rasa kasihan terhadap kaum
disabilitas tersebut, dengan kata lain memiliki kesan yang tidak baik dan tidak
Jika kita membahas kisah Yesus menyembuhkan orang buta, orang lumpuh, orang bisu
dan tuli yang terdapat dalam injil, ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi, yaitu:
a. Beberapa stigma yang diberikan kepada kaum disabilitas ini, yaitu mereka
adalah orang-orang yang tidak bisa berbuat apa-apa dan patut dikasihani
sehingga mereka sangat bergantung pada Yesus yang bisa membebaskan mereka
akan membuat “orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi
tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin
Pemahaman ini kemudian ditolak oleh Yesus ketika Ia mengatakan, “Bukan dia
dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus
roh jahat; misalnya ketika Yesus mengusir roh jahat dan menyembuhkan
seseorang, baik secara fisik maupun mental (bnd. Mat. 3:24; 6:16; Mrk. 1:32-34;
bergantung pada kuasa penyembuhan Allah, orang-orang berdosa, dan dirasuki oleh
roh jahat.4
sebagai suatu kewajiban untuk melakukannya demi Agama, Ideologi, patriotisme, dan
sebagainya.5
Dalam buku Arie de Kuiper menuliskan secara etimologi bahwa misi berasal dari
Roma Katolik, Gereja protestan pada umumnya memakai kata “ Zending”. Dalam bahasa
inggris dalam bentuk tunggal “Mision” berarti karya Allah (God Mision) atau tugas yang
diberikan Tuhan kepada kita (Our Mission), sedangkan bentuk jamak menandakan
Namun di dalam buku Widi Artanto berjudul Menjadi Gereja Missioner menyatakan
bahwa misi lebih luas dari penginjilan, penginjilan adalah misi, tetapi misi tidak hanya
penginjilan. Misi adalah tugas dari total dari Allah yang mengutus Gereja demi
keselamatan dunia.7 Gereja diutus kedalam dunia untuk mengasihi, melayani, mengajar,
karena ia merupakan bagian dari misi sehingga tidak dapat diisolasi menjadi aktivitas
yang terpisah. Hal ini menjelaskan bahwa misi memiliki wadah dan tujuan yang luas,
sebagai Gereja harus dapat memahami hal ini karena pada zaman modern ini Gereja
hanya sebagai wadah untuk memberitakan injil dan mengembangkan sistem organisasi
untuk perkembangan Gereja tanpa mempertanyakan arti dan makna keselamatan yang
5
Diakses dari internetKBBI 2016, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Online), http://kbbi.web.id/misi....
Diakses pada tanggal 20 agustus 2020 waktu 18:13 Wib
6
Diakses dari Google Book: Arie de Kuiper, Missiologia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), Hal
10,http://books.google.co.id/books?id=YbWvAuWc29MC&pg=PA3&hl-
id&source=gbs_toc_r&cad=3#v=onepage&q&f=false , diakses pada tanggal 20 agustus 2020 waktu 18:30 Wib
7
Diakses dari Google Book: Widi Artanto, MENJADI GEREJA MISIONER. (Yoyakarta: Kanisius dan BPK Gunung
Mulia, 1997), 33. https://books.google.co.id/books/about/Menjadi_Gereja_misioner_dalam_konteks_In.html?
hl=id&id=cRTkAAAAMAAJ&redir_esc=y, diakses pada tanggal 20 agustus 2020 waktu 19:30 Wib
Di era Post Modern dalam pergeseran misi dari setiap era, mulai dari Era
Pertengahan, Era Reformasi dan Era Pencerahan, Modernisme sendiri sebagai suatu
bentuk peradaban berakar pada kebangkitan akal budi, dari era pencerahan di barat.
Maka akal budi dinobatkan sebagai penuntun perjalanan hidup manusia untuk
ilmu pengetahuan, dan pada era Postmodern mendorong manusia untuk menghargai
Menurut David J Bosch beberapa pergeseran dan salah satunya adalah pergeseran
rasional yang dialami oleh manusia beragama dalam era postmodernisme, David J
hidup manusia terasa kosong. Dengan demikian simbol, tanda dan ritual dipakai bukan
baru yang tidak setuju bahwa bermisi hanya bersifat injil karena Bosch juga
menyatakan bahwa Allah sebagai pencipta atas pikiran kita dan memberikan kita cara
juga untuk berpikir.9 Jadi maksudnya adalah bahwa Allah menciptakan kita tidak hanya
ditakdirkan untuk mengikut Dia tetapi harus mempergunakan apa yang telah Allah
dikombinasikan dengan imperialisme Eropa abad ke-19 tidak lagi kredibel pada masa
kini. Praktek misi kristen ketika paradigma misi kristen yang bersifat Kognitif-
8
Diakses dari Google Book: Widi Artanto, MENJADI GEREJA MISIONER. (Yoyakarta: Kanisius dan BPK Gunung
Mulia, 1997)(File PDF), Hal 49,
https://books.google.co.id/books/about/Menjadi_Gereja_misioner_dalam_konteks_In.html?
hl=id&id=cRTkAAAAMAAJ&redir_esc=y..... diakses pada tanggal 20 agustus 2020 waktu 19:40 Wib
9
Diakses dari PDF File: David J Bosct, Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission, (New York:
Orbis Books, 1991), Hal 260.
proposional tetap dipertahankan. Oleh sebab itu, haruslah ditemukan sebuah cara
untuk meruntuhkan paradigma misi yang bersifat absolute, imperialistik dan tidak
relevan ini di tengah masyarakat global yang plural yang sebenarnya membutuhkan
Oleh karena itu Misi bukanlah misi yang hanya berpedoman kepada injil dan bukan
pula untuk mengkristenisasikan manusia tetapi dari pemaparan David J Bosch misi itu
hanyalah Tugas yang Allah berikan berlandaskan kebaikan yang manusia lakukan
dengan pola pikir manusia yang sudah di berikan oleh Allah, salah satu Dosen dan
sebagai rektor Stt GMI Bandar Baru Bapak Dr.Sahat M.Lumban Tobing, M.Th selaku
Dosen Mata Kuliah Etika Kristen menekankan bahwa misi bukanlah misi Gereja tetapi
Dan dari pernyataan diatas dapat dinyatakan bahwa Etika Misi adalah utusan dan
melakukan Tugas atau Misi Allah yang tidak hanya berpedomankan injili atau
berdasarkan perintah Allah, dengan kata lain bahwa Misi seharusnya adalah tindakan
yang menunjukkan nilai moral, sikap, dan prilaku untuk menyikapi setiap permasalahan
menjadi lebih baik dan damai dengan wadah yang sangat luas.
10
Maraike Joanna Belle Bangun, Menantang Paradigma Misi Kristen yang Bersifat Kognitif-proposional dengan
mengembangkan pengetahuan Historis Misi, (Indonesian Journal of Theology 3/1: July 2015)... Hal 85
11
Dr.Sahat M.Lumban Tobing, Perkuliahan Etika Kristen pertemuan ke 4 STT GMI Bandar Baru, Pada Ajaran
semester genap tahun 2020.
Pemberdayaan adalah terjemahan dari bahasa inggris empowerment. Karena
memiliki makna perencanaan, proses dan Dengan sifat, pemberdayaan berarti memberi
sumber daya manusia adalah hal yang dapat memperluas pemikiran dalam arti
masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih suatu yang bermanfaat bagi
yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyau kesempatan untuk
pada kelompok masyarakat untuk bepikiran dan beraktifitas secara kreatif dan
kekuasaan terhadap kelompok individu yang sering diasingkan, dan dibedakan dengan
Konsep ini muncul sejak dekade 70-an dan kemudian terus berkembang sampai saat ini.
12
Saifudin Yunus, Suadi, dan Fadli, MODEL PEMBERDAYAAN TERPADU, (Lhok Seumawe: Bandar Publishing,
2017) 1
13
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Perkembangan Masyarakat Islam; dari ideologi, Strategi
sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001) 41-42
masyarakat yang dicantumkan dalam rencana strategis dan rencana Kerja. Hal seperti
yang terorganisir.
kelompok serta individu menjadi cukup kuat dalam berpartisipasi untuk memenuhi
nilai serta kepentingan mereka di dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal ini,
Pengembangan ekonomi dan nilai itu berguna bagi kemandirian serrta penguatan posisi
pendekatan teknis tetapi juga pendekatan sosial budaya yang dapat meransang
perubahan tersebut maka peranan pemerintah dapat dilakukan antara lain melalui: (1)
penyediaan sarana prasarana fisik, yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan publik
untuk mendukung sektor pertanian dan lingkungan usaha (2) fasilitas percepatan
pembangunan di wilayah pedesaan. (3) fasilitas pembentukan iklim yang kondusif bagi
memposisikan para petani sebagai mitra atau subjek dalam perencanaan, pelaksanaan
secara partisipatif dan dialogis memadukan pendekatan dan dari atas dalam
Dalam pemberdayaan, orang miskin dan lemah tidak dipandang sebagai orang
yang serba kekurangan (misalnya, kurang makan, kurang pendapatan, kurang sehat,
2.5.2.
14
Saifudin Yunus, Suadi, dan Fadli, MODEL PEMBERDAYAAN TERPADU, (Lhok Seumawe: Bandar Publishing,
2017) 4