Teknik Kimia I
Percobaan V
Oleokimia
Kelompok IV
Eka Mustika 1807111686
DOSEN PENGAMPU
Dra. Nirwana, MT
NIP 19600825 198609 2 002
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
Lembar Pengesahan Laporan Praktikum
Oleokimia
KELOMPOK IV
Catatan Tambahan :
Dra. Nirwana, MT
ii
ABSTRAK
Pembuatan metil esterdapat dihasilkan melalui proses esterifikasi dan
transesterifikasi. Tujuan dari praktikum oleokimia ini adalah menjelaskan tentang
proses dan pengaruh variabel proses pada pembuatan metil ester asam lemak,
menghitung konversi asam lemak, dan menghitung angka penyabunan asam
lemak. Langkah pertama pada percobaan ini adalah esterifikasi asam lemak
dengan memasukkan CPO dan metanol ke dalam reaktor tangki berpengaduk pada
suhu 60°C dengan katalis asam sulfat pekat selama 60 menit, 90 menit, dan 120
menit. Kemudian metil ester asam lemak yang terbentuk dipisahkan dari sisa
katalis, metanol berlebih, dan gliserol dengan alat pemisah sentrifugal (corong
pisah). Kemudian metil ester asam lemak yang didapat tersebut dianalisa kadar
asam lemak bebas dengan cara dititrasi dengan larutan KOH. Dalam praktikum ini
diberlakukan perbandingan berat minyak terhadap metanol yaitu sebesar 1:4 dan
dengan variasi waktu proses 60 menit, 90 menit, 120 menit. Dari hasil
perhitungan di peroleh nilai ALB produk 7,086%, 5,6688%, dan 4,2156% dan
konversi asam lemak menjadi metil ester 16,67%, 33,33%, dan 50%. Dari hasil
dapat diketahui waktu berpengaruh terhadap konversi asam lemak. Semakin lama
waktu reaksi, semakin banyak produk yang terbentuk.
Kata Kunci: asam lemak, esterifikasi, metil ester asam lemak, oleokimia.
ABSTRACT
Methyl ester can be produced through esterification and transesterification
processes. The purpose of this oleochemical lab is to explain the process and the
effect of process variables on the manufacture of fatty acid methyl esters,
calculate the conversion of fatty acids, and calculate the number of fatty acid
soot. The first step in this experiment is esterification of fatty acids by introducing
CPO and methanol into a stirred tank reactor at 60 ° C with concentrated sulfuric
acid catalyst for 60 minutes, 90 minutes, and 120 minutes. Then the fatty acid
methyl ester formed is separated from the remaining catalyst, excess methanol,
and glycerol by means of a centrifugal separator (separating funnel). Then the
fatty acid methyl ester obtained was analyzed for free fatty acid levels by titrating
with KOH solution. In this practicum, the weight ratio of oil to methanol is
applied, which is 1: 4 and with variations in processing time of 60 minutes, 90
minutes, 120 minutes. From the calculation results, the ALB value of the product
was 7,086%, 5,6688%, dan 4,2156% and the conversion of fatty acids into methyl
esters was 16,67%, 33,33%, dan 50%. From the results it can be seen that time
has an effect on the conversion of fatty acids. The longer the reaction time, the
more product is formed.
iii
DAFTAR ISI
iv
5.2 Saran..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20
LAMPIRAN A PERHITUNGAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pernyataaan Masalah
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Oleokimia
2
2.2 Metil Ester
Metil ester termasuk bahan oleokimia dasar, turunan dari trigliserida
(minyak atau lemak) yang dapat dihasilkan melalui proses esterifikasi dan
transesterifikasi. Bahan baku pembuatan metil ester antara lain minyak sawit,
minyak kelapa, minyak jarak, minyak kedelai, dan lainnya (Yeni Sulastri, 2013).
Metil ester asam lemak memilki rumus molekul Cn-1H2(n-r)-1CO–OCH3. Dimana
pada setiap n bernilai 8 hingga 24 yang bermakna nilai dari rantai carbon yang
berada dalam setiap dan nilai r 0 hingga 3 (nilai umum) yang bermakna nilai alkil
pada setiap senyawa (Fessenden, 1986).
Metil ester merupakan bahan utama dalam pembuatan biodiesel. Namun
selain digunakan dalam pembuatan biodiesel, metal ester asam lemak juga dapat
digunakan dalam pembuatan deterjen. Kelebihan metil ester asam lemak
dibanding asam-asam lemak lainnya (Brahmana, 1993) :
1. Ester dapat diproduksi pada suhu reaksi yang lebih rendah.
2. Gliserol yang dihasilkan dari metanolisis adalah bebas air.
3. Pemurnian metil ester lebih mudah dibanding dengan lemak lainnya karena
titik didihnya lebih rendah.
4. Metil ester dapat diproses dalam peralatan karbon steel dengan biaya lebih
rendah daripada asam lemak yang memerlukan peralatan stainless steel.
Metil ester asam lemak tak jenuh memiliki bilangan setana yang lebih kecil
dibanding metil ester asam lemak jenuh (r = 0). Meningkatnya jumlah ikatan
rangkap suatu metil ester asam lemak akan menyebabkan penurunan bilangan
setana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk komponen biodiesel
lebih dikehendaki metil ester asam lemak jenuh seperti yang terdapat dalam fraksi
stearin minyak sawit.
2.3 Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat.
Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO 2 R
dengan R dapat berupa alkil maupun aril (Freedman, 1984).
3
Salah satu cara untuk memproduksi biodiesel adalah dengan esterifikasi
asam lemak yang terkandung dalam minyak nabati. Komponen terbesar pada
minyak nabati adalah trigliserida yang merupakan ikatan asam lemak jenuh dan
tak jenuh. Tiap jenis minyak nabati mengandung komposisi asam lemak yang
berbedabeda. Sebagai contoh minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan
tak jenuh dalam jumlah yang sama. Kandungan asam lemak terdiri dari asam oleat
42%, asam linoleat 9%, asam palmitat 43%, asam stearat 4%, dan asam miristat
2% (Puspita, 2008). Reaksi esterifikasi adalah reaksi endotermis. Proses ini
berlangsung dengan katalis asam antara lain H2SO4, H3PO4, dan asam sulfonat.
Untuk mengarahkan reaksi ke arah produk alkil ester, salah satu reaktan, biasanya
alkohol diberikan dalam jumlah yang berlebihan dan air diambil selama reaksi.
Umumnya pengambilan air dilakukan secara kimia, fisika dan pervorasi.
Esterifikasi pada dasarnya adalah reaksi yang bersifat reversibel dari asam
lemak dengan alkil alkohol membentuk ester dan air yang dapat dilihat pada
gambar berikut:
H
RCOO + R’O + RCOO + H2
H H R’ O
Asam Alkoho Metil Air
Lemak l Ester
Gambar 2.1 Reaksi esterifikasi asam lemak
4
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi bolak balik yang berjalan lambat,
sehingga untuk waktu reaksi yang relative pendek reaksi ke kiri (arah reaktan)
dapat diabaikan terhadap reaksi ke kanan (arah produk).
2.4 Transesterifikasi
Metode transesterifikasi merupakan metode yang umum digunakan untuk
memproduksi biodiesel yang dapat menghasilkan hingga 95% rendemen minyak
biodiesel dari bahan baku minyak tumbuhan. Metode transesterifikasi
(alkoholisis) adalah tahap konversi dan trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl
ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu
gliserol. Diantara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat atau sumber
pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum digunakan, karena
harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (reaksi disebut metanolisis). Jadi,
disebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam
lemak (FAME) (Pawoko,2009). Reaksi transesterifikasi dapat dilihat pada gambar
berikut :
Molekul metil ester adalah rantai karbon lurus yang sama dengan
bahan bakar diesel dari minyak bumi atau sedikit terikat yang memiliki molekul
oksigen pada ujung rantai karbon. Pada aplikasi minyak tanah, tata nama asam
lemak rantai terbuka dan asam lemak rantai tertutup berubah ke nama IUPAC
nya yaitu alkane dimana rantai karbon tertutup dengan hubungan hidrokarbon
yang dinyatakan dengan (CnH2n+2), rantai asam lemak tertutup tunggal
menjadi alkene (ofelin) dengan hubungan hidrokarbon yang dinyatakan dengan
5
(CnH2n), asam yang mengandung banyak rantai lemak terbuka menjadi alkyne
dengan hubungan hidrokarbon (CnH2n-2).
6
yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar
kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu,
semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air. Karena air akan
bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang.
Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak mengalami
reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
7
minyak yang telah dihilangkan getahnya dan disaring.
f. Pengaruh temperatur
Reaksi trasesterifikasi dapat dilakukan pada temperature 30 – 65 °C
(titik didih methanol sekitar 65°C). Semakin tinggi temperatur, konversi
yang diperolehakan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat.
Untuk waktu 6 menit, pada temperature 60°C konversi telah mencapai
94% sedangkan pada 45°C yaitu 87% dan pada 32°C yaitu 64%.
Temperatur yang rendah akan menghasilkan konversi yang lebih tinggi
namun dengan waktu reaksi yang lebih lama.
8
(sebagai asam palmitat). Mutu minyak sawit juga dipengaruhi oleh kadar asam
lemak bebasnya, karena jika kadar asam lemaknya bebasnya tinggi, maka akan
timbul bau tengik di samping juga dapat merusak peralatan karena mengakibatkan
timbulnya korosi (Brahmana, 1993). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
naiknya kadar asam lemak bebas dalam CPO antara lain adalah kadar air dalam
CPO dan enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam CPO tersebut (Freedman,
1984).
Pada proses pembuatan biodiesel, kandungan asam lemak bebas dalam
minyak/lemak dapat bereaksi dengan katalis basa membentuk sabun. Hal tersebut
menyebabkan kehilangan katalis dalam membentuk methyl ester dan mengurangi
yield produk. Dalam jurnal ini, menurut FX. Agung Nugroho dkk, selain
trigliserida, minyak nabati biasanya mengandung sekitar 5-8% asam lemak bebas
(free fatty acid). Asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak nabati dapat
mengikat ion natrium, sehingga dapat menurunkan keaktifan natrium hidroksida
sebagai katalis reaksi transesterifikasi. Oleh karena itu, untuk menghindari
terjadinya deaktivasi katalis pada proses pembuatan alkil ester asam lemak, asam
lemak bebas yang terkandung dalam minyak nabati harus terlebih dahulu
disingkirkan (Pawoko,2009).
9
menggunakan baterai. Kalium hidroksida digunakan sebagai fotografi dan
litografi, membuat sabun cair, mengabsorpsi karbon dioksida, menghilangkan
cat pernis, pewarnakain, dan tinta cetak. Dalam bidang pertanian, kalium
hidroksida digunakan untuk menetralkan pH tanah yang asam, juga dapat
digunakan sebagai fungisida dan herbisida. Kalium hidroksida dapat ditemukan
dalam bentuk murni dengan mereaksikan natrium hidroksida dengan kalium
murni. Sifat – sifat kalium hidroksida ditunjukkan pada tabel berikut :
2.7 Katalis
Katalis yang biasa digunakan pada pembuatan metil ester adalah katalis
homogen seperti KOH, NaOH, H2SO4, AlCl. Penggunaan katalis ini memiliki
kelemahan selain bersifat korosif dan beracun juga sulit untuk memisahkan
produk akhir dari katalisnya (Nurdini, 2008).Reaksi antara trigliserida dan akohol
dengan katalis asam pada pembuatan biodiesel kerap disebut sebagai reaksi
esterifikasi. Sedangkan, jika menggunakan katalis basa, disebut sebagai reaksi
transesterifikasi. Syarat berlangsungnya suatu reaksi ialah(Fessenden, 1986):
1. Terjadi kontak (tumbukan) dengan orientasi yang tepat.
2. Disertai dengan energi yang cukup (melebihi energi aktivasi reaksi).
Dengan adanya katalis, kedua syarat di atas dapat terkomodasi dengan baik.
Katalis dapat mengantarkan reaktan melalui jalan baru yang lebih mudah
untuk berubah menjadi produk.Jalan baru yang dimaksud yaitu jalan dengan
energi aktivasi yang lebih rendah. Selain itu, ketepatan orientasi tumbukan pun
10
akan semakin meningkat (Susila, 2008). Katalis memiliki beberapa sifat-sifat
tertentu, yang pertama ialah katalis tidak mengubah kesetimbangan dan katalis
hanya berpengaruh pada sifat kinetik seperti mekanisme reaksi. Oleh karena itu,
sebagus apa pun katalis yang digunakan, konversi yang dihasilkan tidak akan
melebihi konversi kesetimbangan (Ketaren, 1986).
11
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
12
2. Metanol ditimbang sesuai dengan nisbah molar methanol dan minyak
dengan yang ditugaskan yaitu 1:3, 1:6, 1:9.
3. Metanol dan asam sulfat dimasukkan kedalam reaktor tangki berpengaduk
dan panaskan hingga suhu 60oC.
4. CPO dimasukkankedalam reaktor.
5. Reaksi esterifikasi dilakukan selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit.
6. Sampel diambil sebanyak 10 ml menggunakan pipet gondok untuk
menganalisa ALB.
7. Sampel dimasukan kedalam corong pemisah untuk memisahkan bagian
atas dan bawah.
8. Lapisan atas (pada corong pisah) dicuci hingga pH larutan pencucian akhir
netral.
3.3.2 Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (Reaktan dan Produk)
1. Sampel kurang lebih 3 gram ditimbang, lalu dimasukkan kedalam
erlenmeyer.
2. Etanol 95% 50 ml ditambahkan kedalam erlenmeyer.
3. Sampel dipanaskan pada suhu 70OC diatas penangas air selama 10 menit.
4. Indikator PP ditambahkan sebanyak 2 tetes kedalam erlenmeyer.
5. Sampel dititrasi dengan larutan KOH yang sudah distandarisasi sampai
warna merah jambudan dapat bertahan ± 30 menit.
3.3.3 Analisa Angka Penyabunan
1. Sampel yang telah diperoleh ditimbang sebanyak 3 gram, kemudian
dimasukkan ke dalam erlemeyer.
2. Sebanyak 50 ml KOH dicampur ke dalam erlenmeyer.
3. Erlenmeyer disambung dengan pendingin balik (kondensor) dan
dididihkan sampai suhu 80 OC dan dijaga selama 30 menit.
4. Larutan didinginkan lalu dititrasi dengan larutan HCl 0,5N dengan
menggunakan indikator metil orange.
5. Prosedur yang sama digunakan terhadap blanko.
13
3.4 Rangkaian Alat
Statip
Klem
Corong Pisah
Valve
Erlenmeyer
14
Buret
Klem
Statip
Erlenmeyer
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
16
polar. Maka etanol digunakan sebagai pelarut karena bersifat nonpolar dan efektif
digunakan untuk melarutkan CPO. Kelarutan CPO di dalam etanol dapat
dipercepat dengan memanaskan larutan dengan suhu mendekati titik didih etanol
untuk menghindari penguapan pelarut sekaligus menjaga kecepatan kelarutannya.
Kemudian, larutan dibiarkan dingin beberapa saat. Setelah larutan dingin, ke
dalam larutan ditambahkan satu sampai dua tetes indikator PP untuk menentukan
titik ekivalen yang ditandai dengan perubahan warna larutan yang semula tidak
berwarna menjadi merah jambu. Larutan dititrasi dengan titran KOH 0,5 N
sampai menghasilkan warna merah jambu pada larutan tidak menghilang minimal
selama 30 menit. Hasil yang didapatkan yaitu kadar ALB pada CPO sebesar
8,5032%. Asam lemak bebas dari CPO yang didapat sebesar 8,5032% lebih besar
dari 0,2% sehingga proses yang dilakukan adalah reaksi esterifikasi.
Pada analisis angka penyabunan, CPO sebanyak 3 gram dan 5o mL KOH
0,5 N dimasukan ke dalam erlenmeyer. Elenmeyer disambung dengan pendingin
balik dan didihkan selama kurang lebih 30 menit. Hal ini bertujuan untuk
mereaksikan CPO dengan KOH. Kemudian larutan didinginkan lalu dititrasi
dengan larutan HCl 0.5 N, dengan menggunakan indikator MO. Volume HCl yang
digunakan untuk mentitrasi adalah 0,4 mL.
Untuk memisahkan metil ester dan gliserol digunakan corong pisah. Metil
ester dan gliserol memiliki densitas yang berbeda sehingga akan membentuk dua
lapisan fluida. Lapisan atas merupakan campuran dari metil ester, asam lemak,
metanol sisa reaksi, dan katalis karena memiliki densitas yang lebih kecil
sedangkan gliserol berada di lapisan bawah karena memiliki densitas yang lebih
besar. Ketika keran dibuka perlahan maka lapisan bawah akan turun akibat adanya
gaya gravitasi dan lapisan atas dibiarkan tetap di dalam corong pisah. Kemudian,
untuk melarutkan sisa sisa reaksi di dalam lapisan atas dilakukan pencucian
dengan akuades sampai Ph air netral.
Pada nisbah mol CPO dengan metanol 1:3, 1:6, dan 1:9, volume titran KOH
0,5 N digunakan berurutan sebanyak 0,5 mL, 0,4 mL, dan 0,3 mL dan metanol 1:3,
1:6, dan 1:9, volume HCl digunakan secara berurutan sebanyak 0,3 mL, 0,2 mL,
dan 0,1 mL. Maka untuk masing-masing nisbah mol, di dapatkan kadar ALB yaitu
17
7,086%, 5,6688%, dan 4,2156%. Angka penyabunan yaitu 0,935, 1,87, dan 2,805.
Angka esterifikasi yaitu 0,86414, 1,813312, dan 2,763483. Sedangkan konversi
ALB yaitu 16,67%, 33,33%, dan 50%. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin
besar nisbah mol, semakin besar pula konversi yang didapatkan dan semakin kecil
asam lemak bebas produk yang tersisa karena semakin banyak asam lemak bebas
yang terkonversi mejadi metil ester. Sesuai teori yaitu metanol yang dilebihkan
akan menggeser kesetimbangan ke arah metil ester sehingga konversi akan
semakin besar.
18
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Waktu berpengaruh terhadap konversi asam lemak, semakin lama waktu
reaksi, semakin banyak produk yang terbentuk.
2. Pada variabel waktu 60, 90, dan 120 menit, konversi meningkat yaitu
17,64%, 35,29%, dan 52,94%, sedangkan kadar ALB menurun yaitu 0,14%,
0,11%, dan 0,8%, angka penyabunan meningkat yaitu 0,935, 1,87, dan
2,805, serta angka esterifikasi meningkat yaitu 0,86414, 1,813312, dan
2,763483.
5.2 Saran
1. Pastikan menggunakan alat pengaman, dikarenakan panas dari air yang
digunakan untuk memanaskan reaktor.
2. Pengukuran berat sebaiknya dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi
kesalahan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Brahmana, H.R., 1993. Reaksi Esterifikasi Alkil Klorida dengan Garam Asam
Lemak Berantai Panjang yang Menggunakan Tridodekilamin
Hidroklorida Sebagai Katalis Perpindahan Dua Fasa. Dalam
Komunikasi Penelitian 5,170.
Fessenden, R . J dan Fessenden, J. S , 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2.
Erlangga.
Freedman, B., Pryde, E.H., and Mounts, T.L., 1984.
Variables Affecting the Yields of fatty esters from transesterified vegetable oils,
J.Am.OilChem. Soc.,61, 1638-1643.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit
Universitas Indonesia: Jakarta.
Knothe, G., Krahl, J., dan Gerpen J.V. 2005. The Biodiesel Handbook. USA :
AOCS Press.
Pawoko, E. 2009. Pengaruh Tahapan Proses Esterifikasi, Transesterifikasi dan
Netralisasi Terhadap Karakteristik Biodiesel Dari Biji Kesambi.
Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Richtler, H.J., and Knault, J. 1984. Challenges a Nature Industry Marketing and
Economics of Oleo Chemical in Western Europe, J.Am.Oil Chem.Soc. 61,160.
20
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
𝑔𝑟
0,6 𝑚𝑙 𝑥 0,5 𝑁 𝑥 850,32
𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
3 𝑔𝑟 𝑥 1000
= 8,5032 %
𝑣 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑅 𝐶𝑃𝑂
2. Kadar ALB (1:3) = 𝑥 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑥 1000
𝑔𝑟
0,5 𝑚𝑙 𝑥 0,5 𝑁 𝑥 850,32
𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
3 𝑔𝑟 𝑥 1000
= 7,086 %
𝑣 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑅 𝐶𝑃𝑂
3. Kadar ALB (1:6) = 𝑥 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑥 1000
𝑔𝑟
0,4 𝑚𝑙 𝑥 0,5 𝑁 𝑥 850,32
𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
3 𝑔𝑟 𝑥 1000
= 5,6688 %
𝑣 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑅 𝐶𝑃𝑂
4. Kadar ALB (1:9) = 𝑥 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑥 1000
𝑔𝑟
0,3 𝑚𝑙 𝑥 0,5 𝑁 𝑥 850,32
𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
3 𝑔𝑟 𝑥 1000
= 4,2516 %
= 1,8
= 2,805
8,5032−7,086
= 𝑥100%
8,5032
= 16,67 %
8,5032−5,6688
= 𝑥100%
8,5032
= 33,33 %
8,5032−4,2516
= 𝑥100%
8,5032
= 17,64 %
22
A.4 Angka Esterifikasi
= 0,935 − 0,07086
= 0,86414
= 1,87 − 0,056688
= 1,813312
= 2,805 − 0,042516
= 2,763484
23
24