Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antara atom – atom yang membentuk suatu
molekul. Atom – atom yang berikatan dapat berasal dari unsur yang sejenis ataupun tidak sejenis
( Muchtaridi, 2016 ).
A. Kestabilan Unsur
Atom – atom dapat dikelompokkan menjadi atom logam, nonlogam, metalloid, dan gas
mulia. Atom – atom gas mulia bersifat stabil, sedangkan atom – atom lainnya bersifat tidak stabil.
Atom – atom gas mulia bersifat stabil karena kulit terluarnya terisi penuh oleh elektron. Atom –
atom gas mulia terisi penuh oleh 2 elektron (untuk He) dan 8 elektron (untuk gas mulia lainnya).
Susunan elektron gas mulia disebut Kaidah Duplet untuk He dan Kaidah Oktet untuk gas mulia
selain He ( Muchtaridi, 2016 ).
Suatu unsur akan membentuk kestabilan dengan unsur yang lainnya dengan cara serah
terima elektron sehingga terjadi ikatan kimia yang stabil. Konsep ini pertama kali dikemukakan
pada tahun 1916 oleh Gilbert Newton Lewis dari Amerika dan Albrecht Kossel dari Jerman.
Berikut konsep ikatan kimia yang dikemukakan oleh Lewis dan Kossel :
1. Kenyataan bahwa gas mulia ( He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn ) sukar membentuk senyawa,
merupakan bukti bahwa gas – gas mulia memiliki susunan elektron yang stabil.
2. Setiap atom memiliki kecenderungan untuk mempunyai susunan elektron yang stabil
seperti gas mulia dengan cara melepaskan elektron, menerima elektron, atau
menggunakan pasangan elektron bersama – sama ( Umiyanti, 2016 ).
1. Pembentukan Ion
Kecenderungan Atom Melepas Elektron
Atom – atom unsur yang memiliki elektron valensi dalam jumlah sedikit, seperti
unsur – unsur golongan IA ( kecuali atom H ), IIA, dan IIIA, memiliki kecenderungan
mengikuti kaidah oktet dengan melepaskan elektron valensi untuk membentuk ion positif.
Unsur – yang memiliki kecenderungan membentuk ion positif disebut unsur elektropositif.
Atom – atom yang cenderung melepas elektron memiliki energi ionisasi yang relatif kecil.
Unsur – unsur ini merupakan unsur – unsur logam (unsur elektropositif).
Tabel 1. Pembentukan Ion Positif Beberapa Unsur
19K 2 8 8 1 1 K+ 2 8 8 18Ar
20Ca 2 8 8 2 2 Ca2+ 2 8 8 18Ar
13Al 2 8 3 3 Al3+ 2 8 10Ne
9F 2 7 8–7=1 F- 2 8 18Ar
16S 2 8 6 8–6=1 S2- 2 8 8 18Ar
17Cl 2 8 7 8–7 =1 Cl- 2 8 8 10Ne
( Sutresna, dkk., 2016 ).
2. Penggunaan Pasangan Elektron Bersama
Atom – atom yang sukar melepas elektron ( energi ionisasinya tinggi ) akan sukar
membentuk ion positif dan atom – atom yang sukar menarik elektron ( afinitas elektronnya
rendah ) tidak akan membentuk ion negatif, sehingga untuk mencapai kestabilannya cenderung
untuk membentuk pasangan elektron yang dipakai bersama ( Sudarmo, 2016 ).
C. Ikatan Ion
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat adanya serah terima elektron sehingga
membentuk ion positif dan ion negatif yang konfigurasi elektronnya sama dengan gas mulia. Ion
positif dan ion negatif diikat oleh suatu gaya elektrostatis. Senyawa yang dihasilkan dinamakan
senyawa ion ( Muchtaridi, 2016 ).
1) Pembentukan Ikatan Ion
Ikatan ion terjadi antara atom – atom yang mempunyai energi ionisasi rendah ( mudah
melepas elektron ) dengan atom – atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar ( mudah
menarik elektron ). Umumnya, unsur – unsur logam mempunyai energi ionisasi rendah sedangkan
unsur – unsur non-logam mempunyai afinitas elektron yang tinggi. Oleh karena itu, ikatan ion
terjadi antara logam dengan non-logam ( Sudarmo, 2016 ).
Misalnya, pembentukan ikatan ion pada Natrium Klorida (NaCl). NaCl merupakan
senyawa ionik yang terbentuk dari penggabungan ion Na+ dengan ion Cl- melalui pembentukan
ikatan ionik. Ikatan ini terjadi melalui mekanisme transfer elektron dari atom logam natrium (Na)
ke atom non-logam (Cl) membentuk natrium klorida (NaCl) dalam fase padat.
11Na :281
17Cl :287
Untuk mencapai kestabilan, atom natrium melepaskan sebuah elektron sehingga mempunyai
konfigurasi elektron gas mulia Ne.
Na → Na+ + e-
(2 8 1) (2 8)
Atom Cl mengikat sebuah elektron yang dilepaskan atom Na sehingga mempunyai konfigurasi
elektron sesuai dengan gas mulia Ar.
Cl + e- → Cl-
(2 8 7) (2 8 8)
Terjadi tarik menarik antara ion Na+ dengan ion Cl- membentuk molekul.
Na → Na+ + e-
Cl + e- → Cl- +
Na + Cl → Na+ + Cl-
Na+ + Cl- membentuk ikatan ionik NaCl ( Natrium Klorida ) ( Sudarmo, 2016 ).
xx + xx -
Na + Cl x x
x Na + x
Cl
xx
x
x Na Cl
xx
Contoh senyawa lainnya adalah senyawa CaF2. Atom 20Ca ( 2 8 8 2 ) memiliki dua
elektron valensi sehingga atom Ca akan melepas dua elektron untuk membentuk Ca 2+ ( 2 8 8 ).
Atom 9F ( 2 7 ) memiliki tujuh elektron valensi sehingga atom F akan menerima satu elektron
untuk membentuk ion F- ( 2 8 ). Atom Ca melepaskan dua elektron sedangkan atom F menerima
satu elektron, sehingga diperlukan dua atom F untuk menerima dua elektron dari atom Ca.
sehingga terbentuklah CaF2 ( Sutresna, dkk., 2016 ).
D. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan antaratom yang terjadi karena pemakaian bersama pasangan
elektron. Ikatan kovalen terbentuk antara dua atom yang sama – sama ingin menangkap elektron.
Apabila pasangan elektron yang digunakan berasal dari salah satu atom yang berikatan, maka
ikatan yang terbentuk disebut dengan ikatan kovalen koordinasi. Dalam molekul kovalen terdapat
dua jenis pasangan elektron, yaitu pasangan elektron bebas ( PEB ) dan pasangan elektron ikatan
( PEI ). Pasangan elektron bebas adalah pasangan elektron valensi yang tidak digunakan untuk
berikatan, sedangkan pasangan elektron ikatan adalah pasangan elektron valensi yang digunakan
untuk membentuk ikatan kovalen. Umumnya, ikatan kovalen terjadi antara atom – atom nonlogam
yang sejenis ( contoh: H2, N2, O2, I2 ) dan berbeda jenis ( contoh : H2O, CO2 ). ( Umiyanti, 2016 ).
Ikatan Kovalen
Tunggal
H + H x
H H x
H H
Gambar 2. Pembentukan H2
H xx xx
+ O
x x
H O H
x x
H O H
H xx xx
xx xx
O + O x
x
xx
O O
x
x
xx
O O
Molekul CO2
Konfigurasi elektron :
6C : 2 4 → membutuhkan 4 elektron.
8O : 2 6 → membutuhkan 2 elektron.
Pada atom C terdapat empat elektron tidak berpasangan, sedangkan setiap atom O
memiliki dua elektron tidak berpasangan sehingga satu atom C memerlukan dua atom
O untuk mencapai kestabilan oktet( Sutresna, dkk., 2016 ).
Ikatan Kovalen
Rangkap 2
O x
x C x
x O O C O
N + N x
x
x
x
x N
x
x
x N x
x N N
H H +
x x
H
+ x
+
H N +H
x
x
H N H
x
x
H N H
x
H H H
Prinsip dasar ikatan kovalen adalah pemakaian elektron bersama oleh atom – atom yang
berikatan. Jika elektron – elektron yang digunakan bersama cenderung tertarik lebih ke salah satu
atom akan terjadi pengutuban ( polarisasi ) sehingga atom akan mempunyai muatan yang saling
berlawanan, yaitu muatan positif dan muatan negatif. Muatan parsial atom – atom dilambangkan
dengan δ− dan δ+ ( Muchtaridi, 2016 ).
Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang PEI-nya cenderung tertarik ke salah satu
atom yang berikatan. Kepolaran suatu ikatan ditentukan oleh keelektronegatifan suatu unsur.
Senyawa kovalen polar biasanya terjadi antara atom – atom yang beda keelektronegatifannya
besar, mempunyai bentuk molekul asimetris, dan mempunyai momel dipol ( μ ).
Contohnya pada molekul HF. Keelektronegatifan H : 2,1 dan F : 4,0 dengan beda
keelektronegatifan 4,0 – 2,1 = 1,9. Atom H tertarik ke atom F karena F memiliki keelektronegatifan
yang lebih besar. ( Umiyanti, 2016 ).
xx δ+ δ−
H x
F x
x H F Ikatan Kovalen
xx
Polar
Gambar 8. Ikatan Kovalen Polar HF
Contoh lainnya pada molekul HCl. Keelektronegatifan H : 2,1 dan Cl : 3,0 dengan beda
keelektronegatifan 3,0 – 2,1 = 0,9. Sehingga terjadi pengutuban (δ− dan δ+ ) dan atom H akan
tertarik ke atom Cl karena Cl memiliki keelektronegatifan yang lebih besar ( Sudarmo, 2016 ).
xx
δ+ δ−
H x
Cl x
x H ClIkatan Kovalen
xx
Polar
Gambar 9. Ikatan Kovalen Polar HCl
Ikatan kovalen non-polar adalah ikatan kovalen yang PEI-nya tertarik sama kuat kearah
atom – atom berikatan. Senyawa kovalen nonpolar terbentuk antara atom – atom yang mempunyai
keelektronegatifan nol, momen dipol = 0 ( nol ) dan mempunyai bentuk molekul simteri.
Pada molekul – molekul diatomik ( misalnya H2, Cl2, O2, dan N2 ), pasangan elektron yang
digunakan bersama oleh kedua atom yang berikatan mempunyai kekuatan gaya tarik elektron yang
sama. Ikatan yang terbentuk pada molekul tersebut dinamakan kovalen non-polar.
H + H x
H H x
H H
CH4
H H
x
H C H
x
x
x
H C H
H H
Gambar 11. Ikatan Kovalen Nonpolar CH4
Bentuk molekul = Simetri
Keelektronegatifan H = 2,1 dan C = 2,5.
Beda keelektronegatifan = 2,5 – 2,1 = 0,4 ( sangat kecil ) ( Umiyanti, 2016 ).
Daftar Pustaka
Sutresna, N., Sholehudin, D., dan Herlina T. ( 2016 ). Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar Kimia
untuk SMA/Madrasah Aliyah Kelas X Edisi Revisi. Bandung : Grafindo.
Umiyati, N. ( 2016 ). Buku Siswa Kimia X Peminatan Matematika dan Ilmu – ilmu Alam. Surakarta
: Mediatama .