Anda di halaman 1dari 3

Apa itu Natura?

 
Imbalan dalam bentuk natura/kenikmatan merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima bukan dalam bentuk uang melainkan berbentuk barang. Namun dalam praktiknya ada
sedikit perbedaan antara natura dan kenikmatan.

Contoh pemberian dalam bentuk natura adalah pemberian beras, gula dan bahan pangan lainnya.
Sedangkan kenikmatan merupakan pemberian fasilitas seperti mobil atau tempat tinggal. 

Dasar Hukum Pemberlakuan Natura 


Ada beberapa dasar hukum yang mengatur perlakuan atas jenis imbalan ini, diantaranya:

 Pasal 9 ayat (1) E UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
 PMK-83/PMK.03/2009 tentang Penyediaan Makanan/Minuman bagi Seluruh Pegawai
Serta Natura/Kenikmatan di Daerah Tertentu.
 PMK No. 167/PMK.03/2018 tentang Penyediaan Makanan dan Minuman Bagi Seluruh
Pegawai Serta Penggantian atau Imbalan dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan di
Daerah tertentu yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Pekerjaan yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja.

Syarat Pengenaan Pajak Atas Natura/ Kenikmatan  


Dalam praktinya, penerapan pengenaan pajak atas imbalan jenis natura/ kenikmatan dibagi
menjadi dua, di antaranya:

1) Natura/ Kenikmatan sebagai objek pajak dan bukan objek pajak. 

Secara umum berdasarkan pasal 4 ayat 3 huruf D UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, natura atau kenikmatan bukanlah objek PPh. Namun ada beberapa pengecualian
tertentu yang menjadikan jenis imbalan ini menjadi objek PPh sehingga dikenakan pajak.

Baca Lebih Lanjut:

 Objek Pajak dan Subjek Pajak


 Cara Menghitung Pajak Penghasilan
Pengecualian ini terjadi jika imbalan ini diberikan bukan oleh wajib pajak, wajib pajak yang
dikenakan pajak secara final atau wajib pajak yang menggunakan norma perhitungan khusus
yang dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh. 

Contoh, yang dimaksud dengan bukan wajib pajak adalah kantor Sekjen ASEAN di Indonesia,
sedangkan wajib pajak yang dikenakan PPh Final adalah wajib pajak usaha jasa konstruksi.
2) Natura/ Kenikmatan sebagai deductible dan nondeductible expense.

Berdasarkan Pasal 9 ayat 1e UU PPh, penggantian imbalan berhubungan dengan pekerjaan/jasa


yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan tidak dapat menjadi pengurang atas
penghasilan bruto dari pemberi kerja (non deductible expense). 

Baca Juga: Kupas Tuntas Cara Menghitung PPh Badan

Namun ada beberapa pengecualian yang diatur dalam PMK No. 167/PMK.03/2018 

Berikut ini beberapa ketentuan yang membuat natura tidak termasuk dalam pengurang
penghasilan bruto pemberi kerja: 

a) Pemberian makanan atau minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan.

 Pegawai yang dimaksud di sini adalah seluruh pegawai termasuk dewan direksi dan
komisaris, sedangkan penyediaan minuman atau makanan mencakup seluruh imbalan
yang disediakan di tempat kerja.
 Pemberian kupon makanan atau minuman bagi pegawai. Dalam hal ini kupon menjadi
alat transaksi bukan uang yang dapat ditukarkan dengan makanan/minuman.
 Nilai kupon makanan/minuman yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi
kerja sesuai dengan nilai kupon wajar.
b) Penggantian yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam
rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut.

 Daerah tertentu yang dimaksud adalah daerah terpencil secara ekonomis yang memiliki
potensi layak dikembangkan, tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnya kurang
memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut maupun
udara. 
 Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura/kenikmatan berkenaan pelaksanaan
pekerjaan di daerah tertentu yaitu berupa sarana dan fasilitas di lokasi kerja (selama
fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus menyediakan sendiri).
Beberapa fasilitas tersebut di antaranya tempat tinggal, perumahan, pelayanan kesehatan,
pendidikan, peribadatan, pengangkutan atau sarana di lokasi kerja untuk pegawai dan
keluarga, serta olahraga (tidak termasuk golf, power boating, pacuan kuda dan terbang
layang).
c) Pemberian natura yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana
keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya. 

 Yang termasuk dalam ketegori ini adalah pakaian dan peralatan keselamatan kerja,
pakaian seragam petugas keamanan, sarana antar jemput pegawai, penginapan untuk awal
kapal dan sejenisnya, kendaraan yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk pegawai
tertentu karena jabatan dan pekerjaannya. 
Jadi secara garis besar dapat disimpulkan, bahwa penerapan pajak pada imbalan jenis
natura/kenikmatan harus diperhatikan asal-usulnya. Anda sebagai wajib pajak harus melihat dari
mana imbalan ini berasal dan peruntukkannya mengacu pada peraturan yang telah dikeluarkan
oleh pemerintah.

Jika Anda memiliki kebutuhan untuk hitung, setor, lapor pajak penghasilan natura, silakan
mencari tahu lebih lanjut mengenai sistem pengelolaan PPh OnlinePajak di sini.

Anda mungkin juga menyukai