Anda di halaman 1dari 72

Sejarah Peminatan

Kehidupan Bangsa Indonesia Di Bidang Sosial, Ekonomi,


Budaya, Militer, Dan Pendidikan
Pada Zaman Pendudukan Jepang

Berbasis ARCS
(Attantion, Relevance, Confidence, Statification)
Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena


berkat rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan e-modul
sejarah berbasis ARCR (Attention, Relevance, Confidence,
Statification) yang berjudul “Kehidupan Bangsa Indonesia Di
Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Militer, Dan Pendidikan Pada
Zaman Pendudukan Jepang” untuk SMA kelas XI semester 2. E-
modul ini disusun berdasarkan kurikulum 2013 agar peserta didik
dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.
Sesuai dengan tujuan e-modul yaitu untuk membantu peserta
didik memahami materi dengan proses belajar secara mandiri namun
tetap dapat bimbingan dari pendidik. E-modul berbasis Attention,
Relevance, Confidence, Statification (ARCS) ini tidak hanya
digunakan dalam pembelajaran tetapi juga digunakan dalam
pembelajaran.
Pembuatan E-modul berbasis ARCS ini dibuat untuk menjadi
salah satu variasi penyampaian materi yang telah ada. E-modul ini
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik mampu mencapai
kompetensi yang ditentukan dalam proses pembelajaran yang
dilakukan secara mandiri.

Jember, Januari 2019

Penulis
Daftar Isi

Table of Contents
Kegiatan Pembelajaran 1:..........................................................................................................13
1. Attention/Perhatian........................................................................................................14
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi digital dan arus globalisasi saat ini


memasuki tahap revolusi industri gelombang ke empat atau Industri 4.0.
Revolusi Industri keempat (IR 4.0) telah mengubah pandangan inovasi
pendidikan (Shahroom & Hussin, 2018). Peserta didik di abad ke-21
memiliki kesempatan untuk menampilkan gaya belajar yang kompleks
yang dibentuk oleh keberadaan, aksesibilitas, dan kemudahan
penggunaan sumber daya digital (Moyle, 2010). Implementasi teknologi
informasi dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik,
aktif, dan kreatif. Sehingga diketahui bahwa adanya kemajuan teknologi
digital yang diterapkan pada proses pembelajaran menjadi lebih menarik,
aktif, dan kreatif yang terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolgi pada abad 21 ini
menuntut generasi muda untuk mengambangkan skill, bakat dan
keterampilan yang sesuai pada tuntutan saat ini. Kompetisi dan
keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta didik ditentukan pada tujuh
keterampilan berikut (Wagner, T., & Compton, 2012):1) kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah; 2) kolaborasi dan
kepemimpinan; 3) ketangkasan dan kemampuan beradaptasi; 4) inisiatif
dan berjiwa entrepeneur; 5) mampu berkomunikasi efektif baik secara
oral maupun tertulis; 6) mampu ngengakses dan menganalisis informasi;
7) memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi. Dari tujuh kemampuan yang
disebutkan diatas, sebagian besar keterampilan yang dibutuhkan banyak
membutuhkan self confidence atau kepercayaan diri dalam
penerapannya.
Inovasi modul berupa elektronik dengan memanfaatkan media
teknologi informasi ini perlu dikembangkan pada abad 21
(Purwaningtyas, dkk., 2017:121; Kemendikbud, 2016:12). Elektronik
modul (e-modul) ini berpengaruh terhadap adanya generasi Z yaitu
generasi yang cerdas akan teknologi dan memiliki keinginan kuat untuk
self directed (Umamah, 2017). Modul elektronik atau e-modul
merupakan suatu modul berbasis TIK yang memiliki kelebihan
dibandingkan modul cetak yaitu bersifat interaktif memudahkan dalam
navigasi, memungkinkan menampilkan atau memuat gambar, audio,
video, dan animasi, serta dilengkapi tes atau kuis formatif yang
memungkinkan umpan balik dengan segera.
E-modul pembelajaran sejarah ini didesain berbasis model ARCS
untuk memfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan self Confidence.
Model pembelajaran ARCS sendiri merupakan bentuk pembelajaran
yang mengutamakan perhatian siswa, menyesuaikan materi
pembelajaran dengan pengalaman belajar siswa, menciptakan rasa
percaya diri dalam diri siswa dan menimbulkan rasa puas diri siswa
tersebut, sehingga akan terjadi pembelajaran yang bermakna (Li &
Keller, 2018). Emodul disusun dengan materi kondisi sosial, ekonomi,
budaya, militer dan pendidikan pada bangsa Indonesia pada masa
pendudukan Jepang. Dengan mempelajari e-modul ini diharapkan
peserta didik mampu meningkatkan pemahaman mendalam menganai
materi dan menigkatkan self confiden dalam diri peserta didik.
B. Tujuan

Tujuan penyusunan e-modul sejarah indonesia berbasis ARCS


(Attention, Relevance, Convidence, Statification) ini secara umum adalah
memberikan pemahaman, meningkatkan kemandirian, self confidence, dan
sebagai salah satu referensi bagi peserata didik dalam kegiatan belajar.
Sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

C. Kompetensi

1. Kompetensi Inti
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingfkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
K-I3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
2. Kompetens Dasar
1.1 : Menghayati nilai-nilai peradaban dunia yang menghargai
perbedaan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa.
2.1 : Mengembangkan sikap jujur, rasa ingin tahu, tanggung
jawab, peduli, santun, cinta damai dalam mempelajari
peristiwa sejarah sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
2.2 : Menunjukan sikap cinta tanah air, nilai-nilai rela
berkorban dan kerjasama yang dicontohkan para
pemimpin pada masa pergerakan nasional, meraih dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
3.1 : Menganalisis kehidupan sosial, ekonomi, budaya, militer,
1 dan pendidikan di Indonesia pada zaman pendudukan
Jepang
4.1 : menyusun cerita sejarah tentang kehidupan bangsa
1 Indonesia dibidang sosial, ekonomi, budaya, militer dan
pendidikan pada zaman pendudukan Jepang
PETA KONSEP

Kondisi sosial Bangsa


Indonesia pada masa
pendudukan Jepang

Kondisi ekonomi
Bangsa Indonesia pada
masa pendudukan
Jepang
Kehidupan
bangsa
Kondisi budaya Bangsa
Indonesia
Indonesia pada masa
pada masa
pendudukan Jepang
penduduka
n Jepang

Kondisi militer Bangsa


Indonesia pada masa
pendudukan Jepang

Kondisi pendidikan
Bangsa Indonesia pada
masa pendudukan
Jepan
Tirani Matahari Terbit

Kedatangan “saudara tua” sebagaimana jepang menyebut dirinya, mula-mula


disambut dengan penuh harapan, tetapi kemudian mengecewakan rakyat.
Meskipun demikian, pendudukan jepang membuka sejarah baru bagi Indonesia
Amrin Imran, “ Perang Pasifik, dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda
Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed), 2012
1, Masuknya Jepang ke Indonesia

Jepang mendarat dan memasuki Indonesia pada Januari 1942. Tentara


Jepang mulai masuk ke Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh
Maluku. Meskipun pasukan KNIL (Koninkliijk Nederlandsch Indisch
Leger) dan pasukan Australia berusaha menghalangi, tapi kekuatan Jepang
tidak dapat dibendung. Daerah Tarakan di Kalimantan Timur kemudian
dikuasai oleh Jepang bersamaan dengan Balikpapan (12 Januari 1942).
Jepang kemudian menyerang Sumatra setelah berhasil memasuki
Pontianak, bersamaan dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa
(Februari 1942).

Pada Tanggal 1 Maret 1942, kemenangan tentara Jepang dalam Perang


Pasifik menunjukkan kemampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang
sangat luas, yaitu dari Burma sampai pulau Wake di Samudra Pasifik.
Setelaah daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, japang mulai memusatkan
perhatiannya untuk menguasai pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan
Hindia Belanda.

Dalam pertempuran di laut Jawa, Angkatan Laut Jepang berhasil


menghancurkan pasukan gabungan Belanda-Inggris yang dipimpin oleh
laksamana Karel Doorman. Sisa-sisa pasukan dan kapal Belanda yang
berhasil lolos terus melarikan diri menuju Australia. Sementara itu jendral
Imamura dan pasukannya mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942.
Pendaratan itu dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Banten yang dipimpin
oleh Jendral Imamura itu sendiri, kemudian pendaratan di Eretan Wetan-
Indramayu dipimpin oleh Kolonel Thonisori, dan pendaratan di sekitar
Bojonegoro yang di koordinasi oleh Mayjen Tsuchihashi. Tempat-tempat
tersebut memang tidak terduga oleh Belanda jika ternyata digunakan
pendaratan tentara Jepang. Sementara itu jepang tidak menyerang Jakarta
karena pada saat itu jakarta disiapkan oleh Belanda sebagai kota terbuka.

Untuk menghadapi gerak tentara Jepang, blok sekutu yang terdiri atas
Belanda, Amerika Serikat, Australia dan Inggris membentuk Komando
Gabungan Tentara Serikat yang disebut ABDACOM (American British
Dutch Australian Command ) yang bermarkas di Lembang dengan Letnan
Jenderal Ter Poorten sebagai panglima ABDACOM, ditambah satu kompi
kadet dari Akademi Militer.Kerajaan dan Korps Pendidikan Perwira
Cadangan di Jawa Barat. Di Jawa Tegah, telah disiapkan 4 batalion
infanteri, sedangkan di Jawa Timur terdiri 3 batalion pasukan bantuan
Indonesia dan 1 batalion marinir, serta ditambah dengan satuan-satuan dari
Inggris dan Amerika. Namun kekuatan tersebut tidak mampu
menyelamatkan Hindia Belanda dari kekalahan. Tentara Jepang mendarat
di Jawa dengan jumlah yang sangat besar, berhasil merebut tiap daerah
hampir tanpa perlawanan.

Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara


Belanda di Jawa. Batavia jatuh ketangan jepang pada tanggal 5 Maret 1942,
tentara Jepang terus bergarak ke selatan dan mennguasai kota Buitenzorg
(Bogor), kota-kota yang lainnya pun dengan mudah jaatuh ke tangan
Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jendral Ter Poorten atas
nama komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan
tidak bersyarat kepada Jepang yang diwakili oleh Jendral Imamura.
Penandatangan ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Penyerahan Belanda
kepada Jepang dikenal dengan Kapitulasi Kalijati. Dengan demikian
berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indonesia berada
di bawah pendudukan tentara Jepang
Kegiatan Pembelajaran 1:
Kehidupan Sosial Bangsa Indonesia pada
Masa Pendudukan Jepang

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan kamu dapat:

1. Menganalisi
s kehidupan
sosial
bangsa
Indonesia
pada masa
pendudukan Jepang
2. Mengidentifikasi dampak kebijakan
pendudukan Jepang di Indonesia
pada bidang sosial

Arti Penting:
Belajar sejarah Indonesia masa pendudukan Jepang ini sangat penting
karena disamping mendapatkan pemahaman tentang berbagai perubahan
seperti dalam tata pemerintahan dan kemiliteran, tetapi juga mendapatkan
pelajaran tentang nilai-nilai keuletan dan kerja keras dari para pejuang.
Pengorbanan, dan ketangguhan untuk mempertahankan kebenaran dan hak
asasi manusia
Aktivitas Pembelajaran

1. Attention/Perhat
ian

Meskipun masa pendudukan Jepang hanya berlangsung


relatif singkat, tetapi memberi dampak yang penting
dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Propaganda
jepang mengenai tata pemerintahan baru, keberpihakan
sebagai sesama bangsa Asia, dan janji akan
kemerdekaan, memberi harapan bagi rakyat Indonesia.
Kendati sempat dirusak oleh pemerintahan Jepang yang
represif, terutama dengan adanya program Romusa,
dorongan dan gerakan untuk mencapai kemerdekaan
tetap digencarkan oleh kaum pergerakan baik secara
terang-terangan maupun gerakan “bawah tanah”
(Taufik Abdullah & A.B Lapian 2012)
Nah, Bagaimanakah kehidupan sosial bangsa Indonesia
pada masa pendudukan Jepang selama sekitar 3,5 tahun
? pada uraian berikut akan dibahas mengenai kehidupan
sosial bangsa Indonesia pada masa pendudukan Jepang.

Perhatikan gambar dibawah ini !

Gambar 1. Kerja Paksa Masa Pendudukan Jepang (Romusha).


Pada masa pendudukan jepang di Indonesia, saat itu jepang sedang
menghadapi perang pasifik. Guna membiayai perang tersebut, Jepang
mengarahkan semua tenaga kerja dari Indonesia untuk membuat benteng-benteng
pertahanan. Tega kerja mula-mula dikerahkan dari Pulau Jawa yang penduduknya
padat, kemudian di kota-kota dibentuk barisan-barisan romusha sebagai sarana
propaganda. Propaganda yang kuat itu menarik pemuda-pemuda untuk bergabung
dengan sukarela. Pengerahan tenaga kerja yang mulanya sukarela lama-lama
menjadi paksaan, desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan sejumlah tenaga
romusha. panitia pengarahan disebut
Sefruit informasi
dengan Romukyokai yang ada di
setiap daerah. Penjaajahan Belanda di
Indonesia berakhir ketika
Para pekerja romusha
pasukan Jepang berhasil
diperlakukan dengan kasar dan mengalahkan pasukan Belanda.
kejam. Kehidupan mereka sama Kedatagan pasukan Jepang
sendiri merupakan salah satu
sekali tidak terjamin, kesehatan dan rangakaian dalam Perang Dunia
makan tidak diperhatikan. Pekerja II. Keterlibatan Jepang dalam
romusha yang sakit atau bahkan
Perang Dunia II diawali dari
pengeboman Pearl Harbour oleh
meninggal tidak terhitung jumlahnya. angkatan Perang Jepang pada
Untuk mengembalikan citranya tanggal 8 Desamber 1941,
serangan terus dilancarkan
jepang mengadakan propaganda
terhadap angkatan laut Amerika
dengan menyebut para pekerja Serikat di Pasifik. Serangan
romusha sebagai “pahlawan pekerja” Jepang seolah-olah tak
terbendung oleh Amerika
atau “prajurit ekonomi”. Para pekerja Serikat, sehingga pasukan
romusha digambarkan sebagai sosok Jepang berhasil menghancurkan
basis-basis militer Ameika
yang suci dalam menjalankan
seperti di Filipina. Serangan
tugasnya. Tidak hanya di wilayah jepang lainnya juga di arahkan
indonesia, para pekerja romusha itu ke Indonesia dengan tujuan
untuk mendapatkan cadangan
juga dikirim ke Burma, Muangthai, logistik dan bahan industri
Vietnam, Serawak, dan Malaya.
Kondisi masyarakat saat itu sangat menyedihkan. Banyak petani yang
menjadi pekerja romusha menyebabkan sulitnya mendapatkan bahan makanan.
Gelandangan semakin banyak terutama di kota-kota besar seperti Surabaya,
Jakarta, Bandung dan Semarang. Tidak jarang juga mereka ditemukan mati
kelaparan di jalanan atau di bawah jembatan. Banyak kaasus penyakit kulit di
kalangan masyarakat, terutama penyakit kudis. Pasar gelap tumbuh di kota-kota
besar. Barang-barang keperluan semakin sulit didapatkan dan semakin lama
jumlahnya semakin sedikit. Tidak ada jaminan untuk uang yang dikeluarkan
pemerintah Jepang saat itu, bahkan mengalami inflasi yang parah. Bahan-bahan
pakaian sulit didapatkan, bahkan masayarakat mengguanakan karung goni sebagai
bahan pakaian mereka. Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan.
Semua yang berhubungan dengan objek vital dan alat-alat produksi
dikuasai dan diawasi sangat ketat oleh pemerintah Jepang, mereka juga
mengeluarkan peraturan untuk menjalankan perekonomian. Perkebunan-
perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah Jepang, banyak
perkebunan yang dirusak dan diganti dengan jenis tanaman yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan biaya perang. Rakyat dilarang menanam tebu dan
membuat gula, hanya beberapa perushaan swasta jepang yang menangani pabrik

gula adalah Meiji Seito Kaisya.

Masyarakat juga diwajibkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang


bersifat umum sepeti, memperbaiki jalan, saluran air atau menanam pohon jarak.
Hal tersebut dilakukan secara bergantian, dan untuk menjalankan tugas teersebut
dengan baik, maka dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga) untuk memobilisasi
massa dengan efektif. Selain itu, proses komunikasi antar komponen bangsa di
Indonesia mengalami kesulitan baik komunikasi antar pulau maupun komunikasi
dengan dunia luar. Hal tersebut dikarenakan semua saluran komunikasi yang
sepenuhnya dikendalikan oleh pihak Jepang. Semua nama-nama kota yang
awalnya menggnakan bahsa Belanda diganti dengan Bahasa Indonesia, seperti
Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor. Berikut merupakan
beberapa kadaan sosial bangsa Indonesia pada masa pendudukan Jepang.

1. Pelaksanaan Romusha
Romusha merupakan kerja paksa untuk membangun sarana dan
prasarana militer Jepang dalam rangka memenangkan Perang Asia Timur
Raya. Panitia yang bertugas disebut Romukyai. Romusha dilaksanakan dari
tahun 1942-1945. Kebanyakan pekerja romusha adalah pemuda desa, petani,
pengangguran. Pelaksanaan Romusha merupakan bentuk kekejaman Jepang
secara fisik terhadap rakyat Indonesia, mereka bukan hanya dipekerjakan di
wilayah Indonesia tetapi juga luar negeri seperti Malaysia, Vietnam, Brunei,
Myanmar, dll.
Pada mulanya, pengerahan Romusha tidak terlalu sukar untuk
dilakukan, karena sifatnya yang sukarela. Jendral Moichiro Yamamoto bahkan
mengatakan bahwa para pekerja akan digaji. Akan tetapi, ketika beredar kabar
bahwa pekerja romusha mengalami penderitaan yang berat dan diperkerjakan
dengan kasar oleh pihak Jepang, maka orangpun tidak mau menjadi romusha.
Pada sisi lain, kebutuhan akan pekerja romusha semakin meningkat. Oleh
karena itu pihak Jepang melakukan pemaksaan. Para kepala desa diperintahkan
untuk mengumpulkan penduduk di suatu tempat. Kemudian mereka diangkut
menggunakan truk secara paksa. Tindakan tersebut dilakukan di beberapa kota
(Imran, 2012: 56).
Pengerahan Romusha dilakukan pada masa awal pendudukan Jepang.
Namu, pengerahan secara besar-besaran dilakukan pada tahun 1944.
Pengerahan romusha dilaksanakan oleh tentara ke-16 dengan membentuk
sebuah badan yanng disebut Romukyoku (Kantor Urusan Pekerja). Secara
teoritis, pelaksanaan Romusha dibuat dengan baik, namun dalam praktiknya
tidak demikian.
Gambar 3.Pelaksanaan Romusha
.

Dalam peraturan yang disusun oleh Romukyoku disebutkan bahwa:


1. Orang atau badan memerlukan pekerja romusha lebih dari 30
orang, mengajukan permohonan kepada kepala daerah setempat.
2. Orang atau badan harus mempunyai atau pabrik yang berguna
untuk kepentingan Jepang
3. Orang atau badan harus mengisi formulir. Dalam formulir tersebut
dicantumkan: nama tempat romusha yang akan dipekerjakan,
jumlah yang diperlukan, dan waktu yang akan dipekerjakan.
4. Pemerintah daerah harus melapor bulanan pelaksanaan kerja
kepada Romukyoku.
Namun, di dalam prakteknya, peraturan itu tidak dijalankan secara
konsekuen. Apalgi jika pihak militer yang memerlukan pekerja romusha itu
(Imran, 2012: 56).
Selama berada di tempat kerja, sampai pulang ke Kampung halamannya
ternyata pekerja hanya mendapatkan fasilitas yang sangat minim dan banyak
yang tidak diberi upah, namun tidak bisa menuntut dikarenakan tidak ada
perjanjian tertulis. Bahkan banyak di antara petugas pengerahan romusha
bersikap curang, seperti mencoret nama yang sudah terdaftar dan
menggantinya dengan nama lain karena menerima suap uang. Para pekerja
Romusha dipekerjakan pada proyek-proyek pembuatan jalan, jembatan, barak-
barak militer, dan perbentengan di sekitar tempat mereka di karesidenan
selama 1-3 bulan. Jika lebih dari masa kerja tersebut, mereka dipekerjakan di
proyek-proyek di luar keresidenan mereka (Imran, 2012: 55).
Sejak pagi buta sampai petang, mereka dipaksa melakukan pekerjaan
kasar tanpa makan dan perawatan cukup. Hanya pada malam hari saja mereka
bisa melepaskan kelelahn mereka. Dalam keadaan demikian, mereka tidak
punya daya tahan lagi terhadap penyakit karena tidak sempat memasak air
minum, buang air besar sembarangan, sehingga mnyebarlah wabah penyakit
disentri. Kesehatan yang tidak dijamin, makanan yang tidak cukup, dan
pekerjaan yang terlalu berat menyebabkan pekerja romusha meninggal
(Poesponegoro,2008:65).
2. Tonarigumi
Tonarigumi jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia ialah “kerukunan
tetangga” atau yang biasa kita kenal dengan RT, merupakan sebuah struktur
kemasyarakatan yang dibuat oleh tentara pendudukan Jepang selama berkuasa
di Indonesia. Pembentukan tonarigumi oleh pihak Jepang, ditujukan untuk
kepentingan Jepang dalam usaha pengerahan pangan. Tiap Tonarigumi terdiri
dari 10-20 Rumah Tangga. Beberapa Tonarigumi dikelompokkan ke dalam Ku
(desa atau kelurahan). Meskipun diletakkan di bawah pemerintahan desa atau
kelurahan, namun segala konsepsi dan tugasnya diatur sendiri oleh Jepang dan
sepenuhnya menjadi alat militer Jepang (Imran, 2012: 58).
Maksud diadakannnya tonarigumi adalah untuk mengawasi penduduk,
mengendalikan, dan memperlancar kewajiban yang dibebankan kepada
mereka. Dengan adanya perang yang makin mendesak maka tugas yang
dilakukan Tonarigumi adalah mengadakan latihan tentang pencegahan bahaya
udara, kebakaran, pemberantasan kabar bohong, dan mata-mata musuh.
Ketika kekaisaran Jepang mulai tersudut dalam Perang Dunia II,
tonarigumi ini menjadi basis pelatihan militer warga desa yang dipaksa
kemudian untuk menjadi tentara atau milisi yang membela Jepang untuk
menghadapi pasukan blok sekutu. Ketika kekaisaran Jepang kalah dalam
Perang Dunia II, wilayah bekas pendudukan Jepang yang diduduki oleh
Amerika Serikat, seperti Korea Selatan, Vietnam, dan Filipina memutuskan
untuk menghapus sistem Tonarigumi secara formal pada 1947, tetapi di
beberapa wilayah, sistem Tonarigumi berubah namanya, salah satunya di
Indonesia, Tonarigumi berubah menjadi Rukun Tetangga dan Rukun Warga.
Gambar 4. Tonarigumi

3. Jugun ianfu
Istilah Jugun ianfu tentunya terdengar sangat asing bagi kalian, fakta
mengenai adanya jugun ianfu ini sendiri jarang sekali diuangkap di buku-buku
sekolah. Jugun Ianfu berasal dari kata Ju= ikut, Gun= militer sedangkan Ian=
penghibur, Fu= perempuan. Jugun ianfu merupakan bentuk eksploitasi terhadap
perempuan yang dilakukan Jepang pada masa pendudukannya, yaitu pada kurun
waktu tahun 1942-1945. Selain mengarahkan laki-laki potensial yang berusia
antara 16 sampai 40 tahun sebagai pekerja paksa (romusha), pemerintah
pendudukan Jepang mengarahkan pula tenaga perempuan, tidak saja untuk
kepentingan-kepentingan formal seperti dalam Fujinkai, tetapi juga untuk
kepentingan pemuas nafsu.
Sama halnya dengan romusha, jugun
Sebelumnya, apakah
kalian tau apa itu ianfu juga direkrut dari desa yang pada
Fujinkai? umumnya dipaksa dengan cara
kekerasan, tipu muslihat, dan ancaman
Fujinkai adalah barisan tenaga
perempuan yang dibentuk oleh dengan iming-iming pekerjaan atau
Jepang pada bulan Agustus
1943. Orgnaisasi ini bertugas
untuk mengerahkan perempuan
turut serta dalam memperkuat
pertahanan dengan cera
mengumpulkan dana wajib
beasiswa sekolah. Tidak hanya perempuan Indonesia tetapi perempuan dari
negara-negara yang diduduki Jepang seperti perempuan Jepang, Korea, Tiongkok,
Malaya (Malaysia dan Singapura), Thailand, Filipina, Myanmar, Vietnam dan
orang Eropa di beberapa daerah kolonial (Inggris, Belanda, Prancis dan Portugis)
juga menjadi korban Jugun ianfu. Jumalah perkiraan dari Jugun ianfu ini pada saat
perang, berkisar anatara 20.000 dan 30.000. Menurut riset Dr. Ikuhika Hata,
seorang profesor di Universitas Nihon. Orang Jepang yang menjadi Jugun ianfu
sekitar 40%, Korea 20%, Tionghoa 10% dan 30% sisanya dari kelompok lain.

Catatan kelam
Kami adalah korban!
Kami meruapakan beberapa
diantara banyaknya wanita
yang menjadi korban kejahatan
perang, kami disiksa, dipaksa,
harga diri kamu diinjak-injak,

Gambar 5. Jugun Ianfu


bahkan diperlakukan bukan lagi layaknya
manusia. Kelaparan dan rasa sakit selalu kami rasakan. Inilah nasib buruk yang
biasa menimpa remaja yang hidup pada masa pendudukan Jepang.
Kalian para remaja, yang hidup dialam keerdekaan, dibawah atap keluarga yang
aman, membela dan melindungi. Mungkin ada diantara kalian yang yatim piatu,
namun tetap kalian mendapatkan makanan sehari-hari dan perlindungan dari
mara bahaya. Bila orang tua sudah tiada pasti ada wali yang menggantikan. Bila
wali tak ada seluruh masyarakat akan memperhatikan kesejahteraan kalian.
Tentu, bagaimana pun baik yang telah kalian peroleh dari kehidupan ini, masih
ada saja yang kalian rasa kurang. namun, setelah apa yang kalian ketahui hari
ini, patutlah kalian bersyukur atas kehidupan yang dilimpahkan pada kalian di
masa kemerdekaan ini.

4. Pembentukan organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan


Pada masa pendudukan Jepang, jepang membentuk beberapa
organisasi yang bersifat sosial kemasyaratan, tidak lain tujuan pembentukan
organisasi ialah demi kepentingan propaganda Jepang sendiri. Berikut
penjelasannya:
A. Gerakan Tiga A
Jepang membentuk
perkumpulan yang
dinamakan Gerakan Tiga A
(3A) untuk mendapatkan
dukungan dari rakyat
Indonesia. Perkumpulan ini
dibentuk pada tanggal 29
Maret 1942. Sesuai dengan
nama yang dicanangkan,
perkumpulan ini memiliki
tiga semboyan, yaitu
Nippon Cahaya Asia,
Nippon Pelindung Asia,
dan Nippon Pemimpin Asia. Sebagai pimpinan Gambar 6. Poster Gerakan 3 A
Gerakan Tiga A, bagian propaganda Jepang (Sedenbu) telah menunjuk
bekas tokoh parindra Jawa Barat yakni Mr. Syamsuddin sebagai ketua
dengan dibantu beberapa tokohlain seperti K. Sutan Pamuncak dan Moh.
Saleh
Jepang berusaha agar perkumpulan ini dapat menjadi wadah
propaganda yang efektif. Oleh sebab itu, di berbagai daerah dibentuk
komite-komite. Sejak bulan Mei 1942, perhimpunan itu mulai
diperkenalkan kepada masyarakat melalui media massa. Gerakan Tiga A ini
didalamnya juga sengaja dibentuk subseksi islam yang disebut “Persiapan
Persatuan Umat Islam”. Sub seksi Islam dipimpin oleh Abikusno
Cokrosuyoso.
Ternyata sekalipun dengan berbagai upaya, gerakan Tiga A ini
kurang mendapat simpati dari rakyat. Gerakan Tiga A hanya berumur
beberapa bulan saja. Jepang menilai perhimpunan tersebut tidak efektif.
Pada bulan Desember 1942 Gerakan Tiga A dinyatakan gagal. Kegagalan
tersebut dikarenakan:
a. Sedikit dukungan yang diberikan bangsa Indonesia
b. Tidak ada seorang nasionalis Indonesia yang terlibat didalamnya
c. Propaganda tersebut sehingga tidak ada yang menanggapinya
secara serius (kekejaman militer dan bentuk eksploitasi Jepang).

B. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)


“Gerakan Tiga A” yang sebelumnya di canangkan dinilai gagal oleh
Jepang, kemudian Jepang berusaha mengajak tokoh pergerakan Nasional
untuk meningkatkan kerja sama. Jepang kemudian mendirikan organisasi
pemuda, pemuda Asia Raya dibawah pimpinan Sukadjo Wiryopranoto.
Namun organisasi tersebut juga tidak mendapat sambutan baik dari rakyat,
sehingga Jepang kemudian membubarkan oerganisasi tersebut.

Gambar 7. Tokoh Putera

Dukungan rakyat Indonesia kepada pemerintah Jepang memang


tidak seperti awal kedatangannya. Hal ini terjadi karena sikap dan tindakan
Jepang yang berubah. Jepang melarang pengibaran bendera Merah Putih
dan yang boleh dikibarkan hanya bendera Hinomaru, serta mengganti lagu
Indonesia Raya dengan lagu Kimigayo. Jepang mulai membiasakan
mengganti kata-kata banzai (selamat datang) dengan bakero (bodoh).
Masyarakat mulai kehilangan simpatinya terhadap Jepang. “Saudara Tua”
yang dulu digencarkan tidak sesuai dengan apa yang mereka janjikan.
Sementara itu, perkembangan Perang Asia Timur Raya mulai
memojokkan Jepang. Kekalahan yang dialami Jepang di berbagai medan
pertempuran telah menimbulkan rasa tidak percaya dari rakyat. Oleh karena
itu, jepang harus segera memulihkan keadaan. Japang harus dapat bekerja
sama dengan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka, antara lain Soekarno dan
Moh. Hatta. Karena pada saat itu Soekarno masih ditahan di Padang oleh
pemerintah Hidia Belanda, maka segera dibebaskan oleh Jepang. Pada
tanggal 9 Juli 1942 soekarno sudah berada di Jakarta dan bergabung dengan
Moh. Hatta.
Jepang berusaha untuk menggerakkan seluruh rakyat melalui tokoh-
tokoh nasionalis Indonesia. Jepang ingin membentuk organisasi massa yang
dapat bekerja untuk menggerakkan rakyat. Pada bulan Desember 1942
dibentuk panitia persiapan untuk membentuk sebuah organisasi massa,
kemudian Soekarno, Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara
dipercaya untuk membentuk garakan baru. Gerakan tersebut diberi nama
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang dibentuk tanggal 16 April 1943. Mereka
kemudian disebut sebagai empat serangakai dengan ketua panitia ialah
Soekarno. Tujuan dibentuknya Putera ini sendri ialah untuk membangun
dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh
Belanda. Sedangkan dari pandangan Jepang, Putera bertugas untuk
memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia guna membantu Jepang
dalam perang. Disamping tugas dibidang propaganda, Putera juga bertugas
memperbaiki bidang sosial ekonomi.
Gambar 8. Tokoh 4 Serangkai (Ir. Soekarno,Drs. Moh Hatta,
Ki Hajar Dewantara, dan K.H Mas Mansyur)
Menurut struktur organisasinya, Putera memiliki pimpinan pusat
dan pimpinan daerah. Pimpinan pusat dikenal dengan Empat Serangkai,
sedangkan pimpinan daerah dibagi sesuai dengan tingkat daerah, yakni
tingkat syu, ken dan gun. Putra juga memiliki beberapa penasehat yang
berasal dari orang-orang Jepang, mereka adalah S. Miyoshi, G. Taniguci,
Iciro Yamasaki, dan Akiyama.
Sejak awal berdirinya, Putera cepat mandapat sambutan dari
organisasi massa yang ada. Misalnya dari Persatuan Guru Indonesia;
Perkumpulan Pegawai Pos Menengah; Pegawai Pos Telegraf, Telepon dan
Radio; serta Pengurus Besar Istri Indonesia di bawah pimpinan Maria Ulfah
Santoso. Sambutan juga didapatkan dari kalangan pemuda, diantaranya dari
organisasi Barisan Benteng dan dari kelompok pelajar terdapat sambutan
dari organisasi Badan Perantaraan Pelajar Indonesai serta Ikatan Sport
Indonesia. Mereka semua bergabung kedalam Putera.
Putera pun dengan cepa berkembang dan semakin bertambah kuat.
Sekalipun di tingkat daeerah tidak berkembang dengan baik, namun Putera
telah berhasil mempersiapkan rakyat secara mental bagi kemerdekaan
Indonesia. Melalui rapat-rapat dan media massa, pengaruh Putera semakin
luas, namun dari pesatnya perkembangan Putera ini menimbulkan
kehawatiran dari pihak Jepang karena Putera telah dimanfaatkan oleh
pimpinan-pimpinan nasionalis untuk mempersiapkan Indonesia kearah
kemerdekaan, tidak digunakan sebagai usaha menggerakkan massa untuk
membantu Jepang. Ternyata sikap dan tindakan para pemimpin nasionalis
ini mulai dirasakan oleh penguasa Jepang. Oleh karena itu, pada tahun 1944
Putera dinyatakan bubar oleh Jepang. Melalui badan propaganda Jepang ini
juga, Bahasa Indonesia mulai tersebar di kalangan masyarakat Indonesia
sekaligus pula membuat nasionalisme Indonesia semain kuat.

C. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin


(Masyumi)
Pada zaman pendudukan pemerintah Hindia Belanda dapat
dikatakan anti terhadap umat Islam, hal tersebut perbeda dengan
pemerintah Jepang, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di
Indonesia. Jepang sangat memerlukan kekuatan Islam untuk membantu
melawan sekutu. Oleh karena itu, sebuah organisasi Islam MIAI yang
cukup berpengaruh pada masa pemerintahan kolonial Belanda, mulai
dihidupkan kembali oleh pemerintah pendudukan Jepang. Tepatnya pada
tanggal 4 September 1942 MIAI diizinkan aktif kembali, hal tersebut
dimaksudkan agar MIAI segera dapat digerakkan sehingga umat Islam di
Indonesia dapat di Mobilisasi untuk keperluan perang.

Gambar 9. Gedung MIAI


Diaktifkannya kembali
MIAI, maka MIAI menjadi organisasi pergerakan yang cukup penting di
zaman pendudukan Jepang. MIAI menjadi tempat bersilaturakhim,
menjadi wadah tempat berdialog, dan bermusyawarah untuk membahas
berbagai hal yang menyangkut kehidupan umat, dan tentu saja yang
bersinggungan dengan perjuangan. MIAI senantiasa menjadi organisasi
pergerakan yang cukup diperhitungkan dalam perjuangan membangun
kesatuan dan kesejahteraan umat. Semboyan yang terkenal adalah
“berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah
berpecah belah”. Hal tersebut menunjukkan pada masa pendudukan
Jepang, MIAI berkembang dengan sangat baik, kantor pusat yang awalnya
berada di Surabaya pindah ke Jakarta.
Adapun tugas dan tujuan MIAI masa pendudukan Jepang adalah
sebagai berikut:
1) Menempatkan umat islam pada kedudukan yang layak dalam
masyarakat Indonesia.
2) Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.
3) Ikut membantu Jepang dalam perang Asia Timur Raya
Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI
membuat program yang lebih menitik beratkan pada program-program
yang bersifat sosio-religius. Secara khusus program-program itu akan
diwujudkan melalui rencana sebagai berikut:;
1. Membangun masjid Agung di Jakarta
2. Mendirikan universitas, dan
3. Membentuk baitulmal.
Namun dari ketiga program yang dicanangkan tersebut tidak diterima
sepenuhnya, yang mendapat lampu hijau ddari Jepang hanya program yang
ketiga.
MIAI terus mengembangkan diri ditengah-tengah ketidak cocokan
dengan kebijakan dasar Jepang. MIAI menjadi tempat pertukaran pikiran
dan pembangunan kesadaran umat agar tidak terjebak pada perangkap
kebijakan Jepang yang semata-mata untk memenangkan Perang Asia
Timur Raya. Pada bulan Mei 1943, MIAI berhasil membentuk Majelis
Pemuda yang diketuai oleh Ir. Sofwan dan juga membentuk Majelis
Keputrian yang dipimpin oleh Siti Nurjanah. Bahkan dalam
mengembangkan aktivitasnya, MIAI juga menerbitkan majalah yang
disebut “Suara MIAI”.
Keberhasilan program baitulmal semakin memperluas jangkauan
erkembangan MIAI. Dana yang sudah terkumpul dari program tersebut
semata-mata untuk mengembangkan organisasi dan perjuangan di jalan
Allah, bukan untuk membantu pihak Jepang.
Arah perkembangan MIAI ini ulai dipahami oleh Jepang sebagai
organisasi yang tidak memberikan kontribusi terhadap Jepang. Hal
tersebut tidak sesuai dengan harapan Jepang sehingga pada November
1943 MIAI dibubarkan. Sebagai penggantinya, Jepang membentuk
Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Harapan Jepang
membentuk majelis ini adalah agar Jepang dapat mengumpulkan dana dan
dapat menggerakkan umat Islam untuk menopang kegiatan Perang Asia
Timur Raya.
Masyumi ini diketuai oleh Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya
dijabat oleh Mas Mansur dan Wahid Hayim. Orang yang diangkat menjadi
penasihat organisasi ini adalah Ki Bagus Hadikusumo dan Abdul Wahab.
Masyumi sebagai induk organisasi Islam anggotanya sebagian besar dari
para ulama, dengan kata lain para ulama ini dilibatkan dalam kegiatan
pergerakan politik.

Masyumi
Gambar 10. Masyumi
sangat cepat
berkembang, di setiap keresidenan ada cabang Masyumi. Oleh karena itu,
Masyumi berhasil meingkatkan hasil bumi dan pengumpulan dana. Dalam
perkembangannya, tampil tokoh-tokoh muda di dalam Masyumi antara
lain Moh. Natsir, Harsono Cokroaminoto dan Prawoto Mangunsasmito.
Perkembangan ini telah membawa Masyumi semakin maju dan warna
politiknya semakin jelas. Masyumi berkembang menjadi wadah untuk
bertukar pikiran antara tokoh-tokoh islam dan sekaligus menjadi tempat
penampungan keluh kesah rakyat. Masyumi menjadi organisasi massa
yang pro rakyat, sehingga sangat menentang adanya romusha. masyumi
menolak perintah Jepang dalam pembentukannya sebagai penggerak
romusha, dengan demikian, Masyumi telah menjadi pejuang yang
membela rakyat.
Sikap tegas dan berani di kalangan tokoh-tokoh Islam itu akhirnya
dihargai Jepang. Sebagai contoh, pada suatu pertemuan di Bandung, ketika
pembesar Jepang memasuki ruangan, kemudian diadakan acara seikerei
(sikap menghormati Tenno Heika dengan membungkukkan badan sampai
90 derajat ke arah Tokyo) ternyata ada tokoh Islam yang tidak mau
melakukannya, yakni Abdul Karim Amarullah (ayah Hamka). Akubatnya
muncul ketegangan dalam acara itu. Namun setelah tokoh Islam itu
menyatakan bahwa seikerei bertentangan dengan Islam, sebab sikapnya
seperti orang Islam rukuk waktu sholat. Menurut orang islam rukuk hanya
semata-mata kepada tuhan dan hanya menghadap ke kiblat, dari alasan
tersebut akhirnya orang-orang islam diberi kebebasan untuk tidak
melakukan sikerei.

D. Jawa Hokokai
Pada tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik,
tentara Sekutu dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal
ini mengakibatkan kedudukan Jepang di Indonesia semakin
mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Panglima Tentara ke 16, Jendral
Kumaikici Harada membentuk organisasi baru yang diberi nama Jawa
Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Jepang membutuhkan persatuan
dan semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin untuk menghadapi
situasi perang tersebut. Rakyat diharapkan memberikan darma baktinya
kepada pemerintah demi kemenangan perang. Kebaktian yang dimaksud
tersebut memuat tiga hal:
1. Mengorbankan diri;
2. Mempertebal persaudaraan, dan
3. Melaksanakan suatu tindakan dengan bukti.

Gambar 11. Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai)

Susunan dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai berbeda


dengan Putera. Jawa Hokokai benar-benar organisasi resmi pemerintah,
oleh karana itu pimpinan pusat Jawa Hokokai sampai pimpinan
daerahnya langsung dipegang oleh orang Jepang. Pimpinan pusat
dipegang oleh Gunseikan, sedangkan penasihatnya adalah Ir. Soekaarno
dan Hasyim Asy’ari. Pada tingkat daerah (syu/shu) dipimpin oleh
Syucokan/Shucokan dan seterusnya sampai daerah ku (desa) oleh Kuco
(kapala desa/lurah), bahkan sampai gumi dibawah pimpinan Gumico. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Jawa Hokokai memiliki alat organisasi
sampai ke desa-desa, dukuh bahkan sampau tingkat Rukun tetangga
(Gumi atau Tonarigumi). Tonarigumi sendiri dibentuk untuk
mengorganisasikan seluruh penduduk dalam kelompok-kelompok yang
terdiri atas 10-20 keluarga. Para kepala desa dan kepala dukuh serta
ketua RT bertanggung jawab atas kelompok masng-masing.
Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai sebagai
berikut:
1) Melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas
demi pemerintah Jepang;
2) Memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya
berdasarkan semangat persaudaraan;
3) Memperkokoh pembelaan tanah air
Jawa Hokokai adalah organisasi pusat yang anggota-anggotanya
terdiri atas bermacam-macam hokokai (himpunan kebaktian) sesuai
dengan bidang profesinya, misalnya Kyoiku Hokokai (kebaktian para
pendidik guru-guru) dan Isi Hokokai (wadah kebaktian para dokter). Jawa
Hokokai juga mempunyai anggota istimewa, seperti Fujinkai (organisasi
wanita), dan Kaimin Bunka Shidosho (Pusat Kebudayaan). Dalam
perannya membantu memenangkan perang, Jawa Hokokai telah berusaha
anatara lain dengan pengarahan tenaga dan memobilisasi potensi sosial
ekonomi, misalnya dengan penarikan hasil bumi sesuai dengan target yang
ditentukan.
Organisasi Jawa Hokokai ini hanya berkembang di daerah Jawa,
sehingga golongan nasionalis yang ada di luar Jawa kurang mendapatkan
wadah. Penguasa di luar Jawa seperti di Sumatra berpedapat bahwa di
Sumatra terdapat banyak Suku, bahasa dan adat istiadat, sehingga sulit
untuk dibentuk organisasi yang besar dan memusat, kalaupun ada hanya
bersifat lokal dan tingkat daerah saja. Dengan demikian, organisasi Jawa
Hokokai ini dapat berkembang sesuai yang diinginkan puhak Jepang.

Kedatangan jepang yang awlnya disambut dengan senang hati oleh rakyat
Indonesia seketika berubah menjadi kebencian. Kebencian rakyat kepada
pemerintahan Jepang bahkan lebih besar dibandingkan dengan pemerintahan
Kolonial Belanda. Tidak jarang Jepang bertindak sewenang-kenang, rakyat yang
tidak bersalah sering ditangkap, ditahan dan disiksa. Begitulah kehidupan sosial
bangsa Indonesia masa pendudukan jepang, bisa disimpilkan jika kehidupan
rakyat saat itu lebih menderita dari pada sebelumnya, krisis terjadi dimana-mana.
2. Relevance

Ketika kamu menanyakan alamat sesorang, apakah yang terlintas


dalam pikiranmu ? tentu kamu akan menanyakan di jalan apa, di Rukun
Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) berapakah orang tersebut tinggal.
Mengetahui lokasi RT dan RW sangat diperlukan untuk mempermudah
menemukan alamat yang sedang dicari. Selain mempermudah pencarian
alamat, apakah sebenarnya fungsi RT dan RW? Tentu keberadaan RT dan
RW sekarang ini juga untuk mengordinasikan berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatan dan pembangunan di lokasi tersebut. RT dan RW juga
menjadi kepanjangan tangan dari kelurahan atau desa dan pemerintahan
diatasnya, sehingga melalui RT informasi pemerintahan di tingkat
kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan pemerintah pusat dapat sampai ke
penduduk di wilayah RT dan RW setempat.

Gambar 12. Tonarigumi merupakan cikal bakal RT/RW pada saat ini

Tetapi bagaimana keberadaan RT pada masa pendudukan Jepeng?


Istilah RT dan fungsinya ini memang diefektifkan pada masa
pendudukan Jepang di Indonesia, namun tujuan eberadaan RT masa
pendudukan Jepang untuk memata-matai pribumi dalam kerja romusha
atau dalam upaya menyerahkan hasil pertanian dan barang lain dari rakyat
kepada Jepang
Penjelaskan diatas menunjukkan bahwa RT dan RW mempunyai
peran yang cukup penting pada masa pendudukan Jepang. Masa itu
Jepang membuat suatu kebijakan pengerahan massa untuk bekerja lebih
giat. Kerja itu kemudian menjurus ke arah kerja paksa, atau yang kita
kenal dengan romusha. untuk melaksanakan tugas pengarahan massa
dengan baik, maka dibentuklah tonarigumi (RT), yang merupakan
organisasi soail yang efektif untuk mengawasi pengarahan tenaga kerja
rakyat. Karena tenaga sepenuhnya disediakan untuk kepatingan Jepang,
rakyat sendiri menjadi tidak terurus, ditambah lagi harus melakukan kerja
paksa, maka kehidupan rakyat semakin menderita

Mari selesaikan masalah di bawah ini !


Setelah mempelajari bacaan diatas, kita semua mengetahui bagaimana
kebijakan yang diberlakukan diIndonesia sangatlah kejam. Analisis lah
bagaimana dampak dari kebijakan yang diberlakukan Jepang terhadap
bangsa Indonesia di bidang Sosial?

Kerjakan di buku tugasmu, kamu bisa berdiskusi dengan teman yang lain
serta mengguanakan sumber-sumber lain yang ada di perpustakaan atau
artikel ilmiah

3. Confidenc
e
Mari buktikan siapa dirimu
kepada semua orang

Setelah mengerjakan tugas diatas,


silahkan kemukakan jawaban
kalian di depan kelas, diskusikan
jawaban yang kalian temukan
bersama teman-teman yang lain.
4. Statificati
on
Semu proses telah kamu lewati, berikan buku catatan kepada bapak/ibu
guru untuk diberikan penilaian:
Nilai Catatan
Kegiatan Pembelajaran 2 :
Kehidupan Ekonomi Bangsa Indonesia pada
Masa Pendudukan Jepang

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan kamu dapat:

1. Menganalisis kehidupan ekonomi


bangsa Indonesia pada masa
pendudukan Jepang
2. Mengidentifikasi dampak kebijakan
pendudukan Jepang di Indonesia
pada bidang ekonomi

Arti Penting:
Belajar sejarah Indonesia masa pendudukan Jepang ini sangat penting
karena disamping mendapatkan pemahaman tentang berbagai
perubahan seperti dalam tata pemerintahan dan kemiliteran, tetapi
juga mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai keuletan dan kerja
keras dari para pejuang. Pengorbanan, dan ketangguhan untuk
mempertahankan kebenaran dan hak asasi manusia
Aktivitas Pembelajaran

1. Attention

Meskipun masa pendudukan Jepang hanya berlangsung


relatif singkat, tetapi memberi dampak yang penting
dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Propaganda
jepang mengenai tata pemerintahan baru, keberpihakan
sebagai sesama bangsa Asia, dan janji akan
kemerdekaan, memberi harapan bagi rakyat Indonesia.
Kendati sempat dirusak oleh pemerintahan Jepang yang
represif, terutama dengan adanya program Romusa,
dorongan dan gerakan untuk mencapai kemerdekaan
tetap digencarkan oleh kaum pergerakan baik secara
terang-terangan maupun gerakan “bawah tanah”
(Taufik Abdullah & A.B Lapian 2012)
Nah, Bagaimanakah kehidupan sosial bangsa Indonesia
pada masa pendudukan Jepang selama sekitar 3,5 tahun
? pada uraian berikut akan dibahas mengenai kehidupan
ekonomi bangsa Indonesia pada masa pendudukan
Jepang.

Perhatikan gambar dibawah ini !

Gambar 13. Kemiskinan dan kelaparan semasa pendudukan Jepang


Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, sistem ekonomi yang
diterapkan adalah sistem “Ekonomi Perang”. Artinya semua kekuatan ekonomi
Indonesia digali untuk menopang kegiatan perang. Saat itu Jepang sangat
membutuhkan bahan bahan menentah untuk kebutuhan perang, sehingga mereka
merasa penting untuk menguasai sumber-sumber bahan mentah yang ada di
Indonesia. Tujuan utama Jepang tidak lain ialah untuk menghadapi Perang Asia
Timur Raya. Jepang memiliki wilayah yang masuk dalam struktur ekonomi yang
telah direncanakan yaitu wilayah-wilayah ekonomi yang sanggup memenuhi
kebutuhannya sendiri atau yang diberi nama lingkungan kemakmuran bersama
Asia Timur Raya.
Perlu dipahami, bahwa sebelum
Tahukah kamu ?? memasuki Perang Dunia II, Jepang sudah
berkembang menjadi negara industri dan
sekaligus menjadi kelompok negara
imperialis di Asia. Oleh karena itu,
Jepang butuh waktu 3 bulan,
dari Januari-Maret 1942 untuk Jepang melakukan berbagai upaya untuk
menduduki wilayah Indonesia. memperluas wilayahnya. Sasaran
Tujuan Jepang meenyerang utamanya antara lain Korea dan
Indonesia untuk menguasai
Indonesia. Indonesia sangat menarik bagi
SDA Indonesia.
Jepang, apalagi dalam bidang Ekonomi.
Hal tersebut dikarenakan Indonesia yang
merupakan negara kepulauan yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya
berupa hasil bumi, pertanian, tambang dan lain-lainnya. Kekayaan yang dimiliki
Indonesia tersebut sangat cocok untuk kepentingan industri Jepang. Tidak hannya
itu, Indonesia juga dirancang untuk tempat penjualan produk-produk industrinya.
Meletusnya Perang Dunia II pada hakikatnya merupakan wujud konkret dari
ambisi dan semangat imperialisme masing-masing negara untuk memperluas
ddaerah kekuasaannya. Oleh karena itu, pada saat berkobarnya PD II, Indonesia
benar-benar menjadi sasaran perluasan pengaruh kekuasaan Jepang. Bahkan
Indonesia kemudian menjadi salah satu benteng pertahanan Jepang untuk
membendung gerak laju kekatan tentara Serikat dan melawan kekuatan Belanda.
Setelah Jepang berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil
kebijakan dalam bidang ekonomi yang disebut dengan self help. Hasil
perekonomian di Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan
pemerintahan Jepang yang saat itu sedang berkuasa di Indonesia. Kebijakan
tersebut juga yang sering disebut dengan ekonomi perang. Untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai kebijakan yang dirapkan Jepang ini perlu dilihat bagaimana
tindakan-tindakan Jepang dalam bidang ekonomi di Indonesia. Ekonomi uang
yang pernah dikembangkan masa pemerintahan Belanda tidak lagi populer.
Ketika Jepang mendarat ke Sefruit informasi

Indonesia pada tahun 1942,


Perlu dipahami bahwa pada
ternyata tentara Hindia Belanda
saat Jepang masuk ke
telah membumihanguskan objek- Indonesia sudah membawa
objek vital yang ada di Indonesia. kultur dan ideologi fasisme
Hal ini dimaksudkan agar Jepang yang beratri pada saat itu
Jepang sudah menjadi negara
mengalami kesulitan dalam upaya
fasis. Fasis-fasisme adalah
menguasai Indonesia. Akibat dari paham atau ideologi yang
pembumihangusan itu, keadaan dapat dimaknai sebagai
sistem (sistem pemerintahan)
perekonomian di Indonesia menjadi
diamana semua kekuasaan
lumpuh pada awal pendudukan berada pada satu tangan
Jepang. Sehubungan dengan seorang yang diktaktor dan
keeadaan tersebut, langkah pertama otoriter dalam
mengembangkan kehidupan
yang diambil Jepang adalah
berbangsa menjadi sangat
melakukan pengawasan dan nasionalistik (chauvinistik),
perbaikan prasarana ekonomi. elitis dan resialis. Penataan
kehidupan sosial dan ekonomi
Beberapa prasarana seperti
sangat ketat, sentralistik
jembatan, alat transportasi, dalam sebuah korporasi
telekomunikasi, dan bangunan- pemerintah yang otoriter di
bangunan diperbaiki. Kemudian bawah pemimpin yang
diktaktor. Fasisme ini
beberapa peraturan yang
pertama kali berkembang di
mendukung program pengawasan Italia pada tahun 1922 dengan
kegiatan ekonomi dikeluarkan termasuk
ditetapkannya peraturan pengendalian kenaikan harga. Bagi mereka yang
melanggar akan dijatuhi hukuman yang berat.
Bidang perkebunan pada masa pendudukan Jepang mengalami
kemunduran. Hal ini berkaitan dengan kebijakan Jepang yang memutuskan
hubungan dengan Eropa (yang merupakan pusat perdagangan dunia). Karena
tidak perlu memperdagangkan hasil perkebunan yang laku di pasaran dunia
seperti tebu (gula), tembakau, teh dan kopi maka pada masa Jepang tidak lagi
mengembangkan jenis tanaman tersebut. Bahkan tanah-tanah yang awalnya
merupakan lahan perkebunan diganti menjadi lahan pertanian sesuai dengan
kebutuhan pihak Jepang. Tanah-tanah itu diganti dengan tanman padi untuk
menghasilkan bahan makanan dan bahan-bahan lain yang sangat dibutuhkan,
misalnya jarak. Mengapa tanaman jarak? Tanaman jarak waktu itu sangat
dibutuhkan karena dapat digunakan sebagai minyak pelumas mesin-mesin
termasuk mesin pesawat terbang.tanaman kina juga sangat dibutuhkan, yaitu
untuk membuat obat anti malaria, sebat penyakit malaria sangat mengganggu dan
melemahkan kemampuan tempur para prajurit. Pabrik obat yang sudah ada di
Bandung sejak jaman Belanda terus dihidupakan.
Tanaman tebu di Jawa juga mulai dikurangi, pebrik-pabrik gula sebagian
besar mulai ditutup. Pederesan getah karet di Sumatra mulai dihentikan.
Tanaman-tanaman tembakau, teh dan kopi di berbagai tempat juga dikurangi.
Oleh karena itu pada masa pendudukan Jepang ini, hasil-hasil perkebunan sangat
menurun drastis. Produksi karet juga menurun menjadi seperlimanya produksi
tahun 1941. Pada tahun 1943 produksi teh turun menjadi sepertiganya dari zaman
Hindia Belanda. Beberpa pabrik tekstil yang tersebar juga mulai ditutup karena
pengadaan kapas dan benang begitu sulit. Dalam bidang transportasi sendiri,
Jepang merasakan kekurangan kapal-kapal. Oleh karena itu, Jepang terpaksa
mengadakan industri kapal ankut dari kayu. Jepang juga membuka pabrik mesin,
paku, kawat dan baja pelapis granat, tetapi semua usaha yang dikembangkan
tersebut tidak berjalan lancar karena kekurangan suku cadang.
Kebutuhan pangan untuk menopang perang semakin meningkat, sehingga
kegiatan penanaman untuk menghasilakan bahan pangan terus ditingkatkan.
Organisasi Jawa Hokokai dalam hal ini giat melakukan kampanye untuk
meningkatkan usaha perdagangan pangan terutama beras dan jagung. Tanah
pertanian baru, bekas perkebunan dibuka untuk menambah produksi beras. Di
Sumatra Timur daerah bekas perkebunan yang luasnya ribuan hektar ditanami
kembali sehingga menjadi daerah pertanian baru. Di tanah Karo juga dibuka lahan
pertanian baru dengan menggunakan tenaga para tawanan. Di Kalimantan dan
Sulawesi juga dibuka tanah pertanian baru untuk menambah hasil beras. Demi
kepentingan penambahan lahan pertanian ini, Jepang juga melakukan penebangan
hutan secara liar dan besar-besaran. Di pulau Jawa sendiri dilakukan penebangan
hutan secara liar sekitar 500.000 hektar. Penebangan hutan secara liar dan
berlebihan tersebut mengakibatkan hutan manjadi gundul, sehingga menimbulkan
erosi dan mengakibatkan bajir pada musim hujan. Penebangan hutan secara liar
tersebut juga berdampak pada berkurangnya sumber mata air. Dengan dmikian,
sekalipun tanah pertanian semakin luas, tetapi kebutuhan pangan tetap tidak
tercukupi.
Pemerintah Jepang juga membuat berbagai kebijakan dalam bidang
pertanian. Kebijakan tersebut anatara lain, kebijakan untuk “ wajin serah padi”.
Kebijakan yang diberlakukan Jepang ini menjadikan Jawa sebagai “Lingkungan
Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”. Kebijakan ini melibatkan seluruh Asia
Tenggara serta Asia Timur. Juga kebijakan dalam penanaman jenis-jenis tanaman
baru, seperti kapas, yute-rosela, rami dan jarak. Keadaan ini semakin menambah
baban bagi pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia. Untuk mengatasi
keadaan ini kemudian pemerintah pendudukan Jepang yang ada di Indonesia
mengeluarkan beberapa ketentuan yang sangat ketat yang terkait dengan produksi
padi.
a) Padi berada langsung dibawah pengawasan pemerintah Jepang. Hanya
pemerintah Jepang yang berhak mengatur untuk produksi, pungutan
dan penyaluran padi serta menentukan harganya. Mengenai hal ini,
jepang membentuk badan yang diberi nama Shokuryo Konri Zimusyo
(Kantor Pengelolaan Pangan).
b) Penggiling dan pedagang padi tidak boleh beroperasi sendiri, harus
diatur oleh kantor pengelolaan pangan.
c) Petani harus menjual hasil produksi padinya kepada pemerintah sesuai
dengan kuota yang telah ditentukan dengan harga yang telah
ditetapkan pemerintah Jepang. Begitu juga padi, harus diserahkan ke
penggiling padi yang sudah ditunjuk pemerintah Jepang. Dalam hal ini
berlaku ketentuan hasil keseluruhan produksi, petani berhak 40%,
kemudian 30% disetor kepada pemerintah melalui penggilingan yang
telah ditunjuk, dan 30% sisanya untuk persiapan bibit dengan disetor
ke lumbung desa.
Pada masa pendudukan jepang, kehidupan para petani juga semakin
merosot. Mereka tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya sebagai petani. Karena
hasil pertanian yang mereka tanam harus dijual dengan harga yang sudah
ditentukan pemerintah Jepang (boleh dikatakan diserahkan kepada pemerintah
Jepang), sehingga kehidupannya pun menjadi semakin menderita. Sebelum panen
petani harus melaporkan kepada kucho (kepala desa). Kucho inilah yang menjadi
ujung tombak pengumpulan hasil panen daro para petani. Hasil panen itu di
timbang dengan ukuran “kintalan” (atau kintal yang sama dengan 100 kg),
padahal sebelumnya menggunakan ukuran dacin (satu dacin kira-kira 65 kg)
(Hersuganda, Rengasdengklok, 2009).

Gambar 14. Petani Setor Padi pada Pendudukan Jepang


Semua objek vital dan alat-alat produksi dikuasai oleh Jepang dan dibawah
pengawasan yang sangat ketan, hal tersebut dimaksudkan untuk mengandalikan
kebijakan di bidang ekonomi. Pemerintah jepang juga mengeluarkan peraturan
untuk menjalankan perekonomian dibidang perkebunan. Perkebunan tersebut
diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah Jepang. Banyak perkebunan
yang dirusak dan diganti dengan tanaman yang sesuai untuk keperluan biaya
perang.
Dikembangkannya ekonomi perang pada masa pendudukan Jepang ini,
ekonomi uang yang sebelumnya pernah dikembangkan masa pemerintah Hindia
Belanda tidak begitu populer. Bahkan bank-bank yang sebelumnya pernah
dikembangkan Hindia Belanda dilikuidasi (tindakan pemberesan terhadap harta
kekayaan atau aset dan kewajiban-kewajiban suatu perusahaan sebagai tindak
lanjut dari bubarnya perusahaan sebagai badan hukum), semua aset bank disita.
Pada bulan April 1942, diumumkan suatu banking -moratorium tentang adanya
penangguhan pembayaran kewajiban-kewajiban bank. Beberapa bulan kemudian,
pimpinan tentara Jepang untuk pulau Jawa yang berada di Jakarta mengeluarkan
Ordonasi berupa perintah perintah likuidasi untuk seluruh bank Belanda, Inggris
dan beberapa Bank cina. Ordonasi serupa juga dikeluarkan oleh komando militer
Jepang di singapura untuk bank-bank di Sumatra, sedangkan kemenangan
likuidasi bank-bank di kalimantan dan Great East diberikan kepada Navy
Ministry di Tokyo.
Tugas dan fungsi bank-bank yang dilikuidasi tersebut, kemudian diambil
alih oleh bank-bank Jepang, seperti Yokohama Specie Bank, Taiwan Bank, dan
Mitsui Bank, yang pernah ada sebelumnya dan di tutup oleh Belanda ketika mulai
pecah perang. Sebagai Bank sirkulasi di pulau Jawa, Javache Bank dilikuidasi
dibentuklah Nanpo Kaihatsu Ginko yang melanjutkan tugas tentara pendudukan
Jepang dalam mengedarkan invansion money yang dicetak di Jepang dalan tujuh
Dominasi, mulai dari satu hingga sepuluh gulden. Uang belanda kemudian
digantikan oleh uang Jepang.

Sedngkan dalam bidang moneter, pemerintah Jepang berusaha untuk


mempertahankan nilai gulden Belanda. Hal itu dilakukan agar harga barang-
barang dapat dipertahankan sebelum perang.
Kebijakan Ekonomi Indonesia Era Pendudukan Jepang:
1. Meenyita asset-asset ekonomi yang penting
2. Adanya kebijakan Self-Sufficiency
3. Melakukan pengawasan yang ketat dalam bidang ekonomi
Kehidupan Politik dan Militer Masa Pendudukan Jepang

Masa pendudukan jepang di Indonesia berada dalam situasi perang. Dalam hal ini
Jepang berkepentingan untuk membangun berbagai sarana berupa benteng, kubu-
kubu pertahanan, jalan-jalan, dan lapangan udara. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut Jepang membutuhkan tenaga tenaga kasar yang disebut Romusha. tenaga
kerja romusha

Catatan kelam
kami yang hidup masa pendudukan
jepang!
Pada masa itu hidup memang serba
susah. Sandang dan pagan merupakan
sumber derita yang terasa tiada habis-
habisnya. Hanya demi sepiring nasi
dalam sehari, jalan yang harus ditempuh
sangatlah panjang dan berliku. Setiap
hari kami menyaksikan orang
bergelimpangan mati kelaparan di pinggir jalan, dipasar, dibawah jembatan.
Petani di desa-desa tidak memiliki hak apapun atas panen dari tanaman yang
mereka usahakan, mereka bahkan terkena kerja paksa diluar desanya. Lebih
dari tiga perempat juta diantaranya tidak pernah bisa kembali kepada
keluarganya karena tewas di rantau. Tidak ada obat-obatan di apotek, juga
pakaian yang melekat pada tubuh tidak jarang hanya satu-satunya.
Seluruh lapisan masyarakat hidup dalam kekurangan, kelaparan, dan
kemiskinan. Benda-benda yang masih dapat dijual berbaris jatuh ketangan
pedagang. Memang, hanya golongan pedagang yang dapat hidup baik dari
kemiskinan dan kelaparan itu. Pada waktu itu, lahir istilah baru: catut. Para
pedagang mencatut rejek penjual pada satu pihak dan mencatut rejeki pembeli
pada lain pihak, merekalah yang dinamai pencatut.
2. Relevanc
e
Berbicara mengenai dominasi ekonomi jepang di Indonesia sebenarnya
secara historis kita sudah memiliki pengalaman pahit pada saat negeri kita
diduduki Jepang tahun 1942-1945. Secara ekonomis kekayaan negeri kita
dikuras untuk kepentingan Jepang demi memenangkan perang Asia Timur
Raya. Pengalaman sejarah semestinya dapat menjadi pelajaran dalam
menyikapi perkembangan pengaruh ekonomi Jepang sekarang ini.

Kamu tentu mengenal macam-macam merek kendaraan bermotor yang


ada di Indonesia. Apa yang kamu bayangkan jika mendengar merek itu
disebut? Dari mana mayoritas asal produk-produk tersebut? Ya, tentu
kamu tidak asing lagi dengan negara asal produk-produk tersebut, yakni
Jepang, atau terkenal dengan nama Negeri Matahari Terbit. Produk-
produk itu cukup menguasai pasar kendaraan bermotor di berbagai
belajan dunia, termasuk Indonesia. Bahkan penjualan produk sepeda
motor merek tertentu mengalami peningkatan jumlah penjualan yang
signifikan setiap tahunnya. Gambaran fakta ini menunjukkan secara
ekonomis begitu besar pengaruh dan dominasi jepang di Indonesia.
Dominasi produk-produk Jepang di Indonesia sudah berlangsung cukup
lama, terutama sejak Orde Baru. Bahkan pernah mendapat protes dari
para mahasiswa tahun 1974, sehingga memunculkan peristiwa “Malari”.
Apakah kamu tahu istilah “Malari”? cari jawabannya dalam link video
berikut!
https://www.youtube.com/watch?v=yLL4hl5MeZQ

Mari selesaikan masalah di bawah ini !


Setelah mempelajari bacaan diatas, kita semua mengetahui bagaimana
kebijakan yang diberlakukan diIndonesia sangatlah kejam. Analisis lah
bagaimana dampak dari kebijakan yang diberlakukan Jepang terhadap
bangsa Indonesia di bidang Sosial?
Kerjakan di buku tugasmu, kamu bisa berdiskusi dengan teman yang lain
serta mengguanakan sumber-sumber lain yang ada di perpustakaan atau
artikel ilmiah

3. Confidence

Mari buktikan siapa dirimu


kepada semua orang

Setelah mengerjakan tugas diatas,


silahkan kemukakan jawaban
kalian di depan kelas, diskusikan
jawaban yang kalian temukan
bersama teman-teman yang lain.

4. Statification

Semu proses telah kamu lewati, berikan buku catatan kepada bapak/ibu
guru untuk diberikan penilaian:
Nilai Catatan
Kegiatan Pembelajaran 3 :
Kehidupan Pendidikan & Budaya Bangsa Indonesia pada
Masa Pendudukan Jepang

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan kamu dapat:

1. Menganalisis kehidupan pendidikan


dan budaya bangsa Indonesia pada
masa pendudukan Jepang
2. Mengidentifikasi dampak kebijakan
pendudukan Jepang di Indonesia
pada bidang pendidikan dan budaya

Arti Penting:
Belajar sejarah Indonesia masa pendudukan Jepang ini sangat penting
karena disamping mendapatkan pemahaman tentang berbagai
perubahan seperti dalam tata pemerintahan dan kemiliteran, tetapi
juga mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai keuletan dan kerja
keras dari para pejuang. Pengorbanan, dan ketangguhan untuk
mempertahankan kebenaran dan hak asasi manusia
Aktivitas Pembelajaran

1. Attention

Meskipun masa pendudukan Jepang hanya berlangsung


relatif singkat, tetapi memberi dampak yang penting
dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Propaganda
jepang mengenai tata pemerintahan baru, keberpihakan
sebagai sesama bangsa Asia, dan janji akan
kemerdekaan, memberi harapan bagi rakyat Indonesia.
Kendati sempat dirusak oleh pemerintahan Jepang yang
represif, terutama dengan adanya program Romusa,
dorongan dan gerakan untuk mencapai kemerdekaan
tetap digencarkan oleh kaum pergerakan baik secara
terang-terangan maupun gerakan “bawah tanah”
(Taufik Abdullah & A.B Lapian 2012)
Nah, Bagaimanakah kehidupan sosial bangsa Indonesia
pada masa pendudukan Jepang selama sekitar 3,5 tahun
? pada uraian berikut akan dibahas mengenai kehidupan
pendidikan dan budaya bangsa Indonesia pada masa
pendudukan Jepang.

Perhatikan gambar dibawah ini !

Gambar 15. Pendidikan Masa Pendudukan Jepang


Keadaan pendidikan pada maasa pendudukan Jepang bisa dikatakan
semakin memburuk bahkan bisa dikatakan terlantar, sehingga kebanyakan
lembaga pendidikan zaman pemerintah Hindi Belanda tidak berjalan dengan
normal. Pemerintah Jepang mulai membatasi kegiatan pendidikan. Jumlah sekolah
yang ada juga dikurangi secara drastis. Jumlah sekolah dasar yang awalnya 21.500
menurun menjadi 13.500 buah, begitu juga dengan sekolah lanjutan menurun dari
850 menjadi 20 buah. Jumlah murid sekolah dasar menurun 30% dan jumlah
sisiwa sekolah lanjutan merosot sampai 90%. Hal tersebut juga dialami oleh
tenaga pengajarnya yang mengalami penurunan secara signifikan. Guru sekolah
dasar yang masih aktif hanya 65%, sedangkan guru sekolah menengah hanya 5%.
Menurunnya jumlah sekolah tidak hanya terjadi di sekolah-sekolah
pemerintah saja, tetapi juga terjadi di sekolah-sekolah swasta, seperti perguruan
Taman Siswa. Pada akhir pemerintahan Belanda terdapat 199 cabang Taman
Siswa dengan 207 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah
murid seluruhnya 20.000 orang dan guru 650 orang. Pada akhir tahun 1944
jumlah sekolah menurun menjadi 59 cabang, 48 di Jawa dan 11 cabang di
Sumatra. Berkurangnya tenaga kerja disebabkan karena beberapa faktor, selain
karena banyaknya sekolah yang ditutup juga disebabkan oleh banyaknya guru-
guru yang ditarik untuk bekerja di kantor-kantor pemerintah sebab Jepang
kekurangan tenaga untuk menjalankan administrasi pemerintahan.
Kebijaksanaan yang dijalankan Jepang di bidang pendidikan di dasarkan
pada tiga prinsip utama, yakni:
1. Menata kembali pendidikan berdasarkan keseragaman dan persamaan
untuk semua kelompok etnis dan kelas sosial
2. Menghapus secara sistematis pengaruh Belanda dari sekolah-sekolah dan
menjadikan unsur Indonesia sebagai landasan utama
3. Menjadikan semua lembaga pendidikan sebagai alat untuk memasukkan
doktrin “Kemakmuran Asia Timur Raya” di bawah pimpinan Jepang.
Sesuai dengan prinsip yang pertama, pendidikan tingkat dasar hanya ada
satu macam, yaitu pendidikan dasar 6 enam tahun. Hal tersebut sebagai politik
Jepang untuk memudahkan pengawasan terhadap materi pelajaran dan
penyelenggraan sekolah-sekolah tersebut. Sedangkan untuk implementasi prinsip
yang kedua, pada masa-masa awal pendudukan, Jepang membekukan semua
kegiatan pendidikan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengikis habis pengaruh
Belanda. Bahkan, Jepang mengadakan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap
buku-buku berbahasa Belanda. Prinsip ketiga diimplementasikan dalam
kurikulum, para pelajar saat itu wajib mempelajari Bahasa Jepang, mereka juga
harus mempelajari adat istiadat dan semangat Jepang. Lagu-lagu kebangsaan
Jepang (kimiyago) dan olahraga ala Jepang pun diajarkan kepada peserta didik.
Pelajaran bahasa Jepang ini tidak hanya di ajarkan di sekolah-sekolah, tetapi juga
di kantor-kantor pemerintah dan instansi-instansi lain.
Sementara itu, karena Sistem pendidikan dan struktur kurikulum
ditujuakan untuk keperluan Perang asia Timur raya, maka berikut merupakan
kebijakan yang dilakukan pihak pemerintah jepang dalam bidang pendidikan:
a. Mengadakan
Tahukah kamu ?? pelatihan atau
kursus bagi para

Hakko Ichiu (delapan


penjuru dunia di bawah satu
atap) adalah slogan
persaudaraan universal yang
digunakan Jepang untuk
menciptakan Kawasan
Kemakmuran Bersama Asia
Timur Raya dalam Perang
Dunia II. Slogan ini berasal
dari kalimat dalam Nihon
Shoki jilid 3 bab Kaisar
Jimmu yang berarti "seluruh
negeri bagaikan sebuah
rumah".

pendidik dari berbagai daerah di Jawa dan Madura. Kursus


ini diadakan pada Juni 1942 (122 guru) dan Agustus 1942
(100 guru) di Jakarta dan berlangsung selama satu bulan.
Selain pelajaran bahasa Jepang para guru juga di
indoktrinisasi dengan semangat Jepang dan tujuan Perang
Pasifik serta Hakko I Chiu. Setelah selesai dari pelatihan
tersebut, mereka harus kembali ke daerah masing-masing
dan meneruskan hasil-hasil yang diperolehnya kepada
guru-guru lain, murid-murid dan masyarakat umum,
dengan demikian mereka dijadikan sebagai alat
propaganda.
b. Jenis sekolah dikelompokkan menjadi dua bagian utama,
yakni sekolah umum dan sekolah guru. Sekolah umum
terdiri dari sekolah rakyat 6 tahun, sekolah menengah
pertama dan sekolah menengah tinggi masing-masing 3
tahun. Sekolah guru terdiri atas sekolah guru 2 tahun (shoto
shihan gakko), sekolah guru 4 tahun (cuto shihan gakko),
dan sekolah guru 6 tahun (koto shihan gakko).
c. Bahasa Jepang tidak hanya diajarkan melalui sekolah-
sekolah untuk para murid, tetapi masyarakat umum dapat
mempelajarinya melalui kursus-kursus Bahasa Jepang yang
diadakan di Balai Pustaka, Jakarta pada tanggal 6 Juni
1942.
d. Ciri-ciri pendidikan Pemerintah Militer Jepang ialah
disiplin militer. Murid-murid diharuskan melakukan kerja
bakti, seperti mengumpulkan bahan-bahan untuk perang,
menanam bahan makanan, membersihkan asrama, dan
memperbaiki jalan-jalan. Murid-murid diajarkan seperti itu
agar mereka bersemangat Jepang.
Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa pengantar disemua sekolah,
dari tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Mata pelajaran bahasa
Indonesia biasanya mulai diajarkan pada kelas tiga sekolah rakyat, sedangkan di
kelas 1 dan kelas 2 diajarkan bahasa daerah. Penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah tertentu umumnya sekolah
menengah dan perguruan tinggi pada mulanya menghadapi kendala karena para
guru dan siswa terbiasa menggunakan bahasa Belanda, namun hal tersebut dapat
diatasi, karena mereka dengan mudah menyesuaikan diri. Dengan demikian
larangan pengguanaan bahasa Belanda ini memiliki hikmah yang besar bagi
perkembangan bahasa Indonesia pada masa itu.
Kegiatan penddidikan mulai berkembang kembali pada pertengahan 1942.
Jepang menyadari pentingnya pendidikan, melalui pendidikan mentalitas dan cara
berfikir masyarakat Indonesia dapat diubah dari mentalitas Eropa menuju alam
pikiran Nippon. Melalui pendidikan tercipta kader-kader khususnya para pemuda
sebagaimana yang diharapkan Jepang. Sebagian sekolah rakyat dan sekolah
mengengah mulai dibuka kembali. Begitu juga dengan pembukaan perguruan
tinggi. Pada awal pendudukan Jepang beberapa perguruan tinggi zaman Belanda
seperti Sekolah Tinggi Hukum, Sekolah Tinggi Kedokteran Stovia di Jakarta,
NIAS di Surabaya, Sekolah Tinggi Teknik di Bandung serta Sekolah Tinggi
Sastra di Jakarta ditutup sama sekali oleh pihak Jepang. Sejak pertengahan 1943
beberapa perguruan tinggi dibuka kembali, diantaranya merupakan Sekolah
Tinggi Hukum dan Perguruan Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku) di Jakarta dan
Perguruan Tinggi Teknik (Kogyo Daigaku) di Bandung.
Jepang juga membuka Akademi Pamong Praja (Konkoku Gakuin) di
Jakarta, serta Perguruan Tinggi Hewan di Bogor. Namun, sejauh ini tidak
diketahui apakah beberapa perguruan tinggi diatas sempat menamatkan
mahasiswanya atau tidak. Jelasnya kebanyakan mahasiswa pada masa
pendudukan Jepang, mahasiswa banyak yang meninggalkan bangku kuliah karena
beberapa alasan, sebagian dari mereka terjun sebagai aktifis politik yang
umumnya aktif dalam gerakan bawah tanah. Pada saat itu perkembangan
perguruan tinggi benar-benar mengalami kemunduran.
Disamping pembukaan kembali bekas sekolah-sekolah pemerintah Hindia
Belanda, sekolah-sekolah swasta seperti sekolah Taman Siswa dan
Muhammadiyah pun mendapatkan izin untuk membuka kelas kebali. Sekolah
swasta milik Missie dan Zending juga dibuka, tetapi langsung diambil alih oleh
pemerintah seperti halnya sekolah-sekolah negeri. Izin untuk membuka sekolah
baru juga diberikan kepada golongan minoritas seperti Perkumpulan Chung Hua
Chiao Thung sekolah untuk menampung anak-anak Cina.
Sementara itu, untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi
setiap siswa sekolah untuk rutin setiap pagi melakukan beberapa aktivitas berikut:
a. Menyayikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo
b. Mengibarkan bendera Jepang, Hinomaru dan menghormat Kaisar Jepang
Tenno Heika (seikerei)
c. Melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Timur Raya
d. Melakukan latihan-latihan fisik dan militer
e. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan dan
bahasa Jepang sebagai bahasa yang wajib diajarkan.
(Poesponegoro,2008:91-92).

Muatan kurikulum yang diajarkan pada masa ini dibatasi. Mata pelajaran
Bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran utama yang sekaligus digunakan
sebagai bahasa pengantar, sedangkan Bahasa Jepang menjadi mata pelajaran
wajib di sekolah. Satu-satunya keuntungan yang bisa diambil dari pendidikan
masa pendudukan Jepang ini ialah mengguanakn bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar. Melalui sekolah-sekolah itulah Jepang melakukan indoktrinasasi
(Indoktrinasi adalah sebuah proses yang dilakukan berdasarkan satu sistem nilai
untuk menanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan
tertentu). Menurut Jepang, pendidikan kader-kader dibentuk untuk mempelopori
dan melaksanakan konsepsi kemakmuran Asia Raya. Namun, bagi bangsa
Indonesia tugas berat itu merupakan persiapan bagi pemuda-pemuda terpelajar
untuk mencapai kemerdekaan.
Akibat kebijakan yang diambil pemerintah Jepang dalam bidang
pendidikan ini menyebabkan angka buta huruf menjadi meningkat. Oleh karena
itu pemuda Indonesia mengadakan program pemberantasan buta huruf yang
dipelopori oleh Putera. Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa
kondisi pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang mengalami
kemunduran. Kemunduran pendidikan itu juga berkaitan dengan kebijakan
pemerintah yang lebih berorientasi kepada kemiliteran untuk kepentingan
pertahanan Indonesia dibandingkan pendidikan. Banyak anak usia sekolah yang
harus masuk organisasi semimiliter, sehingga banyak anak-anak yang
meninggalkan bangku sekolah. Bagi Jepang pelaksanaan pendidikan bagi rakyat
Indonesia bukan untuk membuat pandai, tetapi dalam rangka untuk pembentukan
kader-kader yang mempelopori program Kemakmura Bersama Asia Timur Raya.
Oleh karena itu, sekolah selalu manjadi tempat indoktrinasi kejepangan.
Para pelajar juga dianjurkan untuk masuk militer. Mereka dianjurkan
masuk Heiho atau sebagai pembantu prajurit. Pemuda-pemuda juga dianjurkan
masuk barisan Seinendan dan Keibodan (pembantu polisi). Mereka dilatih baris
berbaris dan perang meskipun hanya bersenjata kayu. Pelajaran baris-berbaris
tidak hanya di ajarkan disekolah laki-laki, tetapi juga di sekolah perempuan.
Dalam Seinendan mereka dijadikan barisan pelopor atau suisintai. Barisan
pelopor itu mendapat pelatihan yang berat. Namun latihan tersebut kelak sangat
berguna bagi bangsa Indonesia sendiri.

Para pelajar harus menghormati budaya dan adat istiadat Jepang. Mereka
juga harus melakukan kegiatan kerja bakti (kinrohosyi), dimana kegiatan kerja
bakti tersebut meliputi, pengumpulan bahan-bahan untuk perang, penanaman
bahan makanan, penanaman pohon jarak, perbaikan jalan dan pembersihan
asrama. Para pelajar juga harus mengikuti kegiatan latihan jasmani dan
kemiliteran. Mereka harus benar-benar menjalankan semangat Jepang (Nippon
Seishin). Para pelajar juga harus menyanyikan lagu Kimigayo, menghormati
bendera Hinomaru dan melakukan gerak badan (taiso) serta seikerei.
Sementara itu, untuk mengawasi karya para seniman agar tidak
menyimpang dari tujuan Jepang, maka didirikanlah pusat kebudayaan pada
tanggal 1 April 1943 di Jakarta, yang diberi nama Keimun Bunka Shidosho.
Jepang berusaha sekuat tenaga untuk mendekati Islam. Hal tersebut
disebabkan karena umat islam dinilai secara mayoritas anti peradaban Barat,
sehingga diharapkan hal terseebut dapat menjadi kekuatan besar dan bersedia
membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu.

Catatan kelam
Kami tidak sedang bermain!
Kami juga sedang bersekolah, sama halnya dengan yang kalian lakukan hari ini.
Hanya saja sistem sekolah kita berbeda. Tapi kami merupakan anak-anak yang
sangat beruntung karena masih bisa sekolah, hanya anak-anak yang hidup di
kota-kota dan kaya lah yang bisa bersekolah pada masa pendudukan Jepang ini.
Namun sebagai pelajar, kami bahkan tidak sempat belajar disekolah. Banyak
aturan-aturan tidak sesuai yang dilimpahkan pada kami, seperti; Laki-laki wajib
gundul, Latihan baris-berbaris yang menyita waktu pelajaran, Wajib melakukan
seikirei (membungkukkan badan ke arah tokyo), Terlalu sseering kinrohoshi
(Kerja Bakti), Terlalu banyak taisho (senam).
Kapan Belajarnya?

BEERSEKOLAH DI ZAMAN JEPANG


Jepang menyadari bahwa sekolah mempunyai arti penting dalam menunjang
program indoktrinasinya

Ganti nama
HIS = Sekolah Rakyat
MULO dan HBS = Sekolah Menengah Pertama
AMS dan HBS = Sekolah Menengah Tinggi

Sisi baik
Boleh berbahasa Indonesia
Boleh mengibarkan Bendera Merah Putih
Hilangnya diskriminasi rasial antara anak Indonesia dan anak Belanda
Sistem persekolahan makin terbuka

2. Relevanc
e
Ketika kamu masih kanak-kanak dahulu, pernahkah kalian bermain
perang-perangan dengan teman sebaya kalian ?
Selepas pendudukan Jepang, anak-anak sekolah tak berlatih perang-
perangan, melainkan turun di medan perang sungguhan.

Dari zaman pendudukan Jepang pada bidang pendidikan, lebih banyak


foto yang menggambarkan anak sekolah baris-berbaris ketimbang belajar
matematika, satra, bahasa, sejarah, biologi, fisika atau yang lainnya. bagi
militer negara matahari terbit itu, latihan baris berbaris memang latihan
terpenting untuk menempa diplin. Anak-anak dididik agar selalu
melaksanakan perintah atasan dengaan tepat dan rapi.
Sementara itu, ilmu pengetahuan jadi terabaikan karena sedikitnya proses
belajar yang diakibatkan terpotongnya waktu belajar. Pagi-pagi yang
seharusnya jadi waktu yang segar untuk menyerap pelajaran sudah
diganggu dengan taisho (senam), lalu terpotong lagi dengan seikeirei
(membungkukkan badan kearah Tokyo untuk menghormati Dewa
Jepang). Belum lagi ada latihan baris-berbaris atau perang-perangan siang
harinya. Fisik anak-anak tentu semakin terkuras, padahal waktu itu nutrisi
minim.

Mutirah Sumitro, yang pada saat itu bekerja sebagai guru masa
pendudukan Jepang, mengeluhkan kegiatan pembelajaran di sekolah pada
saat itu. Guru-guru pun terbatas, hanya terdiri dari guru Indonesia dan
Jepang. Sebagian guru kompeten yang orang Belanda sering kali tidak
mengajar lagi karena harus masuk kamp interniran. Guru-guru Jepang
biasanya mengajar bahasa Jepang dan olahraga. Kebanyakan siswa
sekolah menengah yang tadinya sekolah di zaman Belanda tidak terbiasa
memakai bahasa Jepang, sehingga kerap memakai bahasa Indonesia.
Masalah lainpun sering muncul ketika guru mata pelajarannya orang
Jepang tidak bisa berbahasa Indonesia, sementara murid-muridnya belum
fasih berbahasa Jepang. Hal tersebut membuat siswa kesulitan memahami
bahan pelajaran
Belum lagi jika melihat kualitas guru, karena guru Belanda tidak
mengajar, kebanyakan sekolah keurangan guru bidang eksakta. Maka,
mahasiswa-mahasiswa kedokteran tingkat empat ikut membantu mengajar
eksakta atau ilmu pasti di sekolah-sekolah

Mari selesaikan masalah di bawah ini !


Setelah mempelajari bacaan diatas, kita semua mengetahui bagaimana
kebijakan yang diberlakukan diIndonesia sangatlah kejam. Analisis lah
bagaimana dampak dari kebijakan yang diberlakukan Jepang terhadap
bangsa Indonesia di bidang Sosial?

Kerjakan di buku tugasmu, kamu bisa berdiskusi dengan teman yang lain
serta mengguanakan sumber-sumber lain yang ada di perpustakaan atau
artikel ilmiah

3. Confidenc
e
Mari buktikan siapa dirimu
kepada semua orang

Setelah mengerjakan tugas diatas,


silahkan kemukakan jawaban
kalian di depan kelas, diskusikan
jawaban yang kalian temukan
bersama teman-teman yang lain.

4. Statification

Semu proses telah kamu lewati, berikan buku catatan kepada bapak/ibu
guru untuk diberikan penilaian:
Nilai Catatan
Kegiatan Pembelajaran 4 :
Kehidupan Militer Bangsa Indonesia pada
Masa Pendudukan Jepang

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan kamu dapat:

1. Menganalisis kehidupan militer


bangsa Indonesia pada masa
pendudukan Jepang
2. Mengidentifikasi dampak kebijakan
pendudukan Jepang di Indonesia
pada bidang militer

Arti Penting:
Belajar sejarah Indonesia masa pendudukan Jepang ini sangat penting
karena disamping mendapatkan pemahaman tentang berbagai
perubahan seperti dalam tata pemerintahan dan kemiliteran, tetapi
juga mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai keuletan dan kerja
keras dari para pejuang. Pengorbanan, dan ketangguhan untuk
mempertahankan kebenaran dan hak asasi manusia
Aktivitas Pembelajaran

1. Attention/Perhatia
n

Hallo semua, teman-teman disini tentunya mengetahui,


bahwa bangsa kita melalui proses yang sangat panjang
sebelum akhirnya mencapai kemerdekaannya. Mulai
dari masa-masa prasejarah, kerajaan Hindu-Budha dan
islam, masa penjajahan bangsa barat dll. Pastinya kalian
juga sudah mengetahui bahwa bangsa kita juga pernah
dijajah oleh bangsa asia sendiri, yaitu bangsa Jepang,
meski masa penjajahannya terbilang sangat singkat,
namun dampak dari penjajahan bangsa Jepang ini sangat
lah besar, terutama dalam bidang sosial? Pada materi
kali ini, kita akan meempelajari mengenai kondisi
militer bangsa Indonesia pada masa pendudukan Jepang.

Perhatikan gambar dibawah ini !

Gambar 1.2: Tentara Jepang di Indonesia


Perbedaan antara masa penjajahan pemerintahan Belanda dengan masa
pendudukan Jepang yaitu rakyat Indonesia mendapatkan manfaat pengalaman
dalam bidang militer atau ketentaraan, bidang pertahanan dan kemanan. Mereka
mendapat kesempatan untuk berlatih militer. Mulai dari dasar-dasar militer, baris
berbaris, latihan menggunakan senjata, hingga organisasi militer dan latihan
perang. Melalui propagandanya jepang barhasil membujuk rakyat Indonesia untuk
menghadapi Sekutu. Oleh karena itulah mereka melatih penduduk dengan latihan-
latihan militer. Bekas pasukan Peta itulah yang menjadi kekuatan inti Badan
Keamanan Rakyat (BKR), yang menjadi Tentara Kemanan Rakyat (TKR) yang
sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Organisasi Militer
a. Heiho
Heiho (Pasukan Pembantu) adalah Prajurit Indonesia yang
langsung ditempatkan dalam organisasi militer Jepang baik Angkatan
Darat maupun Angkatan Laut. Syarat-syarat untuk menjadi tentara
Heiho antara lain:
1) Umur 18-25 tahun
2) Berbadan sehat
3) Berkelakuan baik, dan
4) Berpendidikan minimal sekolah dasar
Tujuan pembentukan Heiho adalah membantu tentara Jepang.
Kegiatannya antara lain, membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga
kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang.
Sebagai contoh, banyak anggota Heiho yang ikut perang melawan
tentara Amerika Serikat di Kalimantan, Irian, bahkan ada yang sampai
ke Birma.
Organisasi Heiho lebih terlatih dalam bidang militer dibanding
dengan organisasi-organisasi lain. Kesatuan Heiho merupakan bagian
integral dari pasukan Jepang. Mereka sudah dibagi-bagi menurut
kompi dan dimasukan ke kesatuan Heiho menurut daerahnya, di Jawa
menjadi bagian tentara ke 16 dan di Sumatra menjadi bagian tentara ke
25. Selain itu juga sudah terbagi melalui Heiho bagian angkatan darat,
angkatan laut dan juga bagian Kempeitei (kepolisian). Dalam Heiho
telah ada pembagian tugas, misalnya bagian pemegang senjata anti
pesawat, tank, altileri, dan pengemudi.
Sejak berdiri sampai akhir pendudukan Jepang, diperkirakan
jumlah anggota Heiho mencapai sekitar 42.000 orang dan sebagian
besar sekitar 25.000 berasal dari Jawa. Namun, dari sekian banyak
anggota Heiho tidak seorangpun yang berpangkat perwira, karena
pangkat perwira hanya untuk orang Jepang.
(Nih kasih gambar doong)

b. Peta
Jepang berusaha agar Indonesia dapat dipertahankan dari
serangan Sekutu, sekalipun hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari
ketakutan akan adanya serangan dari Sekutu. Heiho sebagai pasukan
yang terintegrasi dengan pasukan Jepang masih dipandang belum
memadai. Jepang masih berusaha agar ada pasukan yang secara
konkret mempertahankan Indonesia. Oleg karena itu, Jepang berencana
membentuk pasukan untuk mempertahankan tanah air Indonesia yang
disebut Pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Jepang berusaha
mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu secara sungguh-
sungguh. Hal ini bisa saja didasari oleh rasa was-was yang semakin
meningkat karena situasi di medan perang yang bertambah sulit hingga
di samping Heiho, Jepang juga membentuk organisasi Peta.
Peta adalah organisasi militer yang pemimpinya bangsa
Indonesia yang mendapatkan latihan kemiliteran. Mula-mula yang
ditugasi untuk melatih anggota Peta adalah seksi khusus dari bagian
intelejen yang disebut Tokuhetsu Han. Bahkan sebelum ada perintah
pembentukan Peta, bagian Tokuhetsu Han sudah melatih para pemuda
Indonesia untuk tugas intelejen. Latihan tugas intelegen dipimpin oleh
Yonagawa.
Latihan Peta tersebut berkembang secara sistematis dan
terprogram. Penyelenggaraannya berada di dalam Seinen Dojo (Panti
Latihan Pemuda) yang terletak di Tangerang. Mula-mula anggota yang
dilatih hanya 40 orang dari seluruh Jawa. Pada akhir latihan angkatan
ke-2 di Seinen Dojo, keluar perintah dari panglima tentera Jepang
Letnan Jendral Kumaikici Harada untuk membentuk tentara Pembela
Tanah Air (Peta). Berkaitan dengan itu, Gatot Mangkuprojo diminta
untuk mengajukan rencana pembentukan organisasi Tentara Pembela
Tanah Air. Akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1943 secara resmi
berdirilah Peta, berdirinya Peta ini berdasarkan peraturan dari
pemerintah Jepang yang disebut Osamu Seinendan, nomor 44.
Berdirinya Peta ternyata mendapat sambutan hangat dari kalangan
pemuda Indonesia. Banyak diantara para pemuda yang tergabung
dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi anggota Peta. Anggota
Peta sendiri yang bergabung berasal dari berbagai golongan di dalam
masyarakat.
Peta sudah mengenal adanya jenjang kepangkatan dalam
organisasi, misalnya daidanco (komandan batalion), cudanco
(komandan kompi), shodanco (komandan peleton), bundanco
(komandan regu), dan giyuhei (prajurit sukarela). Pada umumnya, para
perwira yang menjadi komandan batalion atau daidanco dipilih dari
kalangan tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang terkemuka,
misalnya pegawai pemerintah, pemimpin agama, politikus dan
penegak hukum. Sedangkan untuk cudanco dipilih dari mereka yang
sudah bekerja, tetapi pangkatnya masih rendah, misalnya guru-guru
sekolah. Shodanco sendiri dipilih dari kalangan pelajar sekolah
lanjutan, adapun budanco dan giyuhei dipilih dari pemuda tingkat
sekolah dasar.
Para pemuda yang ingin mencapai tingkat perwira Peta harus
mengikuti pendidikan khusus, pertama kali pendidikan itu
dilaksanakan di Bogor dalam lembaga pelatihan yang diberi nama
Korps Latihan Pemimpin Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa
(Jawa Boei Giyun Kanbu Kyoikutai). Setelah menyelesaikan pelatihan,
mereka ditempatkan di berbagai daidan (batalion) yang tersebar di
Jawa, Madura dan Bali.
(disini juga kasih gambar seleksi penerimaan Peta)
Menurut struktur organisasi kemiliteran, Peta tidak secara
resmi ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang, hal ini
memang berbeda dengan Heiho. Peta dimaksudkan sebagai pasukan
gerilya yang membantu melawan apabila sewaktu-waktu terjadi
serangan dari pihak musuh. Jelasnya Peta bertugas membela dan
mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu. Dalam
kedudukannya di struktur organisasi militer Jepang Peta memiliki
kedudukan yang lebih bebas atau fleksibel dan dalam hal kepangkatan
ada orang Indonesia yang sampai pada pangkat Perwira. Oleh karena
itu, banyak diantara berbagai lapisan masyarakat yang tertarik untuk
menjadi anggota Peta. Sampai akhir pendudukan Jepang anggota Peta
ada sekitar 37.000 orang di Jawa dan sekitar 20.000 orang di Sumatra.
Di Sumatra sendiri Peta lebih dikenal dengan nama Giyugun (Prajurit-
prajurit sukarela). Orang-orang Peta inilah yang akan banyak berperan
dalam bidan ketentaraan di masa-masa berikutnya. Beberapa tokoh
terkenal di dalam Peta, antara lain Supriyadi dan Sudirman.

2. Relevance

Berbicara mengenai dominasi ekonomi jepang di Indonesia sebenarnya


secara historis kita sudah memiliki pengalaman pahit pada saat negeri kita
diduduki Jepang tahun 1942-1945. Secara ekonomis kekayaan negeri kita
dikuras untuk kepentingan Jepang demi memenangkan perang Asia Timur
Raya. Pengalaman sejarah semestinya dapat menjadi pelajaran dalam
menyikapi perkembangan pengaruh ekonomi Jepang sekarang ini.

Kamu bisa menunjukkan beberapa peninggalan Jepang yang sampai


sekarang masih dapat kita saksikan? Contoh peninggalan zaman
penjajahan Jepang yang masih bisa disaksikan antara lain Gua Jepang.
Pernahkah kamu mendengar cerita atau bahkan mengunjungi dan melihat
Gua Jepang? Ya, Gua Jepang atau yang sering juga disebut dengan lubang
Jepang, di beberapa daerah di Indonesia hampir dapat dijumpai gua
peninggalan masa pendudukan Jepang. Misalnya, di Ambulu Jember,
Jawa Timur. Gua jepang saat ini digunakan sebagai tempat wisata sejarah
sekaligus tempat wisata alam yang sangat indah karena letaknya yang
berada di bukit tepi pantai selatan.

Pada masa pendudukan Jepang, Gua Jepang diguanakan sebagai benteng


perlindungan tentara Jepang dari serangan musuh. Gua itu dibangun
dengan mengerahkan tenaga kerja murah, yang kemudian dikenal dengan
istilah kerja paksa , atau Romusa.

Mari selesaikan masalah di bawah ini !


Setelah mempelajari bacaan diatas, kita semua mengetahui bagaimana
kebijakan yang diberlakukan diIndonesia sangatlah kejam. Analisis lah
bagaimana dampak dari kebijakan yang diberlakukan Jepang terhadap
bangsa Indonesia di bidang Sosial?

Kerjakan di buku tugasmu, kamu bisa berdiskusi dengan teman yang lain
serta mengguanakan sumber-sumber lain yang ada di perpustakaan atau
artikel ilmiah

3. Confidence
Mari buktikan siapa dirimu
kepada semua orang

Setelah mengerjakan tugas diatas,


silahkan kemukakan jawaban
kalian di depan kelas, diskusikan
jawaban yang kalian temukan
bersama teman-teman yang lain.

4. Statification

Semu proses telah kamu lewati, berikan buku catatan kepada bapak/ibu
guru untuk diberikan penilaian:
Nilai Catatan

Anda mungkin juga menyukai