Anda di halaman 1dari 8

A. BEBERAPA CONTOH KEPUTUSAN MANAJEMEN 1.

Pemberian Natura Kenikmatan dalam bentuk natura adalah setiap balas jasa yang diterima atau diperoleh pegawai, karyawan, atau karyawati dan atau keluarganya tidak dalam bentuk uang dari pemberi kerja. Menurut Pasal 9 ayat (1) huruf e, UU no 36 th 2008 tentang Pajak Penghasilan, pada umumnya imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan tidak dapat dikurangkan dalam menghitung Pajak Penghasilan terutang. Namun demikian, dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e ini juga diatur beberapa pengecualian dimana imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan ini dapat dikurangkan dalam menghitung Pajak Penghasilan. Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk natura atau kenikmatan dapat dikurangkan dalam menghitung Pajak Penghasilan dapat digunakan sebagai salah satu pilihan untuk menghindari lapisan tarif pajak maksimum. Jenis-jenis natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan tersebut adalah : a. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tersebut dalam rangka menunjang kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah terpencil b. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, seperti pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (Satpam), antar jemput karyawan serta penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya c. Pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai yang Peraturan pelaksanaan atas ketentuan ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009 tanggal 22 April 2009 yang mulai berlaku 1 Januari 2009. Berdasarkan peraturan ini, imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan diuraikan dalam paragraf-paragraf di bawah ini.
a.

Dalam

Bentuk

berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan

Makanan dan/atau Minuman Bagi Seluruh Pegawai

Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai yang dapat dikurangkan adalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang meliputi: 1) 2) pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai yang karena di tempat kerja, atau sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian sebagaimana dimaksud pada huruf a, meliputi Pegawai bagian pemasaran, bagian transportasi, dan dinas luar lainnya.
b.

Natura dan Kenikmatan di Daerah Tertentu Natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan juga adalah penggantian atau

imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut. Penggantian atau imbalan di atas adalah sarana dan fasilitas di lokasi kerja untuk: 1) 2) 3) 4) 5)
6)

Tempat

tinggal,

termasuk

perumahan

bagi

Pegawai

dan

keluarganya; Pelayanan kesehatan; Pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya; Peribadatan; Pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya; Olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power

boating, pacuan kuda, dan terbang layang, Sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri. Yang dimaksud daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung risiko yang cukup tinggi dan masa pengembalian yang relatif panjang, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai

kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral.
b.

Natura dan Kenikmatan Yang Merupakan Keharusan Dalam Pekerjaan Pemberian natura dan kenikmatan dalam pengertian ini meliputi pakaian dan

peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam), sarana antar jemput Pegawai, serta penginapan untuk awak kapal, dan yang sejenisnya.
2. Biaya Setelah Pajak

Contoh keputusan manajemen yang dapat diambil untuk mengurangi hasil penjualan dengan tujuan meringankan beban pajak adalah dengan melakukan pengeluaran yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Pengeluaran biaya tersebut dilakukan dalam rangka mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta didukung dengan bukti yang memadai (valid & reliable) dalam hal ini kegiatan tersebut adalah kegiatan pemasaran dan promosi dari sebuah perusahaan terhadap produknya. Misalkan Perusahaan ABC dan XYZ sama-sama mempertimbangkan untuk menaikkan gaji para karyawannya yang berjumlah keseluruhannya Rp 30.000.000,00. Bagi perusahaan ABC dan XYZ biaya langsung atau biaya sebelum pajak (pre-tax cost) adalah sama besarnya, yaitu masing-masing Rp 30.000.000,00 yang dapat dikurangkan dari penghasilannya, akan tetapi biaya setelah pajaknya akan berbeda-beda tergantung kepada tarif marjinalnya. Apabila diasumsikan tarif marjinal perusahaan ABC adalah 10%, sedangkan XYZ menanggung beban pajak atas dasar tarif marjinal 30%, maka kenaikan beban pajak kedua perusahaan tersebut tidak akan sama.

Pajak yang dapat dihemat perusahaan ABC hanyalah 10% x Rp30.000.00,00 =

Rp3.000.000,00, sedangkan perusahaan XYZ dapat menghemat sebesar 30% x Rp30.000.000,00 = Rp9.000.000,00.
Dengan demikian berarti, bagi perusahaan ABC jumlah biaya setelah pajaknya (after-

tax cost) adalah Rp (30.000.000,00 3.000.000,00) = Rp27.000.000,00 dan perusahaan XYZ berjumlah RP (30.000.000,00 9.000.000,00) = Rp21.000.000,00. Melihat ilustrasi tersebut di atas, terlihat bahwa untuk kepentingan pengambilan keputusan perlu adanya pembedaan antara tarif pajak rata-rata (average tax rate) dan tarif pajak marjinal (marginal tax rate). Tarif pajak rata-rata memperlihatkan

perbandingan (rasio) antara jumlah pajak terutang dengan penghasilan kena pajak, sedangkan tarif pajak marjinal merupakan tarif pajak atas rupiah terakhir dari penghasilan yang dikenakan pajak.
3. Pendanaan Investasi

Karena keputusan investasi didasarkan pada aliran kas, maka pajak atas laba merupakan unsur informasi penting yang ikut dipertimbangkan dalam perhitungan aliran kas untuk pengambilan keputusan investasi. Jika suatau usulan investasi diperkirakan akan mengakibatkan penghematan biaya atau tambahan pendapatan, maka disisi lain akan mengakibatkan timbulnya laba diferensial, yang akan menyebabkan tambahan pajak penghasilan yang akan dibayar oleh perusahaan. Oleh karena itu dalam memperhitungkan aliran kas keluar dari investasi, perlu diperhitungkan pula tambahan atau pengurangan pajak yang harus dibayar akibat adanya penghematan biaya atau penambahan pendapatan tersebut dan sebaliknya. Dalam perencanaan pajak, kita harus memperhatikan sumber dari mana modal yang akan ditanamkan diperoleh yang nantinya akan menentukan besarnya biaya modal (cost of capital) dan biaya modal ini yang digunakan sebagai dasar untuk memilih rencana investasi yang dilakukan. Modal untuk melakukan investasi sebaiknya diperoleh dari pinjaman. Dimana bunga modal pinjaman yang dikeluarkan perusahaan dapat dikurangkan dari penghasilan untuk penentuan laba kena pajak, sehingga pembayaran bunga modal pinjaman akan menimbulkan penghematan pajak (tax saving). Dapat disebutkan beberapa jenis-jenis investasi yang ada antara lain : 1. Investasi yang tidak menghasilkan laba (non-provit investment). Investasi yang timbul karena adanya peraturan pemerintahatau karena syarat-syarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba atau rugi. 2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable provit investment). Investasi ini dimaksudkan untuk menaikan laba, namun dengan investasi ini laba yang diharapkan perusahaan sulit untuk dihitung secara teliti. Contoh : Pengeluaran biaya promosi, dalam jangka panjang, biaya penelitian dan pengembangan, dan biaya program pelatihan pendidikan karyawan.

3.

Investasi dalam penggantian equipment (replacement investment).

Investasi yang meliputi pengeluaran untuk pengganian mesin dan ekuipmen yang ada.biasanya digunaan atas dasar pertimbangan adanya penghematan biaya atau kenaikan produktivitas dengan adanya penggantian biaya tersebut. 4. Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment). Merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi sehinnga operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya.
B. PENGARUH PENCATATAN DAN SISTEM AKUNTANSI DALAM MANAJEMEN

DAN PERENCANAAN PAJAK Sebuah perusahaan harus mempunyai catatan yang perlu jika perencanaan pajak yang baik ingin diwujudkan, jika manajemen ingin mempunyai pandangan yang jeias tentang situasi perpajakan, atau jika tingkat penentu dari pengendalian administratif ingin sukses. Sifat dari catatan akan ditentukan oleh kerumitan relatif dari masalah pajak. Tetapi, secara umum, catatan tertentu diperlukan untuk kepentingan pengendalian administratif, untuk mendukung pengembalian pajak, dan untuk memenuhi kewajiban spesik dari undang-undang. Catatan pajak dapat dikelompokkan ke dalam empat klasikasi utama :
1.

Kalender pajak Sebuah sarana administratif yang dibutuhkan dalam kebanyakan perusahaan adalah kalender pajak. Ini merupakan jadwal yang berfungsi sebagai alat pengingat bagi mereka yang benanggung jawab atas tanggal jatuh tempo dari pemberkasan pengembalian pajak, penyiapan berbagai laporan, pernbayaran tagihan pajak, tanggal pemeriksaan, tanggal audit, tanggal penetapan, dan semua peristiwa pajak yang penting.

2.

Catatan informasi Jenis pokok catatan yang lain dapat disebut catatan informasi pajak dan ini merupakan ikhtisar dari undang-undang pajak dan masalah-masalah yang berkaitan yang mempunyai pengaruh terhadap jalannya usaha. Catatan ini digunakan sebagai referensi ketika menyiapkan pengembalian pajak dan sebagainya.

3.

Berkas kertas kerja (working paper les) Catatan-catatan lain dapat dianggap sebagai berkas kerja dan memuat angka-angka dan fakta peristiwa SPT dari tahun ke tahun. Berkas/arsip operasional ini tidak terbatas macamnya dan

barangkali dapat dibandingkan dengan berkas permanen dan berkas kertas kerja pada suatu audit. Pokok yang penting adalah catatan yang lengkap dan teratur mengenai bagaimana jumlah pajak ditentukan setiap tahun, tanggal pembayaran, dan lain-lain.
4.

Buku besar pendukung (suorting ledger) Metode akuntansi terbaik yang akan dipergunakan oleh Wajib Pajak, sangat bergantung

kepada bentuk usaha dan ukuran perusahaan yang bersangkutan serta sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Untuk kepentingan perpajakan, Wajib Pajak harus menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tanpa mempersoalkan prinsip pembukuan apa yang dipergunakan. Pada umumnya semua laporan keuangan dipersiapkan untuk memenuhi tujuan tertentu, dan tujuan ini pada akhirnya akan mempengaruhi bentuk dan isi dari laporan keuangan tersebut dengan segala keterbatasannya. Misalnya, laporan keuangan yang dipersiapkan untuk digunakanoleh para manajer akan sangat berbeda sekali dengan laporan yang dipersiapkan untuk keperluan pasar modal dan instansi lainnya. Perbedaan tersebut tidak saja disebabkan oleh siapa pemakainya, tetapi juga tergantung pada metode akuntansi apa yang digunakan, misalnya metode penyusutan atau metode penilaian persediaan yang berbeda, sehingga dapat dipastikan bahwa penghitungna laba yang menjadi dasar untuk menentukan besarnya pajak terutang akan berbeda. Dapat diambil sebuah contoh bahwa standar akuntansi kita menyediakan metode penyusutan garis lurus dan metode penyusutan saldo menurun. Kedua metode ini sah digunakan di setiap perusahaan, namun jika untuk tujuan meringankan beban pajak, perusahaan cenderung menggunakan metode penyusutan saldo menurun karena pengenaan beban penyusutan dari awal periode umur aktiva tetap akan tinggi namun akan mengecil di periode berikutnya. Hal ini dapat meningkatkan biaya dari perusahaan yang akan mengurangi jumlah penghasilannya dan secara langusng juga mengurangi jumlah beban pajak yang harus dibayar. Metode lainnya adalah metode pencatatan persediaan barang untuk menentukan harga pokok produksi.yang lazimnya digunakan oleh perusahaan untuk menekan beban pajak saat harga barang-barang turun adalah metode FIFO. Yang akan memberikan efek penurunan laba bersih. Hal ini akan menyebabkan beban pajak berkurang karena kecilnya laba yang diperoleh. C. ETIKA DALAM MANAJEMEN PAJAK

Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Secara administratif, pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung (direct tax) dan pajak tidak langsung (indirect tax). Walaupun pajak ditetapkan melalui undang-undang, namun tidak semua wajib pajak rela membayar pajak. Para wajib pajak pun cenderung mencari cara lain agar terhindar dari kewajiban untuk membayar pajak atau agar mereka tetap bisa melaksanakan kewajiban mereka sebagai wajib pajak, namun mereka tidak dirugikan. Salah satu cara yang digunakan adalah perencanaan pajak (tax planning). Bila suatu transaksi tersebut terkena pajak, apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak yang dimaksud dapat ditunda pembayarannya dan lain sebagainya. Setiap wajib pajak atau konsultan pajak yang bermaksud akan melakukan penyelundupan pajak, hendaknya mempertimbangkan kemungkinan dikenakannya sanksi pidana terhadap perbuatannya, di samping kode etik profesinya bagi konsultan pajak dan etika praktik perpajakan bagi seorang wajib pajak. Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet on Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai berikut: SRTP Nomor 1: "Secara umum, akuntan pajak perlu mempunyai suatu good-faith kepercayaan bahwa posisi keuntungan pajak direkomendasikan mempunyai suatu kemungkinan yang realistis secara administratif atau secara hukum didukung atas baik buruknya suatu tantangan." SRTP Nomor 2: "Seorang akuntan pajak perlu membuat suatu usaha yang layak untuk memperoleh informasi yang diperlukan dari seseorang wajib pajak SRTP Nomor 3: Kewajiban untuk menguji atau memverifikasi data pendukung, dapat mempercayakan kepercayaan dari wajib pajak untuk menyediakan informasi yang akurat, dan akuntan perlu membuat pemeriksaan yang layak apabila informasi yang disediakan oleh klien ternyata tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

SRTP Nomor 4: Penggunaan estimasi: seorang akuntan pajak boleh menggunakan perkiraan wajib pajak untuk memperoleh data yang tepat. SRTP Nomor 5: Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya disampaikan di dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan. SRTP Nomor 6: Kesalahan Pengetahuan: Apa yang harus dilakukan ketika seorang akuntan menyadari akan suatu kesalahan yang dilakukan pada laporan wajib pajak? maka akuntan tersebut harus segera menginformasikan kesalahan tersebut kepada wajib pajak yang bersangkutan dan merekomendasikan tindakan koreksi. SRTP Nomor 7: Jika selama pembuatan laporan, akuntan mendeteksi adanya kesalahan, maka akuntan perlu meminta persetujuan wajib pajak untuk melakukan koreksi. Namun jika wajib pajak tidak menyetujui hal ini, wajib pajak dapat terkena sanksi administrasi karena terdapat kesalahan pada pelaporan pajaknya. SRTP Nomor 8: Seorang akuntan memiliki kewajiban untuk merekomendasikan nasihat atau saran bagi wajib pajak yang memerlukan dalam penyampaian laporan pajak mereka sebagai cerminan dari kemampuan profesional yang dimiliki oleh akuntan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai