Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN SAMPUL

MAKALAH
‘’KOMUNIKASI PADA PEREMPUAN DENGAN DISABILITAS (FISIK
MAUPUN MENTAL), MENYAMPAIKAN KEADAAN BURUK, PILIHAN,
INFORMED CONSENT DAN PEMBERIAN INFORMASI’’

Disusun Oleh:
KELOMPOK V
1. HARNITA
2. RISKI SAPUTRI
3. ELNI NINGSIH
4. NISWATUDLUKHA
5. MUZDALIFAH ALFIA MECCA
6. SALMI
7. SUDRIANI LENGKUANO

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA
2024

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Komunikasi pada perempuan dengan disabilitas (fisik
maupun mental), menyampaikan keadaan buruk, pilihan, informed
consent dan pemberian informasi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk


memenuhi tugas Mata kuliah Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ibu
Nifas bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palopo, 16 Januari 2024

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Disabilitas...............................................................................................2
B. Komunikasi............................................................................................3
C. Komunikasi Pada Perempuan Dengan Disabilitas......................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................14
B. Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial manusia tentunya harus
berkomunikasi untuk tercapainya tujuan apa yang akan
disampaikan, komunikasi yang baik ialah ketika komunikator
mendapatkan timbal balik sesuai dengan apa yang dituju dari
komunikan. Komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seorang kepada orang lain, bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan
sesuatu kepada orang lain.

Namun, setiap manusia tidak dilahirkan dengan keadaan


baik secara fisik ataupun mental. Keadaan yang seperti itu menjadi
sebuah permasalahan dan menyebabkan komunikasi tidak berjalan
dengan baik, keterbatasan fisik dan mental membuat komunikasi
terhambat.

Penyandang disabilitas adalah setiap orang mengalami


keterbatasan dalam fisik, intelektual, sensorik dan mental dalam
jangka waktu lama yang mendalam berinteraksi dengan lingkungan
daoat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya
berdasarkan kesamaan hak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi disabilitas?
2. Apa itu komunikasi?
3. Bagaimana komunikasi dengan Wanita disabilitas?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui disabilitas.
2. Untuk mengetahui komunikasi.
3. Untuk mengetahui cara komunikasi dengan Wanita disabilitas.

1
BAB II PEMBAHASAN
A. Disabilitas
1. Pengertian Disabilitas
Istilah disabilitas difungsikan untuk menunjukan kepada
seseorang yang memiliki ketidakmampuan sejak lahir yang
disebut cacat dan sifatnya tetap. Yang dikenal masyarakat
mengenai disabilitas atau difabel adalah seseorang penyandang
cacat. Hal ini yang secara langsung menafsirkan bahwa
penyandang disabilitas adalah seseorang yang kehilangan
sebagian anggota tubuhnya.
Penyandang disabilitas merupakan seseorang yang lemah
secara fisik ataupun mental dibandingkan individu yang lain,
sehingga perlakuan khusus kami berikan dalam penanganan
disabilitas sehingga payung hukum yang diperoleh untuk
disabilitas lebih terkhususkan. Realitanya, dalam penanganan
disabilitas masih belum terealisasi baik secara sepenuhnya. Hal
ini dikarenakan masih kurang kesadaran masyarakat terkait
regulasi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah tentang
disabilitas, hak – hak disabilitas serta hal yang perlu dilakukan
untuk disabilitas. Disisi lain penyandang disabilitas tidak sedikit
yang menjadi korban kekerasan sehingga penyendang
disabilitas mengalami ketakutan tersendiri untuk bergerak dan
memiliki kepercayaan diri yang minim.
2. Jenis-Jenis Disabilitas
a. Disabilitas Fisik
1) Kelainan pada tubuh atau disebut disabilitas daksa
merupakan keterbatasan dalam gerak pada anggota
tubuh. Hal ini terjadi karena bawaan dari lahir atau
diakibatkan oleh penyakit atau kecelakaan.

2
2) Kelainan pada Pendengaran atau disebut disabilitas
rungu atau teman tuli merupakan keterbatasan dalam
pendengaran.
3) Kelainan Penglihatan atau disabilitas netra atau teman
buta yaitu keterbatasan dalam penglihatan, dalam
disabilitas netra terdapat 2 golongan yaitu totally blind
dan low vision.
4) Kelainan bicara atau disabilitas wicara atau teman bisu
yaitu keterbatasan dalam berbicara.
b. Disabilitas Mental
1) Mental Tinggi, yaitu seseorang memiliki kemampuan
intelektual diatas rata – rata.
2) Mental Rendah atau disabilitas grahita dimana IQ
(Intelligence Qoutient) berada dibawah rata – rata.
Disabilitas Grahita dibagi menjadi 2 yaitu slow learnes
dengan IQ diantara 70 – 90 dan anak berkebutuhan
khusus dengan IQ dibawah 70.

B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
“Communications” dan bahasa latin communicatio yang artinya
sama. Yang dimaksud dengan sama adalah orang yang diajak
untuk berpartisipasti atau bertindak sama dengan tujuan, harapan
dan isi pesan yang disampaikan. Sedangkan secara istilah
komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Jadi komunikasi dapat dikatan juga
sebagai proses transfer informasi.
Berkomunikasi merupakan usaha untuk melakukan
persamaan dengan orang lain, dengan cara menyampaikan
keterangan yang berupa ide atau pendapat tertentu. Dalam
berkomunikasi setidaknya mempunyai 3 tiga unsur pokok, yaitu

3
Sumber (source), isi pesan (message) dan tujuan (destination).
Sumber yang dimaksud adalah orang yang mempunyai keinginan
untuk berkomunikasi. Pesan adalah apa yang disampaikan dan
tujuan merupakan maksud dari seseorang tersebut berkomunikasi.
Setiap komunikasi mempunyai tujuan yang ingin disampaikan.
2. Macam-Macam Komunikasi Difabel
a. Komunikasi intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi di
dalam diri sendiri (antar diri). Dalam komunikasi ini posisi
individu menjadi pengirim pesan (komunikator) sekaligus
penerima pesan (komunikan) yang juga memberikan umpan
balik kepada dirinya sendiri. Proses komunikasi intrapersonal
meliputi sensasi, persepsi, memori dan berfikir. Tahapan
tersebut sifatnya berurutan. Sensasi adalah tahap awal
penerimaan pesan atau informasi yang diterima oleh alat indra
manusia. Pada tahap ini apa yang dilihat dengan indra
merupakan bagian dari sensasi. Persepsi merupakan proses
pemberian makna terhadap informasi yang ditangkap oleh
sensasi.
Memori merupakan proses penyimpanan informasi dan
evaluasi dalam kognitif individu. Informasi yang sudah disimpan
tersebut suatu saat diingat kembali baik secara sadar maupun
tidak sadar. Selanjutnya yang terakhir adalah berpikir. Berpikir
melibatkan proses mengolah, memanipulasi informasi untuk
memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah. Contoh
proses komunikasi intrapersonal adalah berdoa, mengkhayal,
berpikir dan intropeksi diri. Penyandang disabilitas sama
dengan orang normal pada umumnya. Mereka juga melakukan
komunikasi antar diri untuk dapat memahami respon yang
didapatkan.
b. Komunikasi interpersonanal

4
Komunikasi interpersonanal adalah komunikasi verbal dan
nonverbal yang disampaikan kepada orang lain. Komunikasi
interpersosnal merupakan komunikasi timbal balik antara
pengirim dan penerima pesan. Supaya komunikasi ini dapat
berjalan efektif, maka membutuhkan adanya sikap terbuka, rasa
percaya, sikap saling memotivasi dan sikang saling memahami
dan toleransi.Komunikasi interpersonal antar individu dapat
dikatakan berhasil jika antar individu saling merasa senang.
Komunikasi ini berfungsi untuk memperbaiki hubungan individu
satu dengan lainnya dan mengurangi adanya perpecahan atau
ketidakpahaman dalam pengetahuan dan pengalaman.
Komunikasi interpersonal selalu melipatkan orang lain.
Bentuk komunikasi interpersonal pada difabel dapat dilihat
dari bentuk interaksi yang dilakukan atau diucapkan dengan
temannya, dengan lingkungannya maupun cara mereka
melakukan komunikasi dengan ustadznya. Bagi penyandang
disabilitas sensorik seperti tunarungu dapat melakukan
komunikasi interpersonal dengan mengucapkan kata-kata atau
tindakan dengan komunikan. Dan bagi penyandang tunawicara
dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan cara
menggerakkan tubuhnya sebagai bentuk umpan baliknya.
3. Metode Komunikasi Difabel
Metode dalam komunikasi pada difabel tuna rungu wicara yakni
metode yang umumnya pernah digunakan, yaitu:
a. Metode induksi (pengambilan keputusan) Seorang santri
mampu mengetahui fakta-fakta dan kaidah umum.
b. Metode perbandingan Agar mereka dapat membandingkan
kaidah umum atau teori dan kemudian menganalisa dalam
bentuk rincian-rincian.
c. Metode kuliah Metode mendidik agar para santri dapat
berinteraksi secara benar.

5
d. Metode dialog dan perbincangann maupun menggunakan
bahasa isyarat Metode agar anak didik dapat mengemukakan
kritik-kritik terhadap materi yang diberikan. Kritik dilakukan baik
melalui metode sesama ustad maupun bara santri tuna rungu-
wicara baik melalui komunikasi verbal maumpun komunikasi
nonverbal.
Selain dengan metode diatas, bentuk komunikasi dapat
dilakukan juga dengan cara:
a. Mengetahui apa yang santri-santri disabilitas lakukan.
Komunikator harus mengobservasi dan melihat beberapa jenis
pesan yang dikomunikasikan, dan apakah mereka
menggunakan isyarat gerak tubuh, suara atau kata-kata.
Komunikator juga harus tahu bentuk komunikasi yang dilakukan
difabel atas keinginannya sendiri atau suatu umpan balik dari
komunikator.
b. Meminta santri mengemukakan pendapat baik secara verba l
dan nonverbal.
c. Membuat santri merasa bahwa dia perlu melakukan komunikasi
dan berhubungan dengan orang lain cara mengajaknya
bermain, dapat dilakukan dengan menggelitik, kontak mata,
mengayunkan lutut, tertawa, dll.
d. Memberikan contoh komunikasi atau tindakan sehingga santri
dapat menirukan komunikasi atau tindakan tersebut.

Bentuk metode komuniksi difabel tersebut merupakan


bentuk komunikasi khusus yang juga melibatkan psikologi
perkembangan pada difabel. Memahami psikologi pada difabel
mampu menentukan kemudahan dalam menggunakan metode
komunikasi yang tepat digunakan untuk menyampaikan pesan
komunikasi pada difabel.

4. Etika Komunikasi Disabilitas

6
1. Etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas mental
a. Tanyakan hal yang perlu kita ketahui sebagai
pendamping/penyelenggara acara, seperti waktu istirahat,
minum obat, dan lainnya
b. Bicara langsung dengan orang yang ingin diajak bicara,
bukan melalui pendamping
c. Menggunakan kata-kata yang sederhana
d. Gunakan petunjuk-petunjuk pembantu, seperti gambar yang
berlaku umum
e. Bicara dengan jelas dan perlahan
2. Etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas fisik
a. Hargai barang dan area pribadi mereka, seperti tak
meletakkan barang kita di kursi rodanya atau
memindahkan/memisahkan alat bantu tanpa sepengetahuan
mereka
b. Saat bicara dengan pengguna kursi roda, usahakan posisi
mata sejajar dengan mata mereka

C. Komunikasi Pada Perempuan Dengan Disabilitas


Jika dulu penyandang disabilitas lebih sering dikasihani
dengan dibuatkan acara penggalangan dana (charity) dan
sebagainya, kini banyak penyandang disabilitas yang justru
menolak untuk dikasihani. Sebagaimana yang kita tahu, mereka
juga berhak memperoleh segala sesuatunya sama dengan orang-
orang lain yang tidak memiliki kecacatan fisik maupun mental.

Pemerintah juga memperhatikan hak-hak penyandang


disabilitas. Hal tersebut bisa kita lihat dari banyak aksesibilitas yang
memudahkan para difabel untuk lebih mudah beraktivitas di fasilitas
umum yang juga menjadi hak mereka. Tak sedikit pula kantor
pemerintahan yang mempekerjakan penyandang disabilitas dan
mengangkatnya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

7
1. Bertanya sebelum memberikan bantuan

Reaksi pertama sebagian orang kita menjumpai kaum


difabel adalah berusaha menolong, terutama ketika mereka sedang
kesusahan melakukan sesuatu. Percayalah bahwa tidak semua
saudara-saudara kita yang mengalami disabilitas suka dikasihani.
Agar tidak menyinggung perasaan mereka, sebaiknya tanyakan
dulu sebelum memberikan bantuan. Pasalnya, bisa saja bantuan
yang kita berikan justru semakin mempersulit mereka.

2. Jaga ucapan dan tindakan

Sama seperti kita memperlakukan orang lain, terutama yang


baru saja dikenal, kita juga harus memperlakukan penyandang
disabilitas dengan santun. Jagalah ucapan dan tindakan kita agar
tidak melukai perasaannya. Memang tidak semua orang-orang
difabel memiliki perasaan yang sensitif. Akan tetapi, jika ingin
memulai pergaulan dengan mereka, jagalah ucapan dan tindakan.
Lebih baik menunjukkan sikap yang ramah dibanding gesture atau
sikap yang justru menunjukkan rasa kasihanmu.

3. Mengajak untuk terlibat dalam kegiatan sehari-hari

Bersosialisasi dengan penyandang disabilitas tidak


susah, lho. Dewasa ini, kaum difabel justru tidak ingin diperlakukan
berbeda. Nah, agar kita bisa dengan mudah bergaul dengan
mereka, libatkan mereka dalam kegiatan sehari-hari. Cara
melibatkan penyandang disabilitas dalam kehidupan sehari-hari
bisa dengan cara mempekerjakan mereka sesuai bidang dan
kemampuan atau justru melibatkan mereka dalam kegiatan sosial.
Dengan begitu, mereka akan merasa lebih dihargai dan dibutuhkan
oleh orang lain.

4. Sadari hak penyandang disabilitas

8
Penyandang disabilitas memang memiliki keterbatasan
beraktivitas karena kekurangan fisik maupun mentalnya. Namun,
ingatlah akan satu hal bahwa mereka juga mendapatkan hak yang
sama dengan diri kita sendiri. Hargai penyandang disabilitas
dengan cara menyadari hak mereka. Untuk beberapa hal,
penyandang disabilitas memang memperoleh hak yang lebih
khusus. Seperti ketersediaan aksesibilitas di fasilitas umum,
contohnya lift di jembatan penyeberangan. Kesadaran kita akan
hak disabilitas bisa ditunjukkan dengan cara memberikan tempat
terlebih dahulu bagi mereka untuk mengakses aksesibilitas yang
memang menjadi haknya.

Penyandang disabilitas maupun manusia normal semuanya


juga melakukan bentuk komunikasi verbal dan non verbal. Berikut
jenis-jenis komunikasi tersebut:

1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal merupakan komunikasi dalam bentuk
kata-kata atau ucapan dan tulisan. Komunikasi verbal yang sering
digunakan adalah mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran,
gagasan, fakta, data dan informasi serta mampu menjelaskannya,
saling bertukar pesan atau pemikiran, saling berdebat ataupun
bertengkar.
Komunikasi verbal meliputi dua macam kegiatan yaitu;
Pertama, kegiatan membaca dan menulis. Berbicara merupakan
komunikasi verbal vokal, sedangkan menulis adalah komunikasi
verbal non vokal. Presentasi dalam rapat adalah contohdari
komunikasi verbal vokal. Surat menyurat adalah contoh dari
komunikasi verbal non vokal. Kedua, kegiatan mendengarkan dan
membaca. Mendengar dan mendengarkan adalah dua hal yang
berbeda. Mendengar mengandung arti hanya mengambil getaran
bunyi, sedangkan mendengarkan adalah mengambil makna dari

9
apa yang didengar. Mendengarkan melibatkan unsur mendengar,
memperhatikan, memahami dan mengingat. Membaca adalah satu
cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis
Komunikasi verbal dapat dipahami dengan memperhatikan
bentuk karakteristik komunikasi verbal. Karakteristik tersebut
meliputi:
a. Jelas dan singkat, maksudnya berlangsung dengan sederhana,
pendek. Bila kata-kata yang digunakan sedikit dan tidak jelas
maka sulit dipahami. Jika kata-kata yang diucapkan jelas dan
bebicara dengan lambat maka mudah dipahami.
b. Perbendaharaan kata, yaitu penggunaan kata-kata yang mudah
dimengerti oleh seseorang akan meningkatkan keberhasilan
komunikasi. Komunikasi akan gagal jika komunikator tidak
mampu menyampaikan pesan.
c. Arti konotatif dan denotatif. Makna konotatif adalah pikiran,
perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata, sedangkan
arti denotatif adalah memberikan pengertian yang sama
terhadap kata yang digunakan.
d. Intonasi. Seorang komunikator mampu mempengaruhi arti
pesan melalui nada suara yang dikirimkan. Emosi sangat
berperan dalam nada suara ini.
e. Kecepatan berbicara. Berhasil tidaknya komunikasi tergantung
pada kecepatan berbicara. Jika dalam berbicara terdapat hal
yang disembunyikan atau ingin mengalihkan suatu topik, maka
kecepatan berbicaranya dapat menjadi lebih cepat dari
biasanya.
f. Humor. Humor dapat mengurangi adanya ketegangan dalam
komunikasi. Tertawa merupakan salah satu cara yang mampu
memberikan kesan positif dan dukungan emosional terhadap
lawan yang diajak berbicara.
2. Komunikasi non verbal

10
Komunikasi nonverbal adalah semua isyarat yang bukan
kata-kata. Pesan-pesan non verbal sangat berpengaruh terhadap
komunikasi. Pesan atau symbol-simbol non verbal sangat sulit
untuk ditafsirkan dari pada simbol verbal. Bahasa verbal sejalur
dengan bahasa non verbal. Contoh ketika kita mengatakan “ya” kita
akan mengangguk. Komunikasi verbal lebih bersifat spontan dan
tetap. Komunikasi non verbal meliputi semua aspek komunikasi
selain kata-kata itu sendiri seperti bagaimana kita mengucapkan
kata-kata (volume), lingkungan yang mempengaruhi interaksi, dan
benda-benda yang mempengaruhi informasi, dapat berupa
pakaian, mebel, dan lain- lain.
Bentuk dari komunikasi non verbal bermacam-macam.
Komunikasi non verbal memiliki beberapa jenis yaitu:
a. Sentuhan (haptic)
Sentuhan atau tactile message, merupakan pesan non
verbal non visual dan non vokal. Alat penerima sentuhan adalah
kulit, yang mampu menerima dan membedakan berbagai emosi
yang disampaikan orang. Melalui sentuhan, perasaan dapat
diinformasikan. Misalkan, orang yang merasa sayang akan 37
melakukan sentuhan dengan orang lain baik berupa pelukan.
Seperti sentuhan ibu pada anaknya.
b. Komunikasi Objek
Penggunaan komunikasi objek yang paling sering adalah
penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian
yang digunakannya, walaupun ini termasuk bentuk penilaian
terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi. Contohnya
dapat dilihat pada penggunaan seragam oleh pegawai sebuah
perusahaan, yang menyatakan identitas perusahaan tersebut.
c. Kronemik
Kronemik merupakan bagaimana komunikasi non verbal
yang dilakukan ketika menggunakan waktu, yang berkaitan

11
dengan peranan budaya dalam konteks tertentu. Contohnya
Mahasiswa menghargai waktu secara efektif.
d. Gerakan tubuh (kinestic)
Gerakan tubuh serig kali digunakan sebagai pengganti kata.
Beberapa bentuk dari kinestetik yaitu:
1) Emblem, yaitu gerakan tubuh yang secara langsung dapat
diterjemahkan ke dalam pesan verbal tertentu. Biasanya
berfungsi untuk menggantikan sesuatu. Misalnya,
menggangguk sebagai tanda setuju; telunjuk di depan mulut
tanda jangan berisik.
2) Ilustrator, yaitu gerakan tubuh yang menyertai pesan verbal
untuk menggambarkan pesan sekaligus melengkapi serta
memperkuat pesan. Biasanya dilakukan secara sengaja.
Misalnya, memberi tanda dengan tangan ketika mengatakan
seseorang gemuk/kurus.
3) Affect displays, yaitu gerakan tubuh khususnya wajah yang
memperlihatkan perasaan dan emosi, Seperti misalnya
sedih dan gembira, lemah dan kuat, semangat dan
kelelahan, marah dan takut. Terkadang diungkapkan dengan
sadar atau tanpa sadar. Dapat mendukung atau berlawanan
dengan pesan verbal.
4) Regulator, yaitu gerakan non verbal yang digunakan untuk
mengatur, memantau, memelihara atau mengendalikan
pembicaraan orang lain. Regulator terikat dengan kultur dan
tidak bersifat universal. Misalnya, ketika kita mendengar
orang berbicara, kita menganggukkan kepala, mengkerutkan
bibir, dan fokus mata.
5) Adaptor, yaitu gerakan tubuh yang digunakan untuk
memuaskan kebutuhan fisik dan mengendalikan emosi.
Dilakukan bila seseorang sedang sendirian dan tanpa
disengaja. Selain gerakan tubuh, ada juga gerakan mata

12
(gaze) dalam komunikasi non verbal. Gaze adalah
penggunaan mata dalam proses komunikasi untuk memberi
informasi kepada pihak lain dan menerima informasi pihak
lain. Fungsi gaze diantaranya mencari umpan balik antara
pembicara dan pendengar, menginformasikan pihak lain
untuk berbicara, mengisyarakatkan sifat hubungan
(hubungan positif bila pandangan terfokus dan penuh
perhatian. Hubungan negatif bila terjadi penghindaran
kontak mata), dan berfungsi pengindraan. Misalnya saat
bertemu pasangan yang bertengkar, pandangan mata kita
alihkan untuk menjaga privasi mereka.
e. Proxemik merupakan jarak, tempat atau lokasi yang digunakan
saat berkomunikasi dengan orang lain. Pengaturan jarak
menentukan seberapa dekat tingkat keakraban seseorang
dengan orang lain.
f. Lingkungan merupakan tempat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya adalah
penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.
g. Vokalik (paralanguage) adalah unsur non verbal dalam sebuah
ucapan, yaitu cara berbicara. Misalnya adalah nada bicara,
nada suara, keras atau lemahnya suara kecepatan berbicara,
kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Vokalik tidak sama
dengan vokal pada bahasa verbal. Pada bahasa non verbal
vokalik lebih ke bagaimana suara (vokal) itu disampaikan.

13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah inti dari interaksi sosial, yaitu proses
saling berbagi gagasan, informasi, dan perasaan bagi setiap
individu. Komunikasi sangat penting bagi peranan sosial karena
komunikasi merupakan proses dinamika transaksional yang
mempengaruhi perilaku, yang mana penerima dan sumbernya
berbagi sandi untuk menghasilkan pesan yang dapat di terima
kedua belah pihak. Tujuan dari komunikasi yaitu dapat menambah
wawasan, dapat menjalin hubungan relasi yang positif,
menimbulkan kesenangan, mengubah sikap maupun
mempengaruhi orang lain dan dapat membantu memecahkan
masalah orang lain.

Penyandang disabilitas adalah setiap orang mengalami


keterbatasan dalam fisik, intelektual, sensorik dan mental dalam
jangka waktu lama yang mendalam berinteraksi dengan lingkungan
daoat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya
berdasarkan kesamaan hak. Kehadiran penyandang disabilitas di
tengah masyarakat sering dipandang sebelah mata karena
dianggap berbeda dan perlu perlakuan khusus untuk dapat
berkomunikasi atau berbaur dengan masyarakat lainnya.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis

14
akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Anggarawati, S. S., Kuswarno, E., & Mulyana, S. (2019). Komunikasi
instruksional sebagai sarana pengembangan aktualisasi diri
penyandang tunanetra. Jurnal Manajemen Komunikasi, 3(2), 142–
157. https://doi.org/10.24198/jmk.v3i2.20640

Alfi, I., & Saputro, D. R. (2019). Hambatan Komunikasi Pendamping


Sosial. al-Balagh : Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 3(2), 193–210.
https://doi.org/10.22515/balagh.v3i2.1397

Aw, Santoso. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Badjena, S. S. (2014). Sexual Violence Against Women with Disabilities


and the Legislative Measures in India. Odisha Review.
http://magazines.odisha.gov.in/Orissareview/2014/AprilMay/engpdf/
46-57.pd

Budyatna. Muhammad & Mona Ganiem, laila. 2012. Teori Komunikasi


Antarpribadi. Jakarta:Kencana.

Cangara, Hafied. Perencanaan Dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT


Rajagrafindo Persada, 2013.

Chaturvedi, S. (2019). Culture and Disability: Unheard Voices of Disabled


People. Indian Anthropologist, 49(1), 67–82.

Delphie, Bandi. Psikologi Perkembangan (Anak Berkebutuhan Khusus).


Sleman: PT. Intan Sejati, 2009.

15
Hanson, R. K. (1990). The Psychological Impact of Sexual Assault On
Women and Children: A Review. Sexual Abuse A Journal of
Research and Treatment, 3, 187–232.
https://doi.org/10.1007/BF00850870

Liliweri, Alo. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana,


2011

Mangunsong, Frieda. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan


Khusus jilid kedua. Jakarta: Lembaga pengembangan sarana
pengukuran dan pendidikan psikologi UI, 2011.

Murtie, Afin, 2014. Ensiklopedia anak berkebutuhan khusus. Jogjakarta :


Redaksi Maxima.

Setiaman, A., Chairany, U., & Karimah, K. E. (2018). Pemberdayaan


perempuan melalui program Ibu Inspirasi “Kopernik” dalam
mengentaskan kemiskinan. Jurnal Common, 2(2), 76–89.
https://doi. org/10.34010/COMMON.V2I2.1185

16

Anda mungkin juga menyukai